Anda di halaman 1dari 16

Dosen Pengampuh : Ibu Jumrah, S.ST.,M.

Keb

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

MANUVER MULLER

DISUSUN OLEH :

NAMA : ERLY ADRIANI


NIM : 183145301138

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MEGA REZKY
MAKASSAR
2019
A. IDENTITAS
Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Patologi
Program Studi : D-V Kebidanan
Kode/Bobot SKS : - /-
Kelas/Semester :-
Elemen Kompetensi :-
Waktu Praktik : 1 X 20 menit
Jenis Kompetensi : Utama
Pokok Bahasan : Manuver Muller
Tanggal :-
Pukul :-
Ruangan :-
Jumlah peserta :-
Dosen pengampuh :-

B. STANDAR KOMPETENSI
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami asuhan kebidanan
patologi . pada bayi baru lahir terkait dengan memandikan bayi dengan
benar pada bayi baru lahir sesuai dengan standar kompetensi bidan
menurut PERMENKES/369/MENKES/PER/X/20017 yang berbunyi
Bidan berwenang dalam memberikan pelayanan kegawadaruratan yang
masih dirana kewenanganya.

C. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa mampu memahami teori penanganan maneuver muller
dengan baik dan benar

D. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI


Mahasiswa Dapat :
1. Menjelaskan Pengertian letak susngsang dan maneuver muler dengan
benar
2. Menjelaskan tujuan prinsip penanganan maneuver muler dengan benar
3. Menjelaskan keuntungan, kerugian dan indikasi penanganan manuver
muller dengan baik dan benar
4. Menjelaskan Teknik penanganan manuver muller dengan baik dan
benar
E. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui Perkuliahan dikelas mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan Pengertian letak susngsang dan manuver muler dengan
benar
2. Menjelaskan tujuan prinsip penanganan maneuver muler dengan benar
3. Menjelaskan keuntungan, kerugian dan indikasi penanganan manuver
muller dengan baik dan benar
4. Menjelaskan teknik kerja penanganan manuver muller dengan baik
dan benar

F. DESKRIPSI MATERI
1. Pengertian manuver muller
2. Tujuan prinsip manuver muller
3. Keuntungan, kerugian dan indikasi manuver muller
4. Teknik manuver muller

G. METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
4. Artikulasi
5. Ice briking

H. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Slide power point
2. LCD
3. Proyektor
4. Laptop
5. Ointer
6. Video dan Gambar

I. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Komponen Estimasi
Uraian kegiatan
langkah waktu
Pendahuluan 1. Menyiapkan fisik dan psikis 4 menit
2. Melakukan apersepsi dan integrasi nilai-
nilai islam
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Menyampaikan cakupan materi
5. Mengaitkan dengan realita kehidupan
sehari-hari
Inti 1. Menjelaskan Pengertian letak sungsang 15 menit
dan manuver muller
2. Menjelaskan tekni atau prinsip dari
penanganan manuver muller
3. Mengetahui keuntungan, kerugian dan
indikasi dari penanganan manuver muller.
4. Gambar ditampilkan untuk membantu
pengajar untuk menjelaskan.
5. Mmemberikan strategi pembelajaran
artikulasi
Langkah-langkah :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang
ingin dicapai
b. Guru menyajikan materi sebagaimana
biasa
c. Untuk mengetahui daya serap siswa,
bentuklah kelompok berpasangan dua
orang
d. Menugaskan salah satu siswa dari
pasangan itu menceritakan materi yang
baru diterima dari guru dan pasangannya
mendengar sambil membuat catatan-
catatan kecil, kemudian berganti peran.
Begitu juga kelompok lainnya
e. Menugaskan siswa secara
bergiliran/diacak menyampaikan hasil
wawancaranya dengan teman
pasangannya. Sampai sebagian siswa
sudah menyampaikan hasil
wawancaranya
f. Guru mengulangi/menjelaskan kembali
materi yang sekiranya belum dipahami
siswa
g. Kesimpulan/penutup
6. Memberikan ice breaking
Penutup 1. Mengevaluasi hasil pembelajaran dengan 6 menit
Lisan
2. Refleksi terhadap kegiatan pembelajaran
dan integrasi nilai-nilai islam
3. Tindak lanjut pemberian tugas pada
pertemuan selanjutnya
4. Menutup dengan salam
J. PENILAIAN
1. Jenis
Test tertulis
Lisan
2. Bentuk
MCQ
3. Instrument
Terlampir

K. SUMBER BELAJAR
Prawirahardjo, Sarwono, 2009 ilmu kebidana, jakrta : PT. Bima Pustaka
Sarwono prawirahardjo
Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: YBPSP. 2007.
Hal:104
Saifuddin, Abdul Bari. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBPSP. 2006. Hal: 520 – 525
Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP. 2005. Hal: 606 –
622
DASAR TEORI
LETAK SUNGSANG

A. Pengertian
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian
yang terendah (presentase bokong). Letak sungsang dibagi
sebagai berikut :
1. Letak sungsang murni yaitu bokong saja yang menjadi bagian depan
sedangkan kedua tungkai lurus keatas.
2. Letak bokong kaki.
3. Letak lutut.
4. Letak kaki.
Frekuensi letak sungsang murni lebih tinggi pada kehamilan muda
dibanding kehamilan tua dan multigravida lebih banyak dibandingkan
dengan primigravida.
B. Etiologi
Adapun penyebab letak sungang yaitu :
1. Prematuritas karena bentuk rahim relative kurang lonjong, air ketuban
masih banyak dan kepala anak relative besar.
2. Kelainan bentuk kepala seperti hiydrocepalus, anencephalus, karena
kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
3. Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara, janin kecil
(prematur).
4. Gemeli (kehamilan ganda).
5. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu
atas panggul.
6. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus ; bikornis, mioma uteri.
7. Panggul sempit, walaupun panggul sempit sebagai sebab letak
sunsang masih di sangsikan oleh berbagai penulis.
8. Janin sedah lama mati.
9. Sebab yang tidak diketahui.

MANUVER MULLER-MAURICOU

A. Pengertian
Melahirkan bayi sungsang untuk letak bokong sempurna dan ekstensi kaki
dapat dilakukan melalui teknik Bracht, sedangkan bila terjadi hambatan
kelahiran bahu/ tangan maka dapat menggunakan cara Klasik Deventer,
Muller, Lovset. Pertolongan persalinan sungsang dengan teknik
“MULLER” dilakukan apabila bahu dan lengan tidak dapat di lahirkan
dengan perasat Bracht.
Apabila pusat sudah lahir dan tidak ada kemajuan karena his lemah atau
karena rintangan bahu maka tidak boleh menunggu terlalu lama karena
pada saat ini kepala mulai masuk ke dalam rongga panggul dan menekan
tali pusat pada dinding panggul hingga bayi harus dilahirkan dalam waktu
kurang lebih 8 menit (Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, 2004).
Untuk melahirkan bayi dalam keadaan ini kita pergunakan ekstraksi parsiil
atau manual aid. Ekstraksi disebut parsiil karena sebagian tubuh bayi
sudah lahir.
Teknik :
Panggul dipegang begitu rupa hingga ibu jari berdampingan dengan os
sacrum, kedua jari telunjuk pada crista iliaca dan jari lainnya
menggenggam bokong dan pangkal paha.
Pada saat ini kita dapat melahirkan bahu dengan 2 cara :
a. Cara Muller
Pada cara mauriceau tangan yang masuk adalah tangan yang
berhadapan dengan perut anak. Mula-mula tangan luar menggenggam
kaki dengan jari telunjuk di antara kedua kaki dan mengangkat kaki
tinggi ke atas. Sekarang tangan dalam masuk dan dan jari telunjuk
ditempatkan pada fossa canina. Maksud jari ini adalah untuk
memperlahankan fleksi dan untuk memutar dagu bayi ke belakang
apabila dilakukan tarikan, bukan untuk menarik. Badan bayi sekarang
diturunkan hingga menunggang lengan dalam (Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran, 2004).
Tangan luar menggenggam leher sedemikian rupa hingga leher
terdapat ke jari telunjuk dan jari tengah kemudian jari lainnya terletak
dipundak.
Tangan luar melakukan tarikan dan tangan dalam memutar dagu ke
belakang sampai subocciput terdapat di bawah simpisis.
Kemudian badan bayi dibawa ke atas dan berturut-turut lahirlah dagu,
mulut, hidung, dahi akhirnya belakang kepala pada commissura
posterior.
Apabila kepala bayi agak lama lahir dianjurkan perasat De Lee :
dipasang spekulum pada dinding vagina belakang yang ditekan ke
bawah supaya hidung dan muulut bayi bebas dan anak dapat bernafas
walaupun kepala belum lahir. Pada cara Muller lengan depan
dilahirkan lebih dahulu kemudian lengan belakang.
Keuntungan cara muller adalah bahwa jari tidak jauh masuk ke dalam
jalan lahir, hingga kemungkinan infeksi kurang tetapi metode klasik
lebih berhasil pada bahu yang sulit lahir karena rongga sacrum lebih
luas. Karena itu cara Muller dipergunakan kalau bahu terhenti di pintu
bawah panggul sedangkan cara klasik kalau bahu masih tinggi. Cara
mauriceau dilakukan bila janin dilahirkan secara manual aid atau bila
secara bracht kepala belum keluar.
Letakkan badan janin dengan perut ke bawah pada lengan kiri
penolong. Masukkan jari tengah ke dalam mulut janin, sedangkan
telunjuk dan jari manis pada maksila, untuk mempertahankan fleksi
kepala. Tangan kanan memegang bahu janin dari belakang dengan
telunjuk dan jari tengah di sebelah kiri dan kanan leher. Tarik janin ke
bawah dengan tangan kangan sampai suboksiput atau atas rambut
berada dibawah simfisis. Tangan kiri tidak boleh ikut menarik janin.
Kemudian gerakkan badan janin ke atas, sedangkan tangan kiri tetap
mempertahankan fleksi kepala sehingga muka muka lahir melewati
perineum, disusul bagian kepala yang lain (Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran, 2004).
b. Tujuan
1) Melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dibawah simfisis
melalui ekstraksi ; disusul melahirkan lengan belakang di
belakang ( depan sacrum ).
2) Dipilih bila bahu tersangkut di Pintu Bawah Panggul
c. Prinsip
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Muller pada persalinan
sungsang ialah melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu
dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan
belakang. Cara ini dilakukan bila terjadi kesulitan melahirkan bahu
pada saat bahu depan sudah berada di bawah simpisis. Prinsip perasat
Mauriceau adalah dengan tangan kiri penolong badan janin disangga
seperti “menunggang kuda”, jari tengah kiri dimasukkan ke dalam
mulut janin dan jari telunjuk serta jari manis diletakkan pada fosa
canina. Sementara dengan tangan kanan mencengkeram punggung
anak dari belakang (jari tengah di bawah sub oksiput, jari-jari lsinnys
mencengkeram leher janin) untuk membantu fleksi. Dengan
melakukan tarikan curam ke bawah dan pada saat bersamaan seorang
asisten memberikan sedikit tekanan di atas simpisis guna membantu
kelahiran kepala hingga sub oksiput tampak di bawah simpisis,
kemudian dilakukan defleksi ke atas (ke perut ibu). Bayi diletakkan di
atas perut ibu dengan kepala lebih rendah dari badan (Yanti, 2010).
d. Indikasi
Persalinan secara bracht mengalami kegagalan, dari semula memang
hendak melakukan pertolongan secara manual aid, dipergunakan bila
bahu terhenti di pintu bawah panggul. Keuntungan dari perasat ini
adalah jari penolong tidak masuk jauh ke dalam jalan lahir, sehingga
kemungkinan infeksi kurang.
e. Prosedur
Menurut Diah, 2012 Tehnik pertolongan persalinan bahu cara muller:
1) Bokong dipegang dengan pegangan “femuropelvik”.
2) Dengan cara pegangan tersebut, dilakukan traksi curam bawah
pada tubuh janin sampai bahu depan lahir (gambar 1) dibawah
arcus pubis dan selanjutnya lengan depan dilahirkan dengan
mengait lengan depan bagian bawah.
3) Setelah bahu dan lengan depan lahir, pergelangan kaki dicekap
dengan tangan kanan dan dilakukan elevasi serta traksi keatas
(gambar 2), traksi dan elevasi sesuai arah tanda panah) sampai
bahu belakang lahir dengan sendirinya. Bila tidak dapat lahir
dengan sendirinya, dilakukan kaitan untuk melahirkan lengan
belakang anak (gambar 2) Gambar 1 Gambar 2
4) Dengan tangan penolong yang sesuai dengan arah menghadapnya
muka janin, jari tengah dimasukkan kedalam mulut janin dan jari
telunjuk serta jari manis diletakkan pada fosa canina.
5) Tubuh anak diletakkan diatas lengan penolong, seolah anak
“menunggang kuda” (gambar 3).
6) Belakang leher anak dicekap diantara jari telunjuk dan jari tengah
tangan yang lain (gambar 4).
7) Assisten membantu dengan melakukan tekanan pada daerah
suprasimfisis untuk mempertahankan posisi fleksi kepala janin
(gambar 3).
8) Traksi curam bawah terutama dilakukan oleh tangan yang dileher
(gambar 4)
f. F. Persiapan Alat dan Bahan menurut Yanti, 2010 :
1) Peralatan
a) Tempat tidur Gynekologi
b) Celemek
c) Sepatu Both
d) Kaca mata
e) Masker
f) Handscon
g) Handuk
h) Kain bersih
i) Tempat sampah
j) Partus set
2) Bahan
a) Larutan klorin 0,5% dan DTT dalam tempatnya
b) Phantom ibu
c) Phantom bayi

Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak


ketekunan dan kesabaran dibandingkan dengan persalinan letak
kepala. Pertama-tama hendaknya ditentukan apakah tidak ada kelainan
lain yang menjadi indikasi seksio, seperti kesempitan panggul,
plasenta previa atau adanya tumor dalam rongga panggul. Pada kasus
dimana versi luar gagal/janin tetap letak sungsang, maka
penatalaksanaan persalinan lebih waspada. Persalinan pada letak
sungsang dapat dilakukan pervaginam atau perabdominal (seksio
sesaria). Pervaginam dilakukan jika tidak ada hambatan pada
pembukaan dan penurunan bokong (1,4). Syarat persalinan
pervaginam pada letak sungsang: bokong sempurna (complete) atau
bokong murni (frank breech), pelvimetri, klinis yang adekuat, janin
tidak terlalu besar, tidak ada riwayat seksio sesaria dengan indikasi
CPD, kepala fleksi.

Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung melalui tiga tahap


yaitu:

 Persalinan bokong
Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau
miring.
Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran
paksi dalam sehingga trokanter depan berada di bawah simfisis.
Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut,
sehingga distansia bitrokanterika janin berada di pintu bawah
panggul.
Terjadi persalinan bokong, dengan trokanter depan sebagai
hipomoklion
Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin
untukpersalinan trokanter depan, sehingga seluruh bokong janin
lahir.
Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah
perut ibu.
Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah
lahir.
 Persalinan bahu
a. Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi
melintang atau miring
b. Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar
panggul.
c. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan
dibawah simpisis dan bertindak sebagai hipomoklion.
d. Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.
e. Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan
tangan depan sehingga seluruh bahu janin lahir.
f. Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi
melintang atau miring.
g. Bahu melakukan putaran paksi dalam.
 Persalinan kepala janin
a. Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi
dengan posisi dagu berada dibagian posterior.
b. Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian
belakang tertahan oleh simfisis kemudian terjadi putar paksi
dalam dan menempatkan suboksiput sebagai hipomiklion.
c. Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung,
mata, dahi dan muka seluruhnya.
d. Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung sehingga
seluruh kepala bayi dapat lahir.
e. Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi sehingga jalan nafas
bebas dari lendir dan mekoneum untuk memperlancar
pernafasan. Perawatan tali pusat seperti biasa. Persalinan ini
berlangsung tidak boleh lebih dari delapan menit (1-5).

Mekanisme letak sungsang dapat dilihat dalam gambar berikut:

Tipe dari presentasi bokong:

a) Presentasi bokong (frank breech)


b) Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech)
c) Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki
(incomplete or footling)
 Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang
atau miring.
 Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi
putaran paksi dalam sehingga trokanter depan berada di bawah
simfisis.
 Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut,
sehingga distansia bitrokanterika janin berada di pintu bawah
panggul.
 Terjadi persalinan bokong, dengan trokanter depan sebagai
hipomoklion.
 Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin
untukpersalinan trokanter depan, sehingga seluruh bokong janin
lahir.
 Jika bokong tidak mengalami kemajuan selama kontraksi
berikutnya, episiotomi dapat dilakukan dan bokong dilahirkan
dengan traksi ke bawah perut.
 Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke
arah perut ibu.
 Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah
lahir.
 Jika kaki janin telah keluar, penolong dapat menyusupkan
tangan sepanjang kaki anterior dan melahirkan kaki dengan flexi
dan abduksi sehingga bagian badan lainnya dapat dilahirkan.
 Bahu janin mencapai pelvic ‘gutter’ (jalan sempit) dan
melakukan putar paksi dalam sehingga diameter biacromion
terdapat pada diameter anteroposterior diameter pelvic bagian
luar.
 Secara simultan, bokong melakukan rotasi anterior 90o. Kepala
janin kemudian masuk ke tepi pelvik, sutura sagitalis berada
pada tepi diameter transversal.
Penurunan ke dalam pelvic terjadi dengan flexi dari kepala.
(Professor Jeremy Oats and Professor Suzanne Abraham, 2005)

Jenis-jenis persalinan sungsang:

1. Persalinan Pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakal dalam melahirkan janin pervaginam,
persalinan pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan kekuatan
dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara, Bracht.
b) Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin
dilahirkan sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian
lagi dengan tenaga penolong.
c) Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnya
dengan memakai tenaga, penolong.
2. Persalinan perabdominam (seksio sesaria).
Prosedur pertolongan persalinan spontan
Tahapan :
1) Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong sampai pusat
(skapula depan).
2) Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya
mulut.
3) Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh
kepala lahir.
Teknik :
1) Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus memperhatikan
sekali lagi persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan
kelahiran.janin harus selalu disediakan cunam Piper.
2) Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berada didepan vulva.
Ketika timbul his ibu disuruh mengejan dan merangkul kedua pangkal
paha. Pada saat bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikan 2-5
unit oksitosin intramuskuler.
3) Episiotomi dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelah
bokong lahir, bokong dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari
penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jani-jari lain memegang
panggul.
4) Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan
tampak teregang, tali pusat dikendorkan. Kemudian penolong melakukan
hiperlordosis pada badan janin guna mengikuti gerakan rotasi anterior,
yaitu punggung janin didekatkan ke punggung ibu. Penolong hanya
mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut
disesuaikan dengan gaya berat badan janin. Bersamaan dengan
dilakukannya hiferlordossis, seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller
pada fundus uteri sesuai dengan sumbu panggul. Dengan gerakan
hiperlordossis ini berturut-turut lahir pusar, perut, badan lengan, dagu,
mulut dan akhirnya kepala.
5) Janin yang baru lahir segera diletakan diperut ibu. Bersihkan jalan nafas
dan rawat tali pusat.

Keuntungan :

Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolong tidak
ikut masuk ke dalam jalan lahir. Dan juga cara ini yang paling mendekati
persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.
Kerugian :

Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang


dapat dipimpin secara Bracht. Terutama terjadi peda keadaan panggul sempit,
janin besar, jalan lahir kaku seperti pada primigravida, adanya lengan
menjungkit atau menunjuk. Prosedur Manual Aid

Indikasi :

Dilakukan jika pada persalinan dengan cara Bracht mengalami kegagalan,


misalnya terjadi kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala. Dan memang
dari awal sudah direncanakan untuk manual aid.

Tahapan ada 3 yaitu :

1. Tahap pertama :lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan


kekuatan dan tenaga ibu sendiri.
2. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong.
Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :
a) Klasik (Deventer)
b) Mueller
c) Lovset
d) Bickenbach.
3. Tahap ketiga : lahirnya kepala, dapat dengan, cara
a) Mauriceau (Veit-Smellie)
b) Najouks
c) Wigand Martin-Winckel
d) Parague terbalik
e) Cunam piper

Tehnik :
Tahap pertama persalinan secara bracht sampai pusat lahir. Tahap kedua
melahirkan bahu dan langan oleh penolong:

2. Cara Mueller
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu
dan lengan depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan
bahu dan lengan belakang. Bokong janin dipegang dengan femuro-pelvik
yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari
telunjuk pada krisat iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian depan.
Kemudian badan ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu
depan tampak di bawah simpisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait
lengan bawahnya. Setelah bahu depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke
atas sampai bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak masuk ke dalam
jalan lahir sehingga mengurangi infeksi.

Anda mungkin juga menyukai