Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERTANIAN BERKELANJUTAN

Sofiah Hannum Ritonga D1B016112

Ida Harisa D1B016127

Wahyu Putra Handika RRD1B016007

Dian Okta Trantini RRD1B016069

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hakikatnya sistem pertanian berkelanjutan adalah kembali manusia
kepada alam, yaitu sistem pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah, serasi,
selaras, dan seimbang dengan lingkungan atau pertanian yang patuh dan tunduk
pada kaidah-kaidah alamiah. Kata “berkelanjutan” sekarang ini digunakan secara
meluas dalam lingkup program pembangunan, keberlanjutan dapat diartikan
sebagai “menjaga agar suatu upaya terus berlangsung”, “kemampuan untuk
bertahan dan menjaga agar tidak merosot “. Dalam konteks pertanian,
keberlanjutan adalah pengelolaan sumber daya yang berhasil untuk usaha
pertanian guna memebantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus
mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan
sumber daya alam.

Dalam pengelolaannya, sistem pertanian berkelanjutan yang berwawasan


lingkungan dilakukan melalui pemanfaatan sumber daya alam secara optimal,
lestari dan menguntungkan, sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan
untuk kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang. Pemilihan
komoditas dan areal usaha yang cocok merupakan kunci dalam pelaksanaan
pembangunan pertanian berkelanjutan, komoditas harus yang menguntungkan
secara ekonomis, masyarakat sudah terbiasa membudidayakannya, dan
dibudidayakan pada lahan yang tidak bermasalah dari segi teknis, ekologis dan
menguntungkan secara ekonomis.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan bentuk pertanian masa depan dengan input luar yang rendah?
2. Jelaskan pengembangan teknologi oleh petani?
3. Jelaskan apa itu sumber daya alam dan apa saja yang termasuk sumber
daya alam?
4. Jelaskan bagaimana pencemaran yang terjadi dalam masyarakat industri?
5. Jelaskan apa itu sistem IESA dan bagaiaman pengembangannya?
6. Jelaskan keterkaitan petani dan tenaga ahli dalam mengembangkan
teknolpgi IESA?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui bentuk pertanian masa depan dengan input luar yang rendah
2. Mengetahui pengembangan teknologi oleh petani
3. Mengetahui itu sumber daya alam dan apa saja yang termasuk sumber
daya alam
4. Mengetahui pencemaran yang terjadi dalam masyarakat industri
5. Mengetahui sistem IESA dan bagaiaman pengembangannya
6. Mengetahui keterkaitan petani dan tenaga ahli dalam mengembangkan
teknolpgi IESA
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bentuk Pertanian Masa Depan Dengan Input Luar Rendah

LEISA atau dikenal dengan penggunaan input luar rendah merupakan salah
satu pilihan untuk melengkapi bentuk – bentuk lain produksi pertanian. LEISA
tidak bertujuan untuk memaksimalkan produksi dalam jangka pendek, namun
untuk mencapai tingkat produksi yang stabil dan memadai dalam jangka panjang.
LEISA berupaya untuk mempertahankan dan dimana mungkin, meningkatkan
sumber daya alam serta memanfaatkan secara maksimal proses – proses alami.
Dengan beberapa teknik LEISA secara langsung dapat menerapkan pengetahuan
agroekologi petani maupun ilmuan, sehingga dalam pengelolahannya dapat
meningkatkan produktivitas dan jaminan serta menghindari dampak terhadap
lingkungan.

LEISA mengacu pada bentuk-bentuk pertanian sebagai berikut:


Berusaha mengoptimalkan sumber daya lokal yang ada dengan
mengkombinasikan berbagai macam komponen sistem usaha tani, yaitu tanaman,
hewan, tanah, air, iklim, dan manusia sehingga saling melengkapi dan
memberikan efek sinergi yang paling besar.
Berusaha mencari cara pemanfaatan input luar hanya bila diperlukan untuk
melengkapi unsur-unsur yang kurang dalam ekosistem dan meningkatkan sumber
daya biologi, fisik, dan manusia. Dalam memanfaatkan input luar, perhatian
utama diberikan pada maksimalisasi daur ulang dan minimalisasi kerusakan
lingkungan.

LEISA (Low external input sustainable agriculture) tidak bisa


dipresentasikan sebagai solusi mutlak terhadap masalah-masalah pertanian dan
lingkungan yang mendadak di dunia ini, tetapi LEISA bisa memberikan
kontribusi yang berharga untuk memecahkan beberapa permasalahan tersebut:
LEISA terutama merupakan suatu pendekatan pada pembangunan pertanian yang
ditujukan pada situasi di daerah-daerah pertanian tadah hujan yang terabaikan
oleh pendekatan-pendekatan konvensional.
2.2 Pengembangan Teknologi Oleh Petani

Kemampuan petani dalam penerapan dan penguasaan teknologi pertanian


harus ditumbuhkan melalui kegiatan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan.
Sedangkan untuk memperlancar keanekaragaman produksi serta meningkatkan
nilai tambah dan daya saing komoditi pertanian perlu dipacu melalui usaha
agroindustri dan agrobisnis.Untuk mewujudkan arah pembangunan sektor
pertanian tersebut, komponen teknologi pertanian muncul sebagai tulang
punggung. Bagaimanapun hanya melalui penggunaan teknologi yang maju sektor
pertanian bisa menjadi efisien dan tangguh.

Dalam buku Menggerakan dan Membangun Pertanian, A.T.Mosher


menjelaskan, bahwa teknologi yang senatiasa berubah merupakan syarat mutlak
adanya pembangunan pertanian. Kalau tidak ada perubahan dalam teknologi maka
pembangunan pertanian pun akan terhenti. Produksi terhenti kenaikannya, bahan
dapat menurun karena merosotnya kesuburan tanah atau karena kerusakan yang
makin meningkat oleh hama penyakit yang main merajalela.

Dengan demikian untuk makin tumbuh dan berkembangnya sektor


pertanian, maka pengembangan dan aplikasi teknologi pertanian sangat
diperlukan, dengan kata lain perlu dimasyarakatkan. Untuk mengantisipasi
perkembangan keadaan, masyarakat tani harus melek teknologi, paling tidak
mampu mengadopsi teknologi tepat guna dan diterapkan dalam usaha taninya.

Dalam sektor pertanian senantiasa terjadi perubahan teknologi (technology


change) dan muncul inovasi (innovation). Dalam beberapa dekade terakhir hal itu
terlihat jelas pada sub sektor tanaman pangan. Pengembangan teknologi pertanian
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani dan nelayan;
memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha; mengisi dan memperluas
pasar dalam dan luar negeri; meningkatkan keanekaragaman hasil; meningkatkan
mutu dan derajat pengolahan produksi; dan menunjang pembangunan wilayah.
Hal itupun tertuang dalam program pembangunan bahkan semasa Orde Baru
berkuasa masuk dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN). (Atep
Afia, pengelola.
2.3 Pengertian sumber daya alam dan jenis-jenis sumber daya alam

Sumber daya adalah suatu nilai potensi yang di miliki suatu materi atau
unsur tertentu dalam kehidupan. Sumber daya tidak selalu bersifat fisik tetepi juga
non fisik. Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang disediakan oleh alam
semesta yang dapat dipergunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Bentuknya bisa berwujud barang, benda, fenomena, suasana, gas/udara,
air dan lain sebagainya.

Sumber daya yang dapat berubah (berubah di dalam bentuk yang lai, baik
menjadi semakin besar maupun hilang maupun ada pula sumberdaya yang kekal
(selalu tetap). Sumber daya hayati adalah sumber daya salah satu sumberdaya
yang dapat pulih (renewable resources) yang terdiri dari flora dan fauna.
Sumberdaya hayati secara harfiah dapat di artikan sebagai sumberdaya yang
mempunyai kehidupan dan dapat mengalami kematian. Jenis- jenis sumber daya
hayati di antaranya adalah flora dan fauna. Sumberdaya non hayati secara harfiah
dapat di artikan sebagai sumberdaya yang tidak mempunyai kehidupan dan tidak
dapat mengalami kematian. Jenis-jenis sumberdaya non hayati diantaranya adalah
bahan mineral, air dan udara.
Sumber daya alam dapat dibedakan berdasarkan sifat, potensi dan
jenisnya:
a) Berdasarkan sifat
Menurut sifatnya sumber daya alam dapat di bagi menjadi 3 yaitu sebagai
berikut:
 Sumber daya alam yang terbarukan (renewable)
Misalnya : hewan, tumbuhan, mikroba, air, dan tanah. Disebut
terbarukan karena dapat melakukan reproduksi dan memiliki daya
regenerasi (pulih kembali)
 Sumber daya alam yang tidak terbarukan (nonrenewable)
Misalnya: minyak tanah, gas bumi, batu tiara dan bahan tambang
lainnya.
 Sumber daya alam yang tidak habis
Misalnya: udara, matahari, energi pasang surut,dan energi laut,.
b) berdasarkan potensi
Menurut potensi penggunaanya, sumber daya alam di bagi beberapa macam,
antara lain sebagai berikut:
1. Sumber daya alam materi
Merupakan sumber daya alam yang di manfaatkan dalam bentuk fisiknya.
Misalnya: batu, besi, emas, kayu, serat kapas, rosela,dan sebagainya.
2. Sumber daya alam energi
Merupakan sumber daya alam yang dimanfaatkan energinya.
Misalnya: batu bara, minyak bumi,gas bumi, air terjuan,sinar matahari,
energi pasang surut laut, dan lain-lain.
3. Sumber daya ruang
Merupakan sumber daya alam yang berupa ruang atau tempat hidup.
Misalnya areal tanah ( daratan ) dan angkasa
c) berdasarkan jenisnya
Menurut jenisnya, sumber daya alam dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Sumber daya alam non hayati (abiotik)
Disebut juga sumber daya alam fisik, yaitu sumber daya alam
yang beruoa benda-benda mati.
Misalnya: bahan tambang, tanah, air, dan kincir angin.
2. Sumber daya alam hayati (biotik)
Merupakan sumber daya alam yang berupa mahluk hidup.
Misalnya: Hewan, tumbuhan, mikroba, dan manusia. Uraian di
sini hanya akan di tekankan pada sumber daya alam hayati,
termasuk di dalamnya sumber daya manusia (SDM).

2.4 Pencemaran Yang Terjadi Dalam Masyarakat Industri

Pencemaran limbah pabrik merupakan pencemaran yang disebabkan karena


adanya limbah pabrik dari hasil industrialisasi. Limbah pabrik ini bisa saja
berbentuk cair, padat maupun gas. Dan pencemaran ini juga bisa menyerang air,
udara maupun tanah.

1. Macam- macam Limbah Pabrik atau Industri


Industri merupakan salah satu bidang perekonomian yang menjanjikan
dalam kesuksesan. Bahkan salah satu tolok ukur suatu negara dikatakan maju
adalah apabila mata pencaharaian penduduknya yang semula di bidang pertanian
dapat beralih ke bidang industri. Industri di dunia pun ada banyak sekali
macamnya, ada industri makanan, industri tekstil, industri pembuatan elektronik,
industri pembuatan alat transportasi, hingga pembuatan alat- alat berat.Industri
yang ada pun bisa berskala kecil, menengah maupun berskala besar. Masing-
masing skala industri tersebut mempunyai limbahnya masing- masing. Dengan
demikian limbah pabrik atau industri ini ada bermacam- macam. Macam- macam
limbah industri atau limbah pabrik adalah sebagai berikut:

a. Limbah cair

Jenis limbah pabrik yang pertama adalah limbah pabrik yang berbentuk cair.
Limbah pabrik cair merupakan sisa- sisa produksi dari pabrik yang bentuknya
cair. Biasanya limbah pabrik cair ini akan dibuang langsung ke saluran air seperti
selokan, kali bahkan lautan. Limbah cair ini sifatnya ada yang berbahaya dan ada
pula yang dapat dinetralisir secara cepat.

Limbah pabrik yang berbahaya yang dibuang langsung ke saluran seperti


kali, laut, maupun selokan tanpa dinetralisir terlebih dahulu pada akhirnya akan
mencemari saluran- saluran tersebut sehingga akan menyebabkan ekosistem
air menjadi rusak, bahkan banyak makhluk hidup yang akan mati dibuatnya.
Contoh limbah cair dari pabrik ini antara lain adalah sisa pewarna pakaian cair,
sisa pengawet cair, limbah tempe, limbah tahu, kandungan besi pada air,
kebocoran minyak di laut, serta sisa- sisa bahan kimia lainnya.

b. Limbah padat

Selain limbah cair, jenis limbah pabrik selanjutnya adalah limbah padat.
Limbah padat merupakan buangan dari hasil- hasil industri yang tidak terpakai
lagi yang berbentuk padatan, lumpur maupun bubur yang berasal dari suatu proses
pengolahan, ataupun sampah yang dihasilkan dari kegiatan- kegiatan industri,
serta dari tempat- tempat umum. Limbah padat seperti ini apabila dibuang di
dalam air pastinya akan mencemari air tersebut dan dapat menyebabkan makhluk
hidup yang tinggal di dalamnya akan mati.

Sementara apabila dibuang di wilayah daratan tanpa adanya proses


pengolahan, maka akan mencemari tanahdi wilayah tersebut. Beberapa contoh
dari limbah pabrik padat antara lain adalah plastik, kantong, sisa pakaian, sampah
kertas, kabel, listrik, bubur- bubur sisa semen, lumpur- lumpur sisa industri, dan
lain sebagainya.

c. Limbah gas

Selain limbah cair dan limbah padat, ada pula jenis limbah pabrik lainnya yakni
limbah gas. Limbah gas merupakan limbah yang disebabkan oleh sumber alami
maupun sebagai hasil aktivitas manusia yang berbentuk molekul- molekul gas dan
pada umumnya memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan makhluk hidup
yang ada di Bumi. Limbah gas ini tentu saja berbentuk gas. Oleh karena
bentuknya gas, maka limbah pabrik gas ini biasanya mencemari udara. Beberapa
contoh limbah gas ini antara lain adalah kebocoran gas, pembakaran pabrik, asap
pabrik sisa produksi dan lain sebagainya.

Itulah beberapa macam limbah yang dapat dihasilkan dari aktivitas industri.
Limbah- limbah pabrik tersebut dapat mencemari tanah, air maupun udara yang
pada akhirnya akan mencemari lingkungan yang menjadi tempat tinggal makhluk
hidup. Padahal kita telah mengetahui bahwasannya pencemaran merupakan hal
yang tidak baik dan dapat menyebabkan banyak dampak buruk.

2. Dampak Pencemaran Limbah Pabrik

Pencemaran merupakan peristiwa yang dapat merugikan makhluk hidup. Ada


banyak sekali dampak yang dapat ditimbulkan dari pencemaran limbah pabrik ini.
Dampak- dampak yang ditimbulkan ini tentu saja merupakan dampak yang buruk.
Adapun dampak- dampak yang dapat muncul sebab adanya pencemaran limbah
pabrik ini antara lain adalah sebagai berikut:
a. Dampak bagi kesehatan

Dampak kesehatan yang ditimbulkan dari limbah pabrik ini antara lain adalah
sebagai berikut:

 Menyebabkan adanya sampah beracun.


 Timbul penyakit yang menular dari rantai makanan
 Timbulnya penyakit jamur.
 Menyebabkan penyakit kolera, diare, dan tifus.
 Timbul sampah yang dapat menimbulkan penyakit yang berhubungan
dengan tikus.
 Timbul sampah yang akan menjadi tempat perkembangbiakan lalat
sehingga mudah menularkan infeksi.

b. Dampak bagi lingkungan


Selain akan berdampak pada kesehatan, adanya limbah pabrik ini juga dapat
menyebabkan dampak buruk bagi lingkungan. Adapun beberapa dampak negatif
yang disebabkan oleh limbah pabrik bagi lingkungan antara lain adalah sebagai
berikut:

 Menurunnya kualitas lingkungan


 Menurunnya estetika atau nilai keindahan lingkungan
 Terhambatnya pengembangan negara
 Membuat lingkungan kurang nyaman untuk ditempati
 Membuat makhluk hidup yang terkena pencemaran menjadi musnah atau
mati.

Itulah beberapa dampak negatif yang dapat timbul akibat adanya pencemaran
yang dilakukan oleh industri pabrik bagi lingkungan. Maka dari itulah bagi
masyarakat yang bertempat tinggal di daerah yang merupakan daerah industri
maka hal mengenai limbah ini harus selalu diwaspadai agar tidak merusak
lingkungan.Demikianlah dampak- dampak yang bisa ditimbulkan oleh adanya
pencemaran oleh limbah pabrik. Dampak negatif tersebut akan selalu terasa
apabila tidak diusahakan untuk mengolah limbah secara baik dan benar. Maka
dari itulah perlu adanya upaya- upaya tertentu agar limbah yang dihasilkan dapat
dinetralisir agar tidak membahayakan, dan apabila sudah terlanjur tercemar maka
harus diupayakan untuk mengatasi pencemaran- pencemaran tersebut.

3. Upaya Mengatasi Pencemaran Limbah Pabrik

Pencemaran yang terjadi di lingkungan yang diakibatkan oleh limbah


pabrik akan menjadi persoalan yang serius apabila tidak mendapatkan perhatian
dengan baik. Pencemaran limbah pabrik akan menyababkan dampak- dampak
negatif yang sangat merugikan lingkungan dan juga makhluk hidup. Dengan
demikian perlu diadakan upaya- upaya agar dapat mengatasi pencemaran yang
terjadi. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi pencemaran yang
diakibatkan limbah pabrik antara lain adalah sebagai berikut:

a. Mengupayakan pengelolahan limbah sebaik mungkin

Limbah yang dihasilkan dari proses produksi pabrik merupakan limbah


yang berbahaya, karena sebagain pabrik menggunakan bahan- bahan kimia dalam
operasional produksi pabrik mereka. Maka dari itulah harus diupayakan langkah-
langkah untuk membuat limbah menjadi ramah lingkungan dan tidak mengandung
zat- zat yang berbahaya. setelah limbah- limbah yang dihasilkan ini menjadi
ramah lingkungan, maka membuangnya langsung ke lingkungan tidak akan
menyebabkan pencemaran.

Contoh yang paling banyak adalah ketika limbah pabrik berupa limbah cair
maupun limbah gas. Setelah limbah cair dan gas ini diolah sedemikian rupa, maka
bisa dilepas ke alam (misal ke laut dan juga angkasa). Dan pembuangan limbah
tersebut secara langsung di lingkungan tidak akan menyebabkan pencemaran
air dan juga pencemaran udara.

b. Tidak membuang limbah cair langsung ke sumber air

Cara bijak yang lainnya adalah tidak membuang limbah pabrik yang cair ke
dalam sumber air secara langsung, terlebih tanpa adanya penyaringan dan
pengolahan terlebih dahulu. Limbah cair yang langsung berasal dari pabrik, tanpa
diolah biasanya akan menyebabkan lingkungan menjadi tercemar. Hal ini karena
belum adanya pemisahan antara zat yang berbahaya maupun tidak.

Apabila limbah segar seperti ini langsung di buang ke sungai maupun laut maka
akan menyebabkan ekosistem laut dan ekosistem sungai menjadi rusak dan
tercemar. Hal ini papsti akan berdampak pada matinya banyak makhluk hidup
yang menghuni sumber air tersebut.

c. Mengubur limbah- limbah yang bersifat organik

Untuk limbah pabrik padat, maka perlu adanya tindakan yang berbeda
antara limbah- limbah organik dan non organik. Limbah- limbah yang bersifat
organik bisa dikubur karena limbah tersebut dapat terurai dengan abik apabila
dikubur di dalam tanah. Dengan mengubur limbah- limbah organik maka kita
hanya mengatasi keberadaan limbah organik saja, namun juga kita akan
mendapatkan tanah yang lebih subur dan dapat digunakan untuk berbagai
kepentingan tertentu yang pastinya akan bermanfaat.

d. Menggunakan kembali limbah- limbah pabrik yang masih bisa didaur


ulang

Selain limbah- limbah organik, ternyata limbah anorganik juga mempunyai


penanganannya sendiri. limbah pabrik anorganik yang sulit untuk diurai secara
alami maka dapat dipilah- pilah. Dan limbah yang bersifat anorganik ini dapat kita
daur ulang untuk menjadi sesuatu yang baru. Limbah anorganik yang masih bisa
untuk didaur ulang sebaiknya kita daur ulang saja. Disamping kita membantu
menangani persoalan limbah padat pabrik, kita juga dapat menghamat bahan
baku.

e. Menanam banyak pepohonan

Cara bijaksana yang selannjutnya adalah menanam banyak pohon di sekitar


pabrik. Hal ini lebih mengarah ke limbah gas. Limbah pabrik yang bersifat gas
biasanya dibuang melalui cerobong asap dan selanjutnya akan mencemari udara.
Udara yang tercemar ini akan menyebabkan penipisan pada lapisan ozon pada
akhirnya apabila tidak ditangani dengan baik. Maka dari itulah, kita dianjurkan
untuk menanam pepohonan untuk dapat menetralisir udara yang telah tercemar
tersebut agar tidak terlalu berbahaya.Itulah beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk menangani pencemaran dari Limbah pabrik tersebut. Sebagai manusia yang
mengelola Bumi, maka kita harus memeperhatikannya dan mengupayakan usaha-
usaha yang baik agar dapat menyelamatkan lingkungan.

2.5 Sistem LEISA dan Pengembangannya

Sistem LEISA adalah Pertanian berkelanjutan dengan input luar yang


rendah yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam (tanah, air,
tumbuhan, tanaman dan hewan) dan manusia (tenaga, pengetahuan dan
ketrampilan) yang tersedia di tempat; dan yang layak secara ekonomis, mantap
secara ekologis, adil secara sosial dan sesuai dengan budaya.Menurut Reijntjes et
al. (1999) dan Plucknert dan Winkelmann (1995), LEISA tidak bertujuan untuk
mencapai produksi maksimal dalam jangka pendek, melainkan untuk mencapai
tingkat produksi yang stabil dan memadai dalam jangka panjang.LEISA
merupakan suatu pilihan yang layak bagi petani dan bisa melengkapi bentuk-
bentuk lain produksi pertanian. Sebagian besar petani tidak mampu untuk
memanfaatkan input buatan itu atau hanya dalam jumlah yang sangat sedikit,
maka perhatian perlu dipusatkan pada teknologi yang bisa memanfaatkan sumber
daya lokal secara efisien. Petani yang kini menerapkan HEIA, bisa saja
mengurangi pencemaran dan biaya serta meningkatkan efisiensi input luar dengan
menerapkan beberapa teknik LEISA.
LEISA (Low external input sustainable agriculture) tidak bisa
direpresentasikan sebagai solusi mutlak terhadap masalah-masalah pertanian dan
lingkungan yang mendadak di dunia ini, tetapi LEISA bisa memberikan
kontribusi yang berharga untuk memecahkan beberapa permasalahan tersebut:
LEISA terutama merupakan suatu pendekatan pada pembangunan pertanian yang
ditujukan pada situasi di daerah-daerah pertanian tadah hujan yang terabaikan
oleh pendekatan-pendekatan konvensional.Sistem pertanian LEISA mengacu pada
suatu susunan khusus dari kegiatan usaha tani (misalnya budi daya tanaman,
peternakan, pengolahan hasil pertanian) yang dikelola berdasarkan kemampuan
lingkungan fisik, biologis, dan sosioekonomis serta sesuai dengan tujuan,
kemampuan, dan sumber daya yang dimiliki petani. Usaha tani dengan kegiatan-
kegiatan yang serupa dikatakan mempraktekkan sistem pertanian tertentu. Istilah
pertanian di sini di pakai dalam arti luas yang meliputi bukan hanya tanaman dan
ternak, tetapi juga sumber daya alam lainnya yang ada pada petani, termasuk
sumber daya yang dimiliki bersama orang lain.
Metode LEISA mengacu pada bentuk-bentuk pertanian sebagai
optimalisasi pemanfaatan sumber daya lokal yang ada dengan mengkombinasikan
berbagai macam komponen sistem usaha tani, yaitu tanaman, ternak, ikan, tanah,
air, iklim, dan manusia sehingga saling melengkapi dan memberikan efek sinergi
yang paling besar. Pemanfaatan input luar dilakukan hanya bila diperlukan untuk
melengkapi unsur-unsur yang kurang dalam agroekosistem dan meningkatkan
sumber daya biologi, fisik, dan manusia. Dalam memanfaatkan input luar,
perhatian utama diberikan pada mekanisme daur ulang dan minimalisasi
kerusakan lingkungan.Metode LEISA tidak bertujuan memaksimalkan produksi
dalam jangka pendek, namun untuk mencapai tingkat produksi yang stabil dan
memadai dalam jangka panjang. LEISA berupaya mempertahankan dan sedapat
mungkin meningkatkan potensi sumber daya alam serta memanfaatkannya secara
optimal.Sistem pertanian berkelanjutan harus dibangun dengan fondasi sumber
daya yang dapat diperbaharui yang berasal dari lingkungan usaha tani dan
sekitarnya. Pengklasifikasian sumber daya internal dan eksternal akan sangat
membantu dalam memahami dan mengembangkan pertanian dengan model
LEISA. Dengan model LEISA, kekhawatiran penurunan produktivitas secara
drastis dapat dihindari,sebab penggunaan input-input luar masih diperkenankan,
sebatas hal tersebut sungguh-sungguh penting atau mendesak dan tidak ada
pilihan lain. Model LEISA masih menjaga toleransi keseimbangan antara
pemakaian input internal dan input eksternal, misalnya penggunaan pupuk organik
diimbangi dengan pupuk TSP, pemakaian pestisida hayati dilakukan bersama-
sama dengan pestisida sintesis.
2.6 Keterkaitan Petani dan Tenaga Ahli Dalam Mengembangkan Teknologi
LEISA
Dalam mengembangkan sistem LEISA, petani dapat menyumbangkan
bukan saja pengetahuan mereka mengenai ekosistem dan budaya setempat, namun
juga pengalaman mereka dalam melakukan eksperimen informal dan penyesuaian
teknologi terhadap kondisi setempat. Pembaruan yang diteliti oleh petani dalam
menanggapi masalah dan kesempatan baru memberikan indikasi penting adanya
peningkatan dalam cara-cara mereka dan dalam batasan-batasan biologi dan fisik
yang harus mereka tanggulangi.
Perwujudan sistem pertanian LEISA dapat dipercepat dengan
pengembangan teknologi partisipasi (PTP), yaitu suatu proses interaktif kreatif
dalam masyarakat dimana pengetahuan dan ilmu asli setempat dikombinasikan
untuk mencari solusi atas masalah petani.PTP melibatkan kerjasama antara petani
(organisasi petani) dan agen pembangunan (spt lembaga penelitian n penyuluh)
untuk :
a. Menganalisis sistem agroekologi lokal,
b. Mendefinisikan masalah dan prioritas lokal,
c. Mengujicoba dengan berbagai macam solusi potensial,
d. Mengevaluasi hasil dan mengkomunikasikan penemuan dengan petani lain.
Dalam PTP, Ilmuwan menyumbangkan hasil pengkajian dan penelitian
yang relevan untuk pelaksanaan sistem LEISA, dan petani mengembangkan
pengalaman yang dinilai efektif. Selama ini banyak petani yang melakukan
kegiatan usaha tani tertentu yang mungkin tidak mereka pahami aspek ilmiahnya,
namun secara turun temurun dilakukan karena menunjukkan hasil yang efektif.
Petani dan ilmuwan harus bekerja sama agar pengalaman praktis dan pemahaman
ilmiah dapat dipadukan sehingga diharapkan efektivitasnya meningkat. Misalnya,
salah satu kebiasaan petani mengendalikan gulma dengan memberi mulsa organik
(menggunakan organ-organ tumbuhan tertentu) merupakan aplikasi dari
mekanisme fisiologi tumbuhan, yaitu alelopati. Hal ini memberikan peluang yang
besar untuk dilakukan suatu penelitian.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pertanian berkelanjutan adalah kembali manusia kepada alam, yaitu sistem
pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah, serasi, selaras, dan seimbang
dengan lingkungan atau pertanian yang patuh dan tunduk pada kaidah-kaidah
alamiah. Dalam pengelolaannya, sistem pertanian berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan dilakukan melalui pemanfaatan sumber daya alam secara optimal,
lestari dan menguntungkan, sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan
untuk kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang.

Kemampuan petani dalam penerapan dan penguasaan teknologi pertanian


harus ditumbuhkan melalui kegiatan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan.
Sedangkan untuk memperlancar keanekaragaman produksi serta meningkatkan
nilai tambah dan daya saing komoditi pertanian perlu dipacu melalui usaha
agroindustri dan agrobisnis.Untuk mewujudkan arah pembangunan sektor
pertanian tersebut, komponen teknologi pertanian muncul sebagai tulang
punggung.

LEISA mengacu pada bentuk-bentuk pertanian sebagai berikut:


Berusaha mengoptimalkan sumber daya lokal yang ada dengan
mengkombinasikan berbagai macam komponen sistem usaha tani, yaitu tanaman,
hewan, tanah, air, iklim, dan manusia sehingga saling melengkapi dan
memberikan efek sinergi yang paling besar. Perwujudan sistem pertanian LEISA
dapat dipercepat dengan pengembangan teknologi partisipasi (PTP), yaitu suatu
proses interaktif kreatif dalam masyarakat dimana pengetahuan dan ilmu asli
setempat dikombinasikan untuk mencari solusi atas masalah petani.PTP
melibatkan kerjasama antara petani (organisasi petani) dan agen pembangunan
(spt lembaga penelitian n penyuluh) untuk :
a. Menganalisis sistem agroekologi lokal,
b. Mendefinisikan masalah dan prioritas lokal,
c. Mengujicoba dengan berbagai macam solusi potensial,
d. Mengevaluasi hasil dan mengkomunikasikan penemuan dengan petani lain.
DAFTAR PUSTAKA

https://diaanrizkii.wordpress.com/2015/03/24/pencemaran-lingkungan-hidup-
akibat-dampak-dari-industrialisasi/ (diakses pada 19 september 2018)

https://aprielhyani.wordpress.com/jenis-jenis-sumber-daya-alam-dan-
mengelompokkan-sumber-daya-alam-berdasarkan-ciri-tertentu/ (diakses
pada 19 september 2018)

http://robisevilla.blogspot.com/2013/04/sistem-pertanian-berkelanjutan-di.html
(diakses 19 september 2018)

http://kuantannet.blogspot.com/2016/12/makalah-pertanian-berkelanjutan.html
(diakses pada 19 september 2018)

file:///C:/Users/HP/Downloads/Documents/SUMBER_DAYA_ALAM_Drs._Jupri,_MT.pdf
(diakses pada 19 september 2018)

https://aprielhyani.wordpress.com/jenis-jenis-sumber-daya-alam-dan-
mengelompokkan-sumber-daya-alam-berdasarkan-ciri-tertentu/ (diakses pada
19 september 2018)

Anda mungkin juga menyukai