Anda di halaman 1dari 8

II.

PENGELOLAAN LIMBAH & PENCEGAHAN


PENCEMARAN

(Roekmijati W. Soemantojo)

Dlm rangka pencegahan pencemaran & pelestarian sumberdaya


alam, paradigma Pengelolaan Limbah telah bergeser dari
Pengolahan Limbah yg berdasar pd End-of-Pipe Approach yg
bersifat penanggulangan, mjd konsep Minimisasi Limbah yg
bersifat Pencegahan Pencemaran atau Pollution Prevention.

Minimisasi Limbah adl upaya mengurangi volume, konsentrasi,


toksisitas & tingkat bahaya limbah yg berasal dari proses
produksi, dgn jalan reduksi pd sumbernya / pemanfaatan limbah
(BAPEDAL 1995).
Minimisasi Limbah dikembangkan di Indonesia sejak 1992,
mengupayakan agar limbah yg keluar dari sistem produksi
sesedikit mungkin & seaman mungkin, dgn mengatur sistem
produksinya (Reduksi Pd Sumbernya) Apabila masih ada limbah
yg keluar, diusahakan agar dimanfaatkan dgn jalan penggunaan
ulang (reuse), daur ulang (recycle), atau perolehan
kembali(recovery).
Bila usaha minimisasai limbah sudah dilaksanakan, tetapi masih
ada limbah yg belum memenuhi baku mutu, dilakukan
pengolahan limbah.

Hirarki pengelolaan limbah dpt dilihat pd Gambar 1, dan lingkup


upaya pelaksaan minimisasi limbah dpt dilihat pd Gambar 2.
Uraian rinci mengenai Minimisasi Limbah dpt dilihat pd Makalah
Pencegahan & Pengendalian Pencemaran dlm Industri
(Roekmijati W.S. 2000)

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo II − 1


Gambar 2.1. Hirarki Pengelolaan Limbah.

Gambar 2.2. Upaya Pelaksanaan Minimisasi Limbah

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo II − 2


Lebih luas daripd konsep Minimisasi Limbah adl konsep Produksi
Bersih (Cleaner Production), yg dicanangkan di Indonesia sejak
tahun 1995. Produksi Bersih merupakan strategi pengelolaan
lingk yg bersifat preventif & terpadu, yg perlu diterapkan secara
terus menerus pd proses produksi & daur hidup, dgn tujuan
mengurangi trjdnya risiko thd manusia & lingk (BAPEDAL
1996).

Inti dari pelaksanaan produksi bersih adl mencegah, mengurangi,


dan menghilangkan terbentuknya limbah & pencemar pd
sumbernya di seluruh daur hidup, yg dicapai dgn menerapkan
kebijaksanaan pencegahan, penguasaan teknologi bersih &
teknologi akrab lingk, serta perubahan mendasar dlm sikap atau
perilaku manajemen (BAPEDAL 1995).

Bila ditilik dari definisi-definisi di atas, jelas bahwa penekanannya


adl pada pencegahan pencemaran.
 U.S. Environmental Protection Agency (EPA)
mendefinisikan : Pencegahan Pencemaran adl penggunaan
bahan, proses, atau perlakuan yg
mengurangi/menghilangkan pembentukan pencema/ limbah
pd sumbernya. Ini termasuk pengurangan penggunaan
Bahan Beracun & Berbahaya (B-3), energi, air, atau
sumberdaya lainnya, serta perlakuan yg melindungi
sumberdaya alam melalui konservasi atau penggunaan yg
lebih efisien.
 Pencegahan pencemaran merupakan pendekatan yg lebih
bersifat proaktif dlm menunjang pembangunan yg
berkelanjutan, merupakan penyelesaian masalah lingk yg
lebih sempurna (Freeman, 1995).

Keuntungan melaksanakan Produksi Bersih / Minimisasi Limbah :


(Roekmijati, 1996)
1. Penggunaan sumberdaya lebih efisien.
2. Efisiensi produksi meningkat.

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo II − 3


3. Mencegah / mengurangi terbentuknya limbah & bahan
pencemar pd umumnya.
4. Mencegah / mengurangi perpindahan pencemar antar media.
5. Mengurangi terjadinya risiko kesehatan manusia & kerusakan
lingk.
6. Mendorong dikembangkan & dilaksanakannya teknologi bersih
& produk akrab lingk.
7. Mengurangi biaya pentaatan hukum.
8. Menghindari / mengurangi biaya pembersihan lingk.
9. Meningkatkan daya saing internasional.
10. Pendekatan pengaturan bersifat fleksibel & sukarela.

Sehubungan dgn makin ketatnya persaingan di bidang


perdagangan internasional serta diterapkannya ISO seri 14000
ataupun berbagai sertifikasi lainnya, tidak ada pilihan lain bagi
industri u/ melaksanakan produksi bersih, karena selain memenuhi
permintaan konsumen internasional, juga meningkatkan efisiensi
produksi, yg berarti meningkatkan keuntungan. Berbagai conth
keuntungan yg diraih karena melaksanakan produksi bersih dibaca
pd beberapa artikel.

Pencegahan Pencemaran harus dilakukan sedini mungkin, sejak


dari Perancangan Produk, Pengembangan Proses, menyusul
Tahap Konstuksi & Tahap Operasi, & akhirnya Tahap Pasca
Operasi serta Tahap Purna Pakai. Pengembangan proses dimulai
dari uji laboratorium, uji bench-scale, pilot scale, disain konseptual
& tahap rekayasa awal proses.

Dgn mempertimbangkan masalah lingk yg mungkin timbul pd


tahap awal perancangan produk, dampak lingk pd saat proses
produksi, bahkan sejak pengembangan proses di laboratorium,
serta pd saat penggunaan bahan / barang & pengelolaan bahan
purna pakai dpt dikurangi. Perancangan produk perlu didasarkan
pd seluruh tahapan Daur Hidup (Life Cycle Stages). Daur hidup
produk dpt mjd pedoman sistem pelaksanaan pencegahan

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo II − 4


pencemaran secara total, karena dpt memberikan gambaran semua
akibat terhadap lingk yg berkaitan dgn produk. Dgn memfokuskan
pd sistem ini perancang dpt mencegah terjadinya perpindahan
dampak lingk negatif antar media (udara, air, tanah), serta antar
tahapan daur hidup. Gambar 3 (US-EPA, dlm Freeman, 1995)
menunjukkan diagram alir umum dari daur hidup produk yg
berbentuk siklus tertutup.

Gambar 2.3. Sistem daur hidup produk (US-EPA, dlm


Freeman, 1995)

Pengambilan bahan mentah meliputi penambangan bahan yg tak


terbaharui & panenan biomasa. Bahan yg masih bersifat curah &
bercampur dgn bahan lain diproses mjd bahan dasar melalui
proses separasi atau pemurnian, conth: bauxit mjd aluminium, atau
minyak bumi yg keluar dari perut bumi dipisahkan dari air
terproduksi mjd minyak mentah yg siap dikirim ke kilang minyak.

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo II − 5


* Proses ini dpt terjadi beberapa tahap, misalnya dlm kilang
minyak dilakukan fraksionasi atau pengolahan lain mjd fraksi-
fraksi minyak bumi yg digunakan u/ berbagai keperluan. Beberapa
bahan dasar digabung melalui proses fisis atau kimiawi mjd bahan
tertentu u/ digunakan lebih lanjut mjd based engineered
materials, misalnya polimerisasi etilen mjd pellet polietilen.
Bahan ini selanjutnya dimanufaktur mjd bagian-bagian barang
melalui berbagai tahapan fabrikasi, & bagian-bagian barang dirakit
mjd produk akhir (Keoleian dlm Freeman, 1995).

Bahan dijual ke konsumen yg menggunakan atau mengkonsumsi u/


berbagai keperluan. Pd suatu saat pengguna produk atau
barang/alat merasa tidak lagi dpt menggunakan terus karena
dianggap telah rusak atau tidak dpt direparasi lagi, sehingga
merupakan barang bekas yg dpt dianggap oleh si pengguna
sebagai limbah. Namun limbah bagi si pengguna, mungkin
merupakan barang / bahan yg berguna bagi pihak lain. Barang
bekas masih memungkinkan u/ didaur ulang, baik oleh produsen,
pengguna ataupun pihak lain. Bahan atau energi dpt didaur ulang
dgn berbagai cara, misalnya composting, insinerasi atau pirolisis.
Bahan/barang dpt didaur ulang mjd bahan/barang yg sama
beberapa kali (siklus tertutup) atau digunakan u/ dijadikan produk
lain sebelum akhirnya dibuang (siklus terbuka) (Keoleian dlm
Freeman 1995)

Beberapa bahan tersisa yg dikeluarkan sepanjang daur hidup


dibebaskan dilingk, misalnya emisi kendaraan, tumpahan minyak,
air limbah. Bahan sisa perlu ditangani agar tidak menimbulkan
pencemaran lingk, misalnya air limbah diolah secara fisik, kimia
atau hayati. Bahan sisa akhir, seperti lumpur sisa pengolahan air
limbah, perlu ditangani dgn benar, misalnya pembuangan dlm
secured landfill. Bentuk akhir dari bahan sisa tergantung pd proses
penguraian yg terjadi.

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo II − 6


Dgn mempertimbangkan keseluruhan daur hidup produk, terjadilah
produksi bersih atau pencegahan pencemaran, serta terjadi
peningkatan efisiensi produksi maupun penggunaan sumberdaya
alam di seluruh daur hidup, yg berarti tercapai eco-efisiensi yg
tinggi menghasilkan sustainable product atau produk yg
ekoefisien..Sustainable product adl suatu produk u/ memenuhi
kebutuhan tertentu, yg menggunakan sejumlah bahan & energi yg
paling minimum, serta menghasilkan limbah yg paling minimum
dgn toksisitas serendah mungkin, di seluruh daur hidupnya
(Tischner 1998).

Setelah dilakukan perancangan produk & pengembangan proses


dgn benar, sampailah pd tahap konstruksi, & menyususl tahap
operasi. Sebelum dilakukan pembangunan pabrik atau tahap
konstruksi, perlu dilakukan berbagai kelayakan, yaitu kelayakan
teknis, ekonomi, & lingk. Kelayakan lingk melalui proses Analisis
Mengenai Dampak Lingk. (AMDAL). Dlm tahap operasi
pengelolaan limbah mutlak perlu, dgn menerapkan minimisasi
limbah yg berbagai tindakan yg perlu dilakukan dpt dilihat pd
Gambar 2.2, sedang bahasan secara rici dibahas pd bab-bab
berikut.

Pustaka :

1. Anon., Rencana Pelaksanaan Produksi Bersih. BAPEDAL.


Jakarta, 1996.
2. Burtner R.S., Pollution Prevention in process development
and design, Industrial Pollution Prevention Handbook,
Editor : H.M. Freeman. McGraw-Hill, Inc., New York.
1995..
3. Keoleian, G.A. Pollution Prevention through Live–Cycle
Design, Industrial Pollution Prevention Handbook, Editor :
H.M. Freeman. McGraw-Hill, Inc., New York. 1995..
4. Peraturan-peraturan tentang limbah.

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo II − 7


5. Roekmijati W.S. Pencegahan & Pengendalian Pencemaran
dlm Industri. Jakarta 2000.
6. Tischner, U. 1998. Sustainability by design. New Targets and
New Tools for Designers. Eco-design Workshop. Mannheim.
1998.

TGP Pencegahan Pencemaran/Pengelolaan Limbah : Roekmijati W. Soemantojo II − 8

Anda mungkin juga menyukai