Anda di halaman 1dari 2

Pertemuan :X

Bahan Alkitab : Amsal 9:10-13


Tema : “Perempuan Cerewet”

PENDAHULUAN
Amsal kali ini mempunyai pengalaman unik, khususnya dalam relasi dengan kaum perempuan.
Dalam pengajarannya tentang takut akan Tuhan dan bagaimana menjadi orang yang penuh hikmat, Amsal
memberikan penghargaan atau upah dari orang yang takut akan Tuhan, yaitu umurmu diperpajang (Amsal
9:10-11). Setelah itu Amsal memberikan contoh yang sangat sederhana dari kehidupan orang yang takut akan
Tuhan. Amsal mengatakan, “Perempuan bebal cerewet, sangat tidak berpengalaman ia, dan tidak tahu malu”
(Amsal 9:13). Tentunya ayat ini bisa membuat perasaan kaum Hawa tersinggung dan sakit hati! Mengapa
disebutkan “perempuan” dan bukan “laki-laki”, apakah memang yang bebal dan cerewet adalah golongan
perempuan?

ISI
Banyak laki-laki yang lebih bebal dan lebih cerewet daripada perempuan. Banyak perempuan yang
tenang, diam, mampu menguasai diri, sopan, pandai, penuh hikmat, dan bijak. Bahkan tidak sedikit
perempuan yang menolong dan mengatur kehidupan keluarganya dengan baik; yang membawa suaminya
bertobat dan menjalani hidup yang benar. Dengan demikian, ketika kita membaca ayat itu, bukan berarti laki-
laki lebih baik daripada perempuan, karena perempuan itu bebal dan cerewet! Tentunya bukan dalam
pengertian yang demikian. Amsal dalam pengalaman hidupnya menemukan bahwa ada perempuan yang
bebal, yang juga sama bebalnya dengan laki-laki. Perempuan bebal dan masih ditambah dengan cerewet.
Bebal mempunyai arti melakukan apa saja menurut kehendak diri sendiri; tidak peduli orang lain
yang mengingatkannya. Orang bebal selalu merasa dirinya yang paling benar dan semua salah. Orang bebal
biasanya keras kepala atau kepala batu … sama sekali tidak mau menerima perkataan, anjuran, dan nasihat
dari orang lain. Sedangkan cerewet adalah orang yang suka bicara melampaui batas urusannya. Orang ini
selalu ikut campur urusan orang lain. Ia menguasai semua pembicaraan yang ada dan mampu
mengembangkan percakapan yang sederhana menjadi besar tetapi tidak bermakna. Ia seperti orang yang
menguasai segala masalah, mahatahu, padahal tidak tahu masalah sebenarnya. Ia bisa menjadi orang yang
memengaruhi dan terlibat dalam urusan yang sebenarnya bukan urusannya.
Apa saja ikut campur! Ia ikut campur bukan untuk menyelesaikan masalah, melainkan justru
membuat semakin runyam, maka Amsal mengatakan orang yang demikian tidak berpengalaman dan tidak
tahu malu.

PENUTUP
Menjadi orang yang takut akan Tuhan dapat dimulai dari mengontrol sikap diri dalam berkata-kata
kepada orang lain, yaitu mampu berkata tepat pada waktunya serta memberikan kata-kata yang membangun
dan penuh kasih.
Pokok Doa:

 Tuhan, tolonglah aku untuk mampu menguasai diri dan kelemahanku, karena sering kali dalam
percakapan aku cenderung menguasai semua percakapan bersama teman-temanku. Terkadang aku
sadar tetapi sering juga banyak hal tidak kusadari, bahkan aku tidak merasa kalau itu menjadi batu
sandungan bagi teman-teman. Terlebih lagi aku orang yang tidak mudah menerima pendapat orang
lain, apalagi kalau aku ditegur, diingatkan, diberitahu kesalahanku, aku masih sering membela diri.
Ampunilah aku, Tuhan. Ajarlah aku menguasai diriku dan menjaga lidah-bibirku agar tidak menjadi
batu sandungan.

2. Tuhan, tolonglah kami sebagai gereja, terkadang kami merasa bahwa diri kami yang paling benar dan
orang lain salah. Kami begitu sulit menerima peringatan dari orang lain, apalagi sesama jemaat gereja.
Ampunilah kami karena gereja terkadang menjadi wadah merumpi, merasani, menebar gosip, atau
membicarakan orang lain. Ampuni kami sebagai pengurus komisi, bidang, atau departeman yang
begitu mudah membicarakan orang lain, sehingga gereja menjadi batu sandungan. Ubahlah kami
Tuhan supaya gereja menjadi wadah yang mendatangkan berkat, pemulihan diri, keselamatan dari
mereka yang belum mengenal kasih karunia-Mu.

Anda mungkin juga menyukai