Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

4.1 Persiapan Adsorben Cangkang Gonggong


Cangkang gonggong yang telah dikumpulkan dicuci bersih dan
dikeringkan dengan matahari. Selanjutnya cangkang gonggong yang telah kering
dihancurkan menggunakan mesin hot press. Setelah hancur berbentuk potongan
kecil kecil, cangkang gonggong di crushing agar menjadi bubuk menggunakan
alat rod mill. Bubuk yang dihasilkan, diayak sampai menghasilkan ukuran 140
mesh.
Langkah selanjutnya adalah dengan menentukan suhu optimum yang
akan di pakai pada penelitian ini. Pertama, sampel cangkang gonggong yang
dihasilkan, di masukkan sebanyak 5 gram setiap sampelnya kedalam suhu 110°C,
500°C, dan 800°C. Kemudian dikeringkan menggunakan oven dengan suhu
110°C dan furnance dengan suhu 500°C dan 800°C selama 4 jam. Seperti yang
terlihat pada Gambar 4.1 yaitu :

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 4.1 (a) Adsorben tanpa aktivasi; (b) Adsorben teraktivasi suhu 110°C;
(c) Adsorben teraktivasi suhu 500°C; (d) Adsorben suhu 800°C

26
27

Adsorben yang dihasilkan pada suhu aktivasi 110°C memiliki bentuk


butiran halus dan warna yang sama dengan tanpa aktivasi atau sebelum
pemanasan. Hal ini dikarenakan belum adanya proses kalsinasi – karbonasi,
belum adanya perubahan sifat dari cangkang gonggong tersebut.
Adsorben yang dihasilkan pada suhu aktivasi 500°C setelah pemanasan
didalam furnance selama 4 jam memiliki perubahan warna dari sebelum
pemanasan yaitu abu kehitaman yang merupakan hasil dari proses karbonasi.
Pada aktivasi 800°C cangkang gonggong yang telah di furnance
memiliki warna putih tulang seperti proses sebelum pemanasan. Hal ini
dikarenakan telah terjadi proses kalsinasi, yaitu tidak terlihat lagi adsorben yang
berwarna kehitaman akibat pemanasan.
Langkah selanjutnya adalah pengujian dengan membandingkan suhu
aktivasi 110°C, 500°C dan 800°C, untuk mendapatkan suhu optimum, dengan
tujuan untuk dibandingkan dengan adsorben cangkang gonggong tanpa aktivasi.
Dilanjutkan dengan proses identifikasi material cangkang gonggong
menggunakan alat Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) untuk
mengetahui gugus fungsi yang ada pada adsorben aktivasi suhu optimum dan
tanpa aktivasi.
Pada tahap akhir, pengujian yang dilakukan untuk mendapatkan
massa,waktu dan pH optimum pada penyerapan logam Timbal (Pb 2+) buatan akan
digunakan untuk mengetahui kemampuan penjerapan adsorben pada variasi
konsentrasi yang mengacu pada SNI 6989.8.2009 tentang Cara Uji Timbal (Pb)
Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) – nyala. Selanjutnya, melakukan
perhitungan pemodelan isoterm Langmuir dan Freundlich untuk mengetahui
penyerapan maksimum pada adsorben cangkang gonggong terhadap logam berat
Timbal (Pb2+) buatan.
28

4.2 Uji Aktivasi Suhu Optimum


Pada uji aktivasi suhu optimum dilakukan percobaan dengan
menambahkan adsorben cangkang gonggong sebanyak 50 mg untuk aktivasi suhu
110°C,500°C dan 800°C dan tanpa aktivasi yang dimasukkan kedalam gelas
erlenmayer 250 ml yang berisi larutam logam timbal (Pb) dengan konsentrasi 10
ppm sebanyak 50 ml pada kondisi pH 6 dengan pengaturan pH menggunakan
larutan HNO3 dan NaOH dan dilakukan pengadukan 120 menit dan kecepatannya
150 rpm dengan menggunakan magnetic stirrer. Kemudian dilakukan penyaringan
dengan pemakaian kertas saring no.42 untuk memisahkan adsorben dengan
larutan sebelum dilakukan pengujian AAS.
Tabel 4.1 Data Uji Aktivasi Suhu Adsorben Cangkang Gonggong
Aktivasi Suhu
Konsentrasi Konsentrasi
Massa % pH pH
Sampel Awal Akhir
(gr) Removal Awal Akhir
(mg/l) (mg/l)
Non Aktivasi 0,05 9,7 0,198 97,97 6,03 7,6
110°C 0,05 9,7 0,234 97,60 6,05 7,6
500°C 0,05 9,7 0,161 98,35 6,04 7,7
800°C 0,05 9,7 0,393 95,97 6,01 7,5

99.00%
98.50%
98.00%
97.50%
% Removal

97.00%
96.50%
96.00%
95.50%
95.00%
94.50%
Non Act 110 500 800
Non Act 110 500 800 97.97% 97.60% 98.35% 95.97%

Gambar 4.2 Grafik Uji Suhu Aktivasi Adsorben Gonggong


29

Dari hasil uji suhu aktivasi adsorben cangkang gonggong dalam


penyerapan timbal (Pb) bahwa didapatkan hasil uji suhu aktivasi optimum
terdapat pada suhu 500°C dapat dilihat dari Gambar 4.2 dibandingkan dengan
suhu aktivasi lainnya seperti 110°C, 800°C dan tanpa aktivasi. Hal ini
dikarenakan pengaruh dari proses aktivasi suhu dimana terbukanya pori–pori
adsorben akibat dari pemanasan adsorben yang meningkatkan daya serap
adsorben dan logam timbal (Pb2+) yang terjerap akan meningkat. Pada suhu
aktivasi 800°C terjadi penurunan dikarenakan luas permukaan adsorben pada
proses pengaktivan suhu telah tertutup karena peningkatan suhu diatas suhu
spesifiknya akan memutuskan ikatan antara ion logam timbal (Pb 2+) dengan
permukaan adsorben, oleh karena itu dalam penyerapan timbal dapat
mengadsorpsi kecil. Kenaikan daya adsorpsi pada suhu 500°C yang akan
digunakan sebagai suhu optimum dan dibandingkan dengan suhu tanpa aktivasi
pada logam timbal (Pb2+).

4.3 Karakterisasi Adsorben Cangkang Gonggong


4.3.1 Karakterisasi FTIR (Fourier Transform Infrared)
Karakterisasi dilakukan dengan cangkang gonggong dengan tujuan untuk
mengetahui karakter dan sifat yang akan diteliti. Ada beberapa cara untuk
mengkarakterisasi adsorben, yaitu dengan mengetahui bentuk adsorben, luas
permukaannya serta mengetahui kadar airnya. Pada penelitian ini, adsorben
cangkang gonggong ini akan dikarakterisasi menggunakan FTIR.
Tujuan dari FTIR adalah untuk mengetahui gugus fungsi yang ada pada
adsorben. Adsorben yang dipakai pada penelitian ini adalah cangkang gonggong
dalam menjerap logam timbal (Pb2+). Metode yang digunakan yaitu pengaktifan
suhu yang bertujuan untuk memperluas permukaan, dan membuang produksi
pengotor pada adsorben.
30

Tanpa Aktivasi
Aktivasi 500°C

Adsorben suhu 500°C Adsorben tanpa aktivasi


Gambar 4.3 Karakterisasi Adsorben Cangkang Gonggong Aktivasi Suhu
500°C dan tanpa aktivasi
Hasil dari uji FTIR pada Gambar 4.3 menunjukkan pada suhu tanpa
aktivasi dan suhu 500°C adanya pita dari gugus hidroksil (OH) pada bilangan
gelombang 3434,54 tanpa aktivasi dan 3468,56 aktivasi suhu 500°C. Pita ini
menunjukkan adanya gugus OH terisolasi yang merupakan situs basa yang
dibentuk melalui kalsinasi CaO (Kouzu et al, 2008). Gugus fungsi OH dengan
puncak tajam merupakan karakteristik dari CaO standar (Ruiz dkk, 2009). Adanya
gugus OH yang terkandung belum bisa dipastikan bahwa sampel yang diuji
merupakan CaO karena Ca(OH)2 juga merupakan dari karakteristik puncak tajam.
Menurut Granados dkk (2007) bahwa adanya gugus OH dari Ca(OH)2 sehingga
memungkinkan bahwa puncak tersebut menunjukkan keberadaan air yang
teradsorb pada permukaan CaO dimana CaO sangat mudah menyerap uap air dari
udara. Ukuran partikel CaO sangat mempengaruhi kapasitas penyerapan CO2,
dimana semakin kecil ukuran CaO maka akan semakin besar day adsorpsinya
terhadap CO2 dikarenakan luas permukaan yang semakin besar (Agrinier
dkk,2001). Gugus fungsi yang hilang pada gonggong aktivasi suhu 500 yaitu nitril
(C = N), asam karboksilat (C – O) dan cincin aromatik (C–H) dikarenakan proses
aktviasi suhu yang berlangsung.
31

Tabel 4.2 Interpretasi Gugus Fungsi FTIR Cangkang Gonggong

Frekuensi Frekuensi
Range Frekuensi
(cm-1) (cm-1) Gugus Senyawa
(cm -1) Gonggong Gonggong
Tanpa Aktivasi
Aktivasi

3520 – 3320 3434,54 3468,56 NH2 Primary Amides


2990 -2850 2919,41 2874,07 CH3 and CH2 Aliphatic Compounds
2750 – 2350 2521,43 2512,46 NH3+ Amines Hydrohalides
2410 – 2280 2359,38 PH Phosphines
1870 – 1650 1787,49 1797,32 C=O Carbonyl compounds
1440 – 1400 1437,65 OH Carboxylic ompounds
1565 – 1475 1478,75 NH Secondary amides
1150 – 1070 1082,54 C–O–C Aliphatic ethers
890 – 805 860,68 875,85 1,2,4 Trisubst benzenes
720 – 600 712,76 712,76 Ar – OH Phenols
700 - 590 699,79 O–C=O Carboxyxlic acids
(Sumber : Joseph B. Lambert, dkk. Introduction to organic spectroscopy,
Macmilan Publ. N. Y (1987))

4.3.2 Karakterisasi SEM (Scanning Electron Microscope)


SEM merupakan salah satu tipe mikroskop elektron yang mampu
menghasilkan resolusi tinggi dari gambaran suatu permukaan sampel. SEM
mempunyai karakteristik secara kualitatif dalam dua dimensi karena
menggunakan elektron sebagai pengganti gelombang cahaya serta berguna untuk
menentukan struktur permukaan sampel. Material yang dikarakterisasi SEM yaitu
berupa lapisan tipis yang memiliki ketebalan 20 µm dari permukaan. Gambar
topografi permukaan berupa tonjolan, lekukan dan ketebalan lapisan tipis dari
penampang melintangnya (Mulder,1996).
32

Karakterisasi dengan menggunakan SEM memungkinkan untuk


mengetahui bentuk dan bagaimana keadaan pori dari adsorben cangkang
gonggong. Hasil uji SEM dilakukan dengan perbesaran 10.000 kali dengan
perbandingan adsorben cangkang gonggong tanpa aktivasi dan aktivasi suhu
500°C. Dapat dilihat pada Gambar 4.4 untuk pengujian SEM pada adsorben
cangkang gonggong tanpa aktivasi dan Gambar 4.5 aktivasi suhu 500°C yaitu :

Gambar 4.4 Uji SEM Tanpa Aktivasi dengan Perbesaran 10.000x

Gambar 4.5 Uji SEM Aktivasi Suhu 500°C dengan Perbesaran 10.000x
33

Dapat dilihat bahwa adanya perbedaan bentuk pada permukaan adsorben


cangkang gonggong yaitu, terlihat pada adsorben cangkang gonggong tanpa
aktivasi memiliki permukaan pori yang lebih besar dibanding suhu aktivasi 500°C
yang telah diperbesar 10.000 x. Namun untuk mengetahui komposisi adsorben
cangkang gonggong tanpa aktivasi dan aktivasi suhu 500°C dapat dilihat dari
Gambar 4.6 hasil uji EDS tanpa aktivasi dan Gambar 4.7 hasi uji EDS suhu
aktivasi 500°C yaitu :

Gambar 4.6 Hasil Uji EDS Tanpa Aktivasi

Gambar 4.7 Hasil Uji EDS Suhu Aktivasi 500°C


34

Berdasarkan komposisi unsur hasil spektrum EDS pada Gambar 4.6


tanpa aktivasi unsur yang terkandung yaitu Oksigen (O) 80,00%, Kalsium (Ca)
20% dan Terulium (Te) 0% diperkirakan telah terjadi proses oksidasi. Pada
Gambar 4.7 menunjukkan hasil untuk uji EDS aktivasi suhu 500°C unsur yang
dimiliki yaitu O 79,9%, Ca 20,1% dan Te 0%, dari kedua gambar tersebut hanya
memiliki sedikit perbedaan dalam komposisi yaitu pada O 0,01% dan Ca 0,1 %.

4.4 Uji Massa Optimum


Selanjutnya masukkan kedalam gelas beaker 250 ml dengan pengaturan
pH 6 dan dilakukan pengadukan selama 120 menit pada kecepatan 150 rpm
menggunakan magnetic stirrer, untuk mengontrol pH gunakan larutan HNO 3 dan
NaOH. Tahap akhir sebelum dilakukan pengujian AAS yaitu dengan melakukan
penyaringan menggunakan kertas saring no.42 untuk memisahkan adsorben
larutan. Cara kerja tersebut dilakukan untuk aktivasi maupun tanpa aktivasi pada
adsorben cangkang gonggong.
Tabel 4.3 Data Uji Massa Adsorben Gonggong
Gonggong Tanpa Aktivasi Suhu
Konsentrasi Konsentrasi
Massa % pH pH
No. Awal Akhir
(gr) Removal Awal Akhir
(mg/l) (mg/l)
1 0,05 10,8 0,201 98,14 6 6,8
2 0,1 10,8 0,158 98,54 6,03 6,9
3 0,2 10,8 0,116 98,93 6,04 6,9
4 0,3 10,8 0,082 99,24 6,02 6,9
5 0,4 10,8 0,039 99,64 6,01 6,9
Gonggong Teraktivasi 500°C
1 0,05 10,8 0,321 97,03 6,02 7,1
2 0,1 10,8 0,19 98,24 6,03 7,0
3 0,2 10,8 0,159 98,53 6,04 7,0
4 0,3 10,8 0,088 99,19 6,02 6,8
5 0,4 10,8 0,02 99,81 6,02 6,8
35

Dari Tabel 4.3 dan Gambar 4.4 ini menunjukkan bahwa daya adsorpsi
terbesar pada massa 0,4 gram pada adsorben tanpa aktivasi dengan removal
99,64% dan 0,4 gram pada adsorben suhu aktivasi removal 99,81%. Dapat dilihat
dari jumlah logam timbal (Pb2+) yang terjerap pada variasi massa yang telah
dilakukan, bahwa semakin berat massa adsorben cangkang gonggong maka
jumlah logam timbal (Pb2+) yang terjerap efisiensinya semakin tinggi.
100.50%
100.00%
99.50%
99.00%
% Removal Pb

98.50%
98.00%
97.50% Teraktivasi
97.00% Tanpa Aktivasi
96.50%
96.00%
95.50%
0.1 0.2 0.3 0.4
Massa (gr)

Gambar 4.8 Grafik Uji Massa Adsorben Gonggong


Terlihat pada Gambar 4.8 bahwa dari kedua grafik tersebut semakin berat
massa adsorben maka semakin besar logam timbal (Pb 2+) yang terjerap. Dari
kedua grafik diatas, terlihat adsorben dalam menjerap logam timbal (Pb 2+) lebih
besar removal tanpa aktivasi dibandingkan aktivasi suhu 500°C. Pada pengujian
selanjutnya, massa yang digunakan adalah 50 mg dengan tingkat kemampuan
adsorben tanpa aktivasi 98% dan 97% aktivasi, dikarenakan pada massa tersebut
sudah mampu melakukan penjerapan dengan baik, dan dapat efisien dalam
penggunaan adsroben cangkang gonggong.

4.5 Uji pH Optimum


Selanjutnya dilakukan pengujian pH optimum dengan memasukkan
massa optimum 50 mg dan dimasukkan kedalam beaker gelas 250 ml yang berisi
larutan logam timbal (Pb2+) dengan konsentrasi 10 ppm sebanyak 50 ml. Variasi
uji pH dilakukan dengan bermacam variasi diantaranya 4, 5, 6, 7 dan 8 dengan
36

pengaturan pH menggunakan larutan NaOH dan HNO3 dengan pengadukan


dilakukan selama 120 menit dengan kecepatan 150 rpm dan menggunakan
magnetic stirrer. Selanjutnya, dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas
saring no.42 untuk memisahkan adsorben dengan larutan sebelum pengujian AAS
dengan panjang gelombang217 nm untuk logam timbal (Pb).
Tabel 4.4 Data Uji pH Optimum Adsorben Gonggong
Gonggong Tanpa Aktivasi
Konsentrasi Konsentrasi
Massa pH pH 60 120 %
No Awal Akhir
(gr) Rencana Awal menit menit Removal
(mg/l) (mg/l)
1 0,05 4 4 4,06 6,72 9,7 1,042 89,31
2 0,05 5 5,01 5 6,94 9,7 0,964 90,11
3 0,05 6 6,01 6 7,47 9,7 0,904 90,72
4 0,05 7 7 7 7,97 9,7 1,051 89,21
5 0,05 8 8 8,02 8,24 9,7 0,994 89,80
Gonggong Teraktivasi 500
Konsentrasi Konsentrasi
Massa pH pH 60 120 %
No. Awal Akhir
(gr) Rencana Awal menit menit Removal
(mg/l) (mg/l)
1 0,05 4 4,06 4,02 6,57 9,7 1,041 89,32
2 0,05 5 5 5,01 6,74 9,7 0,971 90,03
3 0,05 6 6 6,03 7,22 9,7 0,867 91,10
4 0,05 7 7 7 7,52 9,7 0,941 90,34
5 0,05 8 8 8 8,16 9,7 0,997 89,77

Setiap 60 menit dalam 120 menit dilakukan pengecekan pH agar tetap


stabil dengan pH yang diinginkan. Terlihat pada tabel 4.4 bahwa serapan timbal
dipengaruhi oleh pH awal larutan, hal ini dapat terlihat pada pH 4 menunjukkan
bahwa penyerapan timbal lebih kecil dibandingkan dengan penyerapan pH
lainnya. Terjadinya penyerapan timbal lebih kecil mungkin disebabkan yaitu pada
pH rendah gugus fungsional pada permukaan cangkang gonggong dikelilingi oleh
asam atau ion H+, kemudian adanya persaingan antara H+ dengan Pb2+ untuk
berinteraksi dengan gugus fungsional pada permukaan cangkang gonggong, dan
adanya pengaruh cangkang gonggong mengandung banyak kalsium (CaO) dan
bersifat basa. Pada pH 7–8 peningkatan serapan timbal relatif tidak terlalu besar
37

dan mengalami penurunan hingga serapan cangkang gonggong yang optimum


terjadi pada pH 6.
91.50%
% Removal Pb 91.00%

90.50%

90.00%

89.50%

89.00%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pH

Gonggong Tanpa Aktivasi Gonggong Teraktivasi 500

Gambar 4.9 Grafik Uji pH Adsorben Gonggong


Dari Tabel 4.4 dan Gambar 4.9 dapat disimpulkan bahwa dari pH 4 – 6
mengalami peningkatan dan semakin tinggi dalam penyerapan logam timbal
(Pb2+). Hal ini dikarenakan jumlah ion H+ berkurang dan permukaan cangkang
gonggong terionisasi dengan melepas ion H+ dan permukaan cangkang gonggong
menjadi negatif. Pada pH 7 dan 8 pH mengalami penurunan dalam penyerapan
logam timbal(Pb2+) dikarenakan telah terjadi pembentukan Pb(OH) 2 yang
mengendap. Sehingga pada peneltian digunakan pH optimum yaitu pada pH 6
dengan kemampuan adsorben removal 90,72% adsorben tanpa aktivasi dan
91,10% adsorben suhu aktivasi.

4.6 Uji Waktu Kontak Optimum


Massa yang digunakan dari sebelumnya adalah 50 mg dan dimasukkan
kedalam gelas beaker 250 ml yang berisi larutan logam timbal (Pb 2+) sebanyak 50
ml dengan pengaturan pH 6 dengan konsentrasi 10 ppm. Variasi waktu yang
digunakan yaitu 15, 30, 60, 90 dan 120 menit pada pengadukan 150 rpm dengan
menggunakan alat magnetic stirrer dan Selanjutnya dilakukan penyaringan untuk
memisahkan adsorben gonggong dengan larutan dengan menggunkan kertas sarin
no.42 sebelum melakukan pengujian AAS.
38

Tabel 4.5 Data Uji Waktu Kontak Adsorben Gonggong


Aktivasi suhu 500
Konsentrasi
Massa Waktu pH pH pH Konsentrasi %
No. Akhir
(gr) (menit) Rencana Awal Akhir Awal (mg/l) Removal
(mg/l)
1 0,05 15 6 6,07 7,6 9,7 0 100,00
2 0,05 30 6 6,03 7,56 9,7 0 100,00
3 0,05 60 6 6 7,32 9,7 0 100,00
4 0,05 90 6 6,02 7,2 9,7 0 100,00
5 0,05 120 6 6,02 7,32 9,7 0 100,00
Tanpa Aktivasi
Konsentrasi
Massa Waktu pH pH pH Konsentrasi %
No. Akhir
(gr) (menit) Rencana Awal Akhir Awal (mg/l) Removal
(mg/l)
1 0,05 15 6 6 7,47 9,7 0 100,00
2 0,05 30 6 6 7,46 9,7 0 100,00
3 0,05 60 6 6 7,47 9,7 0 100,00
4 0,05 90 6 6 7,37 9,7 0 100,00
5 0,05 120 6 6 7,43 9,7 0 100,00

Hasil pengujian variasi waktu kontak adsorben cangkang gonggong pada


larutan logam timbal (Pb2+) dapat dilihat pada Tabel 4.5 bahwa removal telah
terserap 100%. Hal ini kemungkinan telah terjerap adsorben cangkang gonggong
semuanya, karena massa yang kecil yaitu 50 mg, dan juga bisa telah mengalami
pengendapan dikarenakan uji waktu kontak terlalu lama. Pengendapan ini
mempengaruhi interaksi cangkang gonggong dengan ion timbal (Pb) dalam
larutan dimana semakin banyak ion timbal (pb) lebih dulu mengalami
pengendapan di dalam larutan semakin berkurang, sehingga ion timbal (Pb) yang
terserap oleh cangkang gonggong semakin berkurang, maka serapan yang terukur
akan meningkat. tingginya serapan oleh cangkang gonggong bukan disebabkan
karena penyerapan oleh cangkang gonggong melainkain karena lebih dulu
mengendap. Pada penelitian selanjutnya digunakan sebagai waktu optimum yaitu
15 menit dikarenakan pada uji efsiensi akan menggunakan konsentrasi logam
timbal (Pb2+) yang lebih tinggi sehingga dipilih waktu yang paling lama untuk
hasil yang lebih optimum.
39

4.7 Uji Efisiensi Kemampuan Adsorben


Uji efisiensi kemampuan adsorben dilakukan dengan variasi konsentrasi
larutan logam timbal (Pb2+) yaitu 50, 100, 150, 200, 250 dan 300 ppm sebanyak
50 ml dengan massa optimum 50 mg, dengan pengaturan pH 6 dan waktu
pengadukan dilakukan selama 120 menit dengan kecepatan 150 rpm. Selanjutnya,
melakukan penyaringan sebelum melakukan pengujian AAS dan dilanjutkan
dengan pembacaan data untuk melakukan kemampuan penyerapan maksimal
adsorben terhadap logam timbal (Pb2+) dari variasi konsentrasi. Langkah kerja
tersebut dilakukan baik untuk aktivasi maupun tanpa aktivasi pada adsorben
cangkang gonggong.
Tabel 4.6 Data Uji Variasi Konsentrasi Adsorben Gonggong
Gonggong Tanpa Aktivasi Suhu
Konsentrasi
Konsentrasi
Logam Cd Massa pH pH Removal
Inlet (ppm) Akhir
Rencana (gr) Awal Akhir %
(mg/l)
(mg/l)
50 54,115 0,05 6,00 6,00 0 100
100 100,8 0,05 6,00 6,00 5,297 95
150 123,41 0,05 6,00 6,00 5,947 94
200 183,39 0,05 6,00 6,00 6,291 95
250 252,915 0,05 6,00 6,00 10,488 94
300 305,375 0,05 6,00 6,00 14,628 95
Gonggong Aktivasi Suhu 500
Konsentrasi
Konsentrasi
Logam Cd Massa pH pH Removal
Inlet (ppm) Akhir
Rencana (gr) Awal Akhir %
(mg/l)
(mg/l)
50 54,115 0,05 6,00 6,00 0,816 98
100 100,8 0,05 6,00 6,00 5,123 95
150 123,41 0,05 6,00 6,00 8,97 93
200 183,39 0,05 6,00 6,00 0 100
250 252,915 0,05 6,00 6,00 0 100
300 305,375 0,05 6,00 6,00 20,43 93
40

102%
101%
100%
99%

%Removal
98%
97%
96%
95%
94%
93%
92%
0 100 200 300 400
Konsentrasi (ppm)

Gonggong Tanpa Aktivasi Suhu


Gonggong Aktivasi Suhu 500

Gambar 4.10 Grafik Uji Variasi Konsentrasi Adsorben Gonggong


Hasil percobaan variasi konsentrasi pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.10
menunjukkan pada konsentrasi 50–150 ppm semakin menurun dikarenakan
kemampuan adsorben berkurang dalam proses penjerapan. Pada konsentrasi 200
dan 250 suhu aktivasi 500°C mengalami peningkatan removal. Hal ini disebabkan
terjadi proses pengendapan, timbal (Pb) dimana serapan yang terukur akan
meningkat. Adsorben suhu tanpa aktivasi memiliki keunggulan dalam proses
penjerapan sampai konsentrasi 150 dengan removal 94% dibanding dengan
aktivasi dengan removal 93 %, dari Gambar 4.6 terlihat pada grafik bahwa antara
adsorben tanpa aktivasi maupun suhu aktivasi dalam penyerapan timbal hanya
berbeda 1% saja. Dapat disimpulkan bahwa adsorben tanpa aktivasi maupun suhu
aktivasi mampu menjerap logam timbal (Pb) dengan baik dengan konsentrasi
optimum pada 150 ppm.

4.8 Isoterm Adsorpsi Menggunakan Langmuir dan Freundlich


Model isoterm adsorpsi yang terjadi pada adsorben cangkang gonggong
terhadap logam timbal (Pb2+) dapat diketahui dengan melakukan pengujian
persamaan regresi linear isotorm adsorpsi langmuir yaitu dengan menghubungkan
antara nilai konsentrasi adsorbat pada saat kesetimbangan (Ce) serta konsentrasi
adsorbat saat kesetimbangan per banyaknya zat yang terjerap per satuan adsorben
41

(Ce/Qe) dan isoterm adsorpsi freundlich yaitu dengan memplotkan antara ln Ce dan ln Qe sehingga diperoleh persamaan
garis dan nilai regresi linear. Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi dalam proses adsorpsi yaitu luas permukaan adsorben, jenis
zat yang diserap, jenis adsorben, suhu adsorpsi, dan konsentrasinya.
Tabel 4.7 Perhitungan Isoterm Adsorpsi Langmuir pada Adsorben Cangkang Gonggong Tanpa Aktivasi
Variasi Konsentrasi Adsorban Tanpa Aktivasi Suhu
Langmuir
Variasi Massa Volume Konsentrasi Konsentrasi Selisih Presentase
Konsentrasi Adsorben Larutan Awal (C0) Akhir (Ce) (ΔC) penyisihan Massa
Qe
(mg/l) (mg) (ml) (mg/l) (mg/l) (mg/l) % Teradsobsi 1/Qe 1/Ce
(mg/g)
(x)
100 50 50 100,8 5,297 95,5 4,8 95,5 0,010 0,189
94,75
150 50 50 123,41 5,947 117,5 5,9 117,5 0,009 0,168
95,18
200 50 50 183,39 6,291 177,1 8,9 177,1 0,006 0,159
96,57
250 50 50 252,915 10,488 242,4 12,1 242,4 0,004 0,095
95,85
300 50 50 305,375 14,628 290,7 14,5 290,7 0,003 0,068
95,21
42

Tabel 4.8 Perhitungan Isoterm Adsorpsi Freundlich pada Adsorben Cangkang Gonggong Tanpa Aktivasi
Variasi Konsentrasi Adsorban Tanpa Aktivasi Suhu
Freundlich
Variasi Massa Volume Konsentrasi Konsentrasi Selisih Presentase
Konsentrasi Adsorben Larutan Awal (C0) Akhir (Ce) (ΔC) penyisihan Massa
Qe
(mg/l) (mg) (ml) (mg/l) (mg/l) (mg/l) % Teradsobsi Log Qe Log Ce
(mg/g)
(x)
100 50 50 100,8 5,297 95,5 4,8 95,5 1,980 0,724
94,75
150 50 50 123,41 5,947 117,5 5,9 117,5 2,070 0,774
95,18
200 50 50 183,39 6,291 177,1 8,9 177,1 2,248 0,799
96,57
250 50 50 252,915 10,488 242,4 12,1 242,4 2,385 1,021
95,85
300 50 50 305,375 14,628 290,7 14,5 290,7 2,464 1,165
95,21

Dari Tabel 4.7 dan Tabel 4.8 yang diolah berdasarkan model isoterm langmuir dan freundlich diperoleh kurva pada Gambar
4.7 dan Gambar 4.8 berikut :
43

Isotherm Langmuir
0.250
y = 15.709x + 0.0348
0.200 R² = 0.8294

0.150
1/ Qe

0.100

0.050

0.000
0.000 0.002 0.004 0.006 0.008 0.010 0.012
1/Ce
Variasi Konsentrasi Adsorban Tanpa Aktivasi Suhu
Linear (Variasi Konsentrasi Adsorban Tanpa Aktivasi Suhu)

Gambar 4.11 Grafik Isoterm Adsorpsi Langmuir pada Adsorben Cangkang


Gonggong Tanpa Aktivasi terhadap Timbal (Pb2+)
3.000
2.500
2.000 y = 1.0069x + 1.3265
Log Qe

R² = 0.8619
1.500
1.000
0.500
0.000
0.000 0.500 1.000 1.500
Log Ce

Variasi Konsentrasi Adsorban Tanpa Aktivasi Suhu

Linear (Variasi Konsentrasi Adsorban Tanpa Aktivasi


Suhu)
Gambar 4.12 Grafik Isoterm Adsorpsi Freundlich pada Adsorben Cangkang
Gonggong Tanpa Aktivasi terhadap Timbal (Pb2+)
Dari Gambar 4.10 dan Gambar 4.11 bahwa penentuan persamaan isoterm
adsorpsi Langmuir dan Freundlich dapat diketahui dengan cara melihat nilai R 2
yang mendekati 1. Hasil perbandingan nilai R2 dari persamaan isoterm adsorpsi
44

langmuir dan freundlich tanpa aktivasi menunjukkan bahwa persamaan isoterm freundlich memiliki nilai R 2 mendekati 1 yaitu
sebesar 0,8619, sedangkan nilai R2 isoterm adsorpsi langmuir hanya 0,8294. Dalam persamaan Freundlich diasumsikan bahwa
terdapat lebih dari satu lapisan (multilayer) dan sisinnya bersifat heterogen.
Tabel 4.9 Perhitungan Isoterm Adsorpsi Langmuir pada Adsorben Cangkang Gonggong Aktivasi Suhu 500°C
Variasi Konsentrasi Adsorban Aktivasi Suhu 500
Langmuir
Variasi Massa Volume Konsentrasi Konsentrasi Selisih Presentase
Konsentrasi Adsorben Larutan Awal (C0) Akhir (Ce) (ΔC) penyisihan Massa
Qe
(mg/l) (mg) (ml) (mg/l) (mg/l) (mg/l) % Teradsobsi 1/Qe 1/Ce
(mg/g)
(x)
50 50 50 54,115 0,816 53,3 2,665 53,3 0,019 1,225
98,49
100 50 50 100,8 5,123 95,7 4,784 95,7 0,010 0,195
94,92
150 50 50 123,41 8,97 114,4 5,722 114,4 0,009 0,111
92,73
200 50 50 183,39 0 183,4 9,170 183,4 0,005 #DIV/0!
100,00
250 50 50 252,915 0 252,9 12,646 252,9 0,004 #DIV/0!
100,00
300 50 50 305,375 20,43 284,9 14,247 284,9 0,004 0,049
93,31
45

Tabel 4.10 Perhitungan Isoterm Adsorpsi Freundlich pada Adsorben Cangkang Gonggong Aktivasi Suhu 500°C

Variasi Konsentrasi Adsorban Aktivasi Suhu


Freundlich
Variasi Massa Volume Konsentrasi Konsentrasi Selisih Presentase
Konsentrasi Adsorben Larutan Awal (C0) Akhir (Ce) (ΔC) penyisihan Massa
Qe
(mg/l) (mg) (ml) (mg/l) (mg/l) (mg/l) % Teradsobsi Log Qe Log Ce
(mg/g)
(x)
50 50 50 54,115 0,816 53,3 2,665 53,3 1,727 -0,088
98,49
100 50 50 100,8 5,123 95,7 4,784 95,7 1,981 0,710
94,92
150 50 50 123,41 8,97 114,4 5,722 114,4 2,059 0,953
92,73
200 50 50 183,39 0 183,4 9,170 183,4 2,263 #NUM!
100,00
250 50 50 252,915 0 252,9 12,646 252,9 2,403 #NUM!
100,00
300 50 50 305,375 20,43 284,9 14,247 284,9 2,455 1,310
93,31
46

Dari Tabel 4.9 dan Tabel 4.10 yang diolah berdasarkan isoterm adsorpsi
Langmuir dan Freundlich diperoleh kurva pada Gambar 4.9 dan Gambar 4.10
berikut:
0.025

0.020

0.015 y = 0.0112x + 0.0055


1/Qe

R² = 0.8741
0.010

0.005

0.000
-0.200 0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000 1.200 1.400
1/Ce

Variasi Konsentrasi Adsorban Aktivasi Suhu 500


Linear (Variasi Konsentrasi Adsorban Aktivasi Suhu 500)

Gambar 4.13 Grafik Isoterm Adsorpsi Langmuir pada Adsorben Cangkang


Gonggong Aktivasi Suhu 500°C terhadap Timbal (Pb2+)
3.000
2.500
2.000
Log Qe

y = 0.1347x + 2.0831
1.500 R² = 0.0823
1.000
0.500
0.000
-0.500 0.000 0.500 1.000 1.500
Log Ce

Variasi Konsentrasi Adsorban Aktivasi Suhu


Linear (Variasi Konsentrasi Adsorban Aktivasi Suhu)

Gambar 4.14 Grafik Isoterm Adsorpsi Freundlich pada Adsorben Cangkang


Gonggong Aktivasi Suhu 500°C terhadap Timbal (Pb2+)
47

Pada Gambar 4.12 dan Gambar 4.13 menunjukkan bahwa adsorben


cangkang gonggong aktivasi suhu 500°C, hasilnya lebih ke isoterm Langmuir
dengan nilai grafik Langmuir lebih besar dari nilai R 2 grafik Freundlich,yaitu nilai
Langmuir R2 = 0,8741 dan nilai Freundlich R2 = 0,0823. Hal ini menunjukan
bahwa proses adsorpsi yang terjadi membentuk 1 lapisan dan dalam penyerapan
hanya satu molekul adsorbet.
Tabel 4.11 Pemodelan Isoterm Adsorpsi Antara Adsorben Cangkang Gonggong
Tanpa Aktivasi dan Aktivasi Suhu 500°C

Langmuir Freundlich
Adsroben 2
Qm (mg/g) Kl R Kf (mg/g) 1/N R2
Tanpa
Aktivasi 28,736 2,103 0,8294 2,255 0,241 0,8619
Aktivasi 181,818 0,474 0,8741 2,440 0,252 0,0823

Pada persamaan freundlich dapat diasumsikan bahwa adsorben


mempunyai permukaan yang heterogen dan setiap molekul mempunyai
penyerapan yang berbeda – beda dalam energi pengikat pada tiap sisi dimana
proses adsorpsi di tiap sisi adsorpsi cendrung mengikuti persamaan isoterm
Freundlich. Oleh karena itu dalam penentuan adsorpsi maksimum cangkang
gonggong dihitung menggunakan isoterm Langmuir karena terdapat satu lapisan
yang teradsorpsi. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa daya serap maksimum
adalah 181,8 mg/g.

Anda mungkin juga menyukai