DASAR TEORI
Apabila harga S ini berharga positif berarti ada kerusakan (damaged) yang
pada umumnya dikarenakan adanya filtrate lumpur pemboran ynag meresap
kedalam formasi atau endapan lumpur (mud cake) disekeliling lubang bor
pada formasi produktif yang kita amati. Harga S yang negatif menunjukkan
perbaikan (stimulated), biasanya ini biasa setelah dilakukan pengasaman
(acidizing) atau perekahan (hydraulic fracturing).
2.2.1 Kerusakan sebelum tahap produksi.
Aktivitas yang dapat menimbulkan kerusakan pada formasi sebelum sumur
memasuki tahap produksi antara lain adalah operasi pemboran, penyemenan
dan komplesi/perforasi. Pada tahap ini, kerusakan terjadi karena adanya
pengaruh invasi dari filtrat dan invasi partikel padat yang masuk ke pori-pori
batuan formasi di sekitar lubang sumur.
Invasi filtrat yang terjadi berasal dari fluida yang digunakan pada
operasi seperti pemboran, penyemenan dan fluida komplesi. Kelemahan
dari formasi tertentu untuk terjadinya kerusakan oleh fluida asing besarnya
tergantung pada kandungan material solid/padatan di dalamnya, terutama
kandungan claynya. Adanya invasi fluida asing juga akan mengendapkan
padatan-padatan seperti garam-garam yang tidak dapat larut, aspalth atau
lilin (wax).
1. Endapan Scale
Scale merupakan kristalisasi dan pengendapan mineral yang
berasal dari hasil reaksi ion-ion yang terkandung dalam air formasi.
Pengendapan dapat terjadi di dalam pori-pori batuan formasi, lubang
sumur bahkan peralatan permukaan.
a. Penyebab terbentuknya endapan scale antara lain :
Bercampurnya dua jenis air yang berbeda
Terbentuk akibat bertemunya dua jenis fluida yang mempunyai
kandungan ion yang berbeda. Bila Ion-ion ini bercampur
kemungkinan akan bereaksi dan membentuk suatu komponen yang
tidak larut dan menjadi endapan scale.
Penurunan Tekanan
Pada saat air formasi mengalir dari reservoir menuju lubang sumur,
maka akan terjadi penurunan tekanan. Penurunan tekanan ini dapat
pula terjadi dari dasar sumur ke permukaan dari well head ke tanki
pengumpul. Penurunan tekanan ini akan menyebabkan terlepasnya
CO2 dan ion bikarbonat (HCO3-) dari larutan. Dengan terbebaskannya
gas CO2, sehingga akan menyebabkan berkurangnya kelarutan
CaCO3. Hal ini berarti penurunan tekanan pada suatu sistem akan
menyebabkan meningkatnya kemungkinan terbentuknya scale
CaCO3.
Perubahan Temperatur
Temperatur mempunyai pengaruh pada pembentukan semua tipe
scale, karena kelarutan suatu senyawa kimia sangat tergantung pada
temperatur. Pada saat terjadi perubahan (kenaikan) temperatur, maka
akan terjadi penguapan, sehingga terjadi perubahan kelarutan, dan hal
ini akan mengakibatkan terjadinya pembentukan scale.
2.2 STIMULASI
Stimulasi merupakan suatu metode untuk memperbaiki sumur – sumur
yang di sebabkan oleh kerusakan formasi maupun adanya endapan-endapan
di dalam sumur serta untuk menghilangkan pengaruh penurunan permeabilitas
formasi dalam upaya peningkatan laju produksi. stimulasi dapat dilakukan
dengan metode hydraulic fracturing dan acidizing.
Acidizing ini biasa dilakukan untuk menghilangkan pengaruh penurunan
permeabilitas formasi di sekitar lubang sumur ( kerusakan formasi) dengan
cara memperbesar pori batuan dan melarutkan partikel-partikel penyumbat
pori-pori batuan. Berdasarkan penggunaannya, Acidizing dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu pencucian asam (acid
washing), pengasaman matrix ( matrix acidizing), perekahan asam ( fracturing
acidizing).
Hydraulic Fracturing adalah suatu proses perekahan batuan pada suatu
lapisan formasi dengan cara memompakan fluida perekah dengan tekanan
tinggi sehingga dapat merekahkan batuan formasi. Rekahan yang dihasilkan
oleh propan agar tidak menutup kembali.
Dampak dari stimulasi yaitu menimbulkan terbentuknya rekahan (fracture)
atau pelarutan partikel penyumbat pada ruang pori-pori batuan.
a. Mineral Acid
Inorganic Acid terbagi menjadi dua jenis asam, yaitu asam
hydrochloric (HCl) dan asam hydrochloric-hydrofuoric (HF-HCl) atau
biasa disebut dengan mud acid.
Asam Hydrochloric (HCl)
Hydrochloric acid adalah asam yang paling sering digunakan untuk
acidizing stimulasi sumur minyak pada formasi karbonat. HCl biasanya
digunakan dengan konsentrasi 3%-28%. Konsentrasi yang rendah
berkisar 3-7,5% HCL biasanya digunakan untuk menghilangkan salt
plugs dan emulsi, dan memindahkan connate water untuk mencegah
formasi dari sodium dan potassium fluosilicate (material yang dapat
menyebabkan penyumbatan pada formasi). Konsentrasi yang tinggi
dipilih untuk mendapatkan reaksi yang lebih lama dan untuk
membentuk flow channels yang lebih besar. Konsentrasi yang biasa
digunakan untuk pengasaman pada formasi batu gamping dan dolomite
adalah konsentrasi 15% HCl. Sedangkan untuk pengasaman batupasir
dapat digunakan 5-7% HCl. Konsentrasi HCl yang tersedia dari pabrik
umumnya HCl dengan konsentrasi 32%, sehingga harus dilarutkan
terlebih dahulu sesuai kebutuhan.
Hydrochloric acid memiliki kekurangan yang mendasar yaitu
sifatnya sangat reaktif, Asam ini memiliki sifat korosifitas tertinggi
pada peralatan peralatan dalam lubang sumur, sifat korosif yang sangat
signifikan dan sulit untuk mengontrol pada temperatur tinggi diatas
250 oF. Oleh karena itu agar temperatur tidak melebihi tingkat
korosifitasnya, maka pada penggunaan asam HCl ditambahkan
additive yaitu corrosion inhibitor sebagai pencegah korosi. Selain itu
asam HCl juga harus ditangani secara hati-hati karena pada konsentrasi
yang tinggi larutan ini dapat terbakar.
Tabel 2.1.
Reaksi Antara HCl Dengan Beberapa Mineral Batuan
(Economides and Nolte, 1993)
Calcite/limestone
2HCl + CaCO3 → CaCl2 + CO2 + H2O
Calcium Chloride Carbon dioxide Water
Dolmite
4HCl + CaMg(CO3)2 → CaCl2 + MgCl2 + CO2 + H2O
Calcium Chloride Maagesium Chloride Carbon Dioxide Water
Sand/silica/quarts
HCl + SiO2 → tidak bereaksi
Siderite
2HCl + FeCO3 → FeCl2 + CO2 + H2O
Ferrous Chloride Carbon Dioxide Water
Ferrous sulfide
2HCl + FeS → FeCl2 + H2S
Ferrous Chloride Hydrogen Sulfide
Ferric oxide
6HCl + Fe2O3 → 2FeCl3 + 3H2O
Ferric Chloride Water
hydrochloric-Hydrofluoric (HCl-HF)
Hydrofluoric Acid termasuk dalam inorganic acid. Dalam stimulasi,
hydrofluoric umumnya dikombinasikan dengan hydrochloric acid
(HCL). Asam HF tersedia dalam larutan dengan konsentrasi antara 40-
70%. Dalam penggunaannya pada operasi pengasaman, asam ini biasa
dikombinasikan dengan asam HCl. Campuran kedua jenis asam ini bisa
didapatkan dengan melarutkan campuran dari asam-asam
berkonsentrasi tinggi dengan air atau menambahkan garam-garam
fluoride ke dalam larutan asam HCl. Garam akan menjadi asam HF Jika
dilarutkan kedalam asam HCl. Asam Hydrochloric-Hydrofluoric sering
disebut juga mud acid. Mud Acid ditujukan pemakaiannya untuk
Pengasaman pada batu pasir karena dapat melarutkan atau bereaksi
dengan material Silika, seprti Clay, Silt, atau Lumpur Pemboran. Faktor
biaya dan kemungkinan terjadinya endapan membuat campuran HF-
HCl tidak digunakan untuk formasi karbonat. Komposisi masing-
masing asam dalam campuran dapat bervariasi tergantung pemakai
dalam menggunakannya.
b. Organic Acid
Organik acid terdiri dari asam acetic (CH3COOH) dan asam
formic (HCOOH). Keuntungan asam ini adalah biasa digunakan karena
memiliki laju korosi yang lebih rendah dan lebih kuat terhadap
temperatur yang tinggi dibanding hydrochloric acid.
Tabel II-2.
Reaksi Antara HF Dengan Beberapa Mineral Batuan.
(Economides and Nolte, 1993)
Calcite/limestone
2HF + CaCO3 → CaF2 + CO2 + H2O
Dolomite
4HF + CaMg(CO3)2 → CaF2 + MgF + 2CO2 + 2H2O
Sand/silica/quartz
6HF + SiO2 → H2SiF6 + 2H2O
4HF + SiO2 → SiF4 + 2H2O
2HF + SiF4 → H2SiF6
Silicat/feldspar
8HF + Na4SiO4 → SiF4 + 4NaF + 4H2O
2HF + SiF4 → H2SiF6
Albite (sodium feldspar)
14HF + NaAlSi3O8 + 2H+ → Na+ + AlF2+ + 3SiF4 + 8H2O
Orthoclase (potassium feldspar)
14HF + KalSi3O8 + 2H+ → K+ + AlF2+ + 3SiF4 + 8H2O
Kaolinite
24HF + Al4Si4O10(OH)8 + 4H+ → 4AlF2+ + 4SiF4 + 18H2O
18HF + Al2SiO2O5(OH)4 → 2H2SiF6 + 2AlF3 + 9H2O
Monmorilonite
40HF + Al4Si8O20(OH)4 + H+ → 4AlF2+ + 8SiF4 + 24H2O
(
2. Temperatur Reservoir.
Temperatur mempunyai pengaruh langsung yang berbanding lurus
terhadap laju reaksi asam dengan batuan. Pada temperatur 140 0F dan 150
0
F laju reaksi sekitar 2 kali lebih cepat dibandingkan dengan temperature 80
0
F. Dengan kata lain dengan bertambahnya temperature maka laju reaksi
akan semakin lebih cepat. Panas yang mempengaruhi laju reaksi berasal
dari reservoir dan panas yang dihasilkan dari proses reaksi asam dengan
batuan.
3. Tekanan Reservoir
Pengaruh tekanan terhadap laju reaksi untuk asam HCl, pada
Temperatur diatas 750 psi, tekanan kurang berpengaruh terhadap laju
reaksi. CO2 yang terlarut dalam fluida meningkat sehingga konsentrasi CO2
sebagai hasil reaksi akan menggerakkan reaksi kearah tercapainya
kesetimbangan. Hal ini yang dapat menghambat laju reaksi.
Tekanan yang kurang dari 750 psi, CO2 yang terlarut mulai
terbebaskan sehingga laju reaksi meningkat. Proses pelepasan gas CO2
menimbulkan efek turbulensi dan agitasi sehingga dapat membantu
mempercepat laju reaksi.
4. Konsentrasi Asam
Konsentrasi merupakan jumlah mol zat yang terdapat dalam tiap
liter larutan atau ruangan (gas). Dengan bertambahnya konsentrasi larutan
maka kecepatan reaksi akan semakin cepat. Dari Gambar 3.14.dapat dilihat
bahwa laju reaksi naik hampir sebanding dengan naiknya konsentrasi HCl
antara 15-20 % dan pada konsentrasi 20-24%, laju reaksi mencapai titik
maksimum.
Peningkatan konsentrasi HCl melebihi 24% akan menyebabkan penurunan
terhadap laju reaksi. Hal ini disebabkan karena konsentrasi yang tinggi
(maksimum 24%) akan melarutkan volume yang besar, sehingga reaksi yang
dihasilkan juga banyak. Hasil reaksi seperti CaCl2 dan CO2 inilah yang dapat
mengurangi laju reaksi, karena bersifat retarged.
5. Komposisi Batuan
Komposisi kimia batuan formasi sangat penting untuk menentukan
waktu laju reaksi antara sam dengan batuan. Laju reaksi asam HCl terhadap
dolomite akan lebih lambat dibandingkan dengan limestone, karena
terbentuknya CaMg2C1612H2O sebagai hasil reaksi antara asam dengan
dolomite dan material ini dapat larut dengan asam.
Gambar 2.2.
Struktur Pelarutan
(Fredd, 2000)
a. Corrosion Inhibitor
Additive asam yang paling umum digunakan adalah corrosion
inhibitor (pencegah korosi), dimana fungsi utamanya adalah mencegah
terjadinya korosi.
Terdapat dua macam corrosion inhibitor dalam acidizing yaitu
inhibitor anorganik dan organik. Sebelum ditemukan inhibitor organik,
stimulasi sering menggunakan inhibitor anorganik seperti arsenic. Inhibitor
arsenic digunakan pada temperatur tinggi dan memiliki efektivitas yang
tinggi dan harga yang murah, namun banyak memiliki kerugian. Meskipun
inhibitor organik tidak seefektif arsenic, namun sangat berguna pada
temperatur di atas 250oF. Terkadang penggunaannya memerlukan
inhibitor extender, biasanya garam inorganic seperti potassium iodide yang
dapat meningkatkan penghambatan korosi, sehingga dapat menjadi
kombinasi inhibitor anorganik-organik. Walaupun kombinasi ini harganya
mahal, tetapi dapat digunakan pada temperatur sampai 400oF.
b. Surfactants
Surfactants atau surface active agents merupakan additive yang berfungsi
untuk :
1. Menaikkan atau menurunkan tegangan permukaan.
2. Membuat, merusak, melemahkan, atau menguatkan emulsi.
3. Merubah wetabilitas batuan reservoir, casing, tubing, atau flowline.
4. Menghamburkan atau flocculate (mendispersikan) clay dan material
lain.
Dari fungsinya tersebut, kegunaan utama dalam acidizing yaitu
mempercepat pembersihan, mencegah sludge (lumpur) dan emulsi pada
formasi, membuat formasi menjadi water wet, dan meningkatkan aliran
minyak dan gas. Biasanya asam ini digunakan untuk pembersihan setelah
acidizing.
c. Antisludge Agent
d. Mutual Solvents
Mutual solvent merupakan material yang memiliki daya larut
(kelarutan) dalam air dan minyak. Mutual solvent dapat digunakan untuk
meminimalisir adsorpsi oil-wetting surfactant pada padatan formasi
sehingga mengurangi penurunan produktivitas setelah acidizing akibat
perubahan permeabilitas relatif atau emulsi yang distabilkan oleh padatan
formasi.
pada acidizing karbonat ethylene glycol monobutyl ether
(EGMBE) digunakan sebagai preflush bersama minyak pada formasi
tersebut, dan bertindak sebagai pembersih dan oil remover untuk
meningkatkan efektivitas stimulasi.
e. Friction Reducers
Friction reducer berfungsi untuk mengurangi kehilangan tekanan
akibat friksi (gesekan) fluida sepanjang peralatan. Ketika kehilangan
tekanan akibat friksi yang lebih diutamakan daripada fluid loss, maka
additive ini akan bekerja optimal dengan biaya yang lebih murah.
Kelemahan dari additive ini yaitu polymer-polymer ini akan terurai secara
cepat dalam asam, terutama dalam temperatur yang tinggi.
i. Cleanup Additive
Cleanup additive adalah additive yang digunakan untuk
membersihkan asam yang telah digunakan dari reservoir. Additive yang
biasa digunakan dalam pembersihan setelah acidizing yaitu gaseous
nitrogen, alcohol, atau surfactant. Fungsi utama dari additive ini yaitu
mempercepat proses pembersihan.