Hal ini mencerminkan bahwa matematika hanyalah sebagai alat untuk berfikir, fokus
utama belajar matematika adalah memberdayakan siswa untuk berfikir mengkonstruksi
pengetahuan matematika yang pernah ditemukan oleh ahli – ahli sebelumnya.
Dari sudut pandang konstruktivis, Koehler and Grouws (1992) menyatakan bahwa
“pembelajaran telah di pandang sebagai suatu kontinum antara negoisasi dan imposition pada
ujung – ujungnya”(h.119). lebih jauh lagi, Cobb and Stefie (1992) menambahkan bahwa
“...dalam pandangan konstruktivisme guru harus secara terus menerus menyadarkan untuk
mencoba melihat keduanya aksi siswa dengan dirinya dari sudut pandang siswa (h.119).
Seseorang yang memandang bahwa belajar adalah transmisi, maka proses mengetahui akan
mengikuti model imposition (pembebanan). Sedangkan yang berpandangan bahwa mengajar
adalah suatu proses yang memfasilitasi suatu konstruksi, maka ia akan mengikuti model
negoisasi. Aktivitas guru dikelas dipengaruhi oleh paham mereka tentang pembelajaran.
Implikasi dari perbedaan – perbedaan di atas menjadikan posisi guru dalam pembelajaran
matematika untuk bernegosiasi dengan siswa, bukan memberikan jawaban akhir yang telah
negoisasi yang dimaksudkan di sini adalah berupa pengajuan pertanyaan – pertanyaan
kembali, pertanyaan – pertanyaan yang menantang siswa untuk berfikir lebih lanjut yang
dapat mendorong mereka sehingga penguasaan konsepnya semakin kuat.
Asesmen dalam matematika adalah proses penentuan apakah siswa tahu. Merupakan suatu
bagian dari aktivitas pengajaran matematika, yaitu penegcekan apakah siswa memahami,
mendapatkan umpan balik dari siswa, kemudian menggunakan informasi ini untuk
membimbing pengembangan pengalaman belajarnya.(h.108)
Meskipun ada perbedaan penegertian antara evaluasi dan asesmen yang dimaksudkan
disini ialah cara guru magakses (menilai) prestasi siswa belajar matematika. Jacobsen dkk
(1985) mengidentifikasi tahap ketiga dari pembelajaran adalah evaluasi. Di sini guru
mencoba mengumpulkan informasi yang dapat digunakan untuk menentukan apakah
pembelajarannya telah sukses? Apa yang semestinya guru lakukan untuk mengukur
pemahman konsep matematika? Bagaimana guruakan mengetahui bahwa siswanya telah
mengetahui matematika? Dalam memberikan asesmen penegetahuan matematika siswa,
mestinya diperoleh data kemampuan siswa dalam matematika; harus memasukkan tentang
pengetahuan siswa pada konsep matematika, prosedur matematika, dan kemampuan problem
solving, reasoning, dan komunikasi.(NCTM, 90)