Anda di halaman 1dari 15

1.

Perjanjian Jual Beli

Perdagangan merupakan kegiatan ekonomi yang memiliki peran penting

dalam peradaban Bangsa Indonesia. Perdagangan diartikan sebagai

proses tukar-menukar barang atau jasa dari pedagang ke konsumen.

Pertumbuhan perekonomian yang meningkat turut mendorong

terjadinya perubahan dalam masyarakat. Melalui hal tersebut maka dikaji

teori yang berkaitan dengan negara. Teori yang digunakan adalah teori

perubahan masyarakat harus diikuti oleh perubahan hukum.1 Hukum

berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat.

Perubahan masyarakat di bidang hukum harus berlangsung secara teratur

dan berjalan dari kebiasaan kemudian diakui dalam yurisprudensi dan

akhirnya ditetapkan dalam undang-undang tersendiri demi mewujudkan

tertib hukum. Suatu sistem adalah kumpulan asas-asas yang terpadu,

yang merupakan pondasi awal konstruksi tertib hukum yang efektif.2 Untuk

itu, teori untuk yang digunakan adalah:

1. Teori Keadilan Sosial menurut Pancasila

Negara Pancasila adalah negara kebangsaan yang berkeadilan

sosial, yang berarti bahwa negara merupakan penjelmaan manusia

sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa yang memilki sifat kodrati individu

dan makhluk sosial dengan tujuan untuk mewujudkan suatu keadilan

1Satjipto Rahardjo, 1984, Hukum dan Masyarakat, Bandung: Angkasa, hlm. 102.
2Mariam Darus Badrulzaman, 1983, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Bandung: Alumni,
hlm. 15.
dalam hidup bersama (Keadilan Sosial). Keadilan sosial didasari dan

dijiwai oleh hakikat keadilan manusia sebagai makhluk yang beradab

sebagaimana dalam Pancasila pada sila kedua. Manusia pada hakikatnya

adalah adil dan beradab, yang berarti manusia harus adil terhadap diri

sendiri, adil terhadap Tuhannya, adil terhadap orang lain dan masyarakat

serta adil terhadap lingkungan alamnya. Indonesia sebagai suatu negara

yang berkeadilan sosial maka Negara Indonesia yang berlandaskan

Pancasila sebagai suatu negara kebangsaan memilki tujuan untuk

melindungi segenap warganya dan seluruh tumpah darah, memajukan

kesejahteraan umum, serta mencerdaskan warganya sebagai tujuan

khusus suatu negara.

Indonesia sebagai suatu negara hukum yang berkeadilan sosial

maka harus mengakui dan melindungi hak-hak asasi manusia, yang

tercantum dalam Undang-Undag Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Adapun hak-hak tersebut tertuang dalam Pasal 27 ayat (1) dan (2), Pasal

28, Pasal 29 ayat (2), dan Pasal 31 ayat (1). Hak-hak tersebut sepatutnya

dipelihara dengan baik dan terjalin secara menyeluruh. Demikianlah

sebagai suatu negara yang berkeadilan maka negara berkewajiban

melindugi hak-hak asasi warganya yang sesuai kodrati manusia yang

hidup dengan hak-hak yang komprehensif yang selalu melekat padanya,

sebaliknya warga negara berkewajiban menaati peraturan perundang-

undangan sebagai manifestasi keadilan legal dalam hidup bersama

sebagai satu kesatuan yang berbudaya ekonomi berasaskan


kekeluargaan. Melalui kolaborasi yang terjalin dengan baik antar berbagai

unsur-unsur pembentuk negara maka diharapkan dapat lahir suatu negara

dengan tujuan yang jelas dan terarah, termasuk dalam menjaga

kepentingan dari berbagai pihak termasuk konsumen dan pelaku usaha.

A.2 Teori Sistem

Teori yang tepat dipakai sebagai pendukung teori perubahan

masyarakat adalah teori sistem. Menurut Lawrence M. Friedmann, Suatu

sistem hukum terdiri dari 3 unsur yaitu: substansi (substance), struktur

(structure) dan budaya hukum (legal Culture).3

1) Substansi Hukum: Substansi hukum atau sistem substansial

merupakan hal yang menentukan bisa atau tidaknya hukum itu

dilaksanakan. Substansi juga berarti produk yang dihasilkan oleh

orang yang berada dalam sistem hukum yang mencakup keputusan

yang mereka keluarkan dan aturan baru yang mereka susun.

Substansi juga mencakup hukum yang hidup (living law), bukan

hanya aturan yang ada dalam kitab undang-undang (law books).

Indonesia sebagai negara yang masih menganut Civil Law System

atau sistem Eropa Kontinental (meski sebagian peraturan

perundang-undangan juga telah menganut Common Law System

atau Anglo Saxon) dikatakan hukum adalah peraturan-peraturan

yang tertulis sedangkan peraturan-peraturan yang tidak tertulis

bukan dinyatakan hukum. Sistem ini mempengaruhi sistem hukum

3 Lawrence M. Friedmann, American Law, New York: W.W Norton dan Company, 1984, h. 5-6.
di Indonesia. Salah satu pengaruhnya adalah adanya asas legalitas

dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Dalam Pasal

1 KUHP ditentukan “tidak ada suatu perbuatan yang dapat dihukum

jika tidak ada aturan yang mengaturnya terlebih dahulu”. Sehingga

bisa atau tidaknya suatu perbuatan dikenakan sanksi hukum

apabila perbuatan tersebut telah mendapatkan pengaturannya

dalam peraturan perundang-undangan.

2) Struktur Hukum/Pranata Hukum: Dalam Teori Lawrence Meir

Friedman, hal ini disebut sebagai sistem struktural yang

menentukan bisa atau tidaknya hukum itu dilaksanakan dengan

baik. Struktur hukum berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1981 meliputi; mulai dari Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan

Badan Pelaksana Pidana. Kewenangan lembaga penegak hukum

dijamin oleh undang-undang sehingga dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya terlepas dari pengaruh kekuasaan

pemerintah dan pengaruh-pengaruh lain. Terdapat adagium yang

menyatakan “fiat justitia et pereat mundus” (meskipun dunia ini

runtuh hukum harus ditegakkan). Hukum tidak dapat berjalan atau

tegak bila tidak ada aparat penegak hukum yang kredibilitas,

kompeten dan independen. Seberapa bagusnya suatu peraturan

perundang-undangan bila tidak didukung dengan aparat penegak

hukum yang baik maka keadilan hanya angan-angan belaka.

Lemahnya mentalitas aparat penegak hukum mengakibatkan


penegakan hukum tidak berjalan sebagaimana mestinya. Banyak

faktor yang memengaruhi lemahnya mentalitas aparat penegak

hukum diantaranya lemahnya pemahaman agama, ekonomi,

proses rekrutmen yang tidak transparan dan lain sebagainya.

Sehingga dapat dipertegas bahwa faktor penegak hukum

memainkan peran penting dalam memfungsikan hukum. Kalau

peraturan sudah baik, tetapi kualitas penegak hukum rendah maka

akan ada masalah. Demikian juga, apabila peraturannya buruk

sedangkan kualitas penegak hukum baik, kemungkinan munculnya

masalah masih terbuka.

3) Budaya Hukum:Budaya hukum adalah sikap manusia terhadap

hukum dan sistem hukum kepercayaan, nilai, pemikiran, serta

harapannya. Budaya hukum adalah suasana pemikiran sosial dan

kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum digunakan,

dihindari, atau disalahgunakan. Budaya hukum erat kaitannya

dengan kesadaran hukum masyarakat. Semakin tinggi kesadaran

hukum masyarakat maka akan tercipta budaya hukum yang baik

dan dapat merubah pola pikir masyarakat mengenai hukum selama

ini. Secara sederhana, tingkat kepatuhan masyarakat terhadap

hukum merupakan salah satu indikator berfungsinya hukum. Baik

substansi hukum, struktur hukum maupun budaya hukum saling

berkaitan antara satu dengan yang lain dan tidak dapat dipisahkan.

Dalam pelaksanaannya, diantara ketiganya harus tercipta


hubungan yang saling mendukung agar tercipta pola hidup aman,

tertib, tentram dan damai.

A.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Adam smith merupakan bapak ekonomi pertama yang banyak

memberikan perhatiaannya kepada masalah pertumbuhan ekonomi. Hal

ini terdapat dalam bukunya yang berjudul An Inquiry into the Nature and

Cause off the Wealth of Nations (1776) yang mengemukakan tentang

proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang secara sistematis.

Terdapat dua aspek utama dalam pertumbuhan ekonomi, yakni :

1. Pertumbuhan Output Total

Terdapat beberapa unsur pokok dalam suatu negara, diantaranya:

a. Sumber daya alam yang tersedia (faktor produksi tanah).

b. Sumber daya insani (jumlah penduduk).

c. Stok barang modal yang ada.4

Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah yang

mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat.Jumlah sumber daya

yang tersedia merupakan “batas maksimum” bagi pertumbuhan suatu

perekonomian.Maksudnya jika sumber daya ini belum digunakan

sepenuhnya, maka jumlah penduduk dan stok modal yang ada

memegang peran penting dalam pertumbuhan output. Tetapi

pertumbuhan output tersebut akan berhenti jika semua sumber daya alam

4Irawan dan Suparmoko M, Ekonomika Pembangunan, Edisi keenam, Fakultas Ekonomi UGM,
Yogyakarta.
tersebut telah digunakan secara penuh. Sumber daya insani (jumlah

peduduk) mempunyai peran yang pasif terhadap proses pertumbuhan

output, maksdnya jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan

kebutuhan tenaga kerja dalam masyarakat.

Stok modal merupakan unsur produksi yang secara aktif

menetukan tingkat output. Peranannya sangat sentral dalam proses

pertumbuhan output. Jumlah dan tingkat pertumbuhan output tergantung

pada laju pertumbuhan stok modal (sampai “batas maksimum”dari sumber

alam). Pengaruh stok modal terhadap tingkat output total bisa secara

langsung dan tidak lansung. Pengaruh langsung ini maksudnya adalah

karena pertambahan modal (sebagai input) akan langsng meningkatkan

output. Sedangkan pengaruh tidak langsung maksudnya adalah

peningkatan produktifitas perkapita yang dimungkinkan oleh karena

adanya spesialisasi dan pembagian kerja yang lebih tinggi. Semakin besar

stok modal, semakin besar kemungkinan besar dilakukannnya spesialisasi

dan pembagian kerja yang pada gilirannya akan meningkatkan

produktivitas perkapita. Spesialisasi dan pembagian kerja ini bisa

menghasilkan pertumbuhan output karena spesialisasi tersebut bisa

meningkatkan keterampilan setiap pekerja dalam bidangnya dan

pembagian kerja bisa mengurangi waktu yang hilang pada saat peralihan

macam pekerjaan.
Namun demikian, sebenarnya ada dua faktor penunjang penting

dibalik proses akumulasi modal bagi terciptanya pertumbuhan output

yaitu:

a. Makin meluasnya pasar, dan

b. Adanya tingakat keuntungan di atas tingkat minimal.

Menurut Adam Smith, potensi pasar bisa dicapai secara maksimal

jika setiap warga masyarakat diberi kebebasan seluas-luasnya untuk

melakukan pertukaran dan melakukan kegiatan-kegiatan ekonominya.

Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi perlu dilakukan pembenahan

dan penghilangan peraturan-peraturan, undang-undang yang menjadi

penghambat kebebasan berusaha dan kegiatan ekonomi, baik antara

warga masyarakat disuatu negara maupun antara warga masyarakat antar

negara.Hal ini menunjukkan bahwa Adam Smith merupakan penganjur

laissesz-faire dan free trade.

Faktor penunjang yang kedua yaitu tingkat keuntungan yang

memadai.Tingkat keuntungan ini erat hubungannya dengan luas pasar.

Jika pasar tidak tumbuh secepat pertumbuhan modal, maka tingkat

keuntungan akan segera merosot, dan akhirnya akan mengurangi gairah

para pemilik modal untuk melakukan akumulasi modal, dalam jangka

panjang tingkat keuntungan tersebut akan menurun dan pada akhirnya

akan mencapai tingkat keuntungan minimal pada posisi stasioner

perekonomian tersebut.

2. Pertumbuhan Penduduk
Menurut Adam Smith, jumlah penduduk akan meningkat jika tingkat

upah yang berlaku lebih tinggi dari tingkat upah sub sistem yaitu tingkat

upah yang pas-pasan untuk hidup. Jika tingkat upah diatas tingkat sub

sistem, maka orang-orang akan menikah pada umur muda, tingkat

kematian menurun, dan jumlah kelahiran akan terus mengalami

peningkatan. Namun sebaliknya jika tingkat upah yang berlaku lebih

rendah dari tingkat upah sub sistem, maka jumlah penduduk akan

menurun.

Tingkat upah yang belaku ditentukan oleh tarik menarik antara

kekuatan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Tingkat upah yang

tinggi dan meningkat jika permintaan akan tenaga kerja tumbuh lebih

cepat dari pada penawaran tenaga kerja. Sementara itu permintaan akan

tenaga kerja ditentukan oleh stok modal dan tingkat output masyarakat.

Oleh karena itu, laju pertumbuhan permintaan akan tenaga kerja

ditentukan oleh laju pertumbuhan stok modal (akumulasi modal) dan laju

pertumbuhan output.

A.4 Teori Perjanjian Masyarakat

Immanuel Kant (1724-1804) adalah penganut teori Perjanjian

Masyarakat karena menurutnya setiap orang adalah merdeka dan

sederajat sejak lahir. Maka Kant menyatakan bahwa tujuan negara adalah

melindungi dan menjamin ketertiban hukum agar hak dan kemerdekaan

warga negara terbina dan terpelihara. Untuk itu diperlukan undang-

undang yang merupakan penjelmaan kehendak umum (volonte general),


dan karenanya harus ditaati oleh siapapun, rakyat maupun pemerintah.

Pemikiran kritis Kant yang dapat membantu perkembangan negara

memantapkan kondisi bagi para teoritisi kritis dikemudian hari dan bagi

cendikiawan Hubungan Internasional kontemporer.Ketiga bidang itu

adalah pengetahuan, moralitas dan politik.

a. Pengetahuan

Argumen filosofis pada abad ke-18 tentang bagaimana kita

membenarkan klaim terhadap pengetahuan pada dasarnya jatuh kedalam

kategori.Di satu sisi, tradisi “rasionalis” berpendapat bahwa klaim

pengetahuan dapat dengan pasti didasarkan pada rasio atau penalaran,

mungkin dalam bentuk ide-ide bawaan yang melekat dalam kemanusiaan

atau bahkan dikirim langsung dari Tuhan. Disisi lain, tradisi “empiris”

berpendapat bahwa klaim terhadap pengetahuan harus di dasarkan pada

pengalaman indrawi (apa kita bisa mendengar, melihat, menyentuh, dan

sebagainya) daripada sekedar dengan rasio.

Dalam Critique of Pure Reason, Kant terkenal karena memiliki lebih

dari dua pilihan di atas. Kant berargumen, penalaran saja atau

pengindraan saja tidak akan memberikan kita pengetahuan apapun.

Sebaliknya, ia berpendapat bahwa pengetahuan manusia pada dasarnya

di kondisikan (dibatasi) oleh kategori-kategori tentang pemahaman kita

(yang antara lain: konsep sebab akibat) dan ketidak mampuan kita untuk

mengalami apapun di luar kondisi ruang dan waktu tertentu. Dengan

demikian, pengetahuan adalah produk dari konsep-konsep (kategori


pemahaman) dan pengalaman di perantarai ruang–waktu yang keduanya

datang secara bersama-sama.

Teroi kritis Kant tentang pengetahuan membuka jalan bagi teori

kritis di kemudian hari dengan cara berfokus pada kondisi-kondisi bagi

kemungkinan adanya pengetahuan dan pegalaman.

b. Moralitas

Teori Kant tentang pengetahuan adalah tentang mengakui

keterbatasan manusia.Hal ini sangat berlawanan dengan teorinya sendiri

tentang moral.Teori Kant tentang moralitas ini menyatakan potensi

kemanusiaan untuk membatasi keterbatasan kita. Bagi Kant, ada

perbedaan jelas yang bisa di tarik antara penalaran teoretis murni dan

penalaran praktis murni, dalam kasus moralitas menurut Kant, kita masih

mampu mengetahui apa yang benar. Ada cara-cara dimana kita dapat

mengerjakan apa tugas kita, melalui prinsip-prinsip penguniversalan kita

merencanakan untuk bertindak dan mempertimbangkan implikasi dari

prinsip-prinsip tersebut untuk menjadi hukum universal (yang disebut

“categorical imperative” atau berlaku mendesak secara kategoris).

Namun demikian, untuk bertindak secara moral bukan sekedar

melakukan hal yang benar, tetapi untuk melakukan hal yang benar demi

melakukan hal yang benar itu sendiri bukan melakukan itu demi hal itu

cocok dengan kita atau tidak, kapasitas moral yang sama-sama dimiliki

manusia ini, menurut Kant, adalah yang membedakan kita dengan

binatang dan membuat kita secara khusus layak di hormati.


Implikasi paling terkenal yang bisa di tarik Kant dari perhitungannya

tentang kapasitas moral kita untuk mengetahui dan menjalankan hukum

moral adalah argumennya bahwa manusia tidak boleh di perlakukan

sebagai sarana, tapi harus selalu sebagai tujuan. Prinsip orang lain ini

menjadi salah satu inspirasi bagi ide Hak Asasi Manusia Universal yang

sangat berpengaruh pada abad ke-20. Teori moral Kant juga terus

menjadi acuan penting bagi teori di kemudian hari dan bagi etika

internasional kontemporer.Bagi beberapa pihak, pandangannya tentang

moralitas menangkap inti rasional dan universal tentang penalaran moral,

yang kemudian dapat memberi tolak ukur bagi kritik moral yang beroperasi

melintasi batas-batas budaya dan kekuasaan. Bagi pihak lain, teori moral

Kant tidak mampu mempertahankan klaimnya terhadap universalitas,

terlalu abstrak dan rasionalistik, dan karena itu tidak peka terhadap

kekhasan pengalaman dan tradisi etis yang berbeda.

c. Politik

Walau Kant melihat mampu bertindak sesuai perintah penalaran

praktis murni, ia masih melihat manusia secara fundamental cacat dan

tidak mampu secara konsisten melampaui selera dasar dan material. Atas

alasan ini, Kant mengembangakn teori politik.Teorinya adalah

pemerintahan dan hukum harus bisa menjamin kepatuhan luar tehadap

moralitas, dan menyediakan konteks yang kapasitas moral kita dapat di

matangkan dan kemajuan dapat di capai.Menurutnya, konteks politik

terbaik untuk menyediakan itu adalah negara Republik.Yang dimaksud


dengan negara Republik adalah keadaan yang milik pribadinya

dilembagakan, ada pemisahan kekuasaan (antara legislatif, eksekutif dan

yudikatif), dan kekuatan-kekuatan itu secara politis bertanggung jawab

kepada lembaga warga yang dewasa, laki-laki, pemilik properti.

Dua aspek dari politik Kant telah menarik minat cendikiawan

Hubungan Internasional: hubungan yang ia buat antara negara-negara

republik dan hubungan antara negara-negara yang tenang terkendali

dengan cara yang teori politiknya tertanam dalam filsafat sejarah. Dalam

Perpetual Peace: A Philosophical Sketch, Kant menguraikan kondisi-

kondisi yang di perlukan bagi hubungan internasional yang damai.

Pertama; semua negara harus republik.Kedua; negara-negara republik

harus masuk kedalam “persatuan pasif” satu sama lain untuk mengatur

interaksi melalui hukum internasional dan menghindari perang sebagai

sarana kebijakan luar negeri. Ketiga; semua negara harus menghormati

hak Universal dan kosmopolitan atas individu untuk mendapatkan

keramahtamahan, bahkan jika individu itu bukan warga negara.

Pemikiran politik Kant telah di ambil oleh teoretisi liberal Hubungan

Internasional sebagai pernyataan awal bagi teori kontemporer bahwa

negara-negara liberal cenderung pasif dalam hubungan dengan satu

sama lain. Akan tetapi, hal itu juga mengilhami pemikir kritis, misalnya:

Habermas, dalam hal Visinya tentang negara republik dan teorinya

tentang perkembangan sejarah progresif. Dalam banyak hal, Kant

menetakan agenda bagi perdebatan yang masih berlangsung dalam teori


kritis tentang sifat dari hubungan antara moralitas dan politik, dan apakah

(bagaimana) kemajuan politik bisa dimungkinkan.

Warga negara merupakan unsur terpenting dalam hal terbentuknya

negara.Warga negara dan negara merupakan satu kesatuan yang tidak

bisa dipisahkan.Keduanya saling berkaitan dan memiliki hak dan

kewajiban masing-masing yang berupa hubungan timbal balik. Warga

negara mempunyai kewajiban untuk menjaga nama baik negara dan

membelanya. Sedangkan negara mempunyai kewajiban untuk memenuhi

dan menyejahterakan kehidupan warga negaranya. Sementara untuk hak,

warga negara memiliki hak untuk mendapatkan kesejahteraan dan

penghidupan yang layak dari negara, sedangkan negara memiliki hak

untuk mendapatkan pembelaan dan penjagaan nama baik dari warga

negaranya. Dapat disimpulkan bahwa hak negara merupakan kewajiban

warga negara dan sebaliknya kewajiban negara merupakan hak warga

negara.Berdasarkan hal tersebut, maka negara memiliki tanggung jawab

besar kepada warga negaranya dimana tanggung jawab negara

diantaranya adalah :

1. Negara beserta seluruh komponennya dan organ-organ yang

dimilikinya memiliki tanggung jawab untuk menghormati,

menegakkan, dan memajukan pemenuhan hak ekonomi, sosial,

dan budaya;

2. Negara berkewajiban untuk mengeluarkan segala peraturan

perundang-undangan dan instrument hukum lainnya yang


menjamin terpenuhinya hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya

(EKOSOB) bagi seluruh warga negaranya; dan

3. Negara harus berperan aktif dalam mengupayakan pemenuhan hak

ekonomi, sosial, dan budaya bagi seluruh warga negaranya, serta

tidak mengurangi hak-hak warga negara tertentu. Negara harus

memastikan bahwa setiap warga negaranya memiliki akses dan

kesempatan yang sama untuk menikmati hak ekonomi, sosial, dan

budayanya.

Anda mungkin juga menyukai