Anda di halaman 1dari 15

Step 1 :

- SWOT(strength weakness opportunity threats)  adalah sebuah analisa situasi dan kondisi yg
bersifat deskriptif, dapat menempatkan kondisi sebagai factor masukkan yg nanti dikelompokkan
dengan kontribusinya masing-masing.

Step 2 :

1. Apa sasaran kebijakan kesehatan di Indonesia?


2. Apa saja faktor yang mepengaruhi kebijakan kesehatan?
3. Apa saja ruang lingkup dari kebijakan kesehatan?
4. Apa syarat umum untuk menentukan kebijakan?
5. Apa saja langkah-langkah dalam menentukan kebijakan?
6. Bagaimana cara menentukan analisis SWOT?
7. Apa manfaan dan tujuan dari kebijakan kesehatan?
8. Apa saja elemen dari kualitas kebijakan kesehatan?
9. Apa saja tujuan dan maanfaat dari SWOT?
10. Sebutkan macam macam analisa SWOT?

STEP 3 :

1. Apa sasaran kebijakan kesehatan di Indonesia?

 Tersedianya kebijakan dan pedoman serta hkum kesehatan yg


menunjang pembangunAN keshatan

 Terselenggaranya system inormasi kesehtan yang ditunjang system


manajemen daerah

 Terlaksana dan termanfaatkan hasil penelitian kesehatan

 Terselenggaranya promosi kesehatan dalam ragka pemberdayaa


masyarakat dan perilaku sehat

 Terselenggaranya advokasi perorangan, kelompok, masyarakat


dalam bidang kesehatan

 Terselenggaranya system surveilans kewaspadaan dini


penanggulanga KLB

 Tersediannya penbiayaan kesehtan yg cukup adil, berdaya guna,


dan erhasil guna

 Tersedianya tenaga kesehatan yg bermutu

2. Apa manfaat dan tujuan dari kebijakan kesehatan?


Pengertian:
- Berbagai macam upaya dan tindakan penembilan keputusan yg meliputi aspek teknis
medis,pelayanan kesehatan, serta keterlibatan pelaku baik pda skla individu,organisasi atau situs
pemerintah,swasta, LSM, dan prepresentasi masyarkat lainnya yg membewa dampak pada
kesehatan.
- Tujuan :
- Untuk mewujudkan derajat kesehatan yg prima bagi masyarakat melalui upaya kesehatan dengan
pendekatan, pemeliharaan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan secara menyeluruh terpadu dan berkesinambungan.
- Terselanggranya pembangunan kesehatan yg berhasil guna dan berdaya guna dalam rangka
mencapai derajat kesehatan yg setinggi tingginya.
Manfaat :

- mampu membuah rumusan analisis sederhana dan jelas.

- mampu memikirkan jenis jenis kebijakan yg akan diambil


- tercapainya deraat kesehatan yg optimal
- sebagai pemantau dan manajement kesehatan
- peningkatan kinerja pembanguna nasional
- meningkatkan pemberdayaan masyarkat sehat.
3. Apa saja faktor yang mepengaruhi kebijakan kesehatan?
- Factor situasional : tergantung kondisi bisa tidak permanen atau khusus. Misalnya adanya perang
atau kekeringan. Biasanya disebut sebagai focusing event
- Factor structural : bagian dari masyarakat yg tdk berubah. Mencakup keterbukaan system dan
membuat agar masyarkata ikut berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan
- Factor budaya : paling susah diubah dari masyarakat ttg stigma tertentu terhadap penyakit tertentu.
- Factor internasional : meningkatkan ketrgantungan antar Negara dan mempengaruhi kemandirian
dan kerjasama internasional kesehatan.
4. Apa saja ruang lingkup dari kebijakan kesehatan?
- Konten : berhubungan dengan teknis(berhubungan dengan penyakit missal diare,malaria) dan
institusi( organisasi baik public atau swasta).
- Proses : agenda yg teratur yg mana melalui proses rancangan dan implementasi
- Konteks : meliputi lingkungan atau setting, dimana kebijakan dibuat dan di implementasikan
- Actor : berda pada pusat kerangka kebijakan kesehatan. Akan mempengaruhi proses tingkat
provinsi,kabupaten atau kota.
- Penyelengaraan upaya kesehatan dilaksanakan melalui kegiatan kesehatan keluarga,perbaikan gizi,
pengamanan mkanan dan minuman, kesehatan ,lingkungan,kesehatan kerja,jiwa,pemberntasan
penyakit, pemulihan kesehatan, penyuluhan kesehatan masyarakat, pengamanan sediaan farmasi
dan alkes, kesehatan sekolah dan pengobatan tredisional

5. Apa syarat umum untuk menentukan kebijakan?


- Tersediannya kebijakan dan pedoman hukum
- Terbentuknya dan terselengaranya system informasi
- Terlaksannya hasil penelitian dan pengembangan
- Biaya kesehatan yg cukup
- Tersediannya tenaga kesehatan

Menurut UU No 7 tahun 2011:

Peningkatan pada pelayanan kesehatan primer dan mutu akses pelayanan

Pedoman hukum :

- Undang undang
- Peraturan pemerintah pengganti UU
- Peraturan pemerintah
- Peraturan presiden
- Peraturan daerah

6. Apa saja Indikator masalah kesehatan masyarakat ?


Masalah adalah kesenjangan antara harapan dengan realita
INDIKATORNYA :
1. Variabel yg mengukur suatu masalah. Misal untuk mengevaluasi Sesuatu masalah

Indicator kesehatan :

- Konprehensif  memuat cakupan yg luas missal angka kematian kasar (CDR), rasio angka mortalitas
dan usia angka harapan hidup
- Spesifik  terdiri dari IMR,MMR dan angka kelahiran

Indicator masalah kesehatan masyarakat :

- Derajat kesehatan : dapat dilihat dari angka mortalitas, angka morbiditas,status gizi
- Perilaku hidpu masyarakat : missal sudah menerapkan hidup PHBS
- Akses dan mutu pelayanan kesehatan(scenario sgd) : adanya pelayanan yg diterima masyarakat
misalnya puskesmas

Masukkan dan prose :

- Pelayanan kesehatan
- Sumberdaya kesehatan
- Manajemen kesehatan
7. Apa saja langkah-langkah dalam menentukan kebijakan?
a. Mengenali dan mentukan masalah
b. Mengidentifikasi rangkaian aktivitas yg akan dilakukan sesuai yg terkait isu
c. Pembobotan anatar keuntungan dan kerugian dari alternative pemecahan masalah
d. Menetukan pilihan yg menawarkan solusi yg terbaik
e. Mengimplementasikan kebejikannya
f. Evaluasi pengeluaran
8. Apa saja elemen dari kualitas kebijakan kesehatan?
- Menurut WHO :
1. Pendekatan holistic  yg bersifat multidimensional
2. Partysipatori  partisipasi masyarakat
3. Kebijakan public yg sehat pembangunan kebijakan yg kondusif
4. Ekuitas distribusi yg merata
5. Efisiensi ttg opimalisasi terhadap kebijakan tsb
6. Kualitas ukuran subjektif dlm mengukur kebrhasilan kebijakan
7. Pemberdayaan masyarakat  ikut dalam keterlibatan kebijakan
8. Self reliant  menilai realistisnya suatu kemandirian kebijakan tersebut

9. Bagaimana cara menentukan analisis SWOT?


SWOT : digunakan untuk mementukan kebijakan.

Strategi :

Streng( internal) Weakness( internal)

Opportunity( ekternal) Memanfaatkan seluruh kesehatan Kelemahan : memanfaatkan


dan menggunakan peluang yg peluang yg ada serta
sebesar besanya makan tujuannya meminmalkan kelmahan yg ada
yg akan dicapai bisa maksimal. akan mencapai tujuan yg di tuju

Treat(eksternal) Dengan menggunakan kekuatan : Strategi yg digunakan berusaha


digunakan untuk mengatasi meminimalkan kelemahan dan
ancaman yg ada menghindari ancaman.

10. Apa saja tujuan dan maanfaat dari SWOT?


Tujuan :
- Mengenali tingkat kapasitas suatu organisasi atau badan melalui pengkajian atas factor-faktor
eksternal/internal yg dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisasi.

Manfaat :

- Mampu cepat mengambil fokus pada kriteria keputusan yg sentral


- Mempunyai kemampuan analisis multidisiplin
- Mampu memikirkan kebijakan kebijakan yg diambil
- Mampu membuat analisis yg sederhan dan jelas
- Mampu memeriksa fakta yg diperlukan

11. Sebutkan macam macam analisa SWOT?

- Kualitatif  komponen SWOT berdiri sendiri tdk ada hubungan antar satu dengan yg lain. Tidak bisa
dibuat diagram kartesian.

- Kuantitatif  berpasang pasangan, disetiap komponen kekuatan ada kelemahan dan setiap
kesempatan maka ada ancaman. Akan di beri penilaian dan dibandingkan dgn sub komponen satu
dengan yg lainnya, bisa dibandingkan dengan komponen yg sama atau mengikuti lajur vertical. Dapat
dibuat diagram kartesian

12. Apa yg dimaksud dengan penelitian kebiajakn?


13. Hal hal apa saja yg diperlukan dalam penyusunan?
14. Dari scenario apa latar belakang yg timbul dari penelitian kebijakan?
15. Apa saja kebijakan dari departemen kesehatan terkait dengan peningkatan iuran BPJS dan apakah
selaras atau tidak?

Dari faskes melakukan review dan audit medis, mengatur kewenangan


tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik profesi, membina etika
tenakes, memantau dan mngevaluasi pengguna obat, alkes, dan bahan
medis habis pakai

Dari BPJS à kembali ke faskes, analisa dampak finansial dan risiko


terhadap implementasi penilaian teknologi kesehatan, serta hasilnya
kepada menteri kesehatan, standarisasi biaya standar pelayanan dan
formulasi biaya kesehatan nasional.

Kebijakan kesehatan dalam perundangan

KENDALI MUTU DAN


KENDALI BIAYA
Ketentuan tentang kendali mutu dan kendali biaya diatur dalam:
(1) UU SJSN Pasal 24 ayat (3)
(2) Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 Pasal 41, 42, 43
(3) Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013 Pasal 43A
(4) Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 Tahun 2013 Pasal 33, 34, 35,
36,
37, 38, 39.
(5) Peraturan BPJS Kesehatan No. 1 Tahun 2014 Pasal 80, 81, 82, 83,
84,
85, 86, 87, 88, 89.
Pelayanan kesehatan kepada Peserta JKN harus memerhatikan mutu
pelayanan, berorientasi pada aspek keamanan pasen, efektifitas tindakan,
kesesuaian dengan kebutuhan pasen, serta efisiensi biaya.59
Kendali mutu dan kendali biaya dilakukan untuk menjamin agar
pelayanan
kesehatan kepada Peserta JKN sesuai dengan standar mutu yang
ditetapkan
dan diselenggarakan dengan efisien.
Penerapan sistem kendali mutu pelayanan JKN dilakukan secara
menyeluruh,
melalui60:
(1) pemenuhan standar mutu fasilitas kesehatan,
(2) memastikan proses pelayanan kesehatan berjalan sesuai dengan
standar yang ditetapkan, serta
(3) pemantauan terhadap luaran kesehatan Peserta.
Pemerintah bersama BPJS Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan berbagi
kewenangan dan tugas pengendalian mutu dan pengendalian biaya
pelayanan kesehatan. Pembagian kewenangan dan tugas tersebut
dilaksanakan secara terintegrasi, yang mencakup penyusunan kebijakan
dan standar, pelaksanaan kendali biaya dan kendali mutu, serta
pemantauan,
pengawasan, dan evaluasi.
11.1 KENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA OLEH
PEMERINTAH
Pemerintah, dalam hal ini adalah Menteri Kesehatan, menetapkan
berbagai
kebijakan yang bertujuan untuk pengendalian mutu dan biaya. Kebijakan
tersebut mencakup:
(1) Standar pelayanan medis61
(2) Standar tarif pelayanan kesehatan62
(3) Formularium Nasional63
(4) Kompendium Alat Kesehatan64
(5) Penjaminan pelayanan kesehatan berdasarkan hasil penilaian
teknologi
kesehatan (Health Technology Assessment) untuk pelayanan-pelayanan
yang dikatagorikan dalam teknologi baru, metoda baru, obat baru,
keahlian khusus, atau berbiaya tinggi65
(6) Hasil pertimbangan klinis66
(7) Hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan JKN67.
Menteri Kesehatan berwewenang untuk melakukan serangkaian kegiatan
dalam rangka penetapan kebijakan tersebut di atas. Untuk penyusunan
masing-masing kebijakan tersebut, Menteri membentuk Tim yang
beranggotakan perwakilan organisasi profesi kesehatan, asosiasi fasilitas
kesehatan, dan BPJS kesehatan, organisasi profesi, dan akademisi
kedokteran68.
Menteri berkoordinasi dengan DJSN untuk memantau dan mengevaluasi
penyelenggaraan JKN.69
11.2 KENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA OLEH
BPJS KESEHATAN
BPJS Kesehatan membentuk tim kendali mutu dan kendali biaya yang
terdiri
dari unsur organisasi profesi, akademisi, dan pakar klinis.
Pengendalian mutu dan biaya pelayanan kesehatan oleh BPJS Kesehatan
dilaksanakan dengan cara:
(1) mengembangkan sistem kendali mutu pelayanan dengan
berkoordinasi
dengan kementerian dan lembaga terkait.70
(2) sosialisasi kewenangan tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik
profesi sesuai kompetensi,71
(3) menerapkan utilization review secara berkala dan berkesinambungan,
dengan cara mengukur pelayanan berdasarkan indikator rate, rasio,
unit cost72
(4) melakukan audit medis73
(5) pembinaan etika dan disiplin profesi tenaga kesehatan74.
(6) memberikan umpan balik hasil utilization review kepada Fasilitas
Kesehatan75.
(7) melaporkan hasil utilization review kepada Menteri dan DJSN76.
(8) melakukan analisa dampak finansial dan analisa resiko terhadap
implementasi hasil Penilaian Teknologi Kesehatan (Health Technology
Assessment) dan menyampaikan rekomendasi terkait hasil analisa
tersebut kepada Menteri Kesehatan.77
11.3 KENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA OLEH
FASILITAS KESEHATAN
Fasilitas kesehatan mengendalikan mutu dan biaya pelayanan kesehatan
dengan cara sebagai berikut78:
(1) mengatur kewenangan tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik
profesi sesuai kompetensi;
(2) melaksanakan utilization review dan audit medis;
(3) membina etika dan disiplin profesi kepada tenaga kesehatan;
(4) memantau dan mengevaluasi penggunaan obat, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai dalam pelayanan kesehatan secara berkala
yang dilaksanakan melalui pemanfaatan sistem informasi kesehatan.
Pasal 14
1. Pemerintah secara bertahap mendaftarkan penerima bantuan iuran
sebagai peserta
kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
2. Penerima bantuan iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
fakir miskin
dan orang tidak mampu.
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat(2) diatur
lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 17
1. Setiap peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan
berdasarkan
persentase dari upah atau suatu jumlah nominal tertentu.
2. Setiap pemberi kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya,
menambahkan iuran
yang menjadi kewajibannya dan membayarkan iuran tersebut kepada
Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial secara berkala.
3. Besarnya iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan
untuk setiap jenis program secara berkala sesuai degan perkembangan
sosial,
ekonomi dan kebutuhandasar hidup yang layak.
4. Iuran program jaminan sosial bagi fakir miskin dan orang yang tidak
mampu
dibayar oleh Pemerintah.
5. Pada tahap pertama, iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dibayar oleh
Pemerintah untuk program jaminan kesehatan.
6. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) diatur
lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 21
1. Kepesertaan jaminan kesehatan tetap berlaku paling lama 6 (enam)
bulan sejak
seorang peserta mengalami pemutusan hubungan kerja.
2. Dalam hal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah 6 (enam)
bulan belum
memperoleh pekerjaaan dan tidak mampu, iurannya dibayar oleh
Pemerintah.
3. Peserta yang mengalami cacat total tetap dan tidak mampu, iurannya
dibayar oleh
Pemerintah.
Bagian Keempat
Jaminan Hari Tua
Pasal 35
1. Jaminan hari tua diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
asuransi
sosial atau tabungan wajib.
2. Jaminan hari tua diselenggarakan dengan tujuan untuk menjamin agar
peserta
menerima uang tunai apabila memasuki masa pensiun, mengalami cacat
total
tetap, atau meninggal dunia.
Pasal 36
Peserta jaminan hari tua adalah peserta yang telah membayar iuran.
Pasal 38
1. Besarnya iuran jaminan hari tua untuk peserta penerima upah
ditetapkan
berdasarkan persentase tertentu dari upah atau penghasilan tertentu yang
ditanggung bersama oleh pemberi kerja dan pekerja
2. Besarnya iuran jaminan hari tua untuk peserta yang tidak menerima
upah
ditetapkan berdasarkan jumlah nominal yang ditetapkan berdasarkan
jumlah
nominal yang ditetapkan secara berkala.
Jaminan Pensiun
Pasal 39
1. Jaminan pensiun diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
asuransi
sosial atau tabungan wajib.
2. Jaminan pensiun diselenggarakan untuk mempertahankan derajat
kehidupan yang
layak pada saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya
karena
memasuki usia pensiun atau mengalami cacat total tetap.
3. Jaminan pensiun diselenggarakan berdasarkan manfaat pasti.
4. Usia pensiun ditetapkan menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 40
Peserta jaminan pensiun adalah pekerja yang telah membayar iuran.
BAB VII
PENGELOLAAN DANA JAMINAN SOSIAL
Pasal 47
1. Dana Jaminan Sosial wajib dikelola dan dikembangkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial secara optimal dengan
mempertimbangkan aspek
likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang
memadai.
2. Tata cara pengelolaan dan pengembangan Dana Jaminan Sosial
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 48
Pemerintah dapat melakukan tindakan-tindakan khusus guna menjamin
terpeliharanya
tingkat kesehatan keuangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Pasal 49
1. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial mengelola pembukuan sesuai
dengan
standar akuntasi yang berlaku.
2. Subsidi silang antar program dengan membayarkan manfaat suatu
program dari
dana prgram lain yang tidak diperkenankan.
3. Pesera berhak setiap saat memperoleh infromasi tentang akumulasi
iuran dan hasil
pengembangannya serta manfaat dari jenis program jaminan hari tua,
jaminan
pensiun, dan jaminan kematian.
4. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial wajib memberikan informasi
skumulasi
iuran berikut hasil pengembangannya kepada setiap peserta jaminan hari
tua
sekurang-kurangnya sekali alam satu tahun.
Pasal 50
1. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial wajib membentuk cadangan
teknis sesuai
dengan standar praktek aktuaria yang lazim dan berlaku umum.
2. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut
dalam
Peraturan Pemerintah.
Pasal 51
Pengawasan terhadap pengelolaan keuangan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial
dilakukan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 40 TAHUN 2004
TENTANG
SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
16. Bagaiman analisa SWOT dari scenario diatas?

Step 4 :

MAPPING

Anda mungkin juga menyukai