Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 1 No. 1, Desember 2016, hlm.

199-207

PENERAPAN METODE STORYTELLING UNTUK


MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA
KELAS II SDN S4 BANDUNG
Rosalina Rizki Pratiwi
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Departemen Pedagogik
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia.
e-mail: rosalinarizki@student.upi.edu

Abstrak: Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas mengenai penerapan


metode storytelling. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh metode
storytelling dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas II Sekolah
Dasar. Latarbelakang penelitian ini dikarenakan keterampilan berbicara siswa
kelas II SD masih rendah. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang
terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SD di Kecamatan Sukajadi sebanyak
23 siswa. Langkah-langkah pembelajaran dengan metode storytelling terdiri
dari tiga tahapan, yaitu tahapan membuka atau mengawali kegiatan, tahapan
saat bercerita, dan tahapan menutup cerita dan evaluasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa setiap siklusnya mengalami peningkatan. Hal ini dilihat
dari penilaian keterampilan berbicara siswa pada siklus I yaitu sebesar 71 dan
siklus II sebesar 80,4. Tingkat ketuntasan pada siklus I sebesar 60,9% dan pada
siklus II sebesar 87%. Dari penerapan siklus I dan siklus II keterampilan
berbicara siswa mengalami peningkatan sebesar 26,1%. Berdasarkan hasil
penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode storytelling dapat
meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

Kata kunci : metode, storytelling, keterampilan, berbicara.

Abstract: This research is Classroom Action Research about applying


storytelling methode. The purpose of the study is to measure the influence of
application of storytelling method on improving speaking skill of the second
grade of elementary schools students. Background of the research is motivated
by the fact that speaking skills of the second grade students of the elementary
schools is low. The research is conducted in two cycles, which are the
preparation, execution, observation and reflection. The subjects of the research
are 23 of second grade students in Sukajadi. Steps conducted to apply the
storytelling method are conducted through three steps. They arethe opening,
telling the story closing and evaluation. The research shows that there is
improvement in every cycle. It can be seen from the students’ speaking skill
assessment; 71 on the first cycle an 80 in the second cycle. The level of
completeness on the first cycle is 60,6% and in the second cycle is 87%. From
the implementation of the first and the second cycles, it is found that students’
speaking skill is increasing 26,1 %. Based on the data, it can be concluded that
storytelling method can improve the students’ speaking skills.

Keyword : method, storytelling, skill, speaking.

199
Pratiwi, Penerapan Metode Storytelling Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara....

Bahasa memiliki peran sentral Berbicara pada dasarnya


dalam perkembangan intelektual, sosial, kemampuan seseorang untuk
dan emosional peserta didik dan mengeluarkan ide, gagasan, atau
merupakan penunjang keberhasilan pikirannya kepada orang lain melalui
dalam mempelajari semua bidang studi. bahasa lisan. Berdasarkan pengertian ini
Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki berbicara tidak sekedar menyampaikan
peranan yang sangat penting bukan hanya pesan tetapi proses melahirkan pesan itu
untuk membina keterampilan komunikasi sendiri (Abidin Y, 2012, hlm. 125).
melainkan juga untuk kepentingan Berbicara merupakan suatu
penguasaan ilmu pengetahuan. Melalui keterampilan, dan keterampilan tidak
bahasa, manusia belajar berbagai macam akan berkembang apabila tidak dilatih
pengetahuan yang ada di dunia. Dalam secara terus-menerus. Oleh karena itu,
konteks persekolahan, bahasa digunakan kepandaian berbicara tidak akan dikuasai
para siswa bukan hanya untuk dengan baik tanpa dilatih. Apabila selalu
kepentingan pembelajaran bahasa saja dilatih, keterampilan berbicara tentu akan
melainkan juga untuk mempelajari semakin baik. Begitu pula sebaliknya,
berbagai macam ilmu pengetahuan yang apabila malu, ragu, atau takut salah dalam
diajarkan di sekolah. berlatih berbicara, maka kepandaian atau
Pembelajaran bahasa Indonesia keterampilan berbicara pun akan akan
diarahkan untuk meningkatkan jauh dari penguasaan.
kemampuan peserta didik untuk Pembelajaran berbicara dalam
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di
dengan baik dan benar, baik secara lisan kelas II SD memuat standar kompetensi
maupun tulis, serta menumbuhkan mengungkapkan secara lisan beberapa
apresiasi terhadap hasil karya kesastraan informasi dengan mendeskripsikan benda
manusia Indonesia. dan bercerita. Sedangkan dua kompetensi
Ruang lingkup mata pelajaran dasarnya yaitu mendeskripsikan
bahasa Indonesia mencakup komponen- tumbuhan atau binatang di sekitar sesuai
komponen kemampuan berbahasa dan ciri-cirinya dengan menggunakan kalimat
kemampuan bersastra yang meliputi yang mudah dipahami oleh orang lain dan
aspek-aspek sebagai berikut: (1) menceritakan kembali cerita anak yang
mendengarkan; (2) berbicara; (3) didengarkan dengan menggunakan kata-
membaca; (4) menulis. Tarigan (1985) kata sendiri.
menyebutkan bahwa berbicara adalah Berdasarkan ketetapan sekolah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi tahun pelajaran 2015/2016 hasil belajar
artikulasi atau kata-kata yang siswa kelas II SDN S4, mata pelajaran
mengekspresikan, menyatakan, serta bahasa Indonesia memiliki Kriteria
menyampaikan pikiran, gagasan, dan Ketuntasan Minimum (KKM) yang harus
perasaan. dicapai adalah 70. Namun, kenyataan
Dalam pembelajaran bahasa salah yang terjadi adalah tidak sedikit siswa
satu keterampilan yang harus dikuasai yang belum berhasil mencapai KKM
siswa adalah keterampilan berbicara. yang telah ditetapkan. Dari 26 jumlah
Keterampilan berbicara ini menempati siswa, hanya 3 siswa saja yang dikatakan
kedudukan yang penting karena cukup mampu menceritakan kembali
merupakan ciri kemampuan komunikatif dongeng yang telah didengarnya
siswa. Dengan kata lain, kemampuan menggunakan kata-kata sendiri.
berbicara tidak hanya berperan dalam Walaupun dalam bercerita, ketiga siswa
pembelajaran bahasa tetapi berperan tersebut tidak bercerita secara runtut dan
penting pula dan pembelajaran yang lain. jelas. Ketika guru sudah membacakan

200
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 1 No. 1, Desember 2016, hlm. 199-207

cerita yang berjudul ulat tidalik, setiap digunakan oleh guru. Sehingga tidak ada
siswa ditugaskan untuk menceritakan yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
kembali isi cerita dengan menggunakan perhatian, dan minta siswa yang menjurus
kata-kata sendiri. Bukannya menceritakan ke arah terjadinya proses belajar.
kembali menggunakan kata-kata sendiri, Masalah rendahnya keterampilan
tetapi siswa cenderung menghafal setiap berbicara tersebut perlu dicarikan solusi
kata yang terdapat dalam buku mereka agar pembelajaran yang dilaksanakan
yang memuat cerita anak yang telah dapat memberikan hasil yang optimal
dibacakan oleh guru. Selain itu, siswa serta mampu meningkatkan keterampilan
juga masih tampak malu-malu bahkan berbicara bagi siswa. Salah satu solusi
terdapat siswa yang sama sekali tidak yang dipilih untuk mengatasi masalah
berbicara sepatah kata pun. rendahnya keterampilan berbicara siswa
Berdasarkan hasil wawancara dan adalah dengan menerapkan metode
pengamatan langsung di lapangan storytelling dalam pembelajaran bahasa
diketahui bahwa permasalahan ini Indonesia. Latif A (2012, hlm. 51)
disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor mengemukakan bahwa bercerita adalah
yang pertama adalah penggunaan model metode yang sangat baik dalam
atau metode pembelajaran yang pendidikan. Pada umumnya, cerita
dilakukan guru. Sebagaimana kita disukai oleh jiwa manusia karena
ketahui, guru mempunyai peranan besar memiliki pengaruh yang menakjubkan
dalam menentukan model atau metode untuk dapat menarik perhatian pendengar
pembelajaran yang akan diberikan kepada dan membuat seseorang bisa mengingat
siswa. Namun kenyataaan di lapangan kejadian-kejadian dalam sebuah kisah
menunjukan bahwa guru lebih sering dengan cepat.
menggunakan metode konvensional, yang Bercerita adalah suatu kegiatan
salah satunya adalah metode ceramah yang dilakukan seseorang secara lisan
yang membuat siswa merasa bosan dan kepada orang lain dengan alat tentang apa
pasif di dalam kelas. Guru sangat jarang yang harus disampaikan dalam bentuk
merencang metode yang lebih menarik pesan, informasi atau hanya sebuah
bagi siswa. Guru mengatakan bahwa guru dongeng yang dikemas dalam bentuk
tidak sempat untuk merancang metode cerita yang dapat didengarkan dengan
lainnya untuk pembelajaran di kelas dan rasa menyenangkan (Madyawati L, 2016,
penggunaan metode yang lebih inovatif hlm. 162). Nurgiyantoro (dalam
dianggap kurang efektif dan efisien dari Madyawati L, 2016, hlm. 162)
segi penggunaan waktu. Karena biasanya berpendapat bahwa bercerita merupakan
dalam metode yang lebih inovatif siswa kegiatan berbahasa yang bersifat
lebih sering diajak untuk berdiskusi produktif. Artinya, dalam bercerita
dalam kelompok yang membuat siswa seseorang melibatkan pikiran, kesiapan
bermain-main dan ribut pada saat proses mental, keberanian, perkataan yang jelas
pembelajaran. Aktivitas pembelajaranpun sehingga dapat dipahami oleh orang lain.
berpusat pada guru dan buku pelajaran.
Akibat dari proses pembelajaran tersebut, Bercerita dianggap cocok
keterampilan bebicara siswa juga tidak diterapkan dalam pembelajaran bahasa
akan meningkat karena siswa tidak Indonesia dengan tujuan untuk
pernah dilatih untuk berbicara atau meningkatkan kemampuan berbicara
diberikan kesempatan untuk siswa dengan alasan:
mengungkapkan pendapatnya. Faktor 1. Bercerita memberikan pengalaman
yang kedua adalah sangat minimnya psikologis dan linguistik pada siswa
media pembelajaran atau alat peraga yang sesuai minat, tingkat perkembangan

201
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 1 No. 1, Desember 2016, hlm. 199-207

dan kebutuhan siswa sekaligus METODE PENELITIAN


menyenangkan bagi siswa. Pada penilitian ini, peneliti
2. Bercerita dapat mengembangkan menggunakan metode Penelitian
potensi kemampuan berbahasa siswa Tindakan Kelas (Classroom Action
mlalui pendengaran kemudian Research). Model penelitian tidakan
menuturkannya kembali dengan kelas ini adalah model spiral Kemmis dan
tujuan melatih keterampilan siswa Mc. Taggart. Model tersebut
dalam bercakap-cakap untuk menggunakan empat komponen
menyampaikan ide dalam bentuk penelitian tindakan, yaitu perencanaan
lisan. (planning), pelaksanaan (acting),
3. Bercerita merupakan kegiatan yang observasi (observing), dan refleksi
menyenangkan dan tidak (reflecting) dalam suatu sistem spiral
membosankan. yang saling terkait antara satu langkah
4. Bercerita memberikan sejumlah dengan langkah berikutnya.
pengetahuan dan pengalaman. Dalam penelitian ini yang menjadi
Berdasarkan pada uraian latar subjek penelitian atau partisipan adalah
belakang masalah di atas, peneliti tertarik siswa kelas II pada salah satu Sekolah
untuk mengkaji lebih mendalam dengan Dasar Negeri di Kecamatan sukajadi,
melakukan penelitian tindakan kelas Kota Bandung dengan jumlah siswa
(PTK) dengan judul penelitian sebanyak 23 orang. Jumlah siswa laki-
“Penerapan Metode Storytelling Untuk laki 12 orang dan jumlah siswa
Meningkatkan Keterampilan Berbicara perempuan 11 orang. Peneliti memilih
Siswa Kelas II SDN S4 Bandung”. penelitian dengan subjek penelitian kelas
Berdasarkan latar belakang IIIA ini dikarenakan keterampilan
masalah yang telah diuraikam, maka berbicara siswa masih rendah.
secara umum, masalah penielitian ini Instumen yang digunakan untuk
adalah mengetahui “Bagaimana mengumpulkan data pada penelitian ini
penerapan metode storytelling untuk adalah:
meningkatkan keterampilan berbicara di 1. Instrumen Pembelajaran
SDN S4?”. Kemudian untuk Instrumen pembelajaran yaitu
memperoleh jawaban atas pertanyaan instrumen yang dipakai pada saat
tersebut, maka secara khusus dibuat pembelajaran dilaksanakan. Instrumen
pertanyaan penelitian sebagai berikut: pembelajaran ini berupa RPP (Rencana
1. Bagaimanakah pelaksanaan metode Pelaksanaan Pembelajaran) dan LKS
storytelling dalam mata pelajaran (Lembar Kerja Siswa). RPP dan LKS
bahasa Indonesia pada materi cerita dibuat pada setiap dilaksanakannya
anak siswa kelas II SDN S4 siklus.
Bandung? 2. Instrumen Pengungkap Data
2. Bagaimanakah peningkatan hasil Penelitian
pembelajaran keterampilan berbicara Selain instrumen pembelajaran,
melalui perenapan metode instrumen pengungkap data penelitian
storytelling siswa kelas II SDN S4 sangat diperlukan dalam penelitian ini.
Bandung? Adapun instrumen pengungkap data pada
penelitian yang akan digunakan oleh
peneliti adalah sebagai berkut:

202
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 1 No. 1, Desember 2016, hlm. 199-207

Tabel 1. Data dan Alat Pengungkap Data

Rumusan Masalah Data yang Akan Diungkap Alat Pengungkap Data


1. Bagaimanakah pelaksanaan Aktivitas guru sesuai dengan Lembar observasi aktivitas
metode storytelling dalam mata prinsip-prinsip pendekatan guru.
pelajaran bahasa Indonesia pada PAKEM.
Catatan lapangan.
materi cerita anak siswa kelas II
SDN S4 Bandung? Aktivitas siswa sesuai Lembar observasi aktivitas
dengan prinsip-prinsip siswa.
pendekatan PAKEM
Catatan lapangan.
2. Bagaimanakah peningkatan Motivasi belajar siswa dalam Soal menulis karangan
hasil pembelajaran keterampilan menulis karangan sederhaa. sederhana menggunakan
berbicara melalui perenapan gambar seri.
metode storytelling siswa kelas
II SDN S4 Bandung? Lembar observasi motivasi
belajar siswa.

Catatan lapangan

HASIL PENELITIAN b. Menyampaikan sinopsis isi


Sebelum melakukan siklus I, peneliti cerita secara singkat.
melakukan tahap perencanaan terlebih c. Memberikan informasi tentang
dahulu dengan membuat RPP. Dalam tokoh-tokoh yang akan muncul
RPP siklus I, peneliti menggunakan dalam cerita.
standar kompetensi 6. Mengungkapkan d. Mengawali cerita dengan
secara lisan beberapa informasi dengan menggambarkan tempat,
mendeskripsikan benda dan bercerita. menggambarkan waktu, ekspresi
Sedangkan komptensi dasarnya yaitu 6.2 emosi dengan diringi nyanyian
Menceritakan kembali cerita anak yang atau dengan memunculkan
didengarkan dengan menggunaka kata- suara-suara seperti suara
kata sendiri. Sistematika RPP yang dibuat binatang.
mengacu pada Permendiknas No. 41 4. Tahapan saat bercerita mencakup
Tahun 2007 tentang Standar Proses yang kegiatan:
memuat identitas mata pelajaran, SK a. Mendorong siswa untuk
(Standar Kompetensi), KD (Kompetensi merespon atau mengomentati
Dasar), indikator pencapaian kompetensi, pada bagian tertentu.
tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi b. Memantau anak dengan
waktu, metode pembelajaran, kegiatan pertanyaan untuk memperdalam
pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan pemahaman cerita.
sumber belajar. Langkah-langkah c. Mengajak anak untuk membuat
pembelajaran dalam RPP menggunakan praduga, apa yang akan terjadi
langkah-langkah metode storytelling, sebelum cerita dilanjutkan.
yaitu : d. Memberi kesempatan untuk
1. Memilih tema dan judul cerita yang menginterpretasi cerita.
akan dibawakan. e. Menterjemahkan kata-kata yang
2. Menkondisikan anak masih dirasa sulit diterima oleh
3. Tahapan membuka atau mengawali anak.
mencakup kegiatan: 5. Tahapan menutup cerita dan evaluasi
a. Menanyakan kesiapan untuk a. Tanya jawab (diskusi) seputar
mendengarkan cerita. tokoh-tokoh dan perbuatan yang
203
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 1 No. 1, Desember 2016, hlm. 199-207

harus dincontoh dan waktu yang telah ditentukkan


ditinggalkan. dalam RPP.
b. Mendorong siswa untuk 2) Aktivitas siswa saat pembelajaran
mencoba menceritakan kembali berlangsung yaitu :
atau bercerita dengan kreasi a) Hanya beberapa siswa saja yang
sendiri dan memberikan reward merespon pertanyaan yang
kepada siswa yang mau diajukan guru ketika guru
bercerita. berniat untuk mendorong siswa
Selain pembuatan RPP, peneliti merespon atau mengomentari
juga mempersiapkan media pembelajaran bagian tertentu cerita.
berupa big book yang berjudul “Sepatu b) Ketika guru mendorong siswa
Dahlan” dan LKS individu. Proses untuk mencoba menceritakan
pembelajaran berjalan sesuai dengan kembali atau bercerita, terdapat
langkah-langkah pembelajaran dalam salah satu siswa yang mengeluh
RPP yang meliputi kegiatan pendahuluan, tidak ingin bercerita karena
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada malu.
saat melakukan pembelajaran, peneliti c) Sebagian besar siswa tidak
dan observer melakukan analisis kegiatan menyimak isi cerita yang tengah
kegiatan pembelajaran yang selanjutnya disampaikan oleh temannya di
direfleksi setelah pembelajaran selesai depan kelas. Mereka hanya
dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan mengobrol dan asyik bermain
untuk mengetahui kelebihan dan sendiri saja.
kekurangan yang terjadi pada d) Volume suara siswa saat
pembelajatan yang telah dilaksanakan bercerita di depan kelas masih
pada siklus I. Hasil observasi yang lemah. Sehingga guru selalu
dilakukan observer pada pelaksanaan memingatkan atau meminta
pembelajaran di siklus I adalah sebagai siswa untuk meninggikan
berikut: volume suaranya.
1) Aktivitas penliti saat pembelajaran e) Kelas menjadi tidak kondusif
berlangsung yaitu : ketika siswa saling melemparkan
a) Peneliti kurang mengatur posisi bola untuk menentukkan siapa
dengan baik. Hal ini tampak yang mendapatkan giliran
pada beberapa buah meja yang bercerita. Beberapa siswa
diisi oleh tiga orang siswa. meneriakan kepada temannya
Sehingga, posisi duduk siswa yang sedang memegang bola
tampak tidak beraturan dan untuk melemparkan bola
berhimpitan. tersebut kepadanya.
b) Peneliti terlalu cepat ketika f) Terdapat dua siswa yang
bercerita. menghindar kedatangan bola,
c) Peneliti masih kurang baik karena ia tidak ingin
dalam peniruan suara antara mendapatkan giliran
tokoh Ibu dan Ayah yang bercerita.Siswa tidak bercerita
terdapat dalam cerita. Sedikit dengan runtut, siswa hanya
sekali perbedaan suara antara bercerita bagian pendahuluan
kedua tokoh tersebut. dan inti saja.
d) Peneliti tidak memberikan g) Terdapat satu siswa yang
informasi batas waktu untuk melakukan protes kepada guru
mengerjakan tugas. Sehingga karena ia tidak mendapatkan
waktu telah melebihi alokasi reward berupa stiker.

204
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 1 No. 1, Desember 2016, hlm. 199-207

Secara keseluruhan, kegiatan yang melakukan penceritaan kembali di


diobservasi pada aktivitas guru dan siswa depan kelas, agar suara yang
sudah terlaksana meskipun masih diucapkan oleh siswa dapat terdengar
terdapat temuan-temuan yang negatif. oleh guru maupun siswa yang duduk
Temuan-temuan yang negatif akan di bagian belakang.
direfleksi dan diperbaiki. Hal tersebut (8) Agar siswa dapat menyimak cerita
berfungsi untuk perbaikan dan pada yang disampaikan teman, peneliti
pembelajaran di siklus II menjadi lebih akan memberikan tugas berupa
baik. Adapun perbaikan-perbaikan yang lembar penilaian kepada setiap siswa
akan dilakukan pada pembelaaran siklus untuk memberikan penilaian
II adalah sebagai berikut: terhadap siswa yang sedang bercerita
(1) Peneliti akan membuat dan di depan kelas.
menyampaikan aturan kelas sebelum (9) Setelah peneliti selesai melakukan
pembelajaran inti dimulai terkait penceritaan, siswa akan dibagi ke
posisi duduk siswa yang dimana satu dalam beberapa kelompok.
meja hanya diperbolehkan diisi oleh Kemudian, setiap kelompok akan
dua orang siswa saja agar posisi diberikan potongan gambar dan
duduk beraturan dan tidak ditugaskan untuk menyusun
berhimpitan. potongan gambar tersebut sesuai
(2) Peneliti akan bercerita dengan dengan jalan cerita yang telah
menjaga kecepatan atau tempo pada diceritakan. Lalu, setiap siswa
saat storytelling. Peneliti akan bercerita berdasarkan potongan
menjaga agar kecepatan saat gambar yang telah disusun tadi.
bercerita dalam tempo yang benar. Dengan begitu, siswa akan bercerita
Tidak telalu cepat yang dapat dengan jalan cerita yang sesuai
membuat siswa menjadi bingung dengan dimulai pada bagian
ataupun lambat sehingga pendahuluan, inti, hingga akhir
menyebabkan siswa menjadi bosan. cerita.
(3) Pada saat bercerita, peneliti akan (10) Untuk menentukkan siswa yang
bercerita dengan menirukan suara mendapatkan giliran bercerita, guru
tokoh yang diperankannya agar akan menunjuk siswa secara acak.
membantu siswa untuk menghayati (11) Guru menjelaskan dengan jelas
setiap tokoh yang dimainkan oleh mengenai reward yang nantinya akan
peneliti. diberikan kepada siswa sebelum
(4) Peneliti akan mengatur waktu kegiatan bercerita dimulai, agar
pembelajaran agar sesuai dengan siswa mengerti ketentuan yang sudah
waktu yang telah ditentukkan dalam disepakati.
rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada siklus II peneliti melakukan
(5) Peneliti akan memberikan motivasi perencanaan dengan membuat RPP
kepada siswa dan akan mengajukan menggunakan SK dan KD yang sama
pertanyaan yang sama kembali dengan siklus I dengan memperhatikan
kepada siswa yang tidak merespon perbaikan-perbaikan yang telah
pertanyaan peneliti. direncanakan. Langkah-langkah
(6) Peneliti akan memberikan motivasi pembelajaran dalam RPP menggunakan
kepada siswa yang menolak bercerita langkah-langkah metode storytelling,
di depan kelas agar lebih percaya yaitu :
diri.
(7) Peneliti akan menyiapkan mikrofon 1. Memilih tema dan judul cerita yang
untuk siswa ketika mereka akan dibawakan.

205
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 1 No. 1, Desember 2016, hlm. 199-207

2. Menkondisikan anak berseri terkait dengan jalan cerita yang


3. Tahapan membuka atau mengawali telah diceritakan. Proses pembelajaran
mencakup kegiatan: berjalan sesuai dengan langkah-langkah
a. Menanyakan kesiapan untuk pembelajaran dalam RPP yang sama
mendengarkan cerita. dengan siklus I. Pada saat melakukan
b. Menyampaikan sinopsis isi pembelajaran, peneliti dan observer
cerita secara singkat. melakukan analisis kegiatan
c. Memberikan informasi tentang pembelajaran yang selanjutnya direfleksi
tokoh-tokoh yang akan muncul setelah pembelajaran selesai
dalam cerita. dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan
d. Mengawali cerita dengan untuk mengetahui kelebihan dan
menggambarkan tempat, kekurangan pada pembelajaran yang telah
menggambarkan waktu, ekspresi dilaksanakan pada siklus II. Hasil
emosi dengan diringi nyanyian observasi yang dilakukan observer pada
atau dengan memunculkan pelaksanaan pembelajaran di siklus II
suara-suara seperti suara adalah sebagai berikut:
binatang. 1) Setiap pertanyaan yang diajukan oleh
4. Tahapan saat bercerita mencakup guru, siswa dapat menjawabnya
kegiatan: dengan baik dan benar.
a. Mendorong siswa untuk 2) Saat peneliti bercerita, siswa dapat
merespon atau mengomentati memperhatikan. Tidak ada yang
pada bagian tertentu. mengobrol ataupun asyik bermain
b. Memantau anak dengan sendiri.
pertanyaan untuk memperdalam 3) Peneliti membagi siswa ke dalam 6
pemahaman cerita. kelomok. Setiap kelompok terdiri
c. Mengajak anak untuk membuat dari empat orang siswa. Setelah itu,
praduga, apa yang akan terjadi setiap kelompok diberi beberapa
sebelum cerita dilanjutkan. potongan gambar sesuai dengan
d. Memberi kesempatan untuk cerita yang telah diceritakan. Peneliti
menginterpretasi cerita. meminta siswa untuk menyusun
e. Menterjemahkan kata-kata yang potongan gmbar acak yang telah
masih dirasa sulit diterima oleh diberikan sesuai dengan jalan cerita
anak. yang telah disamapikan.
5. Tahapan menutup cerita dan evaluasi 4) Setiap siswa dapat menceritakan
a. Tanya jawab (diskusi) seputar kembali isi cerita yang telah
tokoh-tokoh dan perbuatan yang disimaknya dengan menggunakan
harus dincontoh dan kata-kata sendiri yang dimulai pada
ditinggalkan. bagian pendahuluan hingga akhir
b. Mendorong siswa untuk cerita.
mencoba menceritakan kembali 5) Sebagian besar volume suara siswa
atau bercerita dengan kreasi saat menceritakan kembali isi cerita
sendiri dan memberikan reward sudah dapatterdengar dengan jelas.
kepada siswa yang mau 6) Setiap siswa yang dapat
bercerita. menceritakan kembali isi cerita dengan
Selain pembuatan RPP, peneliti menggunakan kata-kata sendiri, diberikan
jua mempersipkan big book yang reward oleh peneliti.
berjudul “Rambut Dahlan” sebagai media Adapun peningkatan keterampilan
pembelajarannya, LKS Individu, dan berbicara siswa dapat dipaparkan grafik
peneliti menyiapkan potongan gambar

206
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 1 No. 1, Desember 2016, hlm. 199-207

tiap indikator yang telah digunakan oleh saat bercerita, dan tahapan menutup
peneliti sebagai berikut: cerita dan evaluasi
2. Keterampilan berbicara siswa dalam
Perbandingan Rata-rata Skor pembelajaran bahasa Indonesia pada
Tiap Aspek Siklus I dan II materi cerita anak dengan
menerapkan metode storytelling telah
25,00% mengalami peningkatan. Hal ini
20,00% 23,00% dibuktikan dari peningkatan dalam
21,00% 21,00%
20,00%
15,00% 19,00%
18,00% 18,40% setiap aspek penilaian keterampilan
17,00%
10,00% 13,00% 13,00% berbicara siswa dengan melihat
11,00% 10,00%
5,00% peningkatan rata-rata siklus I yaitu 71
0,00% dan meningkat pada siklus II menjadi
80,4. Sedangkan ketuntasan siswa
pada siklus I adalah 60,9% meningkat
pada siklus II menjadi 87%.

Siklus I Siklus II DAFTAR RUJUKAN


Abidin, Yunus. (2012). Pembelajaran
rafik 4.1 Perbandingan rata-rata skor tiap Bahasa Bebasis Pendidikan
aspek pada siklus I dan II Karakter. Bandung: PT Refika
Aditama
Berdasarkan grafik di atas, setiap Depdiknas. (2008). Peraturan Menteri
indikator keterampilan berbicara yang Pendidikan Nasional. Jakarta:
diobservasi pada siswa kelas II megalami Direktorat Jenderal Manajemen
peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari Pendidikan Dasar dan Menengah.
hasil persentase keterampilan berbicara
siswa. Selain itu, rata-rata nilai pada Latif, Abdul. (2012). The Miracle of
siklus I adalah 71 dan naik 9,4 pada Story Telling. Jakarta: Zikrul Hakim.
siklus II menjadi 80,4. Hal ini
menunjukkan setiap siklus terjadi Madyawati, Lilis. (2016). Strategi
kenaikan pada rata-rata nilai keterampilan Pengembangan Bahasa pada
berbicara. Anak. Jakarta: Prenadamedia
Group.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil dari penelitian
tindakan kelas (PTK) mengenai
penerapan metode storytelling untuk
meningkatkan keterampilan berbicara,
dapat ditarik beberapa simpulan
diantaranya sebagai berikut:
1. Pembelajaran menggunakan metode
storytelling untuk meningkatkan
keterampilan berbicara siswa kelas II
SD pada pembelajaran siklus I dan
siklus II dilaksanakan melalui
beberapa langkah, yaitu memilih tema
dan judul yang akan diceritakan,
mengondisikan siswa, tahapan
membuka atau mengawali, tahapan

207

Anda mungkin juga menyukai