Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, seluruh unit pelayanan yang ada dan
seluruh petugas kesehatan yang ada berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang bermutu
dan dan peduli terhadap keselamatan pasien, masyarakat dan seluruh petugas yang bekerja di
puskesmas
Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien merupakan prgram yang wajib
direncanakan, dilaksanakan, dimonitor , dievaluasi dan di tindaklanjuti di seluruh jajaran yang
ada di puskesmas Koppe, mulai dari kepala puskesmas dan jajarannya.
Oleh karena itu perlu di susun program peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang
menjadi acuan dalam penyusunan program-program mutu dan keselamatan pasien.

B. Latar Belakang
1. Puskesmas Koppe terletak di pinggir jalan raya poros makassar bone dengan kejadian
kecelakaan lalu lintas hampir setiap hari yang dibawa ke puskesmas
2. Jumlah kejadian kecelakaan yang terjadi di Puskesmas Koppe dari bulan Januari sampai
Agustusi ada sekitar 30 kejadian.
3. Pilihan Prioritas
Berdasarkan data tersebut diatas, maka peningkatan mutu klinis dan keselamatan
pasien di Puskesmas Koppe adalah pelayanan kegawatdaruratan
C. Tujuan Pedoman
Sebagai dasar dari seluruh program dan sebagai acuan dari berbagai kebijakan
dan prosedur terkait dengan manjmen mutu, reisiko dan keselamatan pasien di Puskesmas

D. Ruang Lingkup Playanan


1. Planning
a) Penyusunan pedoman manjmen mutu, manjmen resiko dan keselamatan
pasien puskesmas.
b) Koordinasi dengan
 Kepala Puskesmas
 Dokter
 Komite medik
 Komite keperawatan
 Komite keselamatan Puskesmas
 Komite pencegahan an pengendalian infeksi
 Tim kesehatan dan keselamatan kerja
 Para senior manager
 Para manger dan supervisor
c) Penyusunan berbagai kebijakan dan prosedur
d) Penyusunan berbagai program manjmen mutu, manjmen resiko dan
keselamatan pasien.
e) Pengorganisasian kegiatan dan aktivitas
2. Aciton
a) Pelaksanaan manjmen mutu, resiko dan keselamatan pasien di seluruh unit
Pendidikan dan pelatihan di bidang manjmen mutu, resiko dan keselamatan
pasien untuk seluruh staf Puskesmas
3. Monitoring
Puskesmas melakukan monitoring indicator mutu playanan dan proses
manajerial yang ditetapkan, pelaksanaan pengelolaan resiko, pencatatan KTD,
KNC dan sentinel event.
4. Evaluasi
Pada perinsipnya merupakan upaya pengolahan data hasil monitoring yang
dilakukan oleh manjmen Mutu/SPI bersama jajaran lain yang terikat.
5. Continuous Improvement
Merupakan tindak lanjut (rekomendasi dan pelaksanaan rekomendasi) dari hasil
pengolahan data pada tahap evaluasi. Wujudnya dapat berupa suatu project,
program tahunan, atau revisi dari system( Kebijakan dan prosedur) dll.

E. Batasan Operasional
1. Konsensus, berdasarkan kesepakatan bersama berbagi kompunen dan departemen
terkait yang secara rinci yang terlampir dalam daftar tim penyusun
2. Sederhana , pedoman ini di susun dengan kalimat yang mudah dimengerti dandi
pahami
3. Nyata, pedoman ini di susun dengan memperhatikan dimensi ruang, waktu dan
persyaratan atau prosedur tekniks.
4. Terukur, seluruh indicator dan standar di dalam pedoman ini dapat di ukur baik
kualitatif maupun kuantitatif
5. Terbuka, pedoman ini dapat di akses seluruh karyawan puskesmas dan
masyarakat umum.
6. Terjangkau, pedoman ini dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya dan
dana yang tersedia.
7. Akuantabel, pedoman ini dapa dipertangungguatkan kepada public.
8. Bertahap, pedoman ini mengikuti perkembangan kebutuhan, kemampuan,
keuangan, kelembagaan dan personil dalam pencapaian standar ini.

F. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 H ayat
(1) yang menerangkan bahwa Setiap Orang Berhak Memperoleh Pelayanan
Kesehatan, dan pasal 34 ayat (3) yang menerangkan bahwa Negara Bertanggun
jawab atas Penyediaan Fasilitas Playanan Umum Yang Layak.
2. Undang-Undang Republik Inonesia Nomor 23 Tahun 100 Tentang Kesehatan
(Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara
RI Nomor 3495).
3. Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran ( Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4431).
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 Tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
5. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1575/Menkes/per/XI/2005 Tentang Organisasi dan tata kerja Departement
Kesehatan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Berijazah sekurang-kurangnya dokter umum
2. Pendidikan minimal D3
3. Mempunyai komitmen dalam meningkatkan kualitas playanan dan kualitas
keselamatan pasien dan karyawan secara berkesinambungan.
4. Mempunyai kemampuan mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data.

B. Distribusi Ketenagaan.
1. Direksi bertangung jawab dalam menyusun perencanaan manjmen mutu, resiko dan
keslamatan pasien di puskesmas dan meminta persetujuan dari Kepala Puskesmas
tersebut meliputi pembuata pedoman, penetapan proritas pemantauan kegiatan,
penetapan proses atau mekanisme pengawasan terhadap program terhadap
peningkatan mutu dan keselamatan pasien
2. Direksi bertanggung jawab dalam penyelengaraan manjmen mutu, resiko dan
keselamatan pasien puskesmas sesuai dengan standar yang di sesuaikan.
3. Direksi berpartisipasi dalam pemanauan program manjmen mutu, resiko dan
keslamatan pasien
4. Direksi bertanggung jawab untuk melaporkan hasil program manjmen mutu, rsiko
dan keselamatan pasien kepada Kepala Puskesmas.
5. Kepala Puskesmas memahami pentingnya teknologi untuk mengumpulkan dan
membandingkan hasil pemantauan serta menyediakan teknologi dan fasilitas sesuai
dengan sumber daya Puskesmas.
C. Jadual Kegiatan

NO KEGIATAN SDM TAHUN


2014 2015 2016 2017 2018
1. Pembentukan Tim Dokter
KPRS
2. Rapat tim Dokter/perawat/bidan
3. Peltihan Perawat/bidan
KPRS/Sosialisasi
4. Menyusun SPO Dokter/Perawat/bidan
DPJP
5. Menyusun SOP Dokter/perawat/bidan
transfer info dan
koordinsi yanis
6. Melaksanakan Perawat/bidan
DPJP dan transfer
info
7. Menyusun SOP Perawat/bidan
pencatatab dan
pelaporan KTD
dan KNC
8. Melaksanakan Perawat/bidan
pencatatan dan
pelaporan KTD dan
KNC
9. Monitor dan Perawat/bidan
analisis 1 prepres
playanan yang
beresiko tinggi.

Waktu pelaksanaan

Batas waktu
BAB III
PENGORGANISASIAN DAN TATA HUBUNGAN KERJA
A. Pengorganisasian

Kepala Puskesmas

Wakil manajmen
mutu

Penanggung jawab
tim PMKP

Pokja rajal Pokja obat

B. Tata hubungan kerja dengan dan alur pelaporan kerja


1. Tata hubungan kerja
Ketua tim PMKP bertugas melakuakn koordinasi mulai dari perencanaan,
pelaksanaan sampai dengan monitoring kegiatan peningkatan mutu dan
keselamatan pasien di Puskesmas koppe. Penanggung jawab tiap-tiap pokja
melakukan koordinasi pelaksanaan dan monitoring kegiatan peningkatan mutu
dan keselamatan pasien pada pokja yang menjadi tanggung jawabnya, ke PMKP
bertanggung jawab terhadap wakil manjmen mutu dalam plaksanaan kegiatan ,
peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Wakil manajmen mutu bersama
dengan tim PMKP mengadakan rapat koordinasi tiap tiga bulan untuk
memonitor kemajuan dalam pelaksana kegiatan dan mngatasih permasalahan
2. Pelaporan
Tiap pokja melaporkan kegiatan setiap bulan kepada ketua tim PMKP. Dalam
bentuk laporan bulanan . Keua tim PMKP melaporkan kegiatan PMKP kepada
Kepala puskesmas dengan kepada wakil manjmen mutu tiap bulan.

BAB IV
TATALAKSAN PELAYANAN

1. Manajer Resiko, Mutu dan Keselamatan


a. Tugas dan wewenang
Aspek perencanaan
a) Melakukan analisis manajmen resiko, mutu dan keselamatan pelayanan di
Puskesmas
b) Menyusun perencanaan dan pedoman di bidang manjmen resiko mutu, dan
keselamatan pasien pelayanan di Puskesmas.
c) Melakukan koordinasi dengan seluruh deektorat, department , unit berkaitan
dengan manjmen resiko, mutu dan keselamatan di Puskesmas.

Aspek penggerakan dan pengawasan

a) Membantu persiapan akreditasi Puskesmas.


b) Memimpin aktivitas pengumpulan data indicator mutu, bekerja sama dengan
komite dan direktorat/ department/ unit terkait.
c) Melakukan sosialisasi dan meningkatkan kesadaran seluruh staf Puskesmas akan
mutu dan keslamatan pelayanan di Puskesmas.

Aspek evaluasi dan tindak lanjut

a) Melakukan evaluasi terhadap aktivitas manjmen resiko. Mutu dan keselamatan di


seluruh unit
b) Mendesain atau me-redesain proses sesuai kaidah manjmen resiko mutu dan
keselamatan pelayanana Puskesmas
c) Merencanakan pelatihn yang diperlukan guna perbaikan mutu keselamatan dan
pengendalian resiko.
2. Koordinator satuan pengawas internal
a. Tugas
a) Melakukan pengawasan untuk memastikan pelayanan yang dilakukan di
Pukesmas adalah berdasarkan prosedur/kebijakan yang telah di sahkan oleh
kepala puskesmas
b) Melakukan pengawasan di Department atau Unit terkait untuk memastikan
bahwa semua pelayanan dijalankan secara efektif dan efisen dengan kualitas
pelayanan terbaik kepada pasien
c) Melakukan pemeriksaan samar atau pemeriksaan langsung tiba-tiba ke Unit
organisasi tertentu.
d) Membuat jadwal dengan atau menghubungi langsung pejabat unit organisasi
yang bersangkutan dalam rangka mencari tahu yang lebih rinci atas suatu
praduga.
e) Menyusun laporan dan menyampaikannya kepada kepala puskesmas atas hasil
temuan hasil dari pelaksanaan pengawasannya berdasarkan hasil diteksi
observasi pemeriksaan langsung dan memberikan pandangan dan saran.
f) Menjaga hubungan kerja yang harmonis dengan para bawahannya dan dengan
unit-unit organisasi yang lain yang terkait.
g) Terusmenerus dengan meningkatakan pengetahuan , keterampilan dan
kemampuan diri yang berkaitan dengan peningkatan mutu kinerja klinis dan
pelayanan
h) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Puskesmas
b. Wewenag
a) Meminta informasi dan pengarahan kepada atasan
b) Melakukan pemeriksaan samara tau pemeriksaan tiba-tiba langsung keseluruh
atau kesebaia jenjang dan jajaran dan organisasi Puskesmas dengan pengetahuan
Kepala Puskesmas.
c) Meminta kterangan dari petugas di dalam semua unit organisasi Puskesmas
maupun pihak luar yang terkai, sehubungan dengan pelaksanaan fungsi
pengawasan.
d) Melapor , memberi pandangan dan saran yang berkenan dengan ketidaksesuaian
atau ketidak tetapan pelaksana misi Puskesmas.
e) Melapor segerah mengenai adanya penyimpangan besar yang dilakukan oleh
petugas kepada Kepla Puskesmas
f) Memberitahu langsung kepada senior Manager / supervisor adanya penyimpagan
kecil yan dilakukan petugas-petugasnya dengan di tembuskan kepada Kepala
Puskesmas.
g) Menilai prestasi kerja dan konduite para bawahannya serta memberikan usul
kenaikan gaji dan promosi/ /mutasi/pendidikan dan pelatihan, pemutusan
hubungan kerja berdasarkan penilaian tersebut
h) Mendelegalasikan tugas-tugas pengendalian inten maupun tugas kerja insidentil
lainnya kepada bawahannya
i) Memberi peringatan lisan kepada bawahannya mengenai pelaksanaan kerja
maupun perilaku
3. Petugas mutu dan keselamatan (PMK)
a. Tugas dan wewenag
Safety
a) Berpartisipasi dan berkontribusi terhadap pengmbangan program kesehatan dan
keselamatan kerja dan keselamatan pasien di Puskesmas
b) Melakukan monitoring terhadap jalannya program kesehatan dan keselamtan
kerja dan keselamtan di unit masing-masing.
c) Mencatat dan melaporkan kejadian yang tidak di harapkan ( KTD), kejadian
nyaris cidera (KNC) dan kejadian sentinel(sentinel event) yang terjadiI unitnya
masing-masing kepada komite keselamatan pasien di Puskesmas.
d) Mencatat dan melaporkan kejadian kecelakaa kerja yang terjadi di unitnya
masing-masing kepada tim kesehatan dan keselamatan kerja di Pukesmas
e) Melakukan pembinaan tentang pelaksanaan kepatuhan terhadap standar
keselamatan dan kesehatan kerja, keselamatan pasien pada setiap personil di unit
ruangan.

Quality

a) Melakukan monitoring aplikasi standar playanan dan memastikan pelayanan


yang di lakukan sesuai dengan prosedur/ kebijakan yang telah disahkan oleh
Kepala Puskesmas
b) Berpartisipasi dan berkontribusi terhadap pengembangan program mutu di
Puskesmas
c) Melakuka monitoring terhadap jalannnya program mutu di unit masing-masing
d) Menunjang suvervisor di unitnya dalam mngkoordinir pelayanan yang fisien dan
ektif dalam mencapai kualitas standarisasi international.
e) Memberikan masukan dalam penyusunan perencanaan strategis di unitnya
masng-masing
f) Melakukan panduan indicator klinis , indicator mutu, dan indikaor kinerja di unit
masing-masing
g) Melaporkan kegiatan dan temuan yang berkaitan mutu Departement Quality,
coordinator, satuan pengawas internal dan supervisor unit terkait.
BAB V

LOGISTIK
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

1. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu system dimana dimana puskesms membuat
asuhan pasien lebih aman untuk mencegah cidera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat menjalankan suatu tindakan atau idak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.
2. Tujuan
a) Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas
b) Meningkatnya akuantabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat.
c) Menurunnya kejadian tidak di harapkan (KTD) di puskesmas
d) Terlaksananya program-program pencegaha sehingga tdak terjadi pengulangan
kejaian yang tidak di harapkan
e) Menciptakan lingkungan yang aman bagi karyawan dan pengunjung puskesmas
koppe
f) Mempertahankan repurtasi puskesmas koppe
g) Memberikan pelayanan yang efektif dan efisien
3. Manfaat
a) Budaya safety meningkat dan berkembang
b) Komonikasi dengan pasien berkembang
c) Kejadian tidak diharapkan (KTD) menurun
d) Resiko klinis menurun
e) Keluhan berkurang
f) Mutu playanan puskesmas meningkat
g) Citra puskesmas dan kepercayaan masyarakat meningkat, diikuti dengan
kepercayaan diri yang meningkat

4. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien


Tuhjuh langkah kselamatan pasien puskesmas merupakan anduan yan
komprhensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkagkah tersebut
secara menyelurh perlu dilaksanakan di puskesmas.
a) Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
a. Bagi puskesmas
 Puskesmas harus memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang harus
dilakukan staf segera setelah terjadi iniden, bagaman langkah-langkah
pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus
diberikan kepada staf , pasin dan keluarga.
 Puskesmas menumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang
terjadi di puskesmas
 Puskesmas melakukan assessment dengan menggunakan survey penilaian
keselamatan pasien.
b. Bagi unit/tim
 Unit/tim memastikan rekan sekerja merasa mampu bericara mengenai
kepedulian mereka dan berani melaporkan bila mana ada insiden.
 Unit/tim mendemonstrasikan kepada unit/tim ukuran-ukuran yang dipakai
untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka da tejadi proses
pembelajaran serta pelaksanaan solusi yang tepat
b) Memimpin dan mendukung staf untuk memiliki komitmen dan focus pada
keselamatan pasien di puskesmas
a. Bagi puskesmas
 Puskesmas memastikan ada anggota direksi yang bertangung awab atas
keselamatan pasien
 Puskesmas mengidenifikasikan orang-orang yang dapat di anadalkan
enjadi “pengerak” dalam gerakan keselamatan pasien
 Puskesmas memperioritaskan keselamatan pasien dalam agenda rapat
Direksi
 Puskesmas memasukan tema keslamatan pasien dalam smua program
latihan staf puskesmas dan memastikan pelatihandi ikuti dan diukur
efektivitasnya
b. Bagi unit/tim
 Menominasikan penggerak dalam tim untuk memimpin gerakan
keselamatan pasien.
 Menjelaskan kepada tim relevansi dan pentingnnya gerakan keselamatan
pasien
 Menumbuhkan sikap yang menghargai pelaporan insiden
c) Mengintegrasikan manjmen resiko
a. Bagi puskesmas
 Puskesmas mngkaji kembali struktur dan proses yang ada dalam manjmen
resiko klini dan non klinis serta memastikan hal tersebut mencakup dan
terintegrasi dengan keselamatan pasien dan staf
 Puskesmas menembangkan indicator-indikator kinerja pengolahan resiko
yang dapat dimonitor oleh pimpinan puskesmas
 Puskesmas menggunakan inormasi yang benar dan jelas yang diperoleh
dari system pelaporan insiden dan assessment resiko untuk dapat secara
proaktif meningkatkan kepedulian kepada pasien
b. Bagi unit/tim
 Membentuk forum-forum dalam puskesmas untuk mendiskusikan issue-
issue keselamatan pasien guna memberikan umpan balik kpada manjmen
yang terkait.
 Memastikan ada penilaian resiko pada individu pasien dalam proses
assessment resiko puskesmas.
 Melakukan proses assessment resiko secara teratur dan mengambil
langkah-langkah yang tepat untuk memperkecil resiko tersebut.
 Memastikan assessment resiko tersebut disamapaikan sebagai masukan
ke proses assessment dan pencatatan resiko puskesmas.

d) Mengembankan system pelaporan di puskesmas


a. Bagi puskesmas
 Melengkapi rencana implementasi system pelaoran insiden kedalam
maupun keluar
b. Bagi unit/tim
 Mendorong kepada rekan sekerja untuk secara aktif melaporkan stiap
insiden yang terjadi.
e) Mengembangkan komonikasi terbuka dengan pasien
a. Bagi puskesmas
 Memastikan puskesmas memiliki kebijakan yang jelas dalam
menjabarkan cara-cara komonikasi terbuka slama proses asuhan tentang
insiden dengan pasien dan keluarga.
 Memastikan pasien dan keluarga mendapatkan informasi yang jelas dan
benar bila terjadi insiden
 Berikan dukungan dan pelatihan kepada staf agar selalu terbuka kepada
pasien dan keluarganya
b. Bagi unit/tim
 Memastikan tim menghargai da mendukung keterlibatan pasien dan
keluarga bila terjadi insiden
 Memperioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga jika terjadi
insiden dan segra beri tahu kepada mereka informai yan jelas dan benar.
 Memastikan segera setelah kejadian tim menunjukkan empati kepada
pasien dan keluarga.
f) Mempelajari dan membagi pengalaman tentang keselamata pasien
a. Bagi puskesmas
 Memastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian
insiden secara cepat
 Mengembangkan kebijakan yang menjabarkan denan jelas kritria
pelaksanaan analisis akar masalah , yang mencakup insiden yang terjadi
dan minimum 1 kali pertahun melakukan analisis modus dan dampak
kegagalan.
b. Bagi unit/tim
 Mendiskusikan dalam tim pengalaman dari hasil analisis insiden
 Mengidentifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak
dimasa depan dan membagi pengalaman tersebut secara lebih luas.
g) Mencegah cedera melalui implemtasi keselamatan pasien
a. Bagi puskesmas
 Menggunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari system
pelaporan,assessment, resiko, kajian insiden, dan audit serta analisis
untuk menentukan solusi
 Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang system( struktur dan
proses), penyesuaian pelatihan staf dan atau kajian klinis, termasuk
penggunaan instrument yang enjamin keselamatan pasien.
 Melakukan assessment resiko untuk setiap perubahan yang direncanakan
 Member umpan balik kepada staf tentang setiap yang diamabil atas
insiden yang dilaporkan.
b. Bagi unit/tim
 Melibatkan im dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat
asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebi aman
 Menelah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim dan memastikan
pelaksanaannya.
 Memastikan tim menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang
insiden yang dilaporkan

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

a. Petugas mutu dan keselamatan (PMK)


b) Tugas dan wewenag
Safety
 Berpartisipasi dan berkontribusi terhadap pengmbangan program
kesehatan dan keselamatan kerja dan keselamatan pasien di Puskesmas
 Melakukan monitoring terhadap jalannya program kesehatan dan
keselamtan kerja dan keselamtan di unit masing-masing.
 Mencatat dan melaporkan kejadian yang tidak di harapkan ( KTD),
kejadian nyaris cidera (KNC) dan kejadian sentinel(sentinel event) yang
terjadiI unitnya masing-masing kepada komite keselamatan pasien di
Puskesmas.
 Mencatat dan melaporkan kejadian kecelakaa kerja yang terjadi di
unitnya masing-masing kepada tim kesehatan dan keselamatan kerja di
Pukesmas
 Melakukan pembinaan tentang pelaksanaan kepatuhan terhadap standar
keselamatan dan kesehatan kerja, keselamatan pasien pada setiap
personil di unit ruangan.

Quality

 Melakukan monitoring aplikasi standar playanan dan memastikan


pelayanan yang di lakukan sesuai dengan prosedur/ kebijakan yang telah
disahkan oleh Kepala Puskesmas
 Berpartisipasi dan berkontribusi terhadap pengembangan program mutu
di Puskesmas
 Melakuka monitoring terhadap jalannnya program mutu di unit masing-
masing
 Menunjang suvervisor di unitnya dalam mngkoordinir pelayanan yang
fisien dan ektif dalam mencapai kualitas standarisasi international.
 Memberikan masukan dalam penyusunan perencanaan strategis di
unitnya masng-masing
 Melakukan panduan indicator klinis , indicator mutu, dan indikaor kinerja
di unit masing-masing
 Melaporkan kegiatan dan temuan yang berkaitan mutu Departement
Quality, coordinator, satuan pengawas internal dan supervisor unit terkait.
BAB III

PENGENDALIAN MUTU

1. Pengertian
Mutu adalah tingkat kesempurnaan penampilan dari sesuatu yang diamati atau derajat
kepatuhan rhadap standar yang dientukan terlebih dahulu.Manjmen mutu adalah suatu
upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan,sistematis, objektif dan terpadu
dalam identifikasi dan menetapkan masalah dan penyeab masalah mutu playanan
berdasrkan sandar yang telah ditetapkan, menetapkan dan mrlaksanakan cara
penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia serta menilai hasil yang
dicapai da menyusun saran dan tindak lanjut untuk meningkatkan mutu playanan.
2. Tujuan
Tujuan program manjmen mutu mencakup dua hal yang bersifat pokok yaitu sebagai
berikut:
a) Tujuan antara
Tujuan antara yang hendak dicapai oleh manjmen mutu ialah diketahuinya mutu
playanan melalui aktivitas kendali mutu dan manajmen mutu.
b) Tujuan akhir
Tujuan akhir yang hendak dicapai oleh manajmen mutu ialah semakin meningkatnya
mutu pelayanan
3. Manfaat
a) Dapat lebih meningkatkan efektifitas playanan kesehatan
Peningkatan efektifitas yang dimaksud erat hubungannya dengan dapat diselesaikan
masalah yang tepat dengan cara penyelesaian masalah yang benar. Karena dengan
diselenggarakannya manjmen mutu dapa dihrapkan pemilihan masalah telah
dilakukan secara tepat serta pemilihan dan pelaksanaan cara penyelesaian masalah
telah dilakukan masalah secara benar.
b) Dapat lebih meningkatkan efeiensi playanan kesehatan
Peningkatan efisiensi yang dimaksud erat hubungannya dengan dapat dicegahnya
penyelengaraan pelayanan yang berlebihan atau yang dibawah standar. Biaya
tambahan karena pelayanan yang berlebiahan atau karena harus mengatasi berbagai
efek samping karena playanan dibawah standar akan dapat dicegah.
c) Dapa meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
Peningkatan penerimaan masyarakat ini erat hubungannya dengan telah sesuainya
pelayanan kesehatan yang diselengarakan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat
sebagai pemakai jasa playanan.
d) Dapat melindungi pelaksanaan playanan kesehatan dari kemungkinan munculnya
gugatan hukum
Dengan terselengarannya pelayanan kesehatan yang bermutu yang akan berdampak
pada peningkatan kepusan para pemakai jasa playanan kesehatan tentunya akan
melindungi kemungkinan munculnya gugatan hokum dari masyarakat yang tidak
puas terhadap playanan kesehatan.
4. Prinsip-prinsip manajmen mutu
Manajmen mutu harus melibatkan setiap orang yang berada dalam organisasi untuk
meningkatkan pelayanan yang terus menerus dimana mereka akan memenuhi kebutahan
standar dan harapan dari pada pelanggan baik pelanggan intern ataupun pelanggan
ekstrern
a) Setiap orang didalam organisasi harus dilibatakn dalam penentuan, pengertian dan
peningkatan proses yang berkelanjutan dengan masing-masing control dan tanggung
jawab dalam setiap mutu yang dihasilkan oleh masing-masing orang
b) Setiap orang harus sepakat untuk memasukkan masing-masing pelanggan, baik
pelanggan eksternal maupun pelanggan internal
c) Peningkatan mutu dilakasanakan dengan mengunakan metode ilmiah yaitu dengan
menggunakan data untuk pengambilan keputusan, pengunaa alat-alat statistic dan
keterlibatab setiap orang yang terkait
d) Adanya pengertia dan penerimaan terhadap suatu perbedaan yang alami
e) Pembentukan team work, baik dalam part time work, full time work, ataupun
crossfuntional team
f) Adanya komitmen tentang pengembangan karyawan melalui keterlibatan didalam
pengambila keputusan
g) Partisipai dari pada setiap orang dalam kegiatan merupakan dorongan yang positif
dan harus dilaksanakan
h) Program pendidikan dan pelatihan dianggap sebagai suatu investasi/modal dalam
rangka pengembangan dalam kemampuan dan pengetahuan pegawai untuk mencapai
potensi mereka.
i) Suipilers dan custumer diintegrasikan dalam proses peningkatan mutu.
5. Bentuk manjmen mutu di puskesmas
Bentuk majmn mutu di puskesmas ada 3 yaitu
a) Input
b) Proses
c) Output
BAB IX

PENUTUP

Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap playanan di Puskesmas


maka di susunnnya perencanaam mutu keselamatan pasien di Puskesmas sangatlah penting.
Melalui perencanaan ini diharapka terjadi penekanan/penurunan insiden sehingga dapat lbih
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai