Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar merupakan jalan menuju sukses. Dengan belajar seseorang dapat


mengetahui banyak hal. Dalam hal ini, Islam pun amat menekankan tentang belajar.
Tujuan belajar dalam Islam bukan mencari rezeki di dunia semata, tetapi untuk sampai
kepada hakikat, memperkuat akhlak, artinya mencari atau mencapai ilmu yang
sebenarnya dan akhlak yang sempurna (Tohirin, 2006:57-58). Setiap manusia di mana
saja berada tentu melakukan kegiatan belajar mengajar. Seorang siswa yang ingin
mencapai cita-citanya tentu harus belajar dengan giat. Bukan hanya di sekolah saja,
tetapi juga harus belajar di rumah, masyarakat, lembaga pendidikan ekstra di luar
sekolah, berupa kursus, les privat, bimbingan studi dan sebagainya (Dalyono, 2007:48).
Belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara
maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu. Karena itu, perlu diketahui
seluk-beluk belajar, terutama bagaimana caranya dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat
digolongkan menjadi dua golongan Yakni, faktor intern dan faktor ekstren. Adapun
faktor intern yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan
faktor ekstren adalah faktor yang ada di luar individu.

B. Tujuan

1. Dapat mengetahuir faktor-faktor yang mempengaruhi belajar


2. Dapat mengetahui apa itu motivasi, sikap, minat, dan bakat
BAB II
ISI

A. Pengertian belajar
Belajar merupakan proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan
perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.
Dalam belajar terdapat tahapan-tahapan yang harus ditempuh agar hasil yang
diinginkan dapat tercapai. Menurut Baharudin, dkk (2007: 16), proses belajar
merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat syaraf individu yang belajar,
proses belajar terjadi secara abstrak, karena terjadi secara mental dan tidak dapat
diamati. Oleh karena itu, proses belajar hanya dapat diamati jika ada perubahan
perilaku yang berbeda dengan sebelumnya dari seseorang. Perubahan perilaku tersebut
bisa dalam hal pengetahuan afektif, maupun psikomotoriknya.
Pendapat lain tentang belajar yang dikemukakan oleh Sardiman (2006: 20),
belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan
serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca mengamati, mendengarkan, meniru
dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik jika subyek belajar mengalaminya,
jadi tidak bersifat verbalistik.
Banyak pendapat mengenai definisi atau pengertian belajar itu sendiri, definisi
mengenai belajar dikemukakan oleh para ahli pada intinya adalah sama yaitu setelah
proses pembelajaran selesai, maka seseorang akan mendapatan sesuatu yang baru atau
keterampilan yang belum pernah dimiliki.
Banyak hal yang dapat dilakukan dalam kegiatan belajar, belajar itu tidak
identik dengan pelajaran sekolah yang duduk, mendengarkan, tugas, dan lain-lain.
Menurut M. Ngalim Purwanto (2007: 87), Dalam bermain juga sebetulnya terjadi
proses belajar. Belajar bekerjasama, memecahkan masalah secara cepat, dan belajar
menghargai.
Keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk melakukan perubahan pengetahuan, kecakapan,
tingkah laku yang baru secara keseluruhan baik yang diamati maupun yang tidak
diamati, secara langsung sebagai hasil pengalaman dalam interaksinya dengan
lingkungan dan berusaha mengatasi apabila ada masalah yang muncul.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar


A. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam
lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan
yang disebut ekosistem. Saling ketergantungan antara lingkungan biotik dan
abiotik tidak dapat dihindari.
Selama hidup anak didik tidak bisa menghindarkan diri dari lingkungan
alami dan lingkungan sosial budaya. Interaksi dari kedua linmgkungan yang
berbeda ini selalu terjadi dalam mengisi kehidupan belajar anak didik.
Keduanya mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap belajar anak
didik di sekolah.
1. Lingkungan Alami
Lingkunan hidup adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup
dan berusaha di dalamnya. Pencemaran lingkungan hidup merupakan
malapetaka bagi anak didik yang hidup di dalamnya. Keadaan suhu dan
kelembaban udara berpengaruh terhadap belajar anak didik di sekolah. Belajar
pada udara yang segar akan lebih baik hasilnya daripada belajar dalam keadaan
udara yang panas dan pengap.
Lingkungan sekolah yang baik adalah lingkungan sekolah yang di
dalamnya dihiasi dengan tanaman/pepohonan yang dipelihara dengan baik.
Apotik hidup mengelompokkan dengan baik dan rapi sebagai laboratorium
alam bagi anak didik. Sejumlah kursi dan meja belajar teratur rapi yang
ditempatkan di bawah pohon-pohon tertentu agar anak didik dapat belajar
mandiri di luar kelas dan berinteraksi dengan lingkungan. Kesejukan membuat
anak didik betah tinggal berlama-lama di dalamnya. Begitulah lingkungan
sekolah yang dikendaki. Bukan lingkungan sekolah yang gersang, pengap,
tandus, dan panas yang berkepanjangan.
2. Lingkungan Sosial Budaya
Sebagai anggota masyarakat, anak didik tidak bisa melepaskan diri dari
ikatan sosial. Sistem sosial yang terbentuk mengikat perilaku anak didik untuk
tunduk pada norma-norma sosial, susila, dan hukum yang berlaku dalam
masyarakat. Demikian juga halnya di sekolah. Peraturan dan tata tertib di
sekoalh harus anak didik taati. Pelanggaran yang dilakukan oleh anak didik
akan dikenakan sanksi sesuai dengan jenis dan berat ringannya pelanggaran.
Lahirnya peraturan sekolah bertujuan untuk mengatur dan membentuk perilaku
anak didik yang menunjang keberhasilan belajar di sekolah.
Lingkungan sosial yang lebih mempengaruhi kegiatan belajar ialah
orang tua dan keluarga siswa itu sendiri, sifat-sifat orang tua, praktik
pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak
rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap
kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
Lingkungan sosial budaya di luar sekolah merupakan sisi kehidupan
yang mendatangkan problem tersendiri bagi kehidupan anak didik di sekolah.
Pembangunan gedung sekolah yang tak jauh dari hiruk pikuk lalu lintas
menimbulkan kegaduhan suasana kelas. Pabrik-pabrik yang didirikan di sekitar
sekolah dapat menimbulkan kebisingan di dalam kelas. Keramaian terdengar
sayup-sayup oleh anak didik di dalam kelas. Bagaimana anak didik dapat
berkonsentrasi dengan baik bila berbagai gangguan itu selalu terjadi di sekitar
anak didik.
B. Faktor Instrumental
1. Kurikulum
Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur subtansial
dalam pendidikan. Setiap guru memiliki kurikulum untuk mata pelajaran yang
dipegang dan diajarkan kepada anak didik. Setiap guru harus mempelajari dan
menjabarkan isi kurikulum ke dalam program yang lebih rinci dan jelas
sasarannya. Sehingga dapat diketahui dan diukur dengan pasti tingkat
keberhasilan belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
Muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar anak
didik. Seorang guru terpaksa menjejalkan sejumlah bahan pelajaran kepada
anak didik dalam waktu yang masih sedikit tersisa, karena ingin mencapai
target kurikulum. Akan memaksa anak didik belajar dengan keras tanpa
mengenal lelah. Padahal anak didik sudah lelah belajar ketika itu. Tentu saja
hasil belajar yang demikian kurang memuaskan dan cenderung mengecewakan.
Guru akan mendapat hasil belajar anak didik di bawah standar minimum. Hal
ini disebabkan telah terjadi proses belajar yang kurang wajar pada diri setiap
anak didik. Jadi, kurikulum dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar anak
didik di sekolah.
2. Program
Setiap sekolah mempunyai program pendidikan. Program pendidikan
disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan di sekolah
tergantung dari baik tidaknya program pendidikan yang dirancang. Program
pendidikan disusun berdasarkan potensi sekolah yang tersedia, baik tenaga,
finansial, dan sarana prasarana.
Program bimbingan dan penyuluhan mempunyai andil yang besar
dalam keberhasilan belajar anak didik di sekolah. Bervariasinya nilai
kuantitatif di dalam buku rapor sebagai bukti bahwa tingkat penguasaan bahan
pengajaran oleh anak didik yang bermacam-macam. Bantuan mutlak diberikan
kepada anak didik yang bermasalah agar mereka tenang dan bergairah dalam
belajar. Ketiadaan tenaga bimbingan dan penyuluhan tidak menjadikan alasan
untuk tidak memberikan bantuan dalam usaha mengeluarkan anak didik dari
kesulitan belajar.
Program pengajaran yang dibuat oleh guru akan mempengaaruhi ke
mana proses belajar itu berlangsung. Gaya belajar anak didik digiring ke suatu
aktivitas belajar yang menunjang keberhasilan program pengajaran yang dibuat
oleh guru. Program pengajaran yang dibuat tidak hanya berguna bagi guru,
tetapi juga bagi anak didik. Bagi guru dapat menyeleksi perbuatan sendiri dan
kata-kata atau kalimat yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran.
Bagi anak didik dapat memilih bahan pelajaran atau kegiatan yang menunjang
ke arah penguasaan materi seefektif dan seefisien mungkin.
3. Sarana dan Fasilitas
Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung sekolah
misalnya sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar di sekolah. Salah satu persyaratan membuat suatu sekolah adalah
pemilikan gedung sekolah yang di dalamnya ada ruang kelas, ruang kepala
kelas, ruang dewan guru, ruang perpustakaan, ruang BP, ruang tata usaha,
auditorium, dan halaman sekolah yang memadai. Semua bertujuan untuk
memberikan kemudahan pelayanan anak didik.
Fasilitas mengajar merupakan kelengkapan mengajar guru yang harus
dimiliki oleh setiap sekolah. Ini kebutuhan guru yang tidak bisa dianggap
ringan. Guru harus memiliki buku pegangan dan buku penunjang agar wawasan
guru tidak sempit. Buku kependidikan/keguruan perlu dibaca atau dimiliki oleh
guru dalam rangka peningkatan kompetensi guru. Alat peraga yang guru
perlukan harus tersedia di sekolah agar guru sewaktu-waktu dapat
menggunakannya sesuai dengan metode mengajar yang akan dipakai dalam
penyampaian bahan pelajaran di kelas. Lengkap tidaknya fasilitas sekolah
membukan peluang bagi guru untuk lebih kreatif mengajar.
Sarana dan fasilitas mempengaruhi kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Anak didik tentu dapat belajar lebih baik dan menyenangkan bila suatu
sekolah dapat memenuhi segala kebutuhan anak didik. Masalah yang dihadapi
dalam belajar relatif kecil. Hasil belajar anak didi tentu akan lebih baik.
4. Guru
Guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Kehadiran guru
mutlak diperlukan di dalamnya. Guru yang profesional lebihg mengedepankan
kualitas pengajaran daripada materil orientid. Kualitas kerja lebih diutamakan
daripada mengambil mata pelajaran yang bukan bidang keahliannya.
Untuk menjadi guru yang baik itu tidak dapat diandalkan kepada bakat
ataupun hasrat (emansipasi) atau lingkungan belaka namun harus disertai
kegiatan studi dan latihan serta praktek/pengalaman yang memadai agar
muncul sikap guru yang diinginkan sehingga melahirkan kegairahan kerja yang
menyenangkan. Hasil belajar anak didik tidak hanya dipengaruhi oleh latar
belakang pendidikan/pengalaman mengajar, tetapi juga dipengaruhi sikap
mental guru dalam memandang tugas yang diembannya. Seorang guru yang
memandang profesi keguruan sebagai panggilan jiwa akan melahirkan
perbuatan untuk melayani kebutuhan anak didik dengan segenap jiwa raga.
Kerawanan hubungan guru dengan anak didik yang dirisaukan selama ini tidak
lagi menjadi masalah aktual yang berkepentinagn. Yang terjadi adalah
kemesraan komunikasi antara guru dan anak didik.
C. kondisi Fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap
kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya
akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak
yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya di bawah anak-anak
yang tidak kekurangan gizi; mereka lekas lelah, mudah mengantuk, dan sukar
menerima pelajaran.
Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indra
(mata, hidung, pengecap, telinga, dan tubuh), terutama mata sebagai alat untuk
melihat. Sebagian besar yang dipelajari manusia (anak) yang belajar
berlangsung dengan membaca, melihat contoh, atau model, melakukan
observasi, mengamati hasil-hasil eksperimen, mendengarkan keterangan guru,
mendengarkan ceramah, dan lain-lain.
Aspek fisiologis mempengaruhi pengelolaan kelas. Pengajaran dengan
pola klasikal perlu memperhatikan tinggi rendahnya postur tubuh anak didik.
Postur tubuh anak didik yang tinggi sebaiknya ditempatkan di belakang anak
didik yang bertubuh pendek. Hal ini dimaksudkan agar pandangan anak didik
ke papan tulis tidak terhalang oleh anak didik yang bertubuh tinggi.

Menurut Djaali (2008:1010), ada banyak faktor yang mempengaruhi belajar


antara lain:
1. Motivasi
Motivasi merupakan dorongan yang ada pada diri anak untuk melakukan
sesuatu tindakan. Besar kecilnya motivasi banyak dipengaruhi oleh kebutuhan
individu yang ingin dipenuhi. Ada dua macam motivasi yaitu motivasi instrinsik dan
motivasi ekstrinsik.
Motivasi instrinsik adalah motivasi yang ditimbulkan dari dalam diri orang
yang bersangkutan. Sedangkan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul oleh
rangsangan dari luar atau motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi
belajar, misalnya angka, ijazah, tingkatan, hadiah, persaingan, pertentangan, sindiran,
cemoohan dan hukuman. Motivasi ini tetap diperlukan di sekolah karena tidak semua
pelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
Dengan memiliki, kemampuan pada suatu mata pelajaran, baik itu
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mampu dikembangkan, siswa diharapkan
dapat mengalih gunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam mengahadapi
masalahmasalah dalam berbagai bidang pelajaran. Kemampuan bernalar,
kemampuan memilih strategi yang cocok dengan permasalahannya, maupun
kemampuan menerima dan mengemukakan suatu informasi secara tetap dan cermat
merupakan kemampuan umum yang dapat digunakan dalam berbagai bidang.
Motifasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Didalam
menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan
itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri
sebagai daya penggerak/pendorongnya. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan
apa yang mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau mempunyai motif
untuk berfikir dan memutuskan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan
yang berhubungan, dan menunjang dalam belajar.
Motif-motif di atas dapat juga ditanamkan kepada diri siswa dengan cara
memberikan latihan-latihan dan kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang juga
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Dari penjelaan-penjelasan di atas jelaslah
bahwa motifasi yang kuat sangatlah perlu dalam belajar. Dalam membentuk motif
yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihanlatihan dan kebiasaan-
kebiasaan dan juga pengaruh lingkungan.
. Motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Karena
itu, motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari dalam diri (motivasi
instrinsik) dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan
harus dihadapi untuk mencapai-cita-cita. Senantiasa memasang tekad bulat dan selalu
optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar.
2. Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses
belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relative tetap
terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun negative
(Syah, 2003).
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak
senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk
mengantisipasi munculnya sikap yang negative dalam belajar, pendidik sebaiknya
berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggungjawab terhadap profesi
yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang pendidik akan berusaha memberikan
yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengambangkan kepribadian sebagai seorang
peserta didik yang empati, sabar, dan tulus kepada peserta didiknya; berusaha untuk
menyajikan pelajaran dengan baik dan menarik sehingga membuat peserta didik dapat
mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkan peserta didik
bahwa bidang studi yang dipelajari bermanfaat bagi diri peserta didik.
3. Minat
Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang
disertai dengan rasa senang. Jadi, beberapa dengan perhatian, karena perhatian sifatnya
sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan
senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang, dan dari situ diperoleh
suatu keputusan.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang di
pelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-
baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak
memperoleh keputusan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa
akan lebih muda dipelajari dan dikuasi, karena minat dapat menambah kegiatan belajar.
Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapat diusahakan
agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang
menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-
citanya serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang sedang dipelajarinya itu
4. Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai


keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti
berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas
masing-masing. Jadi, secara global bakat mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya
seorang anak yang berinteligensi sangat cerdas atau cerdas luar biasa disebut juga
sebagai anak berbakat.

Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar
seseorang. Hampir tidak ada orang yang membantah bahwa belajar pada bidang yang
sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. Akan tetapi
banyak sekali hal-hal yang menghendakialangi untuk terciptanya kondisi yang sangat
diinginkan oleh setiap orang.

Menurut Sunarto dan Hartono bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai


prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi diperlukan latihan, pengetahuan,
pengalaman, dan dorongan atau motivasi agar bakat itu dapat terwujud. Dalam
kehidupan di sekolah sering tampak bahwa seseoang yang mempunyai bakat dalam
bidang olahraga, umumnya prestasi mata pelajaran lainnya juga baik. Keunggulan
dalam salah satu bidang, apakah sastra, matematika atau seni, merupakan hasil
interaksi dari bakat yang dibawa sejak lahir dan faktor lingkungan yang menunjang,
termasuk minat dan dorongan pribadi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Islamudin, Haryu. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yunita,desmawa.2011.faktoryangmempengaruhibelajar.http://www.pakguruonlien.ac
.id. Diakses 11 Februari 2019

Anda mungkin juga menyukai