Anda di halaman 1dari 13

ANEMIA

KELOMPOK 4 :

1. AMBAR NURHUDAYANI
2. DWI KRISMA
DAYANTI
3. FARIZA ILHAM
4. ILHAM AZIS P
5. JANURIKA
PURNAMAWATI
6. MITA
PUSPITANINGRUM
7. PUTRI TIARA E
8. SELVITA BERLIAN D
9. ULFI ASMAROH
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia ( bahasa Yunani) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin (proteinpembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal.Sel
darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari
paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah
dari batas normal kelompok orang yang bersangkutan. Diketahui bahwa hemoglobin
merupakan protein berpigmen merah yang terdapat dalam sel darah merah yang berfungsi
mengangkat oksigen dari paru-paru dan dalam peredaran darah untuk dibawah ke jaringan.
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa
melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Anemia ?
2. Bagaimana Manifestasi Anemia?
3. Bagaimana etiologi dari Anemia?
4. Bagiaman Patofisiologi Dari Anemia?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Anemia?
6. Bagiamana penatalaksanaan dari Anemia?
7. Bagaimana membuat asuhan keperawatan pada klien dengan kelainan sel darah merah:
Anemia?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami dan menerapkan perannya sebagai perawat dalam
pencegahan dan penanganan masalah Anemia.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat memahami definisi dari Anemia.
b. Mahasiswa dapat memahami manifestasi klinis Anemia
c. Mehasiswa dapat memahami etiologi Anemia.
d. Mahasiswa dapat memahami patofisiologi Anemia.
e. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan penunjang pada masalah Anemia
f. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan pada masalah Anemia
g. Mahasiswa bisa membuat asuhan keperawatan dengan benar dan tepat pada masalah
Anemia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah
dari batas normal kelompok orang yang bersangkutan. Diketahui bahwa hemoglobin
merupakan protein berpigmen merah yang terdapat dalam sel darah merah yang berfungsi
mengangkat oksigen dari paru-paru dan dalam peredaran darah untuk dibawah ke jaringan.
Disamping oksigen, hemoglobin juga membawa karbondioksida membentuk ikatan
karbonmonoksi haemoglobin yang juga berperan dalam keseimbangan pH darah (WHO,
2012).

B. Manifestasi klinis
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan dari berbagai system dalam tubuh
antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologic (syaraf) yang di manifestasikan dalam
perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), perkembangan kognitif yang
abnormal pada anak. Sering juga terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel,
dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia yaitu: lemah, lesu, lelah,
lalai. Kalau muncul 5 gejala ini bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lainnya
adalah munculnya sclera ( warna pucat pada bagian kelopak mata bagian bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga, dan kepala terasa
melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.
( Sjaifoellah, 2008).

C. Etiologi
Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena: (Bakta,2009)
1. Penurunan produksi eritrosit disebabkan peningkatan sintesis hemoglobin seperti defisiensi
zat besi dan thalasemia, rusaknya sintesis DNA karena penurunan vitamin B12 (cobalamin)
dan defisiensi asam folat, dan pencetus terhadap penurunan jumlah eritrosit seperti anemia
aplastik, anemia dari leukimia, dan penyakit kronik.
2. Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan). Akut, bisa disebabkan karena trauma dan
rupturnya pembuluh darah. Kronik, seperti gastritis, menstruasi, dan hemoroid.
3. Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis). Intrinsik,
hemoglobin yang tidak normal, defiensi enzim (G6PD). Ekstrinsik, trauma fisik, antibodi,
infeksi, dan toksik (malaria).
4. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang.
5. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah.
6. Perubahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.
7. Kurangnya zat besi dalam makanan.
8. Kebutuhan zat besi meningkat.

D. Patofisiologi
Anemia mengacu pada kondisi penurunan konsentrasi Hb, jumlah SDM sirkulasi, atau
volume sel darah tanpa plasma (Hematokrit) dari nilai normal (Dr. Jan Tambayong, 2008).
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel darah
merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan
nutrisi, 14anan toksik, invasi tumor, atau akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis. Lisis sel darah merah terjadi dalam sel
fagositik atau dalam sistem retikulo endotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran
darah. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, maka hemoglobin
akan muneul dalam plasma. Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin
plasma, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urine.
Anemia timbul bisa karena dua hal antara lain, anoksia organ target karena berkurangnya
jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan dan mekanisme kompensasi tubuh
terhadap anemia.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
2. Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trombosit, laju endap darah (LED) dan
hitung retikulosit.
3. Pemeriksaan sumsum tulang
4. Pemeriksaan atas indeksi khusus:
– Anemia defisiensi besi: serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan feritin serum.
– Anemia megalobalistik: asam folat darah / eritrosit, vitamin B12
– Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coomb, dan elektroforesis Hb.
– Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia.

F. Penatalaksanaan Anemia
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA

A. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Gejala :keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas; penurunan
semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan
istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik
diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan
kekuatan. Tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-
tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2. Sirkulasi
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi
postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat
pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan:
pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin,
pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara
(DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi
kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut :
kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3. Integritas ego
Gejala: Keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : Depresi.
4. Eleminasi
Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran
urine.
Tanda : distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk
sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring).
Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas
mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya
(DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12).
Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas
(DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir
dengan sudut mulut pecah. (DB).
6. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan
buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu
berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis :
perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa
getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi;
baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran
terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan,
penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan
ekimosis (aplastik).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
2. Kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan
kebutuhan.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat.

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC

1 Perubahan perfusi Setelah dilakukan tindakan - Awasi tanda vital kaji


jaringan keperawatan selama 2x24 jam pengisian kapiler, warna
berhubungan diharapkan pasien terdapat kulit/membrane mukosa, dasar
dengan penurunan peningkatan perfusi jaringan kuku.
komponen seluler dengan kriteria hasil : – - Tinggikan kepala tempat tidur
yang diperlukan menunjukkan perfusi adekuat, sesuai toleransi.
untuk pengiriman misalnya tanda vital stabil. - Selidiki keluhan nyeri
oksigen/nutrient ke dada/palpitasi.
sel. - Awasi hasil pemeriksaan
laboraturium. Berikan sel
darah merah lengkap/packed
produk darah sesuai indikasi.
- Berikan oksigen tambahan
sesuai indikasi.

2 Kelemahan Setelah dilakukan tindakan - Kaji kemampuan klien dalam


berhubungan keperawatan selama 2x24 jam melakukan aktifitas sehari-hari
dengan diharapkan pasien dapat - Kaji kehilangan atau
ketidakseimbangan mempertahankan/meningkatkan gangguan keseimbangan, gaya
antara suplai jalan dan kelemahan otot.
oksigen ambulasi/aktivitas dengan - Observasi tanda-tanda vital
(pengiriman) dan kriteria hasil : sebelum dan sesudah aktivitas.
kebutuhan. - Melaporkan peningkatan - Berikan lingkungan tenang,
toleransi aktivitas (termasuk batasi pengunjung, dan kurangi
aktivitas sehari-hari) suara bising, pertahankan tirah
- Menunjukkan penurunan baring bila di indikasikan.
tanda intolerasi fisiologis, - Gunakan teknik menghemat
misalnya nadi, pernapasan, dan energi, anjurkan pasien
tekanan darah masih dalam istirahat bila terjadi kelelahan
rentang normal. dan kelemahan, anjurkan
pasien melakukan aktivitas
semampunya (tanpa
memaksakan diri).

3 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan - Tingkatkan cuci tangan yang


terhadap infeksi keperawatan selama 2x24 jam baik ; oleh pemberi perawatan
berhubungan diharapkan Infeksi tidak dan pasien.
dengan pertahanan terjadi.dengan kriteria hasil : - Berikan perawatan kulit,
sekunder tidak – Mengidentifikasi perilaku perianal dan oral dengan
adekuat untuk mencegah/menurunkan cermat.
risiko infeksi. - Motivasi perubahan
- Meningkatkan penyembuhan posisi/ambulasi yang sering,
luka, bebas drainase purulen atau latihan batuk dan napas dalam.
eritema, dan demam. - Pantau suhu tubuh. Catat
adanya menggigil dan
takikardia dengan atau tanpa
demam.
- Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian antiseptic
topical ; antibiotic sistemik.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang bersangkutan. Diketahui
bahwa hemoglobin merupakan protein berpigmen merah yang terdapat dalam sel
darah merah yang berfungsi mengangkat oksigen dari paru-paru dan dalam
peredaran darah untuk dibawah ke jaringan. Disamping oksigen, hemoglobin juga
membawa karbondioksida membentuk ikatan karbonmonoksi haemoglobin yang
juga berperan dalam keseimbangan pH darah
B. Saran
Dengan selesainya anemia ini, diharapkan mahasiswa keperawatan dapat lebih
mengidentifikasi gejala anemia dan manajemen anemia
DAFTAR PUSTAKA

- Bakta. 2009. Encyclopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.


- Jurnal: Gede Agus Suwiryawan, et al. Departemen Patologi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Udayana. Nomor: 6292-10427-1-BC.
- Marlyn E. Doenges, 2007. Rencana Perawatan Perawat, Jakarta, EGC.
-Miller, Scott. 2011. "Anemia".
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000471.htm (diakses 26
Oktober 2012).
- Tambayong., Dr (2008). Hematologi Klinis dan Dasar-dasar Hemostasis
- T. Heather H.2011. Diagnosis Keperawatan Nanda International 2009-2011. Jakarta:
EGC.
-Saijfoellah, 2010. Keperawatan medis bedah, Jakarta; EGC

Anda mungkin juga menyukai