Anda di halaman 1dari 2

“4.

Konsep takdir; perbandingan free will dan predestination serta hubungannya”

Macam-macam Qada dan Qadar Allah Swt.


1. Takdir mubram
Takdir mubram adalah takdir yang telah ditentukan Allah Swt secara mendasar bagi setiap
makhluk. Sebagaimana penjelasan pada ayat-ayat di atas, dapat kita ketahui bahwa penciptaan
alam semesta ini beserta isinya, telah ditetapkan Allah Swt dengan ukuran-ukuran tertentu.
Penetapan ukuran-ukuran dan ketentuan ini berdasarkan kehendak Allah Swt. Misalnya jenis
kelamin manusia, sifat air yang mengalir ke bawah, pelanet yang beredar dalam orbitnya, dan
berbagai ukuran serta sifat lainnya. Takdir jenis ini di sebut takdir mubram.
2. Takdir Mu’allaq
Takdir mu’allaq yaitu takdir yang pelaksanaannya sangat dipengaruhi oleh usaha manusia.
Allah Swt memberikan kesempatan bagi makhluk-Nya di muka bumi ini untuk berkreasi dan
berusaha sebaik mungkin untuk menjadi khalifah di bumi ini. Kesempatan ini berlaku bagi
manusia dan jin karena mereka memiliki akal dan nafsu yang dikaruniai Allah Swt. Dengan
akal dan nafsunya, manusia dan jin deiberikan kebebasan menentukan tindakan yang akan
mereka lakukan di dunia ini.
Manusia dan jin dapat menyikapi keadaan mereka. Akan tetapi, keputusan akhir yang akan
terjadi tetap di tangan Allah Swt. Dengan demikian, terjadinya sesuatu buakan berdasarkan
rencana Allah Swt semata, melainkan mengikutkan peran serta manusia untuk menjadi
kenyataan. Contohnya, hasil yang diperoleh manusia berkaitan dengan kekayaan harta,
kepandaian ilmu, kesuksesan hidup, dan kesehatan tubuh.

FREE WILL DAN PREDESTINATION


Mungkin terbersit pertanyaan, apa hubungannya free will dan Predistination dengan
Qadariyah dan Jabariyah, sehingga kedua aliran tersebut dijadikan acuan dalam pendahuluan.
Menurut Harun Nasution yang kemudian diikuti Dr. Hasan Zaini, Qadariyah dalam isitlah
inggrisnya dikenal dengan nama free will, sedangkan Jabariyyah dikenal dengan
sebutan predestination atau fatalism. Dengan demikian, terdapat hubungan yang erat sekali antara
istilah-istilah itu. Namun, disini yang akan dibicarakan bukan mengenai kedua aliran itu
(Qadariyah dan Jabariyah), melainkan nilai dan fahamnya.
A. Free Will - Qodariyah

Term Qodariyah mengandung dua arti, pertama : berasal dari kata qadara yang artinya
kemampuan dan kekuatan, kedua: bersal dari kata qudrah yang artinya kekuatan untyuk
melaksanakan kehendaknya. Dari dua pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwasannya
Qadariyah merupakan suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi
oleh Tuhan, mereka dapat melakukan segala sesuatu dan meninggalkannya atas kehendaknya
sendiri. Menurut Qodariyah,manusia mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan
perbuatannya.,dalam istilah inggrisnya free will dan free act. Menurut kaum qodariyah,manusia
berkuasa atas perbuatan perbuatannya baik atas kehendak dan kekuasaannya sendiri dan manusia
sendiri pula yang malakukan atau menjauhi perbuatan perbuatan jahat atas kemauan dan dayanya
sendiri. Dalam paham ini manusia merdeka dalam tingkah lakunya,ia berbuat baik atas kemauan
dan kehendaknya sendiri. Demikian pula ia berbuat jahat atas kemauan dan kehendaknya sendiri.

Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghalian tentang ajaran Qadariyah bahwa manusia
berkuasa atas perbuatan-perbutannya. Manusia sendirilah yang melakukan perbuatan baik atas
kehendak dan kekuasaan sendiri dan manusia sendiri pula yang melakukan atau menjauhi
perbuatan-perbutan jahat atas kemauan dan dayanya sendiri. Tokoh an-Nazzam menyatakan
bahwa manusia hidup mempunyai daya, dan dengan daya itu ia dapat berkuasa atas segala
perbuatannya.
B. Predestination - Jabariyah

Kaum jabariyah berpendapat sebaliknya. Manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam


menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam paham ini terikat pada kehendak mutlak
Tuhan. Jadi nama Jabariyah berasal dari kata jabaro yang mengandung arti memaksa. Memang
dalam aliran ini terdapat paham bahwa manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan
terpaksa. Dalam istilah inggris paham ini disebut fatalism atau predestination. Perbuatan
perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh qodlo dan qodar.

Adapun ajaran-ajaran Jabariyah dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu ekstrim
dan moderat. Pertama, aliran ekstrim. Di antara tokoh adalah Jahm bin Shofwan dengan
pendapatnya adalah bahwa manusia tidak mempu untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai
daya, tidak mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan. Pendapat Jahm tentang
keterpaksaan ini lebih dikenal dibandingkan dengan pendapatnya tentang surga dan neraka, konsep
iman, kalam Tuhan, meniadakan sifat Tuhan, dan melihat Tuhan di akherat. Surga dan nerka tidak
kekal, dan yang kekal hanya Allah. Sedangkan iman dalam pengertianya adalah ma'rifat atau
membenarkan dengan hati, dan hal ini sama dengan konsep yang dikemukakan oleh
kaum Murjiah. Kalam Tuhan adalah makhluk. Allah tidak mempunyai keserupaan dengan
manusia seperti berbicara, mendengar, dan melihat, dan Tuhan juga tidak dapat dilihat dengan
indera mata di akherat kelak. Aliran ini dikenal juga dengan nama al-Jahmiyyah atau Jabariyah
Khalisah. Kedua, ajaran Jabariyah yang moderat adalah Tuhan menciptakan perbuatan manusia,
baik itu positif atau negatif, tetapi manusia mempunyai bagian di dalamnya. Tenaga yang
diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya. Manusia juga
tidak dipaksa, tidak seperti wayang yang dikendalikan oleh dalang dan tidak pula menjadi pencipta
perbuatan, tetapi manusia memperoleh perbuatan yang diciptakan tuhan. Tokoh yang berpaham
seperti ini adalah Husain bin Muhammad an-Najjar yang mengatakan bahwa Tuhan menciptakan
segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil bagian atau peran dalam mewujudkan
perbuatan-perbuatan itu dan Tuhan tidak dapat dilihat di akherat. Sedangkan adh-Dhirar (tokoh
jabariayah moderat lainnya) pendapat bahwa Tuhan dapat saja dilihat dengan indera keenam dan
perbuatan dapat ditimbulkan oleh dua pihak.

Anda mungkin juga menyukai