Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia sebagai pribadi maupun makhluk social akan saling


berkomunikasi dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam hubungan yang
beraneka ragam, dengan gaya dan cara yang berbeda pula. Komunikasi
merupakan dasar dari seluruh interaksi antar manusia.Interaksi manusia baik
antara perorangan, kelompok maupun organisasi tidak mungkin terjadi tanpa
komunikasi. Begitupun dalam interaksi keluarga, baik antar pribadi anggota
keluarga, orang tua dengan anak maupun dengan keluarga yang lain sebagai
perorangan , kelompok maupun sebagai keluarga itu sendiri.

Seberapa jauh komunikasi berperan penting dalam kehidupan manusia dan


waktu yang diluangkan dalam proses komunikasi sangat besar, timbul pertanyaan
berapa banyak waktu yang digunakan dalam proses komunikasi di dalam
keseharian. Adapun bentuk kegiatan komunikasi yang digunakan untuk menulis,
untuk membaca, dan untuk berbicara serta untuk mendengarkan orang lain
berbicara, Hal tersebut membuktikan bahwa komunikasi sangat memiliki peran
yang penting dalam kehidupan sosial manusia, dengan kata lain komunikasi telah
menjadi jantung dari kehidupan kita.

Komunikasi amat berperan penting dalam menjelaskan segala sesuatunya,


banyak orang yang salah memahami makna pesan yang di sampaikan akibat pola
komunikasi yang salah. Keluarga adalah lingkungan terkecil dan terdekat bagi
individu. Melalui keluarga seseorang mulai belajar, bersosialisasi, membentuk
karakter, dan mengembangkan nilai-nilai yang telah ditanamkan padanya melalui
suatu pola tertentu.
Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah
keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi
dengan anggota lainnya, sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan
mengembangkan nilai-nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Agar anak
dapat menjalani hidupnya ketika berada dalam lingkungan masyarakat, apa yang
terjadi jika sebuah pola komunikasi keluarga tidak terjadi secara harmonis tentu
akan mempengaruhi perkembangan anak

1.2 Rumusan masalah

1.

2.

3.

1.3 Tujuan

1) Untuk mengetahui pengertian komunikasi di dalam keluarga.


2) Untuk mengetahui berbagai bentuk komunikasi dalam keluarga.
3) Untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi dan Interaksi di dalam keluarga.
4) Untuk mengetahui berbagai macam aneka komunikasi apa saja yang ada di
dalam keluarga.
5) Untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan komunikasi apa saja yang ada di
dalam suatu keluarga.
6) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi di dalam
keluarga.
7) Untuk mengetahui hambatan apa saja yang biasa terjadi dalam komunikasi
keluarga
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Komunikasi dalam keluarga

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian ide,perasaan dan pikiran


antara dua orang atau lebih sehingga terjadi perubahan sikap dan tingkah laku
bagi semua yang saling berkomunikasi. Keluarga merupakan kelompok sosial
pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai
manusia sosial, dalam interaksi dengan kelompoknya.

Pada dasaranya keluarga itu adalah sebuah komunitas dalam “satu atap”.
Kesadaran untuk hidup bersama dalam satu atap sebagai suami istri dan saling
interaksi dan berpotensi punya anak akhirnya membentuk komunikasi baru yang
disebut keluarga. Karenanya keluargapun dapat diberi batasan sebagai sebuah
group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita perhubungan mana
sedikit banyak bertahan lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak.
Pengertian keluarga menurut Noor (1983) adalah suatu unit atau lingkungan
masyarakat yang paling kecil atau merupakan masyarakat yang paling bawah dari
satu lingkungan negara. Posisi keluarga atau rumah tangga ini sangat sentral
seperti diungkapkan oleh Aristoteles (dalam Noor, 1983) bahwa keluarga rumah
tangga adalah dasar pembinaan negara. Dari beberapa keluarga rumah tangga
berdirilah suatu kampung kemudian berdiri suatu kota. Dari beberapa kota berdiri
daru propinsi, dan dari beberapa propinsi berdiridatu negara.
Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan
membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan
masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam
kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan.
2.2 Konsep keluarga

1. Keluarga

a. Definisi Keluarga

Menurut Depkes RI (1998) dalam Mubarak (2006 : 159)

keluarga dalam unit terkecil dan masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul yang tinggal disuatu

tempat dibawah suatu atap dalam keadaan suatu ketergantungan.

Menurut Effendy (1998) dalam Mubarak (2006 : 255) keluarga

adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena hubungan

darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup

dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan didalam

perannya masing-masing menciptakan serta mepertahankan

kebudayaan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah unit terkecil

dalam masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih individu yang

mempunyai hubungan sarat satu sama lain dan mereka hidup dalam

satu rumah tangga dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

b. Tipe keluarga

Menurut Effendy (1998) dalam Mubarak (2006 : 259) type keluarga

terdiri dari :

1) Keluarga inti (nuclear family), adalah keluarga yang terdiri dari

ayah, ibu dan anak


2) Keluarga besar (extended family), adalah keluarga inti ditambah

dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara

sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

3) Keluarga berantai (serial family) adalah keluarga yang terdiri dari

wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan

satu keluarga inti

4) Keluarga duda / janda (single family), adalah kelaurga yang terjadi

karena perceraian atau kematian

5) Keluarga komposisi (composite) adalah keluarga yang

perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama

6) Keluarga kabitas (cohabitation), adalah dua orang menjadi I tanpa

pernikahan terapi membentuk suatu keluarga

c. Peran Keluarga

Menurut Effendy (1998) dalam Mubarak (2006 : 259) berbagai

perasaan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:

1) Peran ayah, ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak berperanan

aman, sebagai pencari nafkah, pendidik, perlindungan dan pemberi

rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok

sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

2) Peranan ibu sbagai istri dan ibu dari anak-anaknya ibu mempunyai

peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan

pendidik anak-anaknya, perlindungan dan sebagai salah satu

kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota


me\asyarakat dan lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat

berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga

3) Peranan anak : anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai

dengan tingkat perkembangan baik fisik, mental, sosial dan

spiritual.

d. Fungsi keluarga

Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam

Suprajitno (2004 : 13) adalah sebagi berikut :

1) Fungsi efektif (the affective function) adalah faktor keluarga yang

utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan

anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fugsi ini

dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota

keluarga

2) Fungsi sosialisasi dan tempat sosialisasi (sosialization and social

placement fungtion) adalah fungsi mengembangkan dan tempat

melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan

rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah

3) Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk

mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga

4) Fungsi ekonomi (the economy funcional) yaitu keluarga berfungsi

untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat

untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga


5) Fungsi perawatan/pemeliharaaan kesehatan (the health care

function), yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan

anggota keluarga agar tetap memilki produktivitas tinggi fungsi ini

dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.

e. Tahap-tahap kehidupan keluarga

1) Tahap pembentukan keluarga, tahap ini di mulai dari pernikahan,

yang dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga

2) Tahap menjelang kelahiran anak; tugas keluarga yang utama untuk

mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak

merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat

yang sangat dinantikan

3) Tahap Menghadapi bayi; dalam hal ini keluarga mengasuh,

mendidik dan memberikan kasih sayang kepada anak, karena pada

tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung kepada kedua orang

tuanya, dan kondisinya masih sangat lemah

4) Tahap menghadapi anak pra sekolah; pada tahap ini anak sudah

mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan

teman sebayanya, tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan,

karena tidak mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih.

Dan fase ini anak sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan

tugas keluarga adalah mulai menenmkan budaya dan sebagainya

5) Tahap menghadapi anak sekolah; dalam tahap ini tugas keluarga

adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk


mempersiapkan masa depannya membiasakan anak belajar secara

teratur, mengontrol tugas-tugas anak sekolah dan meningkatkan

pengetahuan umum anak

6) Tahap menghadapi anak remaja; tahap ini adalah tahap yang paling

rawan karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas diri

dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan

dan dari kedua orang tua sangat diperlukan komunikasi dan saling

pengertian antara kedua orang tua dengan anak perlu dipelihara

dan dikembangkan

7) Tahap melepaskan anak ke masyarakat; setelah melalui tahap

remaja dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya, maka

tahap selanjutnya adalah melepaskan anak bemasyarakat dalam

memulai kehidupannya yang sesungguhnya, dalam tahap ini anak

akan memulai kehidupan berumah tangga

8) Tahap berdua kembali : setelah anak besar dan menmpuh

kehidupan keluarga sendiri-sendiri tinggalah suami istri berdua

saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi, dan bila tidak

dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan

stress

9) Tahap masa tua; tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan keluarga

orang tua mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana

ini.
2.3 Ciri-ciri komunikasi keluarga

a. Keterbukaan (openess)
Keterbukaan adalah sejauh mana individu memiliki keinginan untuk terbuka
dengan orang lain dalam berinteraksi. Keterbukaan yang terjadi dalam komunikasi
memungkinkan perilakunya dapat memberikan tanggapan secara jelas terhadap
segala pikiran dan perasaan yang diungkapkannya.
b. Empati (Empathy)
Empaty adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang
dirasakan orang lain, tanpa harus secara nyata terlibat dalam perasaan ataupun
tanggapan orang tersebut.

c. Dukungan
Adanya dukungan dapat membantu seseorang lebih bersemangat dalam
melakukan aktivitas serta meraih tujuan yang diinginkan. Dukungan ini lebih
diharapkan dari orang terdekat yaitu, keluarga.
d. Perasaan Positif (Positiveness)
Perasaan yaitu dimana individu mempunyai perasaan positif terhadap apa yang
sudah dikatakan orang lain terhadap dirinya.
e. Kesamaan (Equality)
kesamaan disini dimaksudkan individu mempunyai kesamaan dengan orang lain
dalam hal berbicara dan mendengarkan.
2.4 Bentuk-bentuk komunikasi dalam keluarga
a. Komunikasi orang tua yaitu suami-istri
Komunikasi orang tua yaitu suami istri disini lebih menekankan pada peran
penting suami istri sebagai penentu suasana dalam keluarga. Keluarga dengan
anggota keluarga (ayah, ibu, anak).

b. Komunikasi orang tua dan anak


Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan
keluarga di mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anaknya.
Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak di sini bersifat dua arah, disertai
dengan pemahaman bersama terhadap sesuatu hal di mana antara orang tua dan
anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau nasehat. Hubungan
komunikasi yang efektif ini terjalin karena adanya rasa keterbukaan, empati,
dukungan, perasaan positif, kesamaan antara orang tua dan anak.

c. Komunikasi ayah dan anak


Komunikasi disini mengarah pada perlindungan ayah terhadap anak. Peran
ayah dalam memberi informasi dan mengarahkan pada hal pengambilan
keputusan pada anak yang peran komunikasinya cenderung meminta dan
menerima. Misal, memilih sekolah. Komunikasi ibu dan anak Lebih bersifat
pengasuhan kecenderungan anak untuk berhubungan dengan ibu jika anak merasa
kurang sehat, sedih, maka peran ibu lebih menonjol.

d. Komunikasi anak dan anak yang lainnya


Komunikasi ini terjadi antara anak 1 dengan anak yang lain. Dimana anak
yang lebih tua lebih berperan sebagai pembimbing pada anak yang masih muda.
Biasanya dipengaruhi oleh tingkatan usia atau faktor kelahiran.
2.5 Pola komunikasi dan interaksi dalam keluarga
Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan
keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari kegiatan berbicara,
berdialog, bertukar pikiran dan sebagainya. Akibatnya kerawanan hubungan
antara anggota – anggota keluarga pun sukar untuk dihindari.Beberapa pola
komunikasi yang dilakukan dalam Interaksi keluarga :

Model stimulus – respons (S-R)

Pola ini menunjukkan komunikasi sebagai suatu proses “aksi – reaksi”


yang sangat sederhana. Pola S-R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan –
tulisan) isyarat-isyarat nonversal, gambar-gambar dantindakan-tindakan tertentu
akan merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara tertentu.
Oleh karena itu, proses ini dianggap sebagai pertukaran atau pemindahan
informasi atau gagasan, proses ini bersifat timbal balik dan mempunyai banyak
efek.
Model Interaksional
Model Interaksional ini berlawanan dengan model S-R. Sementara model
S-R mengasumsikan manusia adalah pasif, model interaksional menganggap
manusia jauh lebih aktif. Komunikasi di sini digambarkan sebagai pembentukan
makna yaitu penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain oleh para peserta
komunikasi. Berapa konsep penting yang digunakan adalah diri sendiri, diri orang
lain, simbol, makna, penafsiran, dan tindakan.
Hubungan antar peran
Komunikasi dalam keluarga dapat pula dipengaruhi oleh pola hubungan
antar peran hal ini, disebabkan masing-masing peran yang ada dalam keluarga
dilaksanakan melalui komunikasi.
Model ABX
Pola komunikasi lainnya yang juga sering terjadi dalam komunikasi antara
anggota keluarga adalah model ABX yang dikemukakan oleh Newcomb dari
perspektif psikologi-sosial. Newcomb menggambarkan bahwa seseorang (A)
menyampaikan informasi kepada seseorang lainnya (B) mengenai sesuatu (X).
2.6 Aneka komunikasi dalam keluarga
1) Komunikasi verbal

Komunikasi verbal adalah suatu kegiatan komunikasi antara individu atau


kelompok yang mempergunakan bahasa sebagai alat perhubungan efektif tidaknya
suatu kegiatan komunikasi bergantung dari ketepatan kata-kata atau kalimat dalam
mengungkapkan sesuatu. Kegiatan komunikasi verbal menempati frekuensi
terbanyak dalam keluarga setiap hari orang tua selalu ingin berbincang-bincang
kepada anaknya., canda dan tawa menyertai dialog antara orang tua dan anak.
2) Komunikasi non verbal
Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga tidak hanya dalam bentuk
verbal, tetapi juga dalam bentuk nonverbal. Walaupun begitu, komunikasi
nonverbal suatu ketika bisa berfungsi sebagai penguat komunikasi verbal. Fungsi
komunikasi verbal sangat terasa jika, komunikasi yang dilakukan secara verbal
tidak mampu mengungkapkan sesuatu secara jelas.
3) Komunikasi Individual
Komunikasi individual atau komunikasi interpersonal adalah komunikasi
yang sering terjadi dalam keluarga. Komunikasi yang terjadi berlangsung dalam
sebuah interaksi antarpribadi, antara suami dan istri, antara ayah dan anak, antara
ibu dan anak, antar anak dan anak.
4) Komunikasi kelompok
Hubungan akrab antara orang tua dan anak sangat penting untuk dibina dalam
keluarga keakraban hubungan itu dapat dilihat dari frekuensi pertemuan antara
orang tua dan anak dalam suatu waktu dan kesempatan. Sudah waktunya orang
tua meluangkan waktu dan kesempatan untuk duduk bersama dengan anak-anak,
berbicara, berdialog dalam suasana santai.
2.7 Tahap-tahap perkembangan komunikasi keluarga
a) Keluarga dengan anak – anak prasekolah
Pada tahap ini dari lahir hingga usia 6 tahun, anak – anak ada pada tahun
puncak untuk mempelajari bahasa. Kemampuan berbahasa terutama diperoleh dari
keluarga khususnya dari interaksi anatara anak dan pengasuh utama, ibunya. Anak
– anak memulai kemampuan berbahasa dengan menggunakan kata – kata tunggal.
Anatara usia 18 – 24 bulan, ungkapan – ungkapan dua kata muncul. Menjelangn
usia 3 tahun anak- anak menguasai kira – kira seribu kata, dan mulai usia 4-5
tahun mereka memperoleh kira-kira 50 kata setiap bulan.

b) Keluarga dengan anak – anak usia sekolah


Anak – anak semakin mengalami kebebasan sejalan dengan pertambahan
usia. Mereka memperoleh pengaruh tidak hanya lewat komunikasi keluarga yang
masih merupakan kekuatan dominan, tapi juga lewat komunikasi dengan pihak –
pihak di luar keluarga. Dua dimensi komunikasi orang tua-anak menjadi penting ;
penerimaan – penolakan dan kontrol otonomi.

c) Keluarga dengan anak – anak remaja


Tahap ini cenderung ditandai dengan bertambahnya konflik sehubungan
dengan bertambahya kebebasan anak – anak. Masalah – masalah otonomi dan
kontrol menjadi sangat tajam pada tahun –tahun ini. Anak – anak remaja mulai
mengalihkan komunikasi dari komunikasi keluarga kepada komunikasi dengan
teman- teman sebaya. Karena perubahan – perubahan fisiologis dan psikologis
yang dialami remaja, topik –topik tertentu menjadi perhatian mereka. Pendeknya,
usia remaja merupakan tantangan terbesar bagi komunikasi keluarga. Bila orang
tua dan anak dapat mengatasi badai, komunikasi selanjutnya akan lebih lancar.
Selanjutnya dapat disimpulkan dengan pertambahan usia, hubungan kita dengan
saudara- saudara kandung tetap penting.
2.8 Teknik komunikasi efektif dalam keluarga
Ada lima hal yang harus diperhatikan agar komunikasi di dalam keluarga tercipta
secara efektif,yaitu:

1.Respek
Komunikasi harus diawali dengan sikap saling menghargai (respectfull attitude).
Adanya penghargaan biasanya akan menimbulkan kesan serupa (timbal balik) dari
si lawan diskusi. Orangtua akan sukses berkomunikasi dengan anak bila ia
melakukannya dengan penuh respek. Bila ini dilakukan maka anak pun akan
melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan orangtua atau orang di
sekitanya.
2.Empati
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan kondisi
yang dihadapi orang lain. Syarat utama dari sikap empati adalah kemampuan
untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan dimengerti
oranglain.
Orangtua yang baik tidak akan menuntut anaknya untuk mengerti keinginannya,
tapi ia akan berusaha memahami anak atau pasangannya terlebih dulu. Ia akan
membuka dialog dengan mereka, mendengar keluhan dan harapannya.
Mendengarkan di sini tidak hanya melibatkan indra saja, tapi melibatkan pula
mata hati dan perasaan. Cara seperti ini dapat memunculkan rasa saling percaya
dan keterbukaan dalam keluarga.
3.Audibel
Audibel berarti “dapat didengarkan” atau bisa dimengerti dengan baik. Sebuah
pesan harus dapat disampaikan dengan cara atau sikap yang bisa diterima oleh si
penerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata yang
sopan, atau cara menunjuk, termasuk ke dalam komunikasi yang audibel ini.
4.Jelas
Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan banyak
pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika berkomunikasi
dengan anak, orangtua harus berusaha agar pesan yang disampaikan bisa jelas
maknanya. Salah satu caranya adalah berbicara sesuai bahasa yang mereka
pahami (melihat tingkatan usia).
5.Tepat
Dalam membahas suatu masalah hendaknya proporsi yang diberikan tepat baik
waktunya, tema maupun sasarannya. Waktu yang tepat untuk membicarakan
masalah anak misalnya pada waktu makan malam. Pada waktu sarapan pagi,
karena ketergesaan maka yang dibicarakan umumnya masalah yang ringan saja.
6.Rendah Hati
Sikap rendah hati dapat diungkapkan melalui perlakuan yang ramah, saling
menghargai, tidak memandang diri sendiri lebih unggul ataupun lebih tahu, lemah
lembut, sopan, dan penuh pengendalian diri. Dengan sikap rendah hati ini maka
laaawaaan diskusi kita memjadi lebih terbuka, sehingga banyak hal yang dapat
diungkapkan dari diskusi tersebut.

2.9 Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi keluarga


Berkomunikasi itu tidak mudah. Terkadang seseorang dapat berkomunikasi
dengan baik kepada orang lain. Dilain waktu seseorang mengeluh tidak dapat
berkomunikasi dengan baik kepada orang lain.
Ada sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga,
seperti yang akan di uraikan berikut ini :
A. Citra diri dan citra orang lain
Setiap orang mempunyai gambaran – gambaran tertentu mengenai dirinya
statusnya, kelebihan dan kekurangannya. Gambaran itulah yang menentukan apa
dan bagaimana ia berbicara, menjadi menjaring bagi apa yang dilihatnya,
didengarnya, bagaimana penilaiannya terhadap segala yang berlangsung
disekitarnya. Dengan kata lain, citra diri menentukan ekspresi dan persepsi orang.
Tidak hanya citra diri, citra orang lain juga mempengaruhi cara dan
kemampuan orang berkomunikasi. Orang lain mempunyai gambaran khas bagi
dirinya. Jika seorang ayah mencitrakan anaknya sebagai manusia yang lemah,
ingusan, tak tahu apa-apa, harus di atur, maka ia berbicara secara otoriter.
Akhirnya, citra diri dan citra orang lain harus saling berkaitan, saling lengkap-
melengkapai. Perpaduan kedua citra itu menentukan gaya dancara komunikasi.

B. Suasana Psikologis
Suasana Psikologis di akui mempengaruhi komunikasi. Komunikasi sulit
berlangsung bila seseorang dalam keadaan sedih, bingung, marah, merasa kecewa,
merasa irihati, diliputi prasangka, dan suasana psikologis lainnya.

C. Lingkungan Fisik
Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, dengan gaya, dan
cara yang berbeda. Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga berbeda dengan
yang terjadi di sekolah. Karena memang kedua lingkungan ini berbeda. Suasana di
rumah bersifat informal, sedangkan suasana di sekolah bersifat formal. Demikian
juga komunikasi yang berlangsung dalam masyarakat. Karena setiap masyarakat
memiliki norma yang harus diataati, maka komunikasi yang berlangsungpun harus
taat norma.

D. Kepemimpinan
Dalam keluarga seorang pemimpin mempunyai peranan yang sangat penting
dan strategis. Dinamika hubungan dalam keluarga dipengaruhi oleh pola
kepemimpinan. Karakteristik seorang pemimpin akan menentukan pola
komunikasi bagaimana yang akan berproses dalam kehidupan yang membentuk
hubungan-hubungan tersebut.
E. Bahasa
Dalam komunikasi verbal orang tua atau anak pasti menggunakan bahasa
sebagai alat untuk mengekspresikan sesuatu. Pada suatu kesempatan bahasa yang
dipergunakan oleh orang tua ketika secara kepada anaknya dapat mewakili suatu
objek yang dibicarakan secara tepat. Tetapi dilain kesempatan, bahasa yang
digunakan itu tidak mampu mewakili suatu objek yang dibicarakan secara tepat.
Maka dari itu dalam berkomunikasi dituntut untuk menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti antara komunikator dan komunikasi.
F. Perbedaan Usia
Komunikasi dipengaruhi oleh usia. Itu berarti setiap orang tidak bisa
berbicara sekehendak hati tanpa memperhatikan siapa yang diajak bicara.
Berbicara kepada anak kecil berbeda ketika berbicara kepada remaja. Mereka
mempunyai dunia masing-masing yang harus dipahami.

2.9.1 Hambatan komunikasi dalam keluarga


Problem komunikasi biasanya merupakan suatu gejala bahwa ada sesuatu yang
tidak beres.Hambatan komunikasi ada yang berasal dari pengirim, transmisi dan
penerima. Berbagai hambatan yang timbul dalam komunikasi, yaitu :

1. Kebisingan
2. Keadaan psikologis komunikan
3. Kekurangan komunikator atau komunikan
4. Kesalahan penilaian oleh komunikator
5. Keterbatasan pengetahuan komunikator atau komunikan
6. Bahasa
7. Isi pesan berlebihan
8. Bersifat satu arah
9. Faktor teknis
10. Kepentingan atau interes
11. Prasangka
12. Cara penyajian yang verbalistis
2.10 Peran perawat dalam memberi asuhan perawatan keluarga
Dalam memberikan asuhan perawatan keluarga, ada beberapa peranan yang dapat
dilakukan oleh perawat antara lain:
a. Pemberian asuhan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit
b. Pengenal atau pengamat masalah kebutuhan kesehatan keluarga
c. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga
d. Fasilitator, menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau dan perawat
mudah dapat menampung permasalahan yang dihadapi keluarga dan membantu
mencarikan jalan pemecahannya
e. Pendidikan kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah
perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku yang sehat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hidup kita tak lepas dari komunikasi. Komunikasi merupakan hal yang

penting dalam hidup, kita tidak mungkin tidak berkomunikasi baik secara

sengaja maupun tidak sengaja. Komunikasi adalah penyampaian pesan dari

komunikator (pemberi pesan) kepada komunikan (penerima pesan), agar

dalam penyampaian pesan kita dapat dipahami dan dimengerti haruslah

tercapai "komunikasi efektif"

Dalam kehidupan rumah tangga, komunikasi merupakan faktor penting

dalam membina hubungan rumah tangga. Seorang istri harus mengerti cara

berkomunikasi dengan suami, begitu pun sebaliknya. Komunikasi dalam

rumah tangga tak hanya saat berbicara empat mata atau saat berkumpul

dengan keluarga, pakaian dan parfum yang dipakai pun merupakan salah satu

bentuk komunikasi, hal tersebut bisa menjadi pesan bagi sang suami, selain itu

pasangannya pun harus pandai dalam menangkap dan menerjemahkan pesan

yang diberikan.

Komunikasi keluarga tidak sama dengan komunikasi antar anggota

kelompok biasa.Komunikasi yang terrjadi dalam suatu keluarga tidak sama

dengan komunikasi keluarga yang lain.Setiap keluarga mempunyai pola

komunikasi tersendiri. Tujuan komunikasi dalam interaksi keluarga ditinjau

dari kepentingan orang tua adalah untuk memberikan informasi,

nasihat,mendidik dan menyenangkan anak-anak. Anak berkomunikasi dengan

orang tua adalah untuk mendapatkan saran, nasihat, masukan atau dalam
memberikan respon dari pertanyaan orang tua. Komunikasi antar anggota

keluarga dilakukan untuk terjadinya keharmonisan dalam keluarga .

Hasil komunikasi atau akibat komunikasi dapat mencapai aspek

kognitif menyangkut kesadaran dan pengetahuan,aspek afektif menyangkut

sikap dan persaan dan aspek psikomotor menyangkut perilaku dan tindakan.

Hasil komunikasi di antara anggota keluarga yaitu terjadinya perubahan

perilaku anggota keluarga dalam menjaga keharmonisan hubungan keluarga

3.2 Saran

1. Bagi keluarga

Diharapkan bagi anggota keluarga untuk membangun sebuah

komunikasi yang baik antar anggota kelurga sehingga akan tercipta sebuah

keluarga yang harmonis dan jauh dari berbagai konflik yang dapat

meretakkan pondasi sebuah keluarga.

2. Bagi penulis

Makalah ini diharapkan sebagai landasan kedepannya agar suatu

saat apabila berkeluarga dapat membina komunikasi yang baik sehingga

tercipta keharmonisan dalam sebuah keluarga.


DAFTAR PUSTAKA
Muwarni,anita.(2009).Komunikasi terapeutik panduan bagi keperawatan.

Mulyana, Deddy. 2001 . Komunikasi Efektif : Suatu Pendekatan Lintas Budaya.


Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi : Dilengkapi contoh


analisis statistik. Bandung : Remaja Rosdakary

Anda mungkin juga menyukai