Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Dewasa ini sering kita dengar terjadinya penganiayaan/perlakuan salah terhadap


anak, baik yang dilakukan oleh keluarga ataupun oleh pihak-pihak lain. Dalam bidang
kedokteran sendiri, child abuse ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1860, di
Perancis. Dimana 320 orang anak meninggal dengan kecurigaan akibat perlakuan yang
salah.
Memang sangat sukar kita percayai bahwa seseorang anak yang
seharusnya menjadi tempat curahan kasih sayang dari orang tua dan
keluarganya, malah mendapatkan penganiayaan sampai harus dirawat di Rumah Sakit
ataupun sampai meninggal dunia.
Insidennya :
1. Hampir 3 juta kasus penganiayaan fisik dan seksual pada anak terjadi pada
tahun 1992
2. Sebanyak 45 dari setiap 100 anak dapat mengalami penganiayaan
3. Lebih dari 100 anak meninggal setiap tahunnya karena penganiayaan dan
pengabaian
4. Penganiayaan seksual paling sering terjadi pada anak perempuan, keluarga tiri,
anak-anak yang tinggal dengan satu orang tua atau pria yang bukan
keluarga

Di Indonesia ditemukan 160 kasus penganiyaan fisik,72 kasusu penganiyaan


mental, dan 27 kasus penganiyaan seksual ( diteliti oleh Heddy Shri Ahimsa
Putra,Tahun 1999 ). Sedangkan menurut YKAI didapatkan data pada tahun 1994
tercatat 172 kasus, tahun 1995 meningkat menjadi 421 dan tahun 1996 menjadi 476
kasus.
Setiap negara bagian mempunyai undang-undang yang menjelaskan tanggung
jawab legal untuk melaporkan jika terdapat kecurigaan penganiayaan anak. Kecurigaan
penganiayaan anak harus dilaporkan ke lembaga layanan perlindungan anak setempat.
Pelapor yang diberi mandat untuk melapor adalah perawat, dokter, dokter gigi, dokter
anak, psikologi dan ahli terapi wicara, peneliti sebab kematian, dokter, karyawan
1
lembaga penitipan anak, pekerja layanan anak-anak, pekerja sosial, guru sekolah.
Kegagalan seseorang untuk melaporkan orang tersebut didenda atau diberi hukuman
lain, sesuai dengan status masing-masing.
Di Indonesia tanggung jawab pelaku pencederaan anak tertera dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang pasalnya berkaitan dengan
jenis dan akibat pencederaan anak.
Kemunculan Undang – undang no.23/2002 tentang Perlindungan Anak menjadi
secercah cahaya untuk mengurangi terjadinya child abuse .

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Defenisi
Child Abuse : tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga tidak
optimal lagi (David Gill, 1973)
Child Abuse : perlakuan salah terhadap fisik dan emosi anak, menelantarkan
pendidikan dan kesehatannya dan juga penyalahgunaan seksual (Synder, 1983)
Child Abuse adalah penganiayaan, penelantaran dan eksploitasi terhadap anak,
dimana ini adalah hasil dari perilaku manusia yang keliru terhadap anak

B. Klasifikasi
Terdapat 2 golongan besar, yaitu :
1) Dalam keluarga
- Penganiayaan fisik, Non Accidental “injury” mulai dari ringan “bruiser –
laserasi” sampai pada trauma neurologic yang berat dan kematian. Cedera fisik
akibat hukuman badan di luar batas, kekejaman atau pemberian racun
- Penelantaran anak/ kelalaian, yaitu : kegiatan atau behavior yang langsung
dapat menyebabkan efek merusak pada kondisi fisik anak dan perkembangan
psikologisnya. Kelalaian dapat berupa :
a. Pemeliharaan yang kurang memadai
Menyebabkan gagal tumbuh, anak merasa kehilangan kasih sayang,
gangguan kejiwaan, keterlambatan perkembangan.
b. Pengawasan yang kurang memadai
Menyebabkan anak gagal mengalami resiko untuk terjadinya trauma
fisik dan jiwa
c. Kelalaian dalam mendapatkan pengobatan
Kegagalan dalam merawat anak dengan baik
d. Kelalaian dalam pendidikan
Meliputi kegagalan dalam mendidik anak mampu berinteraksi dengan
lingkungannya gagal menyekolahkan atau menyuruh anak mencari nafkah
untuk keluarga sehingga anak terpaksa putus sekolah
3
- Penganiayaan emosional
Ditandai dengan kecaman/kata-kata yang merendahkan anak, tidak mengakui
sebagai anak. Penganiayaan seperti ini umumnya selalu diikuti bentuk
penganiayaan lain
- Penganiayaan seksual, mempergunakan pendekatan persuasif. Paksaan
pada seseorang anak untuk mengajak berperilaku/mengadakan kegiatan sexual
yang nyata, sehingga menggambarkan kegiatan seperti : aktivitas seksual (oral
genital, genital, anal atau sodomi) termasuk incest. (The Child Abuse &
Prevention Act / Public Law 100-294).
2) Di luar rumah.
Dalam institusi/lembaga, di tempat kerja, di jalan, di medan perang.

C. Aspek Hukum Pencederaan Anak di Indonesia


Orang tua adalah yang pertama-tama bertanggung jawab atas
terwujudnya kesejahteraan anak baik secara rohani, jasmani, maupun social
(Pasal 9 UU No.4/1979), UU No. 12 tahun 2002 menjelaskan tentang
penganiayaan fisik pada anak, Di Indonesia tanggung jawab pelaku pencederaan
anak tertera dalam Kitab UU hukum pidana (KUHP) yang pasal-pasalnya
berkaitan dengan jenis & akibat pencederaan anak.
Peranan professional khususnya dari yang menangani, menolong,
mengobati anak diduga akibat pencederaan anak, pelaporannya kepada yang
berwajib dilindungi UU. Dalam KUHP penerapan pasal-pasalnya tergantung
dari jenis & akibat pencederaannya.
• Pencederaan anak yang bersifat penganiayaan dan bersifat menimbulkan
cidera fisik diterapkan dalam pasal 351 ayat 1 (ancaman hukuman penjara
paling lama 2 tahun 8 bulan). Ayat 2 bila mengakibatkan luka-luka berat
(ancaman hukuman penjara paling lama 5 tahun). Ayat 3 bila mengakibatkan
mati (ancaman hukuman penjara paling lama 7 tahun)
• Bagi orang tua sebagai pelaku pencederaan anak (fisik) hukuman dapat
ditambah dengan sepertiga (pasal 356)
• Bila pencederaan anak berupa penelantaran sehingga anak terlantar pasal 1 butir
7 tahun 1979, dapat kemungkinan diterapkan. Pasal 301 (ancaman

4
hukuman pidana penjara paling lama 4 tahun). Pasal 304 (ancaman pidana
penjara paling lama 5 tahun 6 bulan). Pasal 306 ayat 1 bila mengakibatkan
luka (ancaman pidana penjara paling lama 9 tahun). Bagi orang tua sebagai
pelaku ancaman pidana pada pasal 305 dan 306 dapat ditambah dengan 1/3
(pasal 307)
• Pencederaan anak bersifat seksual
Pasal yang diterapkan pasal 287 (ancaman pidana penjara paling lama 9
tahun). Pasal 290 butir 3 (ancaman pidana penjara paling lama 7 tahun).

D. Faktor-faktor penyebab

Faktor Sosiokultural
1. Nilai/norma yang ada di masyarakat
2. Hubungan antar manusia
3. Kemajuan zaman

Stress berasal dari Stress keluarga Stress berasal dari orang


anak tua

Fisik berbeda Kemiskinan Rendah diri


Mental berbeda pengangguran Waktu kecil mendapat
Temperamen mobilitas, isolasi, perlakuan salah epresi
berbeda perumahan tidak Harapan pada anak yang
Tingkah laku memadai tidak realistis Kelainan
berbeda Anak Hubungan orang karakter/gangguan jiwa
angkat tua anak stress
prenatal,anak
yang tidak
diharapkan
premature, dll
Perceraian
5
Situasi Pencetus

•Disiplin
• Konflik keluarga/pertengkaran
• Masalah keluarga

Sikap/perbuatan yang keliru


• Penganiayaan
• Keracunan
• Teror mental

E. Manifestasi Klinis dari Penganiayaan dan Pengabaian Anak Cidera Kulit


Cidera kulit adalah tanda-tanda penganiayaan anak yang paling umum dan
paling mudah dikenali. Bekas gigitan manusia tampak sebagai daerah
lonjong dengan bekas gigi, tanda hisapan atau tanda dorongan lidah. Memar
multiple atau memar pada tempat-tempat yang tidak terjangkau menunjukkan bahwa
anak itu telah mengalami penganiayaan. Memar yang ada dalam berbagai tahap
penyembuhan menunjukkan adanya trauma yang terjadi berulang kali. Memar
berbentuk objek yang dapat dikenali umumnya bukan suatu kebetulan.

Kerontokan Rambut Traumatik


Kerontokan rambut traumatik terjadi ketika rambut anak ditarik, atau dipakai
untukmenyeret atau menyentak anak. Akibatnya pada kulit kepala dapat
memecahkan pembuluh darah di bawah kulit. Adanya akumulasi darah dapat
membantu membedakan antara kerontokan rambut akibat penganiayaan atau
non penganiayaan.
Jatuh
Jika seorang anak dilaporkan mengalami kejatuhan biasa, namun yang tampak
adalah cidera yang tidak biasa, maka ketidaksesuaian riwayat dengan trauma yang
dialami tersebut menimbulkan kecurigaan adanya penganiayaan terhadap anak.

6
Cidera Eksternal pada Kepala, Muka dan Mulut
Luka, perdarahan, kemerahan atau pembengkakan pada kanal telinga luar, bibir
pecah-pecah, gigi yang goyang atau patah, laserasi pada lidah dan kedua mata
biru tanpa trauma pada hidung, semuanya dapat mengindikasikan adanya
penganiayaan.
Cidera Termal Disengaja atau Diketahui Sebabnya
Luka bakar terculap, dengan garis batas jelas, luka bakar sirkuler kecil-kecil dan
banyak dalam berbagai tahap penyembuhan, luka bakar setrikaan, luka bakar
daerah popok dan luka bakar tali semuanya memberikan kesan adanya tindakan jahat
yang disengaja.
Sindroma Bayi Terguncang
Guncangan pada bayi menimbulkan cidera ekslersi deselersi pada otak,
menyebabkan regangan dan pecahnya pembuluh darah. Hal ini dapat
menimbulkan cidera berat pada system saraf pusat, tanpa perlu bukti-bukti
cidera eksternal.
Fraktur dan Dislokasi yang Tidak Dapat Dijelaskan
Fraktur Iga Posterior dalam berbagai tahap penyembuhan, fraktur spiral atau
dislokasi karena terpelintirnya ekstremitas merupakan bukti cidera pada anak
yang tidak terjadi secara kebetulan.

F. Dampak Penganiayaan dan Kekerasan Pada Anak


Dampak penganiayaan dan kekerasan pada anak akan mengakibatkan gangguan
bio-psiko-sosial anak. Hal ini dapat terjadi dalam jangka pendek dan jangka
panjang. Anak mempunyai masa depan yang masih panjang sehingga perlu
pemantauan dan program tindakan yang terus-menerus bagi anak korban
penganiayaan dan kekerasan. Indikator yang perlu diperhatikan akibat
penganiayaan dan kekerasan pada anak dapat dilihat pada tabel 1. Diharapkan
tindakan/program dilakukan tanpa menunggu tanda/indikator muncul.

7
Indikator Fisik Indikator Perilaku
Aniaya Fisik Aniaya Fisik
Kerusakan kulit • Takut kontak dengan orang dewasa
• Memar dengan berbagai tingkat • Prihatin jika ada anak menangis
penyembuhan • Waspada/ketakutan
• Luka bakar • Agresif/pasif/menarik diri
• Lecet dan goresan

Kerusakan Skeletal
• Fraktur
• Luka pada mulut, bibir, rahang, mata,
perineal

Penelantaran/Pengabaian Penelantaran/Pengabaian
• Kelaparan • Pengemis
• Kebersihan diri kurang • Sendiri tanpa pengasuh pada waktu
• Pekaian tidak terurus yang panjang
• Tidak diurus dalam waktu lama • Penjahat
• Tidak pernah periksa kesehatan • Pencuri
• Datang cepat dan pulang lambat dari
sekolah
Aniaya Seksual • Melaporkan tidak ada pengasuh
• Sukar jalan dan duduk • Pasif, agresif
• Pakaian dalam berdarah, bernoda • Penuntut
• Genital gatal
• Memar dan berdarah pada daerah perineal Aniaya Seksual
• Penyakit kelamin • Harga diri negatif
• Ketergantungan obat • Tidak percaya pada orang lain
• Pertumbuhan dan perkembangan (sukar dekat dengan orang lain)
terlambat • Disfungsi kognitif dan motorik
• Hamil pada usia remaja • Defisit kemampuan personal dan sosial
• Penjahat atau lari dari rumah
• Ketergantungan obat
• Ide bunuh diri dan depresi
• Melaporkan aniaya seksual
• Psikotik

Aniaya Emosional Aniaya Emosional


• gagal dalam perkembangan • Perilaku yang ekstrim : pasif
• pertumbuhan fisik tertinggal sampai agresif
• gangguan bicara • Kebiasaan yang tergang-
gu/destruktif
• Neurotik
• Percobaan bunuh diri

8
G. Pencegahan dan Penanggulangan Penganiayaan dan Kekerasan pada Anak
Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak
merupakan tanggung jawab semua pihak.
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan dan program yang
ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat. Secara rinci dapat dilihat
pada tabel 2.
Pendidik
Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan yang sangat
pribadi, yaitu penis, vagina, anus, mammae dalam pelajaran biologi.
Perlu ditekankan bahwa bagian tersebut sifatnya sangat pribadi dan harus dijaga
tidak diganggu orang lain. Sekolah juga perlu meningkatkan keamanan anak di
sekolah.
Sikap atau cara mendidik anak juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi aniaya
emosional. Guru juga dapat membantu mendeteksi tanda-tanda aniaya
fisik dan pengabaian perawatan pada anak.
Penegak Hukum dan Keamanan
Hendaknya Undang-Undang No. 4 tahun 1979, tentang kesejahteraan anak cepat
ditegakkan secara konsekuen. Hal ini akan melindungi anak dari semua bentuk
penganiayaan dan kekerasan. Bab II pasal 2 menyebutkan bahwa “anak berhak atas
perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau
menghambat pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar.
Media Massa
Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya diikuti oleh
artikel-artikel pencegahan dan penanggulangannya. Dampak pada anak baik jangka
pendek maupun panjang diberitakan agar program pencegahan lebih ditekankan.

9
Tabel 2. Komponen program penurunan perilaku kekerasan pada
individu, keluarga dan komunitas

Individu Keluarga Komunitas


Prevensi primer-tujuan : Promosi orang tua dan keluarga sejahtera
• Pendidikan • Kelas persiapan • Pendidikan
kehidupan keluarga menjadi orang tua di kesehatan tentang
di sekolah, tempat rumah sakit, sekolah kekerasan dalam
ibadah dan dan institusi di keluarga
masyarakat masyarakat • Mengurangi media
• Pendidikan pada • Memfasilitasi jalinan yang berisi
anak tentang cara kasih sayang pada kekerasan
penyelesaian konflik orang tua baru • Mengembangkan
• Pendidikan seksual • Rujuk orang tua baru pelayanan dukungan
pada remaja yang pada perawat masyarakat, seperti
resiko PUSKESMAS untuk : pelayanan krisis,
• Pendidikan tindak lanjut (follow tempat
perawatan bayi agi up) penampungan
remaja yang • Pelayanan sosial anak/keluarga/usia
merawat bayi untuk keluarga lanjut/wanita yang
• Pelayanan reverensi dianiaya
kesehatan jiwa • Kontrol pemegang
• Pelatihan bagi senjata api dan
tenaga profesional tajam
untuk deteksi dini
perilaku kekerasan

Prevensi sekunder –tujuan : diagnosa dan tindakan bagi keluarga yang stress
• Pengkajian yang tiap pelayanan penyelamat-an diri bagi
lengkap pada tiap kesehatan korban secara
kejadian kekerasan • Rencana adekuat
pada keluarga pada
1
0
• Pengetahuan tentang • Pelayanan masyarakat • Semua profesi kese-
hukuman untuk untuk hatan terampil mem-
minta bantuan dan individu dan berikan pelayanan
perlindungan keluarga pada korban dengan
• Tempat perawatan • Rujuk pada menggunakan
atau “foster home” kelompok pendukung standard prosedur
untuk korban di masyarakat (self- dalam menolong
help group), korban
misalnya : kelompok • Unit gawat
pemerhati keluarga daruratdan unit
sejahtera layanan 24 jam
• Rujuk pada memberi respon,
lembaga/ institusi di melaporkan,
masyara-kat yang pelayanan kasus,
memberikan koordinasi dengan
pelayanan pada penegak
korban hukum/dinas sosial
untuk memberi
pelayanan segera
• Tim pemeriksa
mayat akibat
kecelakaan/ cidera,
khususnya bayi dan
anak
• Peran serta pemerin-

1
1
tah : polisi, penga-
dilan dan pemerintah
setempat
• Pendekatan
epidemio-logi untuk
evaluasi
• Kontrol pemegang
senjata api dan tajam

Prevensi tertier-tujuan : reedukasi dan rehabilitasi keluarga dengan kekerasan


• Strategi pemulihan • Reedukasi orang tua • “Foster home”,
kekuatan dan dalam pola asuh anak tempat perlindungan
percaya diri bagi • Konseling profesional • Peran serta
korban bagi keluarga pemerintah
• Konseling profesional • “Self-help-group” • “Follow up” pda
pada individu (kelompok peduli) kasus penganiayaan
dan kekerasan.
• Kontrol pemegang
senjata api dan
tajam

H. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
• Psikososial
1) Melalaikan diri (neglect), baju dan rambut kotor, bau
2) Gagal tumbuh dengan baik
3) Keterlambatan perkembangan tingkat kognitif, psikomotor dan psikososial
4) With drawl (memisahkan diri) dari orang-orang dewasa
• Muskuloskletal
1) Fraktur
2) Dislokasi
1
2
3) Keseleo (sprain)
• Genito Urinaria
1) Infeksi saluran kemih
2) Perdarahan per vagina
3) Luka pada vagina/penis
4) Nyeri waktu mikasi
5) Laserasi pada organ enetalia eksternal, vagina & anus
• Intergumen
1) Lesi sirculasi (biasanya pada kasus luka bakar oleh karena rokok)
2) Luka bakar pad kulit, memar atau abrasi
3) Adanya tanda-tanda gigitan manusia yang tidak dapat dijelaskan
4) Trauma yang tidak dijelaskan
5) Bengkak

1
3
b. Rencana asuhan keperawatan

Diagnosa
No Keperawatan Tujuan Intervensi
Tidak efektifnya koping Mekanisme koping 1. Identifikasi faktor-faktor 1. De
keluarga; kompromi keluarga menjadi efektif yang menyebabkan fa
berhubungan dengan rusaknya mekanisme koping di
faktor-faktor yang pada keluarga, usia di
menyebabkan Child orang tua, anak ke berapa pe
Abuse dalam keluarga, status ya
sosial ekonomi terhadap pe
perkembangan keluarga, or
adanya support system dan
kejadian lainnya
2. Konsulkan pada pekerja 2. Ke
sosial dan pelayanan Ab
kesehatan pribadi yang tepat m
mengenai problem keluarga, m
tawarkan terapi untuk ke
individu atau keluarga m
m

3. Dorong anak dan keluarga 3. De


untuk mengungkapkan ke
perasaan tentang apa yang m
mungkin menyebabkan m
perilaku kekerasan. ja
m
4. Ajarkan orang tua tentang m
perkembangan & pertum- 4. or
buhan anak sesuai tingkat m
umur. Ajarkan kemampuan tid
merawat spesifik dan pe
13
terapkan tehnik disiplin ba
14
2 Perubahan Perkembangan kognitif 1. Diskusikan hasil test kepada 1. Or
pertumbuhan dan anak, psikomotor dan orang tua dan anak me

15
perkembangan anak psikososial dapat disesuai- me
berhubungan dengan kan dengan tingkatan tuj
tidak adekuatnya umurnya jan
perawatan pe
2. Melakukan aktivitas (seperti, 2. K
membaca, bermain sepeda, dll) me
antara orang tua dan anak untuk ke
meningkatkan per-kembangan dari pe
penurunan kemampuan kognitif ke
psikomotor dan psikososial en
3. Tentukan tahap perkembang-an pe
anak seperti 1 bulan, 2 bulan, hu
6 bulan dan 1 tahun
3. D
3 Resiko perilaku keke- Perilaku kekerasanpada 1. Identifikasi perilaku kekeras- 1. De
4. Libatkan keterlambatan per- pe
rasan oleh anggota ke- keluarga dapat berkurang. an, saat menggunakan/ per
kembangan dan me
luarga yang lain ber- mengkonsumsi alkohol atau me
pertumbuhan yang normal ya
hubungan dengan kela- obat atau saat menganggur. int
4. Pro
kuan yang maladaptive. 2. Selidiki faktor yang dapat 2. De
me
mempengaruhi perilaku fak
pe
kekerasan seperti minum bab
me
alkohol atau obat-obatan aka
tep
kes
yan
me
kek
3. ko
3. lakukan konsuling kerjasama per
multidisiplin, termasuk efe
organisasi komunitas dan
psikolologis

16
4. Menyarankan keluarga 4. Te
kepada seorang terapi dan
keluarga yang tepat kep
unt
keb
5. Melaporkan seluruh kejadian 5. Per
yang aktual yang mungkin gun
4 Peran orang tua Perilaku orang tua
yang 1. Diskusikan ikatan yang wajar 1. M
terjadi kepada pejabat me
berubah berhubungan kasar dapat menjadi lebih dan perikatan dengan orang ak
berwenang dan
dengan ikatan keluarga efektif tua yang keras pr
kea
yang terganggu. m
inv
m
m
te
2. Berikan model peranan 2. M
untuk orang tua or
or
m
tu
3. Ke
3. Dukung pasien untuk te
mendaftarkan dalam kelas un
yang mengajarkan keahlian ke
orang tua tepat ef
4. Ke
4. Arahkan orang tua ke te
pelayanan kesehatan yang un
tepat untuk konsultasi dan ke
I. Implementasi sesuai dengan perencanaan intervensi seperlunya ef
a. Evaluasi :
1. Mekanisme koping keluarga menjadi efektif

17
2. Perkembangan kognitif anak, psikomotor dan psikososial dapat
disesuaikan dengan tingkatan umurnya
3. Perilaku kekerasan pada keluarga dapat berkurang
4. Perilaku orang tua yang kasar dapat menjadi lebih efektif

BAB III
TINJAUAN KASUS

Di Jawa Timur, Tepatnya di Mojokerto, sekitar bulan Maret 2000 terjadi


penganiayaan terhadap dua bocah kakak beradik, yaitu P (9 tahun) dan WP (5 tahun).
Sejak ditinggal pergi kedua orang tuanya, diperkirakan 6 bulan lalu, mereka
memperoleh perlakuan yang sangat tidak manusiawi dari buliknya sendiri (Ny. N,
40 tahun), dan sepupunya (S, 16 tahun).
Di tubuh kedua bocah tersebut membekas luka-luka bekas sundutan rokok dan
sutil panas. Bibirnya juga nyaris sumbing akibat hajaran benda keras. Demikian pula
di bagian kepala mereka. Yang tidak kalah biadab, mereka dilaporkan juga pernah
dipaksa makan kotorannya sendiri dan diancam akan dihajar jika tidak mau menuruti
perintah buliknya. Terakhir, sebelum tragedi kemanusiaan ini terbongkar warga
setempat, kedua bocah itu diketahui sedang dimasukkan ke dalam karung dan hendak
ditenggelamkan di sebuah sungai, sembari dihajar berkali-kali.
(sumber : Krisis dan Child Abuse oleh Suyatno B).

Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
- Integumen :
• Terdapat bekas luka-luka sundutan rokok dan sutil panas.
• Luka atau robek pada bibir
- Psikologis :
• Takut
• Cemas
• Trauma
• Harga diri rendah

18
• Perasaan tidak aman dan nyaman
• Depresi

2. Diagnosa dan Intervensi


Diagnosa I
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan luka akibat trauma fisik
ditandai dengan robekan pada bibir dan bekas trauma pada kepala.
Hasil yang diharapkan :
- Melaporkan nyeri hilang / terkontrol.
- Menunjukkan sikap rileks dan dapat tidur / istirahat dengan tepat.

19
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri yang dirasakan Untuk mengetahui tingkat nyeri yang
oleh anak.tanda-tanda vital.
2. Observasi dirasakan
Mengetahuianak. perkembangan keadaan
umum anak, sehingga dapat
3. Ciptakan suasana tenang, dan Suasana yang
menentukan aman selanjutnya.
tindakan dan nyaman anak
lakukan pendekatan secara lemah mendukung psikis anak sehingga
lembut ketika memberikan mempercepat penyembuhan.
perawatan pada anak.
Diagnosa II:
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka akibat trauma fisik
ditandai dengan luka terbuka / robekan pada bibir.
Hasil yang diharapkan :
- Suhu normal dan bebas tanda-tanda infeksi.
- Mencapai penyembuhan luka tepat waktu.

Intervensi Rasional
Mandiri
1. Berikan perawatan aseptik dan Cara pertama untuk menghindari
antiseptik, pertahankan teknik cuci terjadinya infeksi nosokomial.
2. Observasi daerah kulit yang Deteksi dini perkembangan infeksi
tangan yang baik.
mengalami kerusakan, catat memungkinkan untuk melakukan
karakteristik dari drainase dan tindakan dengan segera dan
3. Pantau suhu tubuh secara teratur, Dapat mengindikasikan perkembangan
inflamasi yang ada. pencegahan terhadap komplikasi.
catat adanya demam, mengiggil, sepsis yang selanjutnya memerlukan
diaforesis, dan perubahan fungsi evaluasi atau tindakan segera.
4. Batasi pengunjung yang dapat Menurunkan pemajanan terhadap
metnal (penurunan kesadaran).
menularkan infeksi.,
Kolaborasi ‘pembawa kuman penyebab infeksi’.

1. Berikan antibiotik sesuai indikasi. Terapi profilaktik dapat digunakan pada


pasien yang mengalami trauma
2. Ambil bahan pemeriksaan Dilakukan untuk memastikan adanya
(perlukaan).
(spesimen) sesuai indikasi. infeksi dan mengidentifikasi organisme
penyebab dan untuk menentukan obat
pilihan yang sesuai.

20
Diagnosa III:
Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian, krisis situasional, dan
stimuli lingkungan ditandai dengan adanya luka-luka penganiayaan fisik.
Hasil yang diharapkan :
- Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat yang
dapat diatasi.
- Mengembangkan rencana untuk perubahan gaya hidup yang perlu.
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji tingkat ansietas pasien, Membantu dalam mengidentifikasi eku dan
identifikasi bagaimana pasien keterampilan yang mungkin membantu
menangani masalahnya di masa pasien mengatasi keadaannya sekarang

2. yang
Beri lalu dan koping
informasi pasien
yang dengan
akurat dan dan atau kemungkinan
Memungkinkan pasienlainuntuk
untuk membuat
memberi
masalah yang dihadapi
jawab dengan jujur. sekarang. bantuan yangyang
keputusan sesuai. didasarkan atas
3. Beri kesempatan pada pasien untuk Respon yang akurat tehr masalah
pengetahuan.
mengungkapkan masalah yang pasien dapat meningkatkan koping
dihadapinya. terhadap situasi yang sedang
4. Catat perilaku dari orang terdekat /
Orang terdekat / keluarga mungkin
dihadapinya.
keluarga yang meningkatkan peran secara tidak sadar memungkinkan
sakit pasien. pasien untuk mempertahankan
Kolaborasi ketergantungannya.
Rujuk pada kelompok pendukung yang Memberi dukungan untuk beradaptasi pada
ada, pelayanan sosial, psikoterapi, dan perubahan dan memberikan sumber-
sebagainya. sumber untuk mengatasi masalah.
Diagnosa IV:
Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan penampilan ditandai
dengan adanya bekas luka pada tubuh dan robekan pada bibir.
Hasil yang diharapkan :
- Bicara dengan keluarga / orang terdekat tentang situasi, perubahan yang
terjadi.

Intervensi Rasional

21
Mandiri
1. Terima dan akui ekspresi frustasi Penerimaan perasaan sebagai respons
dan kedukaan. Perhatikan perilaku normal terhadap apa yang terjadi
2. Bersikap realistis dan positif selama Meningkatkan kepercayaan dan
menarik diri. membantu perbaikan.
pengobatan dan penyuluhan kese- mengadakan hubungan baik antara
3. hatan.
Berikan penguatan positif terhadap Kata-kata penguatan dapat mendukung
pasien dan perawat.
kemajuan dan dorong usaha untuk terjadinya perilaku koping positif.
4. mengikuti
Beri informasi kepada kelompok Meningkatkan ventilasi perasaan
rehabilitasi. dan
pendukung atau orang terdekat memungkinkan respon yang lebih
tentang bagaimana mereka dapat membantu pasien.
Kolaborasi
membantu pasien.
Rujuk kepada psikiatrik, psikolog sesuai Membantu dalam identifikasi cara untuk
kebutuhan. meningkatkan kemandirian. Pasien akan
memerlukan bantuan lanjut untuk
Diagnosa V: mengatasi masalah emosi mereka .
Tidak efektifnya koping keluarga berhubungan dengan faktor-faktor yang
menyebabkan child abuse ditandai dengan tingkah laku destruktif terhadap
orang lain.
Hasil yang
diharapkan :
- Keluarga dapat menunjukkan mekanisme koping yang baik setelah
diadakan pendekatan.
- Mengunjungi secara teratur dan berpartisipasi secara positif dalam
perawatan pasien.

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat ansietas yang muncul Tingkat ansietas harus dihadapi sebelum
pada keluarga / orang terdekat. pemecahan masalah dapat dimulai.
Individu mungkin akan terpreokupasi
dengan reaksinya sendiri pada situasi
dimana mereka tidak mampu untuk
memberikan respons terhadap kebutuhan
orang lain.
2. Kaji masalah yang mungkin Informasi mengenai masalah keluarga
mengganggu perawatan / proses akan membantu dalam mengembangkan
penyembuhan pasien. rencana perawatan yang sesuai.
3. Ikutsertakan orang terdekat dalam Hubungan saling percaya dapat
pembangunan informasi, ditingkatkan dan akan mempermudah
pemecahan amsalah dan perawatan proses pengobatan.
pasien.
4. Kaji tindakan orang terdekat Orang terdekat mungkin berusaha untuk
22
sekarang ini dan bagaimana mereka membantu namun tidak diekspresikan
diterima oleh pasien. sebagai bantuan oleh pasien. Mungkin
karena sikap terlalu protektif.
Pembahasan Kasus
• Dari aspek hukum
Dari segi hukum, kasus kekerasan dan tindak pelanggaran terhadap hak-
hak anak adalah sebuah perbuatan tercela. Dari kasus diatas, si pelaku telah
melanggar pasal 351 KUHP ayat 1: “Pencideraan anak yang bersifat
penganiayaan dan bersifat menimbulkan cedera fisik” (ancaman hukuman
penjara paling lama 2 tahun 8 bulan), dan ayat 2: “Bila mengakibatkan luka-
luka berat” (ancaman hukuman penjara paling lama 5 tahun).

• Dari aspek psikologis


Kekerasan jenis ini tidak begitu mudah untuk dikenali. Akibat
yang dirasakan oleh korban tidak memberikan bekas yang nampak jelas bagi
orang
lain. Dampak kekerasan jenis ini akan berpengaruh pada situasi perasaan
tidak aman dan nyaman, menurunnya harga diri serta martabat korban.
Wujud konkrit, kekerasan atau pelanggaran jenis ini adalah : penggunaan
kata-kata kasar, penyalahgunaan kepercayaan, mempermalukan orang di depan
orang lain, atau di depan umum, melontarkan ancaman dengan kata- kata dan
sebagainya. Akibat adanya perilaku tersebut biasanya korban akan merasa
rendah diri, minder, merasa tidak berharga dan lemah dalam membuat
keputusan (decision making).
• Aspek keperawatan
Sebagai seorang perawat, dalam menangani kasus child abuse, perawat
harus mengkaji kondisi fisik si anak, selain itu perawat juga harus
memperhatikan kondisi psikisnya dan membantu pasien untuk
mengungkapkan perasaannya.
Kepada orang terdekat si pasien, perawat perlu melakukan pendekatan-
pendekatan. Karena dengan pendekatan tersebut diharapkan orang tersebut
bersedia berkomunikasi dan sharing kepada pasien untuk membantu
membentuk koping yang adaptif.

23
Bagi pelaku child abuse, perawat perlu membagi informasi mengenai
dampak penganiayaan yang dilakukannya dan diharapkan mau bekerjasama
dalam membantu kesempatan si pasien dan berusaha menyadarkan dia
bahwa tindakannya itu tidak manusiawi.

BAB IV
KESIMPULAN

Child abuse adalah segala perlakuan buruk yang dilakuakn terhadap anaka
atupun remaja oleh para orang tua,wali atau orang lain yang seharusnya memelihara
dan merawat orang tersebut.
Child abuse ini dapat dibagi dalam 2 jenis,yaitu di dalam keluarga dan
diluar keluarga
Diagnosa keperawatan pada child abuse ditegakkan berdasarkan :
☺ Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
☺ Penganiyaan fisik
☺ Pemeriksaan Laboratorium
☺ Pemeriksaan radiologi
Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak
merupakan hal serius yang segera harus dilakukan oleh semua pihak, yaitu orang
tua/keluarga, pendidik, penegak hukum, penanggung jawab keamanan, mass media
dan pelayanan kesehatan
Mengingat dampak penganiayaan dan kekerasan akan mengganggu proses
kehidupan anak yang panjang hendaknya upaya pencegahan lebih diprioritaskan.
Terlebih atas anak adalah masa depan suatu bangsa.
Diharapkan dengan adanya Undang – undang no.23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak ,maka angka kejadian child abuse bisa berkurang bahakan
hilang dari permukaan Negara Indonesia ini.

24
DAFTAR
PUSTAKA

Anna Budi Keliat, ., Penganiayaan Dan Kekerasan Pada Anak, FIK UI, 1998
Ennis Sharon Axton,Pediatric Nursing Care Plans,2nd Edition,Pearson
Education,New Jersey,2003
Nelson, Ilmu Kesehatan Anak I, Jakarta, EGC 1999
Whaley’s and Wong, Clinic Manual of Pediatric Nursing,4th Edition,Mosby
Company,1996
Sowden Betz Cicilia, , Keperawatan Pediatric, Jakarta, EGC, 2002
Hhttp://www.ri.go.id/produk uu/isi/uu2002/uu22”02.htm
http://www.tempointeraktif.com
http://www.Balipost.com

25

Anda mungkin juga menyukai