Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MANAJEMEN OPERASIONAL II

Nama :MELINDA BUHARI


NPM :02041811092
Kelas/ruang :III.C/EKO.3

Soal:
1. Jelaskan kelebihan dan kekurangan ekonomi digital?
2. Temukan melalui mencarian denan internet (browsing) perusahaan-perusahaan internasional
yang membeli:
a. Cengkeh
b. Pala
c. Ikan tuna
d. Teripang
(spesifikasi, mutu, persyaratan yang harus dipenuhi)
Jawab:
1. - kelebihan ekonomi digital:
a. Salah satunya ialah efisien. Dengan menggunakan layanan ekonomi digital, masyarakat
dapat menggunakan fasilitas yang cepat dan murah selain itu, para pelaku usaha tidak perlu
membawa barang dagangannya sendiri ketempat di mana para konsumen berada. Mereka
para pelaku usaha bisa dengan mudah mendapat pelanggan melalui perantara layanan
ekonomi digital. Dengan begitu, usaha kecil menengah (UKM) yang tidak memiliki modal
terlalu banyak bisa mengembangkan uahanya dengan bersaing diskala nasional maupun
internasional.
b. Dengan layanan ekonomi digital masyarakat dapat menemukan metode usaha yang baru.
Terbukti dengan adanya ekonomi digital mulai terbentuk berbagai usaha yang
menguntungkan seperti belanja layanan online, dan sebagainya.
c. Dalam bidang produksi, para pengusaha tidak perlu memproduksi barangnya sendiri untuk
dijajakan kepada konsumen, melainkan bisa menggunakan metode dropship. Dalam
metode ini para pelaku usaha dapat mengirimkan barang secara langsung kepada pelanggan
dari pemasok. Maka dari itu semakin banyaknya paa pengusaha, akan semakin menguatkan
perekonomian indonesia di masa depan.
- Kekurangan ekonomi digital:
a. Layanan ekonomi digital dapat mengancam bertambahnya jumlah pengangguran,
karena penjuan bisa bertransaksi langsung melalui layanan yang ada dengan cara
mudah.
b. Disisi lain ekonomi digital dalam e-commerce misalnya, masih sring ditemukan
insiden kecurangan oleh oknum pekerja.
c. Selain itu, data yang ditampilkan oleh para pengguna layanan ekonomi digital sebagian
kurang valid dan mengenai kerahasiaan data pribadi juga masih bermasalah karena
belum ada regulasi mengenai jaminan data dan sistem transaksi elektronik.
2. Perusahaan-perusahaan Internasional yang membeli:

(a). PT. GUNUNG INTAN PERMATA MANADO


PT. Gunung Intan Permata adalah perusahaan dagang, lebih khusus ekspor hasil bumi.
Dahulunya perusahaan ini berbentuk kemitraan (Commanditaire Vennootschap atau CV)
dan sudah berdiri sejak tahun 1994. Pada tahun 2010 berubah status menjadi Perseroan
Terbatas (PT). Perusahaan ini dikelola oleh para pengusaha yang sudah sangat
berpengalaman di bidang perdagangan khususnya hasil bumi (cengkeh, batang cengkeh,
pala, bunga pala, daging pala, dan kulit pala) selama lebih dari 20 tahun. Perusahaan juga
memiliki hubungan bisnis yang baik dengan beberapa prosesor rempah-rempah sebagai
pembeli reguler.

SPESIFIKASI
1. Ruang lingkup
Standar ini meliputi syarat mutu,cara pengujian mutu dan cara pengujian mutu dan cara
pengemasan cengke.
2. Defenisi
Cengkeh adalah bunga yang belum mekar dari tanaman cengkeh Eugenia carvophyllus
(Sprengel) Bullock et harrison) dari famili Myrtaceae,yang di keringkan.
3. Jenis Mutu
Standart kualitas engkeh di golongkan dalam tiga jenis mutu, yaitu mutu I, II, III.
4. Syarat Mutu.
Syarat Mutu Mutu
I II III Cara pengujian
Ukuran Rata Rata Tidak rata Organoleptik
Warna Coklat kehitam- coklat Coklat Organoleptik
hitaman
mengkilap
Bau Tidak apek Tidak apek Tidak apek Organoleptik
Bahan asing* % SP-SMP-32-1975
(bobot/bobot)maks 0,5 1,0 1,0
(ISO/R927-1969(E)
Gagang cengkeh SP-SMP-32-1975
% (bobot/bobot) 1,0 3,0 5,0
maks (ISO/R927-1969(E)
Cengkeh SP-SMP-32-1975
inferior** % 2,0 2,0 5,0
(bobot/bobot)maks (ISO/R927-1969(E)
SP-SMP-32-1975
Cengkeh rusak*** Negatif Negatif Negatif
(ISO/R927-1969(E)
Kadar air % SP-SMP-32-1975
(bobot-
bobot)maks 14,0 14,0 14,0 (ISO/R927-1969(E)
Keterangan besar
contohnya 10 gr
Kadar minyak
atsiri % 20 18 16 SP-SMP-32-1975
(vol/bobot) kering
mutlak min.
Keterangan:
*Bahan asing= semua bahan yang bukan berasal dari bunga cengkeh
**Cengkeh inferior= cengkeh keriput, patah dan telah dibuahi
***Cengkeh rusak= cengkeh jamuran dan telah diekstraksi

(b). PT. GUNUNG INTAN PERMATA MANADO


PT. Gunung Intan Permata adalah perusahaan dagang, lebih khusus ekspor hasil bumi.
Dahulunya perusahaan ini berbentuk kemitraan (Commanditaire Vennootschap atau CV)
dan sudah berdiri sejak tahun 1994. Pada tahun 2010 berubah status menjadi Perseroan
Terbatas (PT). Perusahaan ini dikelola oleh para pengusaha yang sudah sangat
berpengalaman di bidang perdagangan khususnya hasil bumi (cengkeh, batang cengkeh,
pala, bunga pala, daging pala, dan kulit pala) selama lebih dari 20 tahun. PT. Gunung Intan
Permata membeli pala dari daerah kepualuan SITARO, khususnya siau dan pulau-pulau
sekitarnya. Pulau siau di katakan memiliki kualitas pala yang terbaik dan sangat terkenal
di seluruh dunia. Perusahaan juga memiliki hubungan bisnis yang baik dengan beberapa
prosesor rempah-rempah sebagai pembeli reguler.

- Identifikasi Lingkungan Internal PT. Gunung Intan Permata


Identifikasi faktor internal perusahaan merupakan ligkungan bisnis yang terdiri
dari kekuatan dan kelemahan yang di miliki oleh perusahaan. Berikut adalah faktor-
faktor kekutan dan kelemahan yang di miliki oleh PT. Gunung Intan Permata, antara
lain :
1. Kekuatan (strength)
a. Produk yang ditawarkan perusahaan berkualitas.
b. Kualitas pengiriman (distribusi) yang baik.
c. Pengelolah perusahan yang berpengalaman.
d. Citra perusahaan yang baik di kalangan konsumen.
e. Pengendalian mutu yang ketat.
f. Pemberian peltihan oleh tenaga ahli perorangan.
2. Kelemahan (weakness)
a. Kurangnya penciptaan produk yang baru.
b. Adanya biaya ekstra untuk menghasilkan pala yang berkualitas.
c. Kurangnya sarana promosi.

- Identifikasi lingkungan eksternal PT. Gunung Intan Permata


Identifikasi faktor lingkungan eksternal perusahaan meliputi faktor – faktor
peluang yang harus di manfaatkan oleh perusahaan dan faktor –faktor ancaman yang
harus di hadapi oleh perusahaan PT. Gunung Intan Permata, antara lain :
1. Peluang (Opportunity)
a. Hubungan bisnis yang baik dengan konsumen.
b. Konsumen yang loyal.
c. Bantuan fasilatas teknologi dari pemerintah.
d. Kerjasama dengan supplier yang berpengalaman.
e. Suplai bahan baku yang berkualitas.
f. Daya saing di pasar bahan baku.
g. Permintaan pala yang tingi.
2. Ancaman (Threat)
a. Banyaknya persaingan dalam bidang yang sama.
b. Terkadang adanya penolakan permintaan dari konsumen.
c. Tidak ada jaminan keberlangsungan bantuan dari pemerintah.
 Alternatif stategi yang dihasilkan antara lain strategi S-O, strategi S-T, strategi W-O
dan strategi W-T

1. Strategi S-O
Strategi S-O merupakan strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan
kekuatan yang dimiliki untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar
besarnya.
2. Strategi S-T
Strategi S-T merupakan strategi yang diterapkan menggunakan kekuatan yang
dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman yang ada.
3. Strategi W-O
Strategi W-O merupakan strategi yang di terapkan berdasarkan pemanfaatan
peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
4. Strategi W-T
Strategi W-T merupakan strategi yang di terapkan pada kegiatan yang bersifat
defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari
ancaman.

(c). Strategi Peningkatan Daya Saing Tuna Olahan Indonesia di Pasar Internasional
Tuna Indonesia sebagian besar diekspor dalam segar dan beku (55%), dan 45% di tuna
olahan. Pada tahun 2006-2010, Indonesia memiliki indeks RCA tuna segar 4,56-8,18, tuna beku
0,49-1,43 dan proses Ikan tuna 1,25-2,68. Berdasarkan analisis profil kompetitif, tiga faktor
produksi dan pemasaran sangat berpengaruh terhadap daya saing ikan tuna yaitu:
(1). mutu ikan tuna yang dihasilkan diproses dengan berat 0,143.
(2). tarif dan non tarif dengan berat 0.114 dan
(3). pengembangan dan pasar promosi dengan berat 0,110.

Faktor-faktor manusia dan kelembagaan, faktor yang memiliki peranan penting dalam
peningkatan daya saing adalah:
(1). Peran Pemerintah dalam pengembangan industri pengolahan tuna dengan berat 0.147.
(2) Ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang mampu menangani mutu dengan bobot
0,135, dan
(3) peran pemerintah dalam pencegahan dan penanganan illegal fishing berat 0,130.
Berdasarkan analisis analisis RCA dan analisis matriks profil kompetitif strategi
prioritas yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya saing tuna Indonesia yang diproses
dengan faktor-faktor produksi dan pemasaran seperti:
(1) Meningkatkan mutu olahan tuna Indonesia.
(2) Mendorong mengatasi hambatan tarif dan non tarif.
(3) meningkatkan pengembangan pasar dan pengetahuan promosi.
Prioritas strategik untuk faktor-faktor manusia dan kelembagaan adalah:
(1) Meningkatkan Peran Pemerintah dalam pengembangan industri pengolahan tuna.
(2) Meningkatkan kapasitas SDM yang mampu menangani mutu
(3) pemberantasan dan pengendalian illegal fishing.
- Volume ekspor tuna Indonesia periode tahun 2006-2009 mengalami peningkatan, namun
pada tahun 2010 volume ekspor tuna Indonesia mengalami penurunan 7%. Hampir 60% ekspor
ikan tuna Indonesia dalam bentuk ikan segar dan beku. Negara tujuan ekspor tuna segar adalah
Jepang yang mencapai hampir 80% dari total ekspor tuna segar, kemudian disusul Amerika
Serikat, Belanda dan Yemen. Negara pesaing Indonesia untuk produk tuna segar adalah
Kroasia, Malta, Tunisia, Turki, Australia, Spanyol, Jepang USA dan Equador. Ekspor tuna
olahan memberikan nilai tambah dan mendorong tumbuhnya industri pengolahan ikan di dalam
negeri, maka perlu dilakukan upaya meningkatkan nilai tambah ekspor ikan tuna. Dukungan
kebijakan pemerintah untuk mengembangkan industri pengolahan tuna ini sangat diperlukan,
sehingga ekspor tuna olahan akan meningkat dan pada akhirnya akan meningkatkan devisa
negera.

=> Faktor Produksi dan Pemasaran


a). Sumber daya ikan tunaPotensi lestari, atau MSY akan sangat mepengaruhi volume produksi
ikan tuna suatu negara. Semakin besar potensinya, maka semakin besar kemungkinan negara
tersebut meningkatkan produksi. Secara umum dan mengabaikan faktor lainnya, besarnya
produksi ikan tuna akan memengaruhi besarnya nilai ekspor tuna olahan, karena adanya
keterjaminan bahan baku. Urutan hasil tangkapan yang terbesar di dunia berdasarkan jenis
adalah skipjack, yeloowfin, bigeye, albacore dan bluefin. Urutan negara menurut jumlah
tangkapannya adalah Jepang, Taiwan, Indonesia, Spanyol, Philipina dan Korea Selatan.
b). Mutu ikan tuna olahan yang dihasilkan Mutu produk yang dihasilkan akan memengaruhi
harga jual dan besarnya permintaan akan produk tersebut. Semakin baik mutu suatu produk
yang dihasilkan suatu negara, maka semakin mudah produk tersebut menembus pasar
internasional, karena dapat lolos dari persyaratan yang ditetapkan oleh negara-negara tujuan
ekspor.
c). Persyaratan impor di negara-negara tujuan ekspor Negara-negara tujuan ekspor ikan tuna
mempunyai persyaratan impor yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Oleh karena itu,
dalam memproduksi produk perlu direncanakan dulu produk dimaksud akan menembus pasar
negara mana, sehingga pada saat memproduksi produk perlu diusahakan produkyang
memenuhi persyaratan di negara yang akan dituju. Sebagai contoh negara-negara Timur
Tengah mensyaratkan adanya sertifikasi halal. Persyaratan ini langsung dipenuhi oleh Thailand,
Meskipun Thailand bukan negara yang mayoritas Islam, untuk produk olahan, Thailand telah
menjadi produsen produk pangan halal terbesar, sehingga dapat menguasai pangsa pasar di
kawasan Timur Tengah.
d). Harga ikan tuna segar dan harga bahan baku pendukung Harga ikan tuna segar sebagai bahan
baku tuna olahan akan memengaruhi biaya total produksi. Semakin tinggi harga bahan baku,
maka semakin tinggi biaya produksi dan akibatnya harga produk olahan tidak dapat bersaing
di pasar internasional. Komponen harga bahan pendukung untuk tuna olahan diantaranya
kaleng. Apabila asal bahan baku dan bahan baku pendukung diperoleh dari impor, maka pada
umumnya harga bahan baku menjadi lebih tinggi dan ini akan mempertinggi biaya produksi.
Dengan kata lain, negara yang mempunyai sumber daya tinggi ikan tuna dan bahan baku
pendukung mampu diproduksi dalam negeri, secara logika akan menyebabkan rendahnya biaya
produksi, sehingga produk yang dihasilkan menjadi efisien dan mampu bersaing dengan harga
di pasar internasional.
e). Harga ikan tuna olahan di negara-negara tujuan ekspor Harga ikan tuna di negara-negara
tujuan ekspor akan memengaruhi besarnya nilai ekspor ikan tuna. Harga di pasar luar negeri
akan berkaitan dengan mutu produk yang diekspor dan juga dipengaruhi oleh kemampuan suatu
negara mengatasi hambatan-hambatan di pasar tujuan ekspor. Semakin tinggi mutu ikan tuna
olahan yang dijual, maka semakin tinggi harganya. Harga ikan tuna olahan Thailand nilainya
dua kali lipat daripada harga bahan baku tuna mentahnya, maka produk olahan tuna Thailand
memiliki mutu sangat baik.
f). Pengembangan market intellegence dan Promosi Market intellegence adalah kegiatan yang
dilakukan untuk mengetahui kondisi pasar internasional terkait apa produk yang diminta,
berapa volume permintaan, persyaratan produk yang diinginkan pasar, kapan pasar tersebut
membutuhkan produk dan informasi lainnya terkait kebutuhan pasar untuk produk tuna di
negara-negara tujuan ekspor maupun penjajagan negara-negara lain yang mungkin sebenarnya
potensial, tetapi belum teridentifikasi.
(d). USAHA PERIKANAN TERIPANG DAN PENGEMBANGANNYA DI KEPULAUAN
SERIBU PROVINSI DKI JAKARTA.
Teripang merupakan komoditi ekspor yang terus mengalami peningkatan setiap tahun.
Kepulauan Seribu merupakan penghasil teripang yang potensial di Indonesia. Kegiatan penangkapan
yang terus meningkat dikuatirkan akan memicu terjadinya eksploitasi berlebih. Penelitian ini
dilakukan di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, Jakarta dengan tujuan mendeskripsikan sistem
perikanan teripang, menentukan kelayakan usaha, dan menyusun strategi pengembangannya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pendekatan sistem. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa musim penangkapan teripang terjadi pada bulan Januari-April dan Oktober-
November. Penang kapan teripang dilakukan dengan menyelam dan pengambilannya langsung
dengan tangan. Produk yang dipasarkan berupa teripang kering dengan pasar utama ekspor,
diantaranya ke negara maju seperti Eropa, Amerika, Jepang, dan Singapura.

a. Aspek Teknis
1) Keragaan unit penangkapan
a. Kapal/ perahu
Kapal yang digunakan adalah kapal motor berkekuatan 23 PK. Kapal terbuat dari kayu jati
dengan ukuran panjang kapal (L) 12 meter, lebar kapal (B) 2,8 meter, dan tinggi (d) 3 meter. Kapal
ini memiliki 2 mesin yaitu mesin utama dan mesin tambahan dengan merk Dongfeng. Perawatan
dan perbaikan kapal dilakukan ketika kapal mengalami kerusakan, namun umumnya nelayan
melakukannya 3 bulan sekali. Perawatan mesin juga dilakukan 3 bulan sekali.
b. Alat tang
Penangkapan teripang dilakukan dengan tangan dengan cara menyelam. Peralatan yang
digunakan antara lain lampu petromaks 5 buah, masker 5 buah, senter laut 5 buah, kompresor,
regulator dan masker 3 pasang, selang 100 m, dan sampan atau penganak 5 buah dengan ukuran
panjang 4 meter, lebar 60 cm, dan tinggi 50 cm.
c. Nelayan
Nelayan teripang di perairan Kepulauan Seribu terdiri dari nelayan Madura dan nelayan lokal.
Namun, saat ini nelayan yang lebih aktif dan produktif merupakan nelayan Madura. Jumlah nelayan
dalam kapal ini adalah 5 orang dengan 1 orang sebagai kapten dan 4 orang lainnya sebagai ABK.
2) Metode operasi penangkapan
Persiapan trip dimulai pukul 15.00 wib. Nelayan melakukan pengangkutan alat tangkap dan
ransum ke kapal. Pada pukul 15.30 wib berangkat dari fishing base menuju fishing ground.
Penangkapan dilakukan di daerah perairan Kepulauan Seribu, seperti wilayah perairan Kelurahan
Panggang dan Kelurahan Kelapa. Habitat teripang merupakan daerah terumbu karang dan lamun.
Sesampainya di daerah penangkapan, nelayan melakukan persiapan alat yang akan digunakan untuk
mencari teripang. Pencarian teripang dilakukan pada malam hari. Pengambilan teripang dilakukan
dengan menggunakan tangan saat menyelam. Terdapat 2 cara dalam melakukan penyelaman saat
proses
penangkapan teripang, yaitu:
- Penangkapan teripang dengan penyelaman menggunakan kompresor.
Salah satu ujung selang dihubungkan ke kompresor kemudian ujung lainnya dihubungkan
ke regulator (mouth piece/second stage) yang dipasangkan ke mulut. Alat ini dapat berfungsi
mengatur tekanan udara yang masuk ke tubuh. Kemudian, para nelayan secara bergiliran menyelam
ke laut dengan kedalaman lebih dari 5 m dan 1 orang berjaga di kapal. Alat bantu lainnya yang
digunakan adalah masker dan senter laut sebagai penerang. Teripang yang diambil dimasukkan ke
kantong yang dibawa nelayan saat menyelam. Setelah terisi cukup 15 banyak, nelayan akan naik ke
permukaan untuk meletakkan teripang ke kapal, kemudian nelayan akan melakukan penyelaman
kembali.
b. Aspek Kelayakan Usaha
1. Modal investasi
Modal investasi adalah pengeluaran atau modal yang digunakan untuk menjalankan suatu usaha
perikanan tangkap. Pada usaha yang dilakukan total investasi usaha sebesar Rp41 050 000. Modal
ini digunakan untuk investasi kapal sebesar Rp25 000 000, 2 mesin berkekuatan 23 PK masing-
masing sebesar Rp2 500 000, dan alat bantu dalam penangkapan seperti lampu petromaks 5 buah
sebesar Rp1.050.000,00, masker 5 buah sebesar Rp750 000, senter laut 3 buah sebesar
Rp1.500.000,00, kompresor Rp3 000 000, regulator dan masker 3 pasang Rp750 000, selang 100 m
Rp2 500 000, dan peralatan memasak Rp600 000. Adapun rincian modal investasi dapat dilihat pada
Lampiran 5.
2.Biaya usaha
Biaya usaha ialah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan operasi penangkapan. Total biaya
yang dikeluarkan sebesar Rp44 725 000, terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap
adalah biaya yang harus dikeluarkan dan jumlahnya tetap. Penggunaan biaya ini untuk perawatan
kapal, perawatan mesin, penyusutan kapal, penyusutan mesin, penyusutan lampu petromaks,
penyusutan kacamata, penyusutan penganak, dan penyusutan peralatan memasak. Biaya tidak tetap
atau disebut juga biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan jika melakukan operasi penangkapan
dan jumlahnya dapat berubah sesuai kebutuhan operasional penangkapan. Penggunaan biaya ini
untuk membeli bahan bakar, oli, konsumsi nelayan atau ransum, biaya pengiriman barang, dan bagi
hasil penerimaan.
3.Penerimaan usaha
Penerimaan usaha merupakan hasil yang didapat dari operasi penangkapan. Besarnya
penerimaan yang diperoleh dari penjualan hasil tangkapan selama 1 tahun adalah Rp321 350 000.
Penerimaan usaha didapat dari 2 musim, yaitu musim oboran dan musim sedang. Total penerimaan
pada musim oboran sebesar Rp209 150 000 dengan jumlah produksi sebanyak 429 kg berupa
teripang kering. Total penerimaan pada musim sedang adalah Rp112 200 000 dengan jumlah
produksi sebanyak 219 kg berupa teripang kering.
4.Analisis Usaha
Berdasarkan penghitungan yang dilakukan diketahui bahwa keuntungan yang diperoleh
pemilik usaha sebesar Rp78 405 000 lebih besar daripada total biaya. Pada nilai R/C 1,32
menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan menguntungkan. Periode atau waktu yang dibutuhkan
dalam menutup investasi yang ditanam atau PP senilai 6,37 bulan. Nilai PP ini lebih rendah dari
maksimum umur teknis yaitu 8 tahun. Hasil analisis ROI menunjukkan nilai 188%, yang berarti
bahwa setiap rupiah yang diinvestasikan pada usaha perikanan teripang tersebut akan memberikan
keuntungan sebesar Rp188.

Anda mungkin juga menyukai