Mikrobiologi Industri
2.1 Mikroorganisme yang Berperan dalam Industri
1) Bakteri
Ada berbagai macam bakteri yang berperan penting dalam industri khususnya proses
fermentasi, antara lain sebagai berikut (Anonim, 2010):
1. Acetobacter acetii
Bakteri ini penting dalam produksi asam asetat yang mengoksidasi alkohol sehingga
menjadi asam asetat. Banyak terdapat pada ragi tapai, yang menyebabkan tapai yang melewati 2
hari fermentasi akan menjadi berasa asam.
2. Acetobacter xylinum
Bakteri ini digunakan dalam pembuatan nata de coco. Acetobacter xylinum mampu
mensintesis selulosa dari gula yang dikonsumsi. Nata yang dihasilkan berupa pelikel yang
mengambang di permukaan substrat. Bakteri ini juga terdapat produk kombucha yaitu fermentasi
dari teh.
3. Bacillus sp.
Bacillus sp. merupakan genus dengan kemampuan yang paling luas. Pada mulanya hanya
digunakan untuk menghasilkan enzim amilase. Namun kini berkembang untuk bioinsektisida
yang diwakili Bacillus thuringiensis maupun untuk penanganan limbah Bacillus
subtilis dan Bacillus megaterium. Melalui rekayasa genetika, kini bakteri ini juga digunakan
untuk produksi bahan baku plastik ramah lingkungan.
4. Bividobacterium sp.
Bakteri ini bersifat anaerob dan digunakan sebagai mikroba probiotik. Produk probiotik
dari bakteri ini biasanya berbentuk padat.
5. Lactobacillus sp.
Bakteri ini cukup populer karena selain dapat digunakan dalam produksi asam lakat juga
berperan dalam fermentasi pangan seperti yogurt, saurkeraut dan juga produk probiotik yang saat
ini banyak diminati masyarakat. Probiotik merupakan mikrobia yang dikonsumsi untuk mengatur
flora usus. Asam laktat dari bakteri ini dapat dibuat poli asam laktat sebagai bahan baku plastik
ramah lingkungan.
2) Khamir
Khamir ada yang yang bermanfaat dan ada pula yang membahayakan manusia. Khamir
banyak dimanfaatkan dalam bidang industri yaitu proses fermentasi pada pembuatan roti, bir,
wine, vinegar dan sebagainya. Khamir yang tidak diinginkan adalah yang ada pada makanan dan
menyebabkan kerusakan pada saurkraut, jus buah, sirup, molase, madu, jelly, daging dan
sebagainya.
Khamir yang memiliki peranan yang menguntungkan diantaranya sebagai berikut (Black,
2002):
1. Saccharomyces cerevisiae, merupakan khamir yang paling populer dalam pengolahan makanan.
Khamir ini telah lama digunakan dalam industri wine dan bir. Dalam industri pangan, khamir
digunakan dalam pengembang adonan roti dan dikenal sebagai ragi roti.
2. Saccharomyces roxii, adalah khamir yang digunakan dalam pembuatan kecap dan berkontribusi
pada pembentukan aroma.
3) Jamur
Jamur yang memiliki peranan yang menguntungkan diantaranya sebagai berikut (Pelczar, 1988):
1. Aspergillus niger. Jamur ini digunakan dalam pembuatan asam sitrat. Asam sitrat merupakan
salah satu asam organik yang banyak digunakan dalam bidang industri pangan misalnya pada
pembuatan permen dan minuman kemasan. Jamur ini sering mengontaminasi makanan misalnya
roti tawar.
2. Rhizopus oryzae. Jamur ini penting pada pembuatan tempe. Aktivitas jamur Rhizopus oryzae
menjadikan nutrisi pada tempe siap dikonsumsi manusia. Aktivitas enzim yang dihasilkan
menjadikan protein terlarut meningkat. Produk tempe kini juga telah dikembngkan menjadi
isoflavon yang penting bagi kesehatan.
3. Neurospora sitophila. Jamur ini merupakan sumber beta karoten pada fermentasi tradisional.
Produk oncom yang dikenal di Jawa Barat adalah hasil fermentasi yang dilakukan Neurospora
sitophila. Produksi spora untuk sumber beta karoten yang dapat disubstitusikan pada makanan
juga telah diteliti. Selain mampu memberikan asupan, beta karoten juga merupakan sumber
warna yang cukup menarik.
4. Monascus purpureus. Jamur ini dikalangan mikrobiolog jarang dikenal karena produk yang
dihasilkan. Mula pertama jamur ini ditemukan di Jawa namun menjadi produk utama Cina
dengan nama angkak. Angkak adalah fermentasi pada beras. Jamur ini menghasilkan pewarna
alami yang umumnya digunakan pada masakan Cina. Saat ini telah ditemukan adanya zat aktif
pada ngkak yang dapat membantu kesehatan dan telah dikemas dalam bentuk kapsul.
5. Penicillium sp. Jamur ini paling terkenal karena kemampuannya menghasilkan antibiotika yang
disebut pensilin. Sejak pertama kali dikenal terus digunakan sampai sekarang. Jamur pengasil
antibiotika saat ini telah banyak diketahui sehingga ragam antibiotik pun semakin banyak. Selain
itu pembuatan antibiotika, spesies yang lain juga digunakan dalam pembuatan keju khusus.
e) Iradiasi
Radiasi pengion dicirikan oleh energi yang sangat tinggi dan kemampuan penetrasi yang
besar. Demikian juga sifat letalnya. Penggunaan radiasi pengion terutama pada bidang farmasi,
kedokteran,proses industri, serta digunakan dalam bidang mikrobiologi, misalnya menggunakan
sinar ultraviolet dan sinar gamma.
Sinar UV yang paling efektif dalam membunuh mikroorganisme adalah yang memiliki
panjang gelombang yang dekat dengan 260 nm, dengan energi kuantum sekitar 4,9 Ev. Sinar
dengan panjang gelombang dibawah 200 nm tidak efektif karena mudah diserap oleh oksigen
atmosfir. Sinar dengan panjang gelombang 360-450 nm umumnya disebut UV gelombang
panjang dan biasa digunakan untuk menstimulasi flourisensi, misalnya untuk menunjukkan
adanya pigmen pseudomonas pada telur.
Penggunaan lain UV pada bidang industri bahan makanan adalah pada ruang pendingin
yang dipergunakan untuk menyimpan daging. Tujuannya dalah untuk menunda pertumbuhan
mikroba permukaan. Iradiasi ultraviolet dengan internsitas 2 mW/cm2 terhadap pseudomonas
pada daging dapat mengurangi kecepatan pertumbuhannnya menjadi 85% bila dibandingkan
dengan kontrol, dan akan menjadi 75% bila intensitas pada permukaan 24 mW/cm2.
Sinar gamma, iradiasi gamma telah digunakan sebagai metode dalam pengawetan
pangan di beberapa Negara seperti Belgia, Perancis, Jepang dan Belanda. Di Indonesia sendiri
baru dilakukan dalam skala laboratorium. Proses dilakukan dengan penyinaran pangan dengan
menggunakan kobalt radioisotope (60oC). Iradiasi akan mempengaruhi fungsi metabolisme dan
fragmentasi DNA yang dapat mengakibatkan kematian sel mikroba sehingga memperbaiki
kualitas mikrobiologis pangan dengan mengurangi jumlah jasad perusak dan pathogen.
Selain faktor di atas, mikroba juga melakukan interaksi, sebab di alam jarang dijumpai
mikroba yang hidup sebagai biakan murni, tetapi selalu berada dalam asosiasi dengan jasad lain.
Interaksi antar mikroba dapat terjadi antara dua mikroba yang sama ukuran selnya (dua sel
bakteri, dua sel protozoa) atau antara dua sel yang berbeda ukurannya (sel bakteri dengan sel
protozoa). Dua sel yang ukurannya sama memiliki kebutuhan nutrisi yang kurang lebih sama,
sebab susunan molekul suatu sel pada umumnya relatif sama. Berbeda halnya jika ukuran sel
berbeda, kebutuhan ruang berbeda. Protozoa membutuhkan ruang ribuan kali lebih besar
daripada bakteri. Begitu juga dengan kebutuhan nutrisinya. Contohnya interaksi
antarPseudomonas synoyanea dengan Sterptococcus lactis yang menyebabkan terjadinya warna
biru pada susu.
Antibiotika Contoh
1. Antibiotika mengandung-karbohidrat
- Gula murni Nojirimisin
- Aminoglikosida Streptomisin
- Ortosomisin Everninomisin
- N-glikosida Streptotrisin
- C-glikosida Vankomisin
- Glikolipid Moenomisin
2. Lakton makrosiklik
- Antibiotik makrolida Eritromisin
- Antibiotik polien Kandisidin
- Ansamisin Rifamisin
- Makrotetrolida Tetranaktin
3. Quinon dan antibiotika yang berhubungan.
- Tetrasiklin Tetrasiklin
- Antrasiklin Adriamisin
- Naftoquinon Aktinorodin
- Benzoquinon Mitomisin
4. Antibiotika peptida dan asam amino
- Turunan asam amino Sikloserin
- Antibiotik b-laktam Penisilin
- Antibiotik peptida Basitrasin
- Kromopeptida Aktinomisin
- Depsipeptida Valinomisin
- Peptida pembentuk-selat Bleomisin
5. Antibiotika heterosiklik mengandung nitrogen
- Antibiotika nukleosida Polioksin
6. Antibiotika heterosiklik mengandung oksigen
- Antibiotika polieter Monensin
7. Turunan alisiklik
- Turunan sikloalkan Sikloheksimida
- Antibiotika steroid Asam fusidat
8. Antibiotik aromatik
- Turunan benzen Kloramfenikol
- Antibiotika aromatik terkondensasi Griseofulvin
- Eter aromatik Novobiosin
9. Antibiotika alifatik
- Senyawa mengandung fosfor Fosfomisin
2. Vitamin
Vitamin merupakan faktor pertumbuhan yang sering digunakan dalam farmasi atau
ditambahkan kepada makanan. Beberapa vitamin yang penting, dihasilkan secara komersial
melalui proses mikrobiologi. Vitamin digunakan sebagai tambahan pada makanan manusia dan
pakan ternak. Produksi vitamin, berada kedua setelah antibiotika dalam hal penjualan total
produk farmasi dengan nilai lebih dari $ 700 juta per tahun. Sebagian besar vitamin dibuat secara
komersial melalui sintesis bahan kimia. Sejumlah vitamin terlalu sulit disintesis dengan biaya
murah tapi keuntungannya vitamin dapat dibuat dengan fermentasi mikrobial. Vitamin B12 dan
riboflavin yang terpenting dalam kelompok vitamin.
Sianokobalamin (Vitamin B12), disintesis secara khusus di alam oleh mikroorganisme.
Kebutuhan vitamin ini pada hewan dipenuhi melalui ambilan makanan atau melalui absorpsi
vitamin yang dihasilkan mikroorganisme dalam usus hewan. Tetapi pada manusia vitamin B12
diperoleh melalui makanan atau sebagai tambahan vitamin, karena seandainya vitamin ini
disintesis oleh mikroorganisme dalam jumlah yang besar di dalam usus besar, tetapi tidak masuk
ke dalam saluran darah. Strain mikroorganisme dipilih dan digunakan untuk menghasilkan
banyak vitamin. Anggota bakteri dari genus Propionibacterium menghasilkan vitamin mulai dari
19-23 mg/liter pada proses dua-tahap, sedangkan bakteri
lain,Pseudomonas denitrificans menghasilkan 60 mg/liter pada proses satu-tahap yang
menggunakan molase gula-bit sebagai sumber karbon. Vitamin B12 mngandung kobalt sebagai
bagian esensial strukturnya, dan untuk meningkatkan produksi vitamin, dilakukan dengan
menambahkan kobalt pada medium biakan.
Riboflavin (B2) disintesis oleh beberapa mikroorganisme, termasuk bakteri, fungi, dan
ragi. Fungi Ashbya gossypii menghasilkan sejumlah besar riboflavin (> 7 gram/liter) dan oleh
karena itu sering digunakan dalam proses produksi mikrobiologi. Hasil perolehan yang sangat
banyak ini menyebabkan persaingan ekonomi tinggi di antara proses mikrobiologi dengan proses
sintesis secara kimia.
3. Asam amino
Asam amino digunakan secara luas dalam industri makanan, tambahan pakan, dalam
obat, dan sebagai bahan pemula pada industri kimia. Sebagian besar asam amino yang penting
secara komersial adalah asam glutamat, yang digunakan untuk meningkatkan rasa. Dua asam
amino yang juga penting, asam aspartat dan fenilalanin, yang menyusun bahan pemanis buatan,
aspartat, merupakan unsur penting dalam minuman ringan diet dan makanan lain yang dijual
sebagai
produk bebas-gula. Lisin, merupakan asam amino esensial untuk manusia, dihasilkan
olehBrevibacterium flavum, juga digunakan sebagai tambahan makanan. Meskipun sebagian
besar asam amino dapat dibuat secara kimia, sintesis bahan kimia menyebabkan pembentukan
bentuk DL inaktif. Jika secara biokimia bentuk L dibutuhkan, maka diperlukan metode enzimatik
atau metode mikrobiologi pada pembuatannya. Produksi asam amino secara mikrobiologi juga
dapat melalui fermentasi langsung, dimana mikroorganisme menghasilkan asam amino dalam
suatu proses fermentasi standar, atau melalui proses enzimatik, dimana mikroorganisme sebagai
sumber enzim dan enzim tersebut digunakan dalam proses produksi.
Tabel 3: Asam amino yang digunakan pada industri makanan
4. Enzim
Setiap organisme menghasilkan berbagai enzim, sebagian besar dihasilkan
dalam jumlah yang kecil dan dilibatkan dalam proses seluler. Bagaimanapun, enzim tertentu
dihasilkan dalam jumlah yang besar oleh beberapa organisme, dan
dibutuhkan dalam sel, dikeluarkan ke dalam medium. Enzim ekstraseluler biasanya dapat
menguraikan bahan nutrien yang tak-larut misalnya selulosa, protein, pati, dan hasil pencernaan
selanjutnya diangkut ke dalam sel, dimana enzim digunakan sebagai nutrien untuk pertumbuhan.
Beberapa enzim ekstraseluler digunakan dalam makanan, perusahaan susu, pabrik obat, dan
industri tekstil dan dihasilkan dalam jumlah yang besar melalui sintesis mikrobiologi. Enzim
tersebut sering digunakan karena spesifisitas dan efisiensi pada reaksi katalisis yang dibutuhkan,
pada suhu dan pH yang wajar. Reaksi yang sama dapat dicapai dengan bahan kimia yang
umumnya membutuhkan kondisi suhu dan pH ekstrim, dan kurang efisien dan kurang spesifik.
Secara komersial enzim dihasilkan dari fungi dan bakteri. Proses produksi
biasanya aerobik, dan medium biakan sama dengan yang digunakan pada fermentasi antibiotik.
Enzim itu sendiri umumnya hanya sedikit dibentuk selama fase pertumbuhan aktif tetapi
akumulasi dalam jumlah besar terjadi selama fase stasioner pertumbuhan.
Enzim mikroorganisme dihasilkan dalam jumlah yang sangat banyak pada
suatu industri dasar adalah protease bakteri, digunakan sebagai tambahan dalam
deterjen pencuci. Sejak tahun 1969, 80% deterjen pencuci mengandung enzim,
khususnya protease, juga amilase, lipase, reduktase, dan enzim lain. Tetapi mulai tahun 1971,
penggunaannya menurun setelah terjadi alergi pada pemakai dan konsumen, sehingga
dikembangkan teknik pemrosesan khusus misalnya ‘microencapsulation’ untuk menjamin
pengolahan bebas-debu.
Enzim penting lain yang dibuat secara komersial adalah amilase dan glukoamilase, yang
digunakan dalam produksi glukosa dari pati. Setelah dihasilkan glukosa, selanjutnya dengan
bantuan glukosa isomerase akan diubah menjadi fruktosa (yang lebih manis dari glukosa dan
sukrosa) dan menghasilkan produk akhir pemanis fruktosa-tinggi dari pati jagung, gandum, atau
kentang. Penggunaan proses tersebut dalam industri makanan mengalami peningkatan,
khususnya dalam produksi minuman ringan.
Tiga reaksi yang terjadi dalam perubahan pati jagung menjadi produk yang
disebut sirup jagung fruktosa-tinggi, masing-masing reaksi dikatalisis oleh enzim
mikroba secara terpisah :
- Enzim a-amilase menyerbu polisakarida pati, memecah rantai, dan mengurangi viskositas
polimer. Reaksi ini disebut ‘thinning reaction’.
- Enzim glukoamilase memecah polisakarida rantai pendek menghasilkan monomer glukosa,
proses tersebut dinamakan ‘saccharification’.
- Enzim glukosa isomerase merubah glukosa menjadi fruktosa, prosesnya disebut‘isomerization’.
Tabel 4: Berbagai enzim yang dihasilam mikroorganisme dan penggunaannya
C. Produksi Vaksin
Vaksin merupakan suspensi mikroorganisme yang dimatikan atau dimodifikasi atau
bagian spesifik yang diisolasi dan mikroorganisme yang ketika disuntikkan ke dalam hewan
makan hewan tersebut akan menghasilkan imunitas terhadap penyakit tertentu. Sebagian besar
merupakan vaksin virus. Kepentingan vaksin rekombinan, pada kenyataannya untuk
menggantikan suspensi virus yang dimatikan atau diinaktifkan. Protein virus terpenting,
umumnya komponen yang sangat imunogen pada kapsid virus, dapat digunakan dalam dosis
tinggi untuk mendatangkan imunitas tingkat tinggi dan cepat tanpa kemungkinan penularan
infeksi. Saat ini sudah tersedia suatu rekombinan vaksin hepatitis B, juga sedang dilakukan
pengujian pada vaksin untuk herpes manusia, cytomegalovirus, virus campak, dan rabies. Vaksin
lain yang dikembangkan adalah beberapa vaksin untuk bakteri patogen, seperti kolera, clamydia,
dan gonorrhe (Campbell, 2000).
- Proses Pembuatan Vaksin
a) Benih Virus
Produksi vaksin dimulai dengan sejumlah kecil virus tertentu (atau disebut benih). Virus harus
bebas dari ‘kotoran’, baik berupa virus yang serupa atau variasi dari jenis virus yang sama. Selain itu,
benih harus disimpan dalam kondisi “ideal”, biasanya beku, yang mencegah virus menjadi lebih kuat atau
lebih lemah dari yang diinginkan. Benih disimpan dalam gelas kecil atau wadah plastik. Jumlah yang kecil
hanya 5 atau 10 sentimeter kubik, mengandung ribuan hingga jutaan virus, nantinya dapat dibuat menjadi
ratusan liter vaksin. Freezer dipertahankan pada suhu tertentu. Grafik di luar freezer akan mencatat
secara terus menerus suhu freezer. Sensor terhubung dengan alarm yang dapat didengar atau alarm
komputer yang akan menyala jika suhufreezer berada di luar suhu yang seharusnya.
b) Pertumbuhan Virus
Setelah mencairkan dan memanaskan benih virus dalam kondisi tertentu secara hati-hati
(misalnya, pada suhu kamar atau dalam bak air), sejumlah kecil sel virus ditempatkan ke dalam “pabrik
sel,” sebuah mesin kecil yang telah dilengkapi sebuah media pertumbuhan yang tepat sehingga sel
memungkinkan virus untuk berkembang biak.
Setiap jenis virus tumbuh terbaik di media tertentu, namun semua media umumnya mengandung
protein yang berasal dari mamalia, misalnya protein murni dari darah sapi. Media juga mengandung
protein lain dan senyawa organik yang mendorong reproduksi sel virus. Penyediaan media yang benar,
pada suhu yang tepat, dan dengan jumlah waktu yang telah ditetapkan, virus akan bertambah banyak.
Selain suhu, faktor-faktor lain harus dipantau adalah pH. pH adalah ukuran keasaman atau
kebasaan, diukur pada skala dari 0 sampai 14. dan virus harus disimpan pada pH yang tepat dalam
pabrik sel. Air tawar yang tidak asam atau basa (netral) memiliki pH 7. Meskipun wadah di mana sel-sel
tumbuh tidak terlalu besar (mungkin ukuran pot 4-8 liter), terdapat sejumlah katup, tabung, dan sensor
yang terhubung dengannya. Sensor memantau pH dan suhu, dan ada berbagai koneksi untuk
menambahkan media atau bahan kimia seperti oksigen untuk mempertahankan pH, tempat untuk
mengambil sampel untuk analisis mikroskopik, dan pengaturan steril untuk menambahkan komponen ke
pabrik sel dan mengambil produk setengah jadi ketika siap.
c) Pemisahan Virus
Ketika sudah tercapai jumlah virus yang cukup banyak, virus dipisahkan dari manik-manik
dalam satu atau beberapa cara. Kaldu ini kemudian dialirkan melalui sebuah filter dengan bukaan
yang cukup besar yang memungkinkan virus untuk melewatinya, namun cukup kecil untuk
mencegah manik-manik dapat lewat. Campuran ini sentrifugasi beberapa kali untuk memisahkan
virus dari manik-manik dalam wadah sehingga virus kemudian dapat dipisahkan. Alternatif lain
yaitu dengan mengaliri campuran manik-manik dengan media lain sehingga mencuci manik-
manik dari virus.
d) Memilih Strain Virus
Vaksin bisa dibuat baik dari virus yang dilemahkan atau virus yang dimatikan. Pemilihan satu dari
yang lain tergantung pada sejumlah faktor termasuk kemanjuran vaksin yang dihasilkan dan efek
sekunder. Virus yang dibuat hampir setiap tahun sebagai respon terhadap varian baru virus penyebab,
biasanya berupa virus yang dilemahkan. Virulensi virus bisa menentukan pilihan; vaksin rabies, misalnya,
selalu vaksin dari virus yang dimatikan.
Jika vaksin dari virus dilemahkan, virus biasanya dilemahkan sebelum dimulai proses produksi.
Strain yang dipilih secara hati-hati dibudidayakan (ditumbuhkan) berulang kali di berbagai media. Ada
jenis virus yang benar-benar menjadi kuat saat mereka tumbuh. Strain ini jelas tidak dapat digunakan
untuk vaksin ‘attenuated’. Strain lainnya menjadi terlalu lemah karena dibudidayakan berulang-ulang, dan
ini juga tidak dapat diterima untuk penggunaan vaksin.
Virus ini kemudian dipisahkan dari media tempat dimana virus itu tumbuh. Vaksin yang berasal
dari beberapa jenis virus (seperti kebanyakan vaksin) dikombinasikan sebelum pengemasan. Jumlah
aktual dari vaksin yang diberikan kepada pasien akan relatif kecil dibandingkan dengan jumlah medium
yang dengan apa vaksin tersebut diberikan. Keputusan mengenai apakah akan menggunakan air,
alkohol, atau solusi lain untuk injeksi vaksin, misalnya, dibuat setelah tes berulang-ulang demi
keselamatan, steritilitas, dan stabilitas.
e) Pengontrolan Kualitas
Untuk melindungi kemurnian vaksin dan keselamatan pekerja yang membuat dan mengemas
vaksin, kondisi kebersihan laboratorium diamati pada seluruh prosedur. Semua transfer virus dan media
dilakukan dalam kondisi steril, dan semua instrumen yang digunakan disterilisasi dalam autoklaf
sebelum dan sesudah digunakan.
1. Granulosis Virus
Insektisida berbahan aktif granulosis virus bersifat sebagai racun lambung. Serangga
harus memakan virus agar virus efektif membunuhnya. Sesudah termakan, dinding pembungkus
protein virus akan terlarutkan dalam usus serangga yang bersifat alkalis, dan partikel virus akan
dilepaskan kedalam usus serangga. Virus kemudian akan menginvasi inti sel (nukleus) dan
berkembang biak di dalamnya, menyebabkan serangga yang terpapar sakit, dan berakhir dengan
kematian.
a. Adoxophyes orana granulosis virus (AoGV)
Adoxophyaes orana granulosis virus (AoGV) adalah virus yang terdapat luas secara alami
sebagai penyakit (patogen) pada fruit tortrix moth (Adoxophyes orana). Produk insektisida
biologi komersial diisolasi dari A. orana yang terinfeksi. AoGV digunakan hanya untuk
mengendalikan fruit tortrix moth (Adoxopyes orana) pada beberapa tanaman buah.
b. Cydia pomonella granulosis virus (CpGV)
Virus ini merupakan penyakit alami dari codling moth (Cydia pomonella), semacam hama yang
umum menyerang buah apel dan pir.
c. Plodia interpunctella granulosis virus (IMMGV)
Virus ini merupakan penyaki sejenis hama gudang yang merusak buah-buahan kering dan
kacang-kacangan. Virus ini dibiakkan dan diproduksi secara komersial sebagai insektisida
biologi untuk mengendalikan hama ini.
d. Autographa californica nucleopolyhedrovirus (AcNVP)
Virus ini diisolasi dari Autographa californica yang terinfeksi. AcNVP sebagai insektisida
biologi memiliki spektrum pengendaliannya cukup luas (lebih dari 30 spesiesLepidoptera) untuk
mengendalikan larva Lepidoptera, pada jagung, sayuran, tanaman buah-buahan, dan tanaman
hias.
e. Mamestra brassicae nucleopolyhedrovirus (MbNPV)
Mamestra brassicae nucleopolyhedrovirus (MbNPV) merupakan penyakit alami dari ngengat
kubis (Mamestra brassicae). Diiolasi pertama kali dari larva yang terinfeksi di Prancis oleh
peneliti dari INRA, dan dikembangkan sebagai insektisida biologi oleh NPP (Natural Plant
Protection). MbNPV digunakan untuk mengendalikan Mamestra brassicae, Helicoverpa
armigera, Phthorimaea operculella dan Plutella xylostella pada tanaman sayuran, kentang,
Cruciferae dan tanaman hias. Diaplikasikan dengan cara disemprotkan pada kanopi daun.
f. Spodoptera exigua nucleopolyhedro virus (SeNPV)
Virus ini merupakan penyakit bagi Spodoptera exigua yang luas terdapat di alam (juga di
Indonesia). Sebagai insektisida biologi, SeNPV khusus digunakan untuk mengendalikan
larva Spodoptera exigua (ulat bawang) pada berbagai tanaman, seperti sayuran, kapas, tanaman
hias, anggur dsb.
http://matakuliahbiologi.blogspot.com/2012/06/mikrobiologi-industri.html
Mikrobiologi Industri
http://aungsumbono.blogspot.com/2012/11/mikrobiologi-industri.html