Anda di halaman 1dari 20

Minggu, 24 Juni 2012

Mikrobiologi Industri
2.1 Mikroorganisme yang Berperan dalam Industri
1) Bakteri
Ada berbagai macam bakteri yang berperan penting dalam industri khususnya proses
fermentasi, antara lain sebagai berikut (Anonim, 2010):
1. Acetobacter acetii
Bakteri ini penting dalam produksi asam asetat yang mengoksidasi alkohol sehingga
menjadi asam asetat. Banyak terdapat pada ragi tapai, yang menyebabkan tapai yang melewati 2
hari fermentasi akan menjadi berasa asam.
2. Acetobacter xylinum
Bakteri ini digunakan dalam pembuatan nata de coco. Acetobacter xylinum mampu
mensintesis selulosa dari gula yang dikonsumsi. Nata yang dihasilkan berupa pelikel yang
mengambang di permukaan substrat. Bakteri ini juga terdapat produk kombucha yaitu fermentasi
dari teh.
3. Bacillus sp.
Bacillus sp. merupakan genus dengan kemampuan yang paling luas. Pada mulanya hanya
digunakan untuk menghasilkan enzim amilase. Namun kini berkembang untuk bioinsektisida
yang diwakili Bacillus thuringiensis maupun untuk penanganan limbah Bacillus
subtilis dan Bacillus megaterium. Melalui rekayasa genetika, kini bakteri ini juga digunakan
untuk produksi bahan baku plastik ramah lingkungan.
4. Bividobacterium sp.
Bakteri ini bersifat anaerob dan digunakan sebagai mikroba probiotik. Produk probiotik
dari bakteri ini biasanya berbentuk padat.
5. Lactobacillus sp.
Bakteri ini cukup populer karena selain dapat digunakan dalam produksi asam lakat juga
berperan dalam fermentasi pangan seperti yogurt, saurkeraut dan juga produk probiotik yang saat
ini banyak diminati masyarakat. Probiotik merupakan mikrobia yang dikonsumsi untuk mengatur
flora usus. Asam laktat dari bakteri ini dapat dibuat poli asam laktat sebagai bahan baku plastik
ramah lingkungan.

2) Khamir
Khamir ada yang yang bermanfaat dan ada pula yang membahayakan manusia. Khamir
banyak dimanfaatkan dalam bidang industri yaitu proses fermentasi pada pembuatan roti, bir,
wine, vinegar dan sebagainya. Khamir yang tidak diinginkan adalah yang ada pada makanan dan
menyebabkan kerusakan pada saurkraut, jus buah, sirup, molase, madu, jelly, daging dan
sebagainya.
Khamir yang memiliki peranan yang menguntungkan diantaranya sebagai berikut (Black,
2002):
1. Saccharomyces cerevisiae, merupakan khamir yang paling populer dalam pengolahan makanan.
Khamir ini telah lama digunakan dalam industri wine dan bir. Dalam industri pangan, khamir
digunakan dalam pengembang adonan roti dan dikenal sebagai ragi roti.
2. Saccharomyces roxii, adalah khamir yang digunakan dalam pembuatan kecap dan berkontribusi
pada pembentukan aroma.
3) Jamur
Jamur yang memiliki peranan yang menguntungkan diantaranya sebagai berikut (Pelczar, 1988):
1. Aspergillus niger. Jamur ini digunakan dalam pembuatan asam sitrat. Asam sitrat merupakan
salah satu asam organik yang banyak digunakan dalam bidang industri pangan misalnya pada
pembuatan permen dan minuman kemasan. Jamur ini sering mengontaminasi makanan misalnya
roti tawar.
2. Rhizopus oryzae. Jamur ini penting pada pembuatan tempe. Aktivitas jamur Rhizopus oryzae
menjadikan nutrisi pada tempe siap dikonsumsi manusia. Aktivitas enzim yang dihasilkan
menjadikan protein terlarut meningkat. Produk tempe kini juga telah dikembngkan menjadi
isoflavon yang penting bagi kesehatan.
3. Neurospora sitophila. Jamur ini merupakan sumber beta karoten pada fermentasi tradisional.
Produk oncom yang dikenal di Jawa Barat adalah hasil fermentasi yang dilakukan Neurospora
sitophila. Produksi spora untuk sumber beta karoten yang dapat disubstitusikan pada makanan
juga telah diteliti. Selain mampu memberikan asupan, beta karoten juga merupakan sumber
warna yang cukup menarik.
4. Monascus purpureus. Jamur ini dikalangan mikrobiolog jarang dikenal karena produk yang
dihasilkan. Mula pertama jamur ini ditemukan di Jawa namun menjadi produk utama Cina
dengan nama angkak. Angkak adalah fermentasi pada beras. Jamur ini menghasilkan pewarna
alami yang umumnya digunakan pada masakan Cina. Saat ini telah ditemukan adanya zat aktif
pada ngkak yang dapat membantu kesehatan dan telah dikemas dalam bentuk kapsul.
5. Penicillium sp. Jamur ini paling terkenal karena kemampuannya menghasilkan antibiotika yang
disebut pensilin. Sejak pertama kali dikenal terus digunakan sampai sekarang. Jamur pengasil
antibiotika saat ini telah banyak diketahui sehingga ragam antibiotik pun semakin banyak. Selain
itu pembuatan antibiotika, spesies yang lain juga digunakan dalam pembuatan keju khusus.

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mikroorganisme dalam Industri


Kegiatan mikroba dipengaruhi oleh faktor lingkungannya. Perubahan dilingkungan dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroorganisme. Beberapa
golongan mikroorganisme resisten terhadap perubahan lingkungan karena dengan cepat
melakukan adaptasi dengan lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang sering mempengaruhi
pertumbuhan mikroba antara lain (Anonim, 2010):
a) Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan mikroba. Beberapa mikroba
mampu hidup dalam kisaran suhu yang luas. Terkait dengan suhu pertumbuhan maka dikenal
suhu minimum, maksimum dan optimum. Suhu minimum adalah suhu yang paling rendah
dimana kegiatan mikroba masih berlangsung. Suhu optimum adalah suhu yang paling baik untuk
kehidupan mikroba. Sedangkan suhu maksimum adalah suhu tertinggi yang masih dapat
menumbuhkan mikroba tetapi pada tingkat kegiatan fisisologi yang paling rendah.
Atas dasar suhu perkembangannya mikroba dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu
psikofil, mesofil dan termofil.
 Mikroba psikofil/kriofil dapat tumbuh pada suhu antara 0o C-30o C, dengan suhu optimum 15OC.
Kebanyakan tumbuh ditempat-tempat dingin, baik di daratan maupun dilautan.
 Mikroba mesofil mempunyai suhu optimum antara 25-37oC, dengan suhu minimum 15oC dan
suhu maksimum antara 45-55oC. Mikroba ini biasa hidup pada tanah dan perairan.
 Mikroba termofil mempunyai suhu pertumbuhan antara 40-75oC, dengan suhu optimum 55-
60oC.
b) Kelembaban
Tiap jenis mikroba mempunyai kelembaban optimum tertentu. Pada umumnya khamir dan
bakteri membutuhkan kelembapan yang lebih tinggi dibandingkan jamur. Banyak mikroba yang
tahan tahan hidup dalam keadaan kering untuk waktu yang lama. Misalnya mikroba yang
membentuk spora dan mentuk-bentuk Krista.
c) pH
Berdasarkan pH yang ada, mikroba dikenal dengan asidofil, neurofil, dan alkalifil. Asidofil
adalah mikroba yang dapat tumbuh pada pH antara 2,0-5,0. Mikroba neutrofil adalah mikroba
yang mampu tumbuh pada kisaran pH 5,5-8,0 sedangkan mikroba alkalifil dapat tumbuh pada
kisaran pH 8,4-9,5. Bakteri memerlukan pH 6,5-7,5, khamir memerlukan pH 4,0-4,5, sedangkan
jamur mempunyai kisaran pH yang luas.
d) Ion-ion logam
Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au dan Pb pada kadar yang sangat rendah dapat
bersifat toksik. Daya bunuh logam berat pada kadar rendah disebut oligodinamik. Ion-ion logam
dapat mengganggu sistem enzim sel. Misalnya Hg++ akan bergabung dengan gugus sulfidril (-
SH) dalam enzim sehingga aktivitas enzim dengan gugus aktif sulfidril akan terhambat
aktivitasnya. Ion-ion Li++ dan Zn++ bersifat toksik bagi Lactobacillus dan Leuconostoc, namun
demikian jika Ph diturunkan maka peracunan Li++ dan Zn++ dapat dikurangi.

e) Iradiasi
Radiasi pengion dicirikan oleh energi yang sangat tinggi dan kemampuan penetrasi yang
besar. Demikian juga sifat letalnya. Penggunaan radiasi pengion terutama pada bidang farmasi,
kedokteran,proses industri, serta digunakan dalam bidang mikrobiologi, misalnya menggunakan
sinar ultraviolet dan sinar gamma.
 Sinar UV yang paling efektif dalam membunuh mikroorganisme adalah yang memiliki
panjang gelombang yang dekat dengan 260 nm, dengan energi kuantum sekitar 4,9 Ev. Sinar
dengan panjang gelombang dibawah 200 nm tidak efektif karena mudah diserap oleh oksigen
atmosfir. Sinar dengan panjang gelombang 360-450 nm umumnya disebut UV gelombang
panjang dan biasa digunakan untuk menstimulasi flourisensi, misalnya untuk menunjukkan
adanya pigmen pseudomonas pada telur.
Penggunaan lain UV pada bidang industri bahan makanan adalah pada ruang pendingin
yang dipergunakan untuk menyimpan daging. Tujuannya dalah untuk menunda pertumbuhan
mikroba permukaan. Iradiasi ultraviolet dengan internsitas 2 mW/cm2 terhadap pseudomonas
pada daging dapat mengurangi kecepatan pertumbuhannnya menjadi 85% bila dibandingkan
dengan kontrol, dan akan menjadi 75% bila intensitas pada permukaan 24 mW/cm2.
 Sinar gamma, iradiasi gamma telah digunakan sebagai metode dalam pengawetan
pangan di beberapa Negara seperti Belgia, Perancis, Jepang dan Belanda. Di Indonesia sendiri
baru dilakukan dalam skala laboratorium. Proses dilakukan dengan penyinaran pangan dengan
menggunakan kobalt radioisotope (60oC). Iradiasi akan mempengaruhi fungsi metabolisme dan
fragmentasi DNA yang dapat mengakibatkan kematian sel mikroba sehingga memperbaiki
kualitas mikrobiologis pangan dengan mengurangi jumlah jasad perusak dan pathogen.
Selain faktor di atas, mikroba juga melakukan interaksi, sebab di alam jarang dijumpai
mikroba yang hidup sebagai biakan murni, tetapi selalu berada dalam asosiasi dengan jasad lain.
Interaksi antar mikroba dapat terjadi antara dua mikroba yang sama ukuran selnya (dua sel
bakteri, dua sel protozoa) atau antara dua sel yang berbeda ukurannya (sel bakteri dengan sel
protozoa). Dua sel yang ukurannya sama memiliki kebutuhan nutrisi yang kurang lebih sama,
sebab susunan molekul suatu sel pada umumnya relatif sama. Berbeda halnya jika ukuran sel
berbeda, kebutuhan ruang berbeda. Protozoa membutuhkan ruang ribuan kali lebih besar
daripada bakteri. Begitu juga dengan kebutuhan nutrisinya. Contohnya interaksi
antarPseudomonas synoyanea dengan Sterptococcus lactis yang menyebabkan terjadinya warna
biru pada susu.

2.3 Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi dalam Proses Mikrobiologi Industri


Dari segi perindustrian, mikroba merupakan pabrik zat kimia yang mampu melakukan
perubahan yang dikehendaki. Mikroba merombak bahan mentah dan mengubah bahan mentah
menjadi suatu produk baru. Beberapa prasyarat yang harus dipenuhi dalam proses mikrobiologi
industri, antara lain (Waluyo, 2005):
a. Organisme
Organisme yang akan digunakan harus dapat menghasilkan produk dalam jumlah yang cukup
banyak. Karakteristik penting yang harus dimiliki mikroorganisme industri yaitu harus tumbuh
cepat dan menghasilkan produk yang diharapkan dalam waktu yang relatif singkat, memiliki
sifat-sifat genetik yang stabil, mampu menghasilkan substansi yang menarik, serta dapat
dipelihara dalam periode waktu yang sangat panjang di laboratorium. Mikroba yang digunakan
dalam industri adalah kapang, khamir, bakteri, dan virus.
b. Medium
Substrat yang digunakan oleh organisme untuk membuat produk baru harus murah dan tersedia
dalam jumlah yang banyak. Misalnya, limbah yang banyak mengandung nutrisi dari industri
persusuan dan industri kertas untuk menghasilkan bahan-bahan yang bernilai tinggi.
c. Hasil
Fermentasi industri dilakukan dalam tangki-tangki yang besar kapasitasnya dapat mencapai
200.000 liter. Produk metabolisme mikroba biasanya merupakan campuran heterogen yang
terdiri dari sel-sel mikroorganisme dalam jumlah yang sangat banyak, komponen-komponen
medium yang tidak terpakai, dan produk-produk metabolisme yang tidak dikehendaki. Karena
itu, harus dikembangkan metode-metode yang mudah dilaksanakan dalam skala besar untuk
memisahkan dan memurnikan produk akhir yang diinginkan.
d. Tidak berbahaya bagi manusia, dan secara ekonomik penting bagi hewan dan tumbuhan.
e. Bersifat non-patogen dan bebas toksin, atau jika menghasilkan toksin harus cepat di-inaktifkan.
f. Mudah dipindahkan dari medium biakan. Di laboratorium, sel mikroorganisme pertama kali
dipindahkan dengan sentrifugasi, tetapi sentrifugasi bersifat sulit dan mahal untuk industri skala-
besar.
g. Mikroorganisme lebih disukai jika berukuran besar, karena sel lebih mudah dipindahkan dari
biakan dengan penyaringan (dengan bahan penyaring yang relatif murah). Sehingga, fungi, ragi,
dan bakteri berfilamen lebih disukai. Bakteri unisel, berukuran kecil sehingga sulit dipisahkan
dari biakan cair.
h. Mikroorganisme industri harus dapat direkayasa secara genetik. Rekayasa genetika pada
mikroba bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja mikroba tersebut (misalnya mikroba
untuk fermentasi, pengikat nitrogen udara, meningkatkan kesuburan tanah, mempercepat proses
kompos dan pembuatan makanan ternak, mikroba prebiotik untuk makanan olahan), untuk
menghasilkan bahan obat-obatan dan kosmetika, serta Pembuatan insulin manusia dari bakteri
(Sel pankreas yang mempu mensekresi Insulin digunting, potongan DNA itu disisipkan ke dalam
Plasmid bakteri) DNA rekombinan yang terbentuk menyatu dengan Plasmid diinjeksikan lagi ke
vektor, jika hidup segera dikembangbiakkan.

2.4 Peranan Mikroba dalam Mikrobiologi Industri


A. Produksi Bahan Kimia Farmasi yang Bernilai Komersil
1. Antibiotika
Antibiotika merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme, dan dapat
menghambat atau membunuh mikroorganisme lain. Perkembangan antibiotika sebagai zat untuk
pengobatan penyakit infeksi lebih banyak mempengaruhi penggunaan obat dibandingkan dengan
perkembangan antibiotik itu sendiri. Antibiotika merupakan produk metabolisme sekunder.
Meskipun hasilnya relatif rendah dalam sebagian besar industri fermentasi, tetapi karena
aktivitas terapetiknya tinggi maka menjadi memiliki nilai ekonomik tinggi, oleh karena itu
antibiotika dibuat secara komersial melalui fermentasi mikroba. Beberapa antibiotika dapat
disintesis secara kimia, tetapi karena kompleksitas bahan kimia antibiotika dan cenderung
menjadi mahal, maka tidak memungkinkan sintesis secara kimia dapat bersaing dengan
fermentasi mikroorganisme.
Penggunaan antibiotika secara komersial, pertamakali dihasilkan oleh fungi berfilamen
dan oleh bakteri kelompok Actinomycetes. Seringkali, sejumlah senyawa kimia berhubungan
dengan keberadaan antibiotika, sehingga dikenal famili antibiotik. Antibiotika dapat
dikelompokkan berdasarkan struktur kimianya. Sebagian besar antibiotika digunakan secara
medis untuk mengobati penyakit bakteri, meskipun sebagian diketahui efektif menyerang
penyakit fungi. Secara ekonomi dihasilkan lebih dari 100.000 ton antibiotika per tahun, dengan
nilai penjualan hampir mendekati $ 5 milyar.
Tabel 1: Beberapa antibiotika yang dihasilkan secara komersial

Antibiotika Mikrorganisme penghasil Tipe mikroorganisme


Basitrasin Bacillus subtilis Bakteri pembentuk-spora
Sefalosporin Cephalosporium sp. Fungi
Kloramfenikol Sintesis senyawa kimia (dulu Actinomycete
olehStreptomyces
venezuelae)
Sikloheksimid Streptomyces griseus Actinomycete
Sikloserin Streptomyces orchidaceus Actinomycete
Erytromisin Streptomyces erythreus Fungi
Griseofulvin Penicillium griseofulvin Actinomycete
Kanamisin Streptomyces kanamyceticus Actinomycete
Linkomisin Streptomyces lincolnensis Actinomycete
Neomisin Streptomyces fradiae Actinomycete
Nistatin Streptomyces noursei Fungi
Penisilin Penicillium chrysogenum Bakteri pembentuk-spora
Polimiksin B Bacillus polymyxa Actinomycete
Streptomisin Streptomyces griseus Actinomycete
Tetrasiklin Streptomyces rimosus Actinomycete
a) Pencarian Antibiotika Baru
Bahan antibiotik yang sudah diketahui, lebih dari 8.000, dan beberapa ratus antibiotika
ditemukan dalam beberapa tahun. Dan sejumlah peneliti mempercayai bahwa berbagai
antibiotika baru dapat ditemukan lagi jika penelitian dilakukan terhadap kelompok
mikroorganisme selain Streptomyces, Penicillium, dan Bacillus. Sekali diketahui urutan struktur
gen mikroorganisme penghasil-antibiotika, dengan teknik rekayasa genetika memungkinkan
pembuatan antibiotika baru.
Cara utama dalam menemukan antibiotika baru yaitu melalui screening. Dengan
pendekatan tersebut, sejumlah isolat yang kemungkinan mikroorganisme penghasil-antibiotika
yang diperoleh dari alam dalam kultur murni, selanjutnya isolat tersebut diuji untuk produksi
antibiotika dengan bahan yang diffusible, yang menghambat pertumbuhan bakteri uji. Bakteri
yang digunakan untuk pengujian, dipilih dari berbagai tipe, dan mewakili atau berhubungan
dengan bakteri patogen.
Prosedur pengujian mikroorganisme untuk produksi antibiotika adalah metode gores
silang, pertamakali digunakan oleh Fleming. Dengan program pemisahan arus, ahli mikrobiologi
dapat dengan cepat mengidentifikasi, apakah antibiotika yang dihasilkan termasuk baru atau
tidak. Sekali ditemukan organisme penghasil antibiotika baru, antibiotika dihasilkan dalam
sejumlah besar, dimurnikan, dan diuji toksisitas dan aktivitas terapeutiknya kepada hewan yang
terinfeksi. Sebagian besar antibiotika baru gagal menyembuhkan hewan uji, dan sejumlah kecil
dapat berhasil dengan baik. Akhirnya, sejumlah antibiotika baru ini sering digunakan dalam
pengobatan dan dihasilkan secara komersial.
Tabel 2. Klasifikasi antibiotika sesuai dengan struktur kimianya

Antibiotika Contoh
1. Antibiotika mengandung-karbohidrat
- Gula murni Nojirimisin
- Aminoglikosida Streptomisin
- Ortosomisin Everninomisin
- N-glikosida Streptotrisin
- C-glikosida Vankomisin
- Glikolipid Moenomisin
2. Lakton makrosiklik
- Antibiotik makrolida Eritromisin
- Antibiotik polien Kandisidin
- Ansamisin Rifamisin
- Makrotetrolida Tetranaktin
3. Quinon dan antibiotika yang berhubungan.
- Tetrasiklin Tetrasiklin
- Antrasiklin Adriamisin
- Naftoquinon Aktinorodin
- Benzoquinon Mitomisin
4. Antibiotika peptida dan asam amino
- Turunan asam amino Sikloserin
- Antibiotik b-laktam Penisilin
- Antibiotik peptida Basitrasin
- Kromopeptida Aktinomisin
- Depsipeptida Valinomisin
- Peptida pembentuk-selat Bleomisin
5. Antibiotika heterosiklik mengandung nitrogen
- Antibiotika nukleosida Polioksin
6. Antibiotika heterosiklik mengandung oksigen
- Antibiotika polieter Monensin
7. Turunan alisiklik
- Turunan sikloalkan Sikloheksimida
- Antibiotika steroid Asam fusidat
8. Antibiotik aromatik
- Turunan benzen Kloramfenikol
- Antibiotika aromatik terkondensasi Griseofulvin
- Eter aromatik Novobiosin
9. Antibiotika alifatik
- Senyawa mengandung fosfor Fosfomisin

b. Tahap-tahap Menuju Produksi Komersial


Suatu antibiotika yang dihasilkan secara komersial, pada awalnya harus berhasil
diproduksi pada fermentor industri berskala-besar. Salah satu gugus-tugas penting adalah
pengembangan efisiensi metode pemurnian. Metode elaborasi (yang terperinci) sangat penting
dalam ekstraksi dan pemunian antibiotika, karena jumlah antibiotika yang terdapat dalam cairan
fermentasi hanya sedikit.
Jika antibiotika larut dalam pelarut organik yang tidak dapat bercampur dengan air, maka
pemurniannya relatif lebih mudah, karena memungkinkan untuk mengekstraksi antibiotika ke
dalam suatu pelarut bervolume kecil, sehingga lebih
mudah mengumpulkan antibiotika tersebut. Jika antibiotika tidak larut dalam pelarut, selanjutnya
harus dipindahkan dari cairan fermentasi melalui adsorpsi, pertukaran ion, atau presipitasi secara
kimia. Pada semua kasus, tujuannya untuk
memperoleh produk kristalin yang sangat murni, meskipun sejumlah antibiotika
tidak mudah terkristalisasi dan sulit dimurnikan. Masalah yang berhubungan adalah, kultur
sering menghasilkan produk akhir lain, termasuk antibiotika lain, dalam hal ini penting
mengakhiri proses dengan suatu produk yang hanya terdiri dari antibiotik tunggal. Pemurnian
secara kimia mungkin dibutuhkan untuk mengembangkan metode dalam rangka menghilangkan
produk sampingan yang tidak diharapkan, tetapi dalam beberapa kasus hal tersebut penting untuk
ahli mikrobiologi untuk menemukan strain yang tidak menghasilkan senyawa kimia dan tidak
diharapkan.

2. Vitamin
Vitamin merupakan faktor pertumbuhan yang sering digunakan dalam farmasi atau
ditambahkan kepada makanan. Beberapa vitamin yang penting, dihasilkan secara komersial
melalui proses mikrobiologi. Vitamin digunakan sebagai tambahan pada makanan manusia dan
pakan ternak. Produksi vitamin, berada kedua setelah antibiotika dalam hal penjualan total
produk farmasi dengan nilai lebih dari $ 700 juta per tahun. Sebagian besar vitamin dibuat secara
komersial melalui sintesis bahan kimia. Sejumlah vitamin terlalu sulit disintesis dengan biaya
murah tapi keuntungannya vitamin dapat dibuat dengan fermentasi mikrobial. Vitamin B12 dan
riboflavin yang terpenting dalam kelompok vitamin.
Sianokobalamin (Vitamin B12), disintesis secara khusus di alam oleh mikroorganisme.
Kebutuhan vitamin ini pada hewan dipenuhi melalui ambilan makanan atau melalui absorpsi
vitamin yang dihasilkan mikroorganisme dalam usus hewan. Tetapi pada manusia vitamin B12
diperoleh melalui makanan atau sebagai tambahan vitamin, karena seandainya vitamin ini
disintesis oleh mikroorganisme dalam jumlah yang besar di dalam usus besar, tetapi tidak masuk
ke dalam saluran darah. Strain mikroorganisme dipilih dan digunakan untuk menghasilkan
banyak vitamin. Anggota bakteri dari genus Propionibacterium menghasilkan vitamin mulai dari
19-23 mg/liter pada proses dua-tahap, sedangkan bakteri
lain,Pseudomonas denitrificans menghasilkan 60 mg/liter pada proses satu-tahap yang
menggunakan molase gula-bit sebagai sumber karbon. Vitamin B12 mngandung kobalt sebagai
bagian esensial strukturnya, dan untuk meningkatkan produksi vitamin, dilakukan dengan
menambahkan kobalt pada medium biakan.
Riboflavin (B2) disintesis oleh beberapa mikroorganisme, termasuk bakteri, fungi, dan
ragi. Fungi Ashbya gossypii menghasilkan sejumlah besar riboflavin (> 7 gram/liter) dan oleh
karena itu sering digunakan dalam proses produksi mikrobiologi. Hasil perolehan yang sangat
banyak ini menyebabkan persaingan ekonomi tinggi di antara proses mikrobiologi dengan proses
sintesis secara kimia.

3. Asam amino
Asam amino digunakan secara luas dalam industri makanan, tambahan pakan, dalam
obat, dan sebagai bahan pemula pada industri kimia. Sebagian besar asam amino yang penting
secara komersial adalah asam glutamat, yang digunakan untuk meningkatkan rasa. Dua asam
amino yang juga penting, asam aspartat dan fenilalanin, yang menyusun bahan pemanis buatan,
aspartat, merupakan unsur penting dalam minuman ringan diet dan makanan lain yang dijual
sebagai
produk bebas-gula. Lisin, merupakan asam amino esensial untuk manusia, dihasilkan
olehBrevibacterium flavum, juga digunakan sebagai tambahan makanan. Meskipun sebagian
besar asam amino dapat dibuat secara kimia, sintesis bahan kimia menyebabkan pembentukan
bentuk DL inaktif. Jika secara biokimia bentuk L dibutuhkan, maka diperlukan metode enzimatik
atau metode mikrobiologi pada pembuatannya. Produksi asam amino secara mikrobiologi juga
dapat melalui fermentasi langsung, dimana mikroorganisme menghasilkan asam amino dalam
suatu proses fermentasi standar, atau melalui proses enzimatik, dimana mikroorganisme sebagai
sumber enzim dan enzim tersebut digunakan dalam proses produksi.
Tabel 3: Asam amino yang digunakan pada industri makanan

Asam amino Makanan Tujuan


Glutamat (MSG) Berbagai makanan Meningkatkan rasa
Aspartat dan alanin Juice Buah Menyempurnakan rasa
Glisin Pemanis makanan Perbaikan rasa
Sistein Roti Perbaikan kualitas
Juice Buah Antioksidan
Triftofan + histidin Berbagai makanan, susu bubuk Antioksidan, mencegah
tengik
Aspartam (dibuat dari Minuman ringan, dsb. Pemanis rendah-kalori
fenilalanin +
asam aspartat)
Lisin Roti (Jepang) Tambahan nutrisi
Metionin Produk kedelai Tambahan nutrisi

4. Enzim
Setiap organisme menghasilkan berbagai enzim, sebagian besar dihasilkan
dalam jumlah yang kecil dan dilibatkan dalam proses seluler. Bagaimanapun, enzim tertentu
dihasilkan dalam jumlah yang besar oleh beberapa organisme, dan
dibutuhkan dalam sel, dikeluarkan ke dalam medium. Enzim ekstraseluler biasanya dapat
menguraikan bahan nutrien yang tak-larut misalnya selulosa, protein, pati, dan hasil pencernaan
selanjutnya diangkut ke dalam sel, dimana enzim digunakan sebagai nutrien untuk pertumbuhan.
Beberapa enzim ekstraseluler digunakan dalam makanan, perusahaan susu, pabrik obat, dan
industri tekstil dan dihasilkan dalam jumlah yang besar melalui sintesis mikrobiologi. Enzim
tersebut sering digunakan karena spesifisitas dan efisiensi pada reaksi katalisis yang dibutuhkan,
pada suhu dan pH yang wajar. Reaksi yang sama dapat dicapai dengan bahan kimia yang
umumnya membutuhkan kondisi suhu dan pH ekstrim, dan kurang efisien dan kurang spesifik.
Secara komersial enzim dihasilkan dari fungi dan bakteri. Proses produksi
biasanya aerobik, dan medium biakan sama dengan yang digunakan pada fermentasi antibiotik.
Enzim itu sendiri umumnya hanya sedikit dibentuk selama fase pertumbuhan aktif tetapi
akumulasi dalam jumlah besar terjadi selama fase stasioner pertumbuhan.
Enzim mikroorganisme dihasilkan dalam jumlah yang sangat banyak pada
suatu industri dasar adalah protease bakteri, digunakan sebagai tambahan dalam
deterjen pencuci. Sejak tahun 1969, 80% deterjen pencuci mengandung enzim,
khususnya protease, juga amilase, lipase, reduktase, dan enzim lain. Tetapi mulai tahun 1971,
penggunaannya menurun setelah terjadi alergi pada pemakai dan konsumen, sehingga
dikembangkan teknik pemrosesan khusus misalnya ‘microencapsulation’ untuk menjamin
pengolahan bebas-debu.
Enzim penting lain yang dibuat secara komersial adalah amilase dan glukoamilase, yang
digunakan dalam produksi glukosa dari pati. Setelah dihasilkan glukosa, selanjutnya dengan
bantuan glukosa isomerase akan diubah menjadi fruktosa (yang lebih manis dari glukosa dan
sukrosa) dan menghasilkan produk akhir pemanis fruktosa-tinggi dari pati jagung, gandum, atau
kentang. Penggunaan proses tersebut dalam industri makanan mengalami peningkatan,
khususnya dalam produksi minuman ringan.
Tiga reaksi yang terjadi dalam perubahan pati jagung menjadi produk yang
disebut sirup jagung fruktosa-tinggi, masing-masing reaksi dikatalisis oleh enzim
mikroba secara terpisah :
- Enzim a-amilase menyerbu polisakarida pati, memecah rantai, dan mengurangi viskositas
polimer. Reaksi ini disebut ‘thinning reaction’.
- Enzim glukoamilase memecah polisakarida rantai pendek menghasilkan monomer glukosa,
proses tersebut dinamakan ‘saccharification’.
- Enzim glukosa isomerase merubah glukosa menjadi fruktosa, prosesnya disebut‘isomerization’.
Tabel 4: Berbagai enzim yang dihasilam mikroorganisme dan penggunaannya

Enzim Sumber Penggunaan Industri


Amilase Fungi Roti Pembakaran
Bakteri Pati pelapis Kertas
Fungi Pembuatan sirup dan glukosa Makanan
Bakteri Pati ‘cold-swelling laundry’ Pati
Protease Fungi Membantu pencernaan Farmasi
Bakteri Membuang lapisan Tekstil
(mengurangi ukuran)
Fungi Roti Pembakaran
Bakteri Membuang noda ‘Dry cleaning’
Bakteri Mengempukkan daging Daging
Bakteri Membersihkan luka Obat
Bakteri Membuang lapisan Tekstil
(mengurangi ukuran)
Bakteri Deterjen rumah-tangga Laundry
Invertase Ragi Permen ‘soft-center’ Permen
Glukosa oksidase Fungi Membuang glukosa, oksigen. Makanan
Kertas uji untuk diabeter Farmasi
Glukosa isomerase Bakteri Sirup jagung fruktosa-tinggi Minuman
Pektinase Fungi Memeras, menguraikan ringan
Wine, juice
buah.
Rennin Fungi Koagulasi susu Keju.
Streotokinase Bakteri Mengobati pasien karena Farmasi.
serangan jantung
DNA plymerase Bakteri PCR/polymerase chain reaction Laboratorium
Lipase Fungi Meningkatkan rasa, Makanan,
menghilangkan noda deterjen

B. Produksi Minuman Beralkohol


Fermentasi merupakan kegiatan mikrobia pada bahan pangan sehingga
dihasilkan produk yang dikehendaki. Mikrobia yang umumnya terlibat dalam fermentasi
adalah bakteri, khamir dan kapang. Alkohol juga merupakan salah satu hasil dari
proses fermentasi. Contoh mikroba yang berperan dalam pembuatan alcohol adalah
jenis khamir yaitu Saccharomyces cerevisiae. Ada beberapa produk makanan yang
merupakan hasil dari fermentasi alcohol. Diantaranya adalah wine, beer, brem, asam
cuka, arak, dan lain sebagainya. Yeast atau ragi merupakan faktor utama dalam
menghasilkan alkohol. Dibawah ini akan dijelaskan contoh proses pembuatan alcohol
dalam produksi wine.
1. Wine
“Wine” merupakan produk fermentasi alkohol oleh ragi pada jus buah atau bahan lain
yang mengandung gula tinggi. Sebagian besar “wine” dibuat dari anggur, kecuali kalau
dikhususkan untuk produk lain, “wine” dunia mengarah pada produk yang dihasilkan dari
fermentasi jus anggur. Wine pertamakali dibuat di Mesir dan Mesopotamia sebelum tahun 2000
S.M. dan menyebar luas ke daerah Mediterania.
Khamir adalah mikrooorganisme yang melakukan fementasi juice buah menjadi
wine. Khamir yang umum digunakan dalam fermentasi adalah Saccharomyces sp.
Khamir ini akan mengubah gula menjadi alkohol dan CO2. Dalam perombakan ini
diperlukan pula nutrien yang mendukung pertumbuhan khamir, jika tidak tersedia pada
bahan baku. Bahan yang umum dtambahkan adalah amonium fosfat sebagai sumber
nitrogen.
Kandungan karbon dioksida merupakan salah satu pertimbangan dalam memilih wine,
peningkatan langsung pada fermentasi akhir oleh ragi dalam botol. Terdapat dua tipe fermentasi
wine yang melibatkan ragi : pertama, yang disebut ‘wild yeasts’, ragi yang terdapat pada buah
anggur yang diambil dari alam dan dipindahkan ke dalam juice, dan kedua, ragi wine yang
dibiakkan, Saccharomyces ellipsoides, yang ditambahkan ke dalam juice untuk memulai
fermentasi. Salah satu perbedaan terpenting di antara dua ragi ini adalah toleransinya terhadap
alkohol. Sebagian besar ragi hanya toleran terhadap kadar alkohol sekitar 4%, dan ketika kadar
alkohol melebihi kadar tersebut maka fermentasi berhenti. Ragi wine memiliki toleransi lebih
dari 12-14% alkohol sebelum menghentikan pertumbuhannya. Pada ‘unfortified wine’,
kandungan akhir alkohol ditentukan oleh toleransi ragi terhadap alkohol dan oleh jumlah gula
yang terdapat dalam juice. Pada sebagian besar ‘unfortified wine’, kandungan alkoholnya
berkisar 8-14%. Pada ‘fortified wine’, misalnya sherry memiliki kandungan alkohol sebanyak
20%, tetapi hal ini dapat dicapai melalui penambahan waktu distilasi minuman keras,
misalnyabrandy. Distilasi ‘malt brews’ (minuman hasil fermentasi ragi dari gandum)
menghasilkanwhiskey. Pada produksi minuman berkadar alkohol rendah, ‘wild yeasts’ tidak
menghasilkan sejumlah komponen rasa yang diharapkan pada produk akhir, dan peningkatan
pertumbuhan‘wild yeasts’ tidak dibutuhkan selama fermentasi.
Cara membunuh ‘wild yeasts’ dalam ‘must’ dilakukan dengan penambahan sulfur
dioksida sebanyak 100 ppm. Sedangkan ragi wine biakkan bersifat resisten terhadap kadar sulfur
dioksida tersebut dan ditambahkan sebagai kutur pemula dari pertumbuhan biakan murni pada
sterilisasi dan pasteurisasi jus anggur. Selama tahap awal, terdapat udara dalam cairan dan terjadi
pertumbuhan ragi dengan cepat; selanjutnya udara tersebut digunakan, berkembang keadaan
anaerobik dan mulai terjadi produksi alcohol (Ristiati, 2008).

C. Produksi Vaksin
Vaksin merupakan suspensi mikroorganisme yang dimatikan atau dimodifikasi atau
bagian spesifik yang diisolasi dan mikroorganisme yang ketika disuntikkan ke dalam hewan
makan hewan tersebut akan menghasilkan imunitas terhadap penyakit tertentu. Sebagian besar
merupakan vaksin virus. Kepentingan vaksin rekombinan, pada kenyataannya untuk
menggantikan suspensi virus yang dimatikan atau diinaktifkan. Protein virus terpenting,
umumnya komponen yang sangat imunogen pada kapsid virus, dapat digunakan dalam dosis
tinggi untuk mendatangkan imunitas tingkat tinggi dan cepat tanpa kemungkinan penularan
infeksi. Saat ini sudah tersedia suatu rekombinan vaksin hepatitis B, juga sedang dilakukan
pengujian pada vaksin untuk herpes manusia, cytomegalovirus, virus campak, dan rabies. Vaksin
lain yang dikembangkan adalah beberapa vaksin untuk bakteri patogen, seperti kolera, clamydia,
dan gonorrhe (Campbell, 2000).
- Proses Pembuatan Vaksin
a) Benih Virus
Produksi vaksin dimulai dengan sejumlah kecil virus tertentu (atau disebut benih). Virus harus
bebas dari ‘kotoran’, baik berupa virus yang serupa atau variasi dari jenis virus yang sama. Selain itu,
benih harus disimpan dalam kondisi “ideal”, biasanya beku, yang mencegah virus menjadi lebih kuat atau
lebih lemah dari yang diinginkan. Benih disimpan dalam gelas kecil atau wadah plastik. Jumlah yang kecil
hanya 5 atau 10 sentimeter kubik, mengandung ribuan hingga jutaan virus, nantinya dapat dibuat menjadi
ratusan liter vaksin. Freezer dipertahankan pada suhu tertentu. Grafik di luar freezer akan mencatat
secara terus menerus suhu freezer. Sensor terhubung dengan alarm yang dapat didengar atau alarm
komputer yang akan menyala jika suhufreezer berada di luar suhu yang seharusnya.
b) Pertumbuhan Virus
Setelah mencairkan dan memanaskan benih virus dalam kondisi tertentu secara hati-hati
(misalnya, pada suhu kamar atau dalam bak air), sejumlah kecil sel virus ditempatkan ke dalam “pabrik
sel,” sebuah mesin kecil yang telah dilengkapi sebuah media pertumbuhan yang tepat sehingga sel
memungkinkan virus untuk berkembang biak.
Setiap jenis virus tumbuh terbaik di media tertentu, namun semua media umumnya mengandung
protein yang berasal dari mamalia, misalnya protein murni dari darah sapi. Media juga mengandung
protein lain dan senyawa organik yang mendorong reproduksi sel virus. Penyediaan media yang benar,
pada suhu yang tepat, dan dengan jumlah waktu yang telah ditetapkan, virus akan bertambah banyak.
Selain suhu, faktor-faktor lain harus dipantau adalah pH. pH adalah ukuran keasaman atau
kebasaan, diukur pada skala dari 0 sampai 14. dan virus harus disimpan pada pH yang tepat dalam
pabrik sel. Air tawar yang tidak asam atau basa (netral) memiliki pH 7. Meskipun wadah di mana sel-sel
tumbuh tidak terlalu besar (mungkin ukuran pot 4-8 liter), terdapat sejumlah katup, tabung, dan sensor
yang terhubung dengannya. Sensor memantau pH dan suhu, dan ada berbagai koneksi untuk
menambahkan media atau bahan kimia seperti oksigen untuk mempertahankan pH, tempat untuk
mengambil sampel untuk analisis mikroskopik, dan pengaturan steril untuk menambahkan komponen ke
pabrik sel dan mengambil produk setengah jadi ketika siap.
c) Pemisahan Virus
Ketika sudah tercapai jumlah virus yang cukup banyak, virus dipisahkan dari manik-manik
dalam satu atau beberapa cara. Kaldu ini kemudian dialirkan melalui sebuah filter dengan bukaan
yang cukup besar yang memungkinkan virus untuk melewatinya, namun cukup kecil untuk
mencegah manik-manik dapat lewat. Campuran ini sentrifugasi beberapa kali untuk memisahkan
virus dari manik-manik dalam wadah sehingga virus kemudian dapat dipisahkan. Alternatif lain
yaitu dengan mengaliri campuran manik-manik dengan media lain sehingga mencuci manik-
manik dari virus.
d) Memilih Strain Virus
Vaksin bisa dibuat baik dari virus yang dilemahkan atau virus yang dimatikan. Pemilihan satu dari
yang lain tergantung pada sejumlah faktor termasuk kemanjuran vaksin yang dihasilkan dan efek
sekunder. Virus yang dibuat hampir setiap tahun sebagai respon terhadap varian baru virus penyebab,
biasanya berupa virus yang dilemahkan. Virulensi virus bisa menentukan pilihan; vaksin rabies, misalnya,
selalu vaksin dari virus yang dimatikan.
Jika vaksin dari virus dilemahkan, virus biasanya dilemahkan sebelum dimulai proses produksi.
Strain yang dipilih secara hati-hati dibudidayakan (ditumbuhkan) berulang kali di berbagai media. Ada
jenis virus yang benar-benar menjadi kuat saat mereka tumbuh. Strain ini jelas tidak dapat digunakan
untuk vaksin ‘attenuated’. Strain lainnya menjadi terlalu lemah karena dibudidayakan berulang-ulang, dan
ini juga tidak dapat diterima untuk penggunaan vaksin.
Virus ini kemudian dipisahkan dari media tempat dimana virus itu tumbuh. Vaksin yang berasal
dari beberapa jenis virus (seperti kebanyakan vaksin) dikombinasikan sebelum pengemasan. Jumlah
aktual dari vaksin yang diberikan kepada pasien akan relatif kecil dibandingkan dengan jumlah medium
yang dengan apa vaksin tersebut diberikan. Keputusan mengenai apakah akan menggunakan air,
alkohol, atau solusi lain untuk injeksi vaksin, misalnya, dibuat setelah tes berulang-ulang demi
keselamatan, steritilitas, dan stabilitas.
e) Pengontrolan Kualitas
Untuk melindungi kemurnian vaksin dan keselamatan pekerja yang membuat dan mengemas
vaksin, kondisi kebersihan laboratorium diamati pada seluruh prosedur. Semua transfer virus dan media
dilakukan dalam kondisi steril, dan semua instrumen yang digunakan disterilisasi dalam autoklaf
sebelum dan sesudah digunakan.

D. Produksi Mikroorganisme Untuk Digunakan sebagai Insektisida (Biosida)


Mikroorganisme berasosiasi dengan serangga dengan berbagai macam cara, mulai dari
asosiasi mutualistik (simbiose) sampai yang bersifat parasitik. Mikroorganisme parasit ini dapat
menyebabkan penyakit bagi serangga, dan dikenal sebagai patogen serangga (entomopatogen).
Telah diketahui bahwa ada sekitar 1500 spesies mikroba menyebabkan penyakit pada antropoda,
termasuk serangga. Berbagai patogen serangga yang telah dimanfaatkan sebagai insektisida
mikrobiologi ditampilkan di bawah ini. Banyak diantaranya telah diproduksi secara komersial
(Anonim, 2011).
1) Insektisida dari Jamur
Tidak seperti patogen serangga lainnya (misalnya bakteri dan virus) yang umumnya
harus di makan dan dicerna agar dapat menginfeksi inangnya, jamur dapat menginfeksi inangnya
(dalam hal ini serangga hama) dengan cara penetrasi langsung. Apabila spora jamur menempel
pada kulit serangga, dan apabila kondisi mendukung, maka spora akan berkecambah, menembus
kutikula serangga dan masuk kedalam tubuh serangga. Dalam tubuh serangga jamur akan
berkembang membentuk hifa dan miselium hingga memenuhi bagian dalam tubuh serangga,
hingga serangga akhirnya mati. Jamur kemudian hidup sebagai saprofit dan menyerap hara dari
tubuh serangga yang sudah mati. Tubuh buah jamur kemudian muncul dari bangkai serangga
inang, menghasilkan spora, dan siap disebarkan untuk menginfeksi serangga lainnya.
Tanaka dan Kaya (1993) telah mendata jamur penyebab penyakit serangga
(entomopatogen) yang terdapat dalam 8 kelas, 13 ordo dan 57 genus. Banyak diantaranya yang
bersifat sangat spesifik (hanya menginfeksi serangga tertentu).
a. Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin
sebagai insektisida. Jamur ini dahulu dikenal dengan nama Botrytis bassiana. Jamur
entomopatogen (penyebab penyakit serangga) ini menginvasi tubuh serangga sasaran. Spora
(konidia) jamur akan menempel pada kutikula serangga, dan saat berkecambah, benang jamur
(hifa) akan menembus kutikula dan berkembang didalam tubuh serangga. Diaplikasikan dengan
disemprotkan pada kanopi tanaman. Dapat diaplikasikan bersama insektisida lain, dengan
tambahan ajuvant dan sebagainya
- Beauveria bassiana isolat BB 147
Isolat ini digunakan untuk mengendalikan penggerek tongkol jagung (Ostrinia nubilalis,
european corn borer dan Ostrinia furnacalis, asian corn borer), pada tanaman jagung dan padi.
- Beauveria bassiana isolat stanes
Isolat ini digunakan untuk mengendalikan penggerek buah kopi, lundi (uret), penngerek buah
kapas, ulat potong (cutworm), wereng batang coklat dan ulat kubis, pada tanaman teh, kopi,
kapas, tomat, okra, terung dan
- Beauveria bassiana isolat GHA
Isolat GHA terutama efektif untuk mengendalikan kutu kebul (whitefly), thrips, aphids, serta
kutu dompolan, pada tanaman sayuran dan tanaman hias.
- Beauveria bassiana isolat ATCC 74040
B. bassiana isolat ATCC 74040 efektif untuk mengendalikan Coleoptera dan Hemiptera pada
lapangan rumput dan tanaman hias.
b. Beauveria brongniartii (Saccardo) Petch
Jamur yang dimanfaatkan sebagai insektisida ini pernah dikenal dengan nama Beauveria
tenella. Dewasa ini ada 3 isolat yang dikomersialkan, yakni isolat Bb96 (isolat Swiss) dan
IMBST 95.031 serta 95.041 (isolat Austria). Seperti jamur entomopatogen lainnya, jamur ini
juga menyerang tubuh serangga sasaran. Spora (konidia) jamur akan menempel pada kutikula
serangga, dan saat berkecambah, benang jamur (hifa) akan menembus kutikula dan berkembang
didalam tubuh serangga.
c. Hirsutella thompsonii Fisher
Akarisida biologis komersial berisi jamur Hirsutella thompsonii isolat MF(Ag)S (ITCC
4962; IMI 385470), digunakan untuk mengendalikan tungau dari famili Eriophyidae, terutama
tungau kelapa Aceria guerreronis. Pertama kali diisolasi dari tungau Eriophyidae di Tamil Nadu,
India.
d. Lagenidium giganteum Couch
Lagenidium giganteum digunakan untuk mengendalikan larva nyamuk, yang meluputi
genus-genus Aedes, Anopheles, Coquillettidea, Culex, dan sebagainya. L. giganteum adalah
parasit dari larva nyamuk.
e. Lecanicillium lecanii (Zimmerman) Gams & Zare
Dahulu dikenal dengan nama lama Cephalosporium lecanii atau Verticillium lecanii.
Jamur L. lecanii adalah entomopatogen yang bertindak dengan mendegradasi kutikula serangga
sasaran. Spora yang menempel pada kutikula serangga, saat berkecambah akan masuk kedalam
tubuh serangga dengan menembus kutikula, baik dengan kekuatan fisik maupun bantuan enzym.
Hifa jamur kemudian akan berkembang dalam tubuh serangga yang menyebabkan serangga sakit
dan akhirnya mati.
f. Metarhizium anisopliae Sorok
Insektisida biologi Metarhizium anisopliae dahulu dikenal dengan nama Penicillium
anisopliae dan Entomophthora anisopliae. Jamur yang umum terdapat pada serangga yang mati,
dan produk komersial diisolasi dai wereng batang padi (Nilaparvata lugens). Ada produk yang
khusus untuk mengendalikan rayap, ada pula yang diregistrasi untuk wereng padi (Nilaparvata
lugens) dan hama lain dari ordo Coleoptera dan Lepidoptera, ada pula yang khusus untuk
mengendalikan kecoa.
 Metarhizium anisopliae var. acridium
Jamur ini khusus digunakan untuk mengendalikan belalang. Produk komersial terdiri atas isolat
IMI 330189 dan FI-985.
 Metarhizium anisopliae var. anisopliae
Varitas khusus untuk mengendalikan larva kumbang (uret, lundi) Dermolepida albohirtum pada
perkebunan tebu.
 Metarhizium anisopliae isolat ICIPE 30
Isolat jamur M. anisopliae khusus untuk mengendalikan rayap dari genus Macrotermes,
Microtermes dan Odontotermes, pada pertanaman jagung, ubi kayu, jeruk, kopi, agroforestry,
dan sayuran yang diserang rayap. Juga digunakan untuk melindungi bangunan, dsb. dari
serangan rayap.
 Metarhizium anisopliae isolat ICIPE 69
Produk ini khusus untuk mengenalikan hama thrips (Megalurothrips sjostedti, Thrips tabaci dan
Frankliniella occidentalis), pada tanaman sayuran dan tanaman hias.
 Metarhizium flavoviridae var. flavoviridae Gams & Rozsypal
Metarhizium flavoviridae var. flavoviridae isolat F001, digunakan untuk mengendalikan
Adoryphorus coulani pada lapangan rumput (turf).
g. Paecilomyces fumosoroseus (Wiize) AHS Brown & G. Smith
Paecilomyces furosomoseus merupakan insektisida dan akarisida berbasis jamur yang
dimanfaatkan untuk mengendalikan berbagai jenis serangga, seprti kutu kebul (Trialeuroes
vapororiorum dan Bemisia tabaci). Juga memiliki efikasi terhadap aphids, thrips dan tungau
(spider mites). Isolat Apopka 97 (PFR 97) dari jamur ini telah diproduksi secara komersial, dan
direkomendasikan untuk digunakan pada tanaman hias serta tanaman pangan, baik di dalam
rumah kaca atau di lapangan.

2) Insektisida dari Bakteri


a. Bacillus sphaericus Neide
Bakteri ini terutama digunakan sebagai insektisida biologi di bidang kesehatan
masyarakat untuk mengendalikan nyamuk, terutama efektif untuk Culex spp. Bacillus sphaericus
isolat 2362 dipilih untuk dikomersialkan karena isolat ini efektif untuk mengendalikan larva
Culex spp. B. sphaericus bertindak sebagai racun perut, dan saat sporulasi bakteri menghasilkan
kristal protein. Setelah termakan, dalam usus serangga kristal protein yang merupakan pro-toksin
ini akan dirubah menjadi racun (toksin) oleh enzym protease. Toksin ini selanjutnya akan terikat
pada sel-sel usus tengah (midgut) pada lokasi spesifik dimana mereka aktif sebagai racun, dan
akhirnya mematikan serangga dengan menghancurkan selaput usus.
- Bacillus thuringiensis Berliner
B. thuringiensis (Bt) mungkin merupakan insektisida mikrobiologi yang paling luas
dikenal. Bakteri gram positif ini dideteksi pertama kali pada tahun 1902 pada larva ulat sutera
(Bombyx mori) yang mati. Di Eropa, Bt diketemukan juga diketemukan sebagai penyakit pada
bubuk tepung di Thuringen (Jerman). Bacillus thuringiensis (Bt) merupakan patogen (penyebab
penyakit) bagi berbagai jenis serangga yang sangat spesifik. Bt merupakan insektisida racun
perut.
b. Paenibacillus popilliae Newman
Sebelumnya dikenal dengan nama Bacillus popilliae diketemukan oleh pegawai Deptan
Amerika. Bakteri ini diisolasi dari Popillia japonica, dan digunakan untuk mengendalikan
kumbang ini.
c. Serratia entomophila Grimont
Bakteri yang dimanfaatkan untuk mengendalikan semacam lundi (uret) dari kumbangCostelytra
zealandica) pada padang rumput (turf) di New Zealand.
3) Insektisida dari Virus
Berbagai virus secara alami diketahui merupakan patogen (penyebab penyakit) yang
dapat menyebabkan kematian serangga. Virus patogen ini umumnya bersifat sangat spesifik,
hanya mengendalikan satu jenis serangga hama saja. Tentu selalu ada kekecualian,
misalnyaAnagrapha falfifera nucleopolyhedrovirus (AfNPV) mampu mengendalikan lebih dari
30 spesies larva Lepidoptera yang berbeda.
Insektisida berbasis virus umumnya merupakan larvisida (hanya membunuh larva
serangga) racun lambung. Virus harus dimakan terlebih dahulu oleh serangga hama, dan didalam
sistim pencernaan serangga virus mulai berkembang dan menyebabkan penyakit serta
membunuh serangga hama. Kematian karena virus patogen ini umumnya cukup lama, antara
beberapa hari hingga dua minggu sesudah aplikasi. Efikasi insektisida virus juga dipengaruhi
oleh kondisi alam, seperti suhu udara dan perkembangan larva serangga.

1. Granulosis Virus
Insektisida berbahan aktif granulosis virus bersifat sebagai racun lambung. Serangga
harus memakan virus agar virus efektif membunuhnya. Sesudah termakan, dinding pembungkus
protein virus akan terlarutkan dalam usus serangga yang bersifat alkalis, dan partikel virus akan
dilepaskan kedalam usus serangga. Virus kemudian akan menginvasi inti sel (nukleus) dan
berkembang biak di dalamnya, menyebabkan serangga yang terpapar sakit, dan berakhir dengan
kematian.
a. Adoxophyes orana granulosis virus (AoGV)
Adoxophyaes orana granulosis virus (AoGV) adalah virus yang terdapat luas secara alami
sebagai penyakit (patogen) pada fruit tortrix moth (Adoxophyes orana). Produk insektisida
biologi komersial diisolasi dari A. orana yang terinfeksi. AoGV digunakan hanya untuk
mengendalikan fruit tortrix moth (Adoxopyes orana) pada beberapa tanaman buah.
b. Cydia pomonella granulosis virus (CpGV)
Virus ini merupakan penyakit alami dari codling moth (Cydia pomonella), semacam hama yang
umum menyerang buah apel dan pir.
c. Plodia interpunctella granulosis virus (IMMGV)
Virus ini merupakan penyaki sejenis hama gudang yang merusak buah-buahan kering dan
kacang-kacangan. Virus ini dibiakkan dan diproduksi secara komersial sebagai insektisida
biologi untuk mengendalikan hama ini.
d. Autographa californica nucleopolyhedrovirus (AcNVP)
Virus ini diisolasi dari Autographa californica yang terinfeksi. AcNVP sebagai insektisida
biologi memiliki spektrum pengendaliannya cukup luas (lebih dari 30 spesiesLepidoptera) untuk
mengendalikan larva Lepidoptera, pada jagung, sayuran, tanaman buah-buahan, dan tanaman
hias.
e. Mamestra brassicae nucleopolyhedrovirus (MbNPV)
Mamestra brassicae nucleopolyhedrovirus (MbNPV) merupakan penyakit alami dari ngengat
kubis (Mamestra brassicae). Diiolasi pertama kali dari larva yang terinfeksi di Prancis oleh
peneliti dari INRA, dan dikembangkan sebagai insektisida biologi oleh NPP (Natural Plant
Protection). MbNPV digunakan untuk mengendalikan Mamestra brassicae, Helicoverpa
armigera, Phthorimaea operculella dan Plutella xylostella pada tanaman sayuran, kentang,
Cruciferae dan tanaman hias. Diaplikasikan dengan cara disemprotkan pada kanopi daun.
f. Spodoptera exigua nucleopolyhedro virus (SeNPV)
Virus ini merupakan penyakit bagi Spodoptera exigua yang luas terdapat di alam (juga di
Indonesia). Sebagai insektisida biologi, SeNPV khusus digunakan untuk mengendalikan
larva Spodoptera exigua (ulat bawang) pada berbagai tanaman, seperti sayuran, kapas, tanaman
hias, anggur dsb.

4) Insektisida dari Protozoa


Beberapa spesies protozoa (dari kelompok Mikrosporidium) ternyata juga menyebabkan
penyakit pada serangga, yang bisa mengakibatkan kematian serangga sasaran. Sejauh ini 2
spesies telah diproduksi secara komersial :
1. Nosema locustae Canning
Nosema locustae diproduksi sebagai insektisida biologi dari rearing in vivo pada tubuh belalang,
dan digunakan terutama untuk mengendalikan belalang.
2. Vairimorpha necatrix (Kramer) Piley
Pertama kali dilaporkan sebagai penyakit pada ulat Pseudaletia unipuncta (semacam ulat grayak)
di Hawaii. Insektisida biologi digunakan untuk mengendalikan serangga hama dari ordo
Lepidoptera, seperti Helicoverpa, Ostrinia, Spodoptera dan Tricliplusia, pada berbagai tanaman,
termasuk jagung, kedelai, kapas, dan tanaman sayuran.
Diposkan oleh Julian Pablo di 22.37

http://matakuliahbiologi.blogspot.com/2012/06/mikrobiologi-industri.html

Friday, November 9, 2012


Mikrobiologi Industri

Mikrobiologi Industri

A. Pengertian Mikrobiologi Industri


Mikrobiologi Industri adalah ilmu yang mempelajari proses industri dengan mengikut sertakan
mikrobia dalam memproduksi produk-produk yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Produk yang
dibuat dipilih senyawa yang sulit diperoleh melalui cara kimiawi.

B. Aspek-aspek Mikrobiologi Industri


Aspek yang dipelajari dalam Mikrobiologi Industri adalah dinamika fermentasi, alat untuk fermentasi,
kinetika pertumbuhan, pengunduhan produk serta penangan limbah industri, produksi metabolit,
protein sel tunggal.
C. Sejarah Fermentasi
Sejarah perkembangan fermentasi
a. Fermentasi telah dikenal sejak 6000 SM, di Babylonia, diketemukan khamir penghasil minuman
beralkohol (bir)
b. Orang Mesir menemukan khamir pengembang roti, pada 4000 SM.
c. Abad ke-14 diketemukan cara distilasi alkohol dari hasil fermentasi serealia.
d. Di Cina, Timur Tengah, menggunakan bakteri asam laktat untuk pengawetan susu menjadi yoghurt,
kefir dan kusmiss.
e. Bakteri asam asetat ditemukan sebelum penemuan oleh Anthony Van Leuwenhoek.
f. Columbus di Amerika, menemukan fermentasi dari jagung.
g. Pabrik bir Carlsberg tahun 1800 sebagai pioner pengembang starter, untuk inokulum bir.
h. Tahun 1803 L.J. Thenard (Perancis) menemukan khamir penghasil alkohol.
i. Edward Buchner tahun 1857 menemukan mikrobia untuk produksi alkohol.
j. Rudolf Emmerich dan Oscarlow tahun 1901 mendapatkan pyonase, adalah biotik yang dighasilkan
oleh Pseudomonas aeruginosa.
k. Chaim Wismann tahun 1914-1918 menemukan Clostridium penghasil aseton untuk bahan peledak.
l. Pfizer tahun 1923 menemukan Aspergillus niger penghasil asam sitrat.
m. Alexander Flemming tahun 1928 menemukan pinisilin yang dihasilkan oleh P. notatum
chrysogenum untuk menghambatStaphylococcus aureus.
n. Selman Waksman menemukan Streptomyces griseus penghasil streptomisin.
o. Louis Pasteur tahun 1957 menemukan khamir penghasil alkohol, diketemukan pula fermentasi
vitamin, antibiotik, steroid dan asam amino.
p. Tahun 1900 sampai 1920 dihasilkan gliserol, aseton, butanol, ensim dari bakteri dan fungi. Pada
waktu itu juga diperkenalkan tangki Imhoff untuk digesti anaerob air limbah menggunakan lumpur
aktif.
q. Tahun 1960 telah diteliti tentang produksi biomasa sel mikrobia untuk sumber protein.
r. Rekayasa genetika tidak hanya memindah gen diantra mikrobia tetapi juga genom.
D. Masa depan perkembangan fermentasi (Industri fermentasi)
Perkembangan fermentasi umumnya menuju pada bahan kompleks dan sukar dibuat secara
sintetis, contohnya: asam nukleat, alkoloid, polipeptida, protein, dan asam polihidroksi. Untuk
memenuhi obat-obatan, makanan, ensim, detergen dan sebagainya perlu dicari mikrobia yang
bersifat unggul. Penyediaan bahan untuk industrifermentasi sangat dibutuhkan dalam jumlah besar.
E. Peranan Mikrobiologi dalam Industri bagi Manusia.
1 Mikrobia dapat digunakan dalam industri untuk menghasilkan produk seperti ensim, polisakarida,
asam amino, hormon dan antibodi monoklonal.
2 Mikrobia dapat digunakan untuk degradasi senyawa toksik, mengakumulasi lapisan minyak,
berperanan sebagai peptisida dan tujuan untuk penambangan.
3 Ensim digunakan untuk penyamakan kulit penghasil detergen dan pembuatan mentega
pengempukan daging.
4 Polisakharida digunakan untuk menstabilkan dan memberi pengental makanan sebagai bahan
kosmetik, agensia pengikat (perekat) obat-obatan, untuk menyaring senyawa dan sebagainya.
5 Hormon seperti insulin dan hormon pertumbuhan digunakan untuk diberikan kepada manusia yang
memang sifat genetik tak mampu memproduksi vitamin dan hormon.
Peranan Mikrobia dalam Industri :
Mikrobia : 1. Menguntungkan
2. Merugikan
1. Menguntungkan – produk metabolit – mempunyai nilai komersial
a. Produk metabolit primer
b. Produk metabolit sekunder
Berupa obat-obatan, antibiotik – tetrasilin, penisilin, vitamin, asam amino, dan lain-lain.
2. Mikrobia yang berperanan: mold, yeast dan bakteria
a. Minuman beralkohol, bir, anggur
b. Senyawa obat-obatan, antibiotik, steroid.
c. Makanan suplement: yeast, alge (PST)
d. Senyawa pelarut: aseton, butanol, alkohol.
e. Vaksin.
Diposkan oleh AUNG SUMBONO di 10:32 AM

http://aungsumbono.blogspot.com/2012/11/mikrobiologi-industri.html

Anda mungkin juga menyukai