Anda di halaman 1dari 34

SIFAT KOLIGATIF

LARUTAN
DEFINISI
• Sifat koligatif larutan :
sifat larutan yang tidak tergantung pada
jenis zat terlarut tetapi hanya tergantung
pada banyakknya partikel zat terlarut
dalam larutan.
• Sifat koligatif larutan :
sifat koligatif larutan non-elektrolit &
elektrolit
Untuk sifat koligatif, kita asumsikan :
- Zat terlarut tidak mudah menguap, sehingga tidak
memberikan kontribusi pada uapnya
- Zat terlarut tidak larut dalam pelarut padat

Sifat koligatif berasal dari pengurangan potensial kimia pelarut


cair akibat adanya zat terlarut. Pengurangannya adalah dari
A*(l) untuk pelarut murni menjadi A*(l) + RT ln XA jika ada zat
terlarut (karena XA < 1 maka ln XA negatif)

Kesetimbangan cair-uap terjadi pada


temperatur lebih tinggi (titik didih naik)
dan kesetimbangan padat-cair terjadi
pada temperatur rendah (titik beku turun)
Sifat Koligatif Larutan
• Penurunan tekanan uap jenuh (P)
• Kenaikan titik didih (Tb)
• Penuruan titik beku (Tf)
• Tekanan osmotik ()
SIFAT KOLIGATIF

LARUTAN NON-ELEKTROLIT
Penurunan tekanan uap jenuh (P)
Semakin tinggi temperatur, semakin besar tekanan uap zat cair
tersebut

Tabel 1. Tekanan uap jenuh air pada berbagai temperatur


T(0C) P (mmHg) T(0C) P (mmHg) T(0C) P (mmHg)

0 4,58 27 26,74 70 233,7


5 6,54 29 30,04 80 355,1
10 9,21 30 31,82 90 525,8
14 11,99 35 42,20 94 610,9
18 15,48 40 55,30 96 657,6
20 17,54 45 71,90 100 760,0
21 18,65 50 92,50 102 815,9
23 21,07 55 118,00 104 875,1
25 23,76 60 149,40 106 937,9
6
Bagaimana pengaruh zat terlarut
(non-volatil) terhadap tekanan
pelarut zat cair?
Penurunan tekanan uap jenuh (P)

P = P0 - P

P0 = tekanan uap jenuh pelarut murni


P = tekanan uap jenuh larutan
• Raoult (1887)
bahwa semakin besar fraksimol zat
terlarut dalam larutan, semakin besar
penurunan tekanan uap.

P = P0 . Xt
atau

P = P0 . nt
nt + np
soal
• Tekanan uap jenuh air pada temperatur 25 0C
adalah 23,76 mmHg. Tentukan penurunan
tekanan uap jenuh air, jika ke dalam 180
gram air dilarutkan 20 gram glukosa
(C6H12O6) !
• Tentukan tekanan uap jenuh air pada larutan
yang mengandung 25% massa urea,
CO(NH2)2 jika tekanan uap jenuh air pada
temperatur 300C adalah 31,82 mmHg!
Kenaikan titik didih (Tb)
• Suatu zat cair akan mendidih jika tekanan
uap jenuh zat cair itu sama dengan
tekanan udara di sekitarnya.
• Misalnya : Air murni dipanaskan pada
tekanan 1 atm (760 mmHg) maka air akan
mendidih pada temperatur 1000C, karena
pada temperatur itu tekanan uap air sama
dengan tekanan udara di sekitarnya.
Bagaimana pengaruh zat terlarut
dalam suatu larutan terhadap titik
didih larutan tersebut?
Kesetimbangan tercapai pada temperatur
Yaitu :
Persamaan ini tersusun ulang menjadi

G adalah fungsi Gibbs penguapan pelarut


murni dan XB adalah fraksi mol zat terlarut,
sehingga dapat dituliskan
Kesetimbangan nitrogen yang Gvap = Hvap – T. Svap
menyangkut perhitungan
kenaikan titik didih, antara A
dengan mengabaikan ketergantungan yang
dalam uap murni dan A dalam
campuran. A = pelarut, B = zat
kecil dari H dan S terhadap temperatur .
terlarut yang tidak mudah
menguap
Kenaikan titik didih (Tb)
• Tb = titik didih larutan – titik didih pelarut

Tb = m . Kb

m = kemolalan (molalitas)
= (gram/Mr)*(1000/Vpelarut)
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
Tetapan Kenaikan Titik Didih Molal (Kb)

Pelarut Titik didih (0C) Kb (0C)


Air 100,0 0,52
Alcohol 78,5 1,19
Eter 34,5 2,11
Kloroform 61,2 3,88
Benzene 80,1 2,52
Aseton 56,5 1,67
Penuruan titik beku (Tf)

• Air murni membeku


pada temperatur 00C
pada tekanan 1 atm.
Temperatur ini
disebut titik beku
normal air.
• Bagaimana jika ada
zat terlarut dalam air?
Kesetimbangan heterogen yang
diperhatikan adalah antara pelarut
padat murni dan larutan dengan zat
terlarutnya pada fraksi mol XB.

Pada titik beku, potensial kimia A


dalam kedua fasa itu adalah

Hanya selisih antara perhitungan ini


Kesetimbangan heterogen
yang menyangkut dan perhitungan sebelumnya yang
perhitungan penurunan titik muncul dari potensial kimia padatan
beku, antara A dalam di tempat uap, sehingga persamaan
padatan murni dan A dalam
campuran. A adalah pelarut menjadi
dan B adalah zat yang tidak
larut dalam padatan A
Penuruan titik beku (Tf)
• Jika larutan encer, fraksi mol sebanding
dengan molalitas.
• Tf = titik beku pelarut – titik beku larutan
Tf = m . Kf

m = kemolalan (molalitas)
Kf = tetapan penurunan titik beku molal
Tetapan penurunan Titik beku Molal (Kb)

Pelarut Titik beku (0C) Kf (0C)

Air 0 1,86

Benzene 5,4 5,1

Fenol 39 7,3

Naftalena 80 7

Kamfer 180 40

Nitrobenzene 5,6 6,9


Soal
Titik Didih
• Berapa titik didih larutan 3,6 gram glukosa (C6H12O6)
dalam 250 gram air, jika diketahui titik didih air 1000C
dan Kb air 0,520C?
• Suatu zat non-elektrolit yang massanya 3,42 gram
dilarutkandalam 200gram air. Larutanitu mendidih pada
temperatur100,0260C. Tentukan BM (bobot molekul) zat
tersebut, jika Kb air = 0,520C !
Titik Beku
• Tentukan penurunan titik beku jika 0,05 mol glukosa
dilarutkan ke dalam 400 gram air! (Kf air = 1,860C).
• Larutan urea dalam air yang volumenya100 mL
mengandung 10% bobot CO(NH2)2. Hitunglah titik beku
larutan urea tersebut, jika bobot jenis larutan 1,04
gram/mL dan Kf air = 1,860C.
Tekanan Osmotik ()
• Peristiwa osmosis
adalah proses merembesnya pelarut dari larutan yang
konsentrasinya rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi
melalui dinding semipermeable.
• Tekanan osmotik adalah tekanan hidrostatik yang
dihasilkan dari proses osmosis yang menahan
merembesnya molekul-molekul pelarut.
• Larutan isotonik = larutan-larutan yang mempunyai
tekanan osmotik sama
• Larutan hipotonik = larutan yang mempunyai tekanan
osmotik lebih rendah dari larutan lain
• Larutan hipertonik = larutan yang mempunyai
tekananosmotik lebih tinggi dari larutan lain
• Contoh larutan isotonik : tetes mata, cairan infus.
dilute more
concentrated
A cell in an:

isotonic hypotonic hypertonic


solution solution solution
• Van’t Hoff menyatakan :
tekanan osmotik suatu larutan sama dengan tekanan
gas zat terlarut jika zat itu terdapat dalam keadaan gas
pada temperatur dan volume yang sama dengan
temperatur dan volume larutan tersebut.
• Untuk n mol gas berlaku :
p.v = n.R.T
p = n/v. R.T
p = M.R.T
• Untuk larutan, karena p= , maka
 = M.R.T  = tekanan osmotik (atm)
R = tetapan gas (0,082 atm L/ mol K)
T = suhu (K)
M = molaritas
Soal
• Jika 7,2 gram glukosa, C6H12O6 dilarutkan ke dalam air
sampai volumenya 400 mL. Pada temperatur 270C,
berapa tekanan osmotik larutan?

• Berapa BM 0,3 gram larutan zat non-elektrolit X dalam


150 mL larutan? Larutan suatu zat non-elektrolit X
isotonik dengan 3,42 gram sukrosa (C12H22O11) dalam
250 mL larutan. Temperatur kedua larutan sama.
SIFAT KOLIGATIF

LARUTAN ELEKTROLIT
Elektrolit vs Non-elektrolit
• Dalam konsentrasi yang sama, sifat koligatif
larutan elektrolit lebih besar daripada sifat
koligatif larutan non-elektrolit.

• Mengapa?
Larutan elektrolit

zat elektrolit kation + anion


• Peruraian larutan elektrolit menjadi ion-ionnya
merupakan reaksi kesetimbangan karenaadanya
gaya tarik-menarik ion-ion yang muatannya
berlawanan.
• Akibatnya, teori tentang kesetimbangan kimia
berlaku juga pada larutan elektrolit.
Derajat Disosiasi ()
• Untuk menyatakan banyak/ sedikitnya zat elektrolit
yang terionisasi digunakan istilah derajat ionisasi atau
derajat disosiasi.

 jumlah mol zat yang terionisasi


jumlah mol zat yang dilarutkan

• Elektrolit kuat karena mudah terionisasi mpy harga


derajat ionisasi mendekati satu.
• Larutan elektroit lemah harga derajat ionisasinya
sangat kecil karena sukar terionisasi.
Faktor Van’t Hoff (i)
• Untuk mengetahui banyaknya penambahan partikel zat elektrolit
dalam larutan, dimisalkan elektrolit A yang terionisasi membentuk n
ion B. B adalah kumpulan ion positif dan negatif.

A nB
• jika banyaknya A yang dilarutkan = a mol
• derajat ionisasi =
• maka banyaknya A yg terionisasi = a  mol
• banyaknya A yg tidak terionisasi = (a - a ) mol
• banyaknya ion-ion B yg terbentuk = n a  mol
 Banyaknya partikel dalam larutan terdiri dari banyaknya A yang
tidak terionisasi (tersisa) dan banyaknya A yang terionisasi (ion B
yang terbentuk) adalah
(a - a  + n a ) mol = a(1+n - ) mol = a[1+(n-1) ] mol
 Jika dibandingkan antara partikel zat setelah terionisasi dan
sebelum ionisasi terjadi penambahan sebesar 1+(n-1)  kali.
Penambahan ini disebut faktor van’t Hoff atau faktor i.
Faktor Van’t Hoff (i)

• Penambahan partikel setelah terjadi ionisasi pada suatu


larutan elektrolit (disebut faktor Van’t Hoff/ faktor i)
adalah sebesar :
1 + (n-1)
= derajat ionisasi
n = jumlah ion yang terbentuk

• Misal : Al2(SO4)3 (aq)  2Al3+ (aq) + 3SO42- (aq)


n=2+3=5
Sifat koligatif larutan elektrolit
• Penurunan tekanan uap jenuh
P = P0 . Xt .i
• Kenaikan titik didih
Tb = m . Kb. i
• Penurunan titik beku
Tf = m . Kf. i
• Tekanan osmotik
 = M.R.T.i

Note :
i = 1 + (n-1) 
SOAL

• Hitung titik didih 8 gram alumunium sulfat (Al2(SO4)3


dalam 300 gram air, jika derajat ionisasinya adalah 0,9
(Kb air = 0,520C)!
• Berapa gram garam dapur, NaCl yang harus dilarutkan
dalam 250 gram air agar larutannya membeku pada -
20C? (Kf air = 1,860C)?
• Penurunan titik beku 24,5 gram asam sulfat H2SO4
dalam 2500 gram air sama dengan 3 kali penurunan titik
beku 7,5 gram CO(NH2)2 dalam 1250 gram air. Berapa
derajat ionisasi H2SO4 dalam larutan tersebut?
• Berapa tekanan osmotiklarutan NaCl 0,01 M pada
temperatur 250C? (anggaplah disosiasi elektrolit NaCl
dalam air 100%)

Anda mungkin juga menyukai