Anda di halaman 1dari 13

PROSES TERJADINYA WAHAM

1. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)

Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara fisik maupun

psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapat terjadi pada orang dengan status sosial

dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya pasien sangat miskin dan menderita. Keinginan

ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi

yang salah. Hal itu terjadi karena adanya kesenjangan antara kenyataan (reality), yaitu

tidak memiliki finansial yang cukup dengan ideal diri (self ideal) yang sangat ingin

memiliki berbagai kebutuhan, seperti mobil, rumah, atau telepon genggam.

2. Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)

Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan serta dorongan kebutuhan yang tidak

terpenuhi menyebabkan pasien mengalami perasaan menderita, malu, dan tidak

berharga.

3. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and external)

Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa

yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan, dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Namun, menghadapi kenyataan bagi pasien adalah sesuatu yang sangat

berat, karena kebutuhannya untuk diakui, dianggap penting, dan diterima lingkungan

menjadi prioritas dalam hidupnya, sebab kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak

kecil secara optimal. Lingkungan sekitar pasien mencoba memberikan koreksi bahwa

sesuatu yang dikatakan pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara

adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjadi perasaan. Lingkungan hanya

menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan

pengakuan pasien tidak merugikan orang lain.

4. Fase dukungan lingkungan (environment support)

Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan) pasien dalam lingkungannya

menyebabkan pasien merasa didukung, lama-kelamaan pasien menganggap sesuatu

yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang.

Oleh karenanya, mulai terjadi kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma

(superego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong

5. Fase nyaman (comforting)

Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa
semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering

disertai halusinasi pada saat pasien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya, pasien

lebih sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).

6. Fase peningkatan (improving)

Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi, keyakinan yang salah

pada pasien akan meningkat. Jenis waham sering berkaitan dengan kejadian traumatik

masa lalu atau berbagai kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham

bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman

diri dan orang lain.

Tindakan Keperawatan untuk Pasien

1. Tujuan

a. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.

b. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.

c. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.

d. Pasien menggunakan obat dengan prinsip lima benar.


2. Tindakan

a. Bina hubungan saling percaya.

1) Mengucapkan salam terapeutik.

2) Berjabat tangan.

3) Menjelaskan tujuan interaksi.

4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien.

b. Bantu orientasi realitas.

1) Tidak mendukung atau membantah waham pasien.

2) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman.

3) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari.

4) Jika pasien terus-menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa

memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti

membicarakannya.

5) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas.

c. Diskusikan kebutuhan psikologis atau emosional yang tidak terpenuhi sehingga


menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah.

1) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional

pasien.

2) Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki.

3) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.

4) Berdiskusi tentang obat yang diminum.

5) Melatih minum obat yang benar.

Tindakan Keperawatan untuk Keluarga

1. Tujuan

a. Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien.

b. Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang dipenuhi

oleh wahamnya.

c. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal

2. Tindakan

a. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien.

b. Diskusikan dengan keluarga tentang hal berikut.


1) Cara merawat pasien waham di rumah.

2) Follow up dan keteraturan pengobatan.

3) Lingkungan yang tepat untuk pasien.

c. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek

samping, akibat penghentian obat).

d. Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera.

Halusinasi

Faktor Presipitasi

1. Stresor sosial budaya

Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga,

perpisahan dengan orang yang penting, atau diasingkan dari kelompok dapat

menimbulkan halusinasi.

2. Faktor biokimia

Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin, serta zat halusigenik

diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi.

3. Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan

mengatasi masalah memungkinkan berkembangnya gangguan orientasi realitas. Pasien

mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang tidak menyenangkan.

4. Perilaku

Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi realitas berkaitan

dengan perubahan proses pikir, afektif persepsi, motorik, dan sosial.

Tindakan Keperawatan untuk Pasien

1. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi hal berikut.

a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya.

b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya.

c. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal.

2. Tindakan keperawatan

a. Membantu pasien mengenali halusinasi dengan cara berdiskusi dengan pasien

tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi

terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul, dan respons


pasien saat halusinasi muncul.

b. Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu

mengontrol halusinasi, Anda dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti

dapat mengendalikan halusinasi, yaitu sebagai berikut.

1) Menghardik halusinasi.

2) Bercakap-cakap dengan orang lain.

3) Melakukan aktivitas yang terjadwal.

4) Menggunakan obat secara teratur.

Tindakan Keperawatan untuk Keluarga

1. Tujuan

a. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di rumah sakit maupun di

rumah.

b. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.

2. Tindakan keperawatan

a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.


b. Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang

dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, serta cara

merawat pasien halusinasi.

c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien

dengan halusinasi langsung di hadapan pasien.

d. Buat perencanaan pulang dengan keluarga.

Risiko Perilaku Kekerasan

Tindakan Keperawatan untuk Pasien

1. Tujuan

a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

c. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.

d. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya.

e. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya.

f. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual,


sosial, dan dengan terapi psikofarmaka

Tindakan

a. Bina hubungan saling percaya.

1) Mengucapkan salam terapeutik.

2) Berjabat tangan.

3) Menjelaskan tujuan interaksi.

4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien.

b. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan masa lalu.

c. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.

1) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik.

2) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis.

3) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial.

4) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual.

5) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual.

d. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat

marah secara:
1) verbal,

2) terhadap orang lain,

3) terhadap diri sendiri,

4) terhadap lingkungan.

e. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya.

f. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:

1) fisik, misalnya pukul kasur dan batal, tarik napas dalam;

2) obat;

3) sosial/verbal, misalnya menyatakan secara asertif rasa marahnya;

4) spiritual, misalnya sholat atau berdoa sesuai keyakinan pasien.

g. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, yaitu latihan napas dalam dan

pukul kasur/bantal, secara sosial/verbal, secara spiritual, dan patuh minum obat.

h. Ikut sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi mengontrol

.
perilaku kekerasan.

Tindakan Keperawatan untuk Keluarga

1. Tujuan

Keluarga dapat merawat pasien di rumah.

2. Tindakan

a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.

b. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab, tanda dan

gejala, serta perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut).

c. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan

kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain.

d. Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan.

1) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah

diajarkan oleh perawat.

2) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat

melakukan kegiatan tersebut secara tepat.

3) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien


menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan.

e. Buat perencanaan pulang bersama keluarga

Anda mungkin juga menyukai