Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara fisik maupun
psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapat terjadi pada orang dengan status sosial
dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya pasien sangat miskin dan menderita. Keinginan
yang salah. Hal itu terjadi karena adanya kesenjangan antara kenyataan (reality), yaitu
tidak memiliki finansial yang cukup dengan ideal diri (self ideal) yang sangat ingin
Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan serta dorongan kebutuhan yang tidak
berharga.
Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa
yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan, dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Namun, menghadapi kenyataan bagi pasien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, dianggap penting, dan diterima lingkungan
menjadi prioritas dalam hidupnya, sebab kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak
kecil secara optimal. Lingkungan sekitar pasien mencoba memberikan koreksi bahwa
sesuatu yang dikatakan pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara
adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjadi perasaan. Lingkungan hanya
menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan
Oleh karenanya, mulai terjadi kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma
(superego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong
Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa
semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering
disertai halusinasi pada saat pasien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya, pasien
Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi, keyakinan yang salah
pada pasien akan meningkat. Jenis waham sering berkaitan dengan kejadian traumatik
masa lalu atau berbagai kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham
bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman
1. Tujuan
2) Berjabat tangan.
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien.
membicarakannya.
5) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas.
pasien.
1. Tujuan
oleh wahamnya.
2. Tindakan
c. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek
Halusinasi
Faktor Presipitasi
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga,
perpisahan dengan orang yang penting, atau diasingkan dari kelompok dapat
menimbulkan halusinasi.
2. Faktor biokimia
3. Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan
4. Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi realitas berkaitan
2. Tindakan keperawatan
tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi
mengontrol halusinasi, Anda dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti
1) Menghardik halusinasi.
1. Tujuan
a. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di rumah sakit maupun di
rumah.
2. Tindakan keperawatan
dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, serta cara
1. Tujuan
Tindakan
2) Berjabat tangan.
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien.
b. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan masa lalu.
d. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat
marah secara:
1) verbal,
4) terhadap lingkungan.
2) obat;
g. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, yaitu latihan napas dalam dan
pukul kasur/bantal, secara sosial/verbal, secara spiritual, dan patuh minum obat.
h. Ikut sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi mengontrol
.
perilaku kekerasan.
1. Tujuan
2. Tindakan
gejala, serta perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut).
2) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat