Anda di halaman 1dari 15

BAB I TEKNOLOGI PRODUKSI BANGUNAN LAUT

Pendahuluan
Terdapat empat pihak yang berkaitan dengan pembangunan offshore stucture, yakni
pihak owner (pemerintah/BP migas) bersama operator (perusahaan kontraktor bagi hasil),
pihak konsultan/designer, pihak offshore structurs fabricator, dan pihak
pengawas/pemerintah (goverment/authority) yang menunjuk perusahan jasa inspeksi teknis
untuk melakukan pengawasan.

Owner/operator biasanya memberikan spesifikasi teknis ( technical specification),


yang biasanya dibuat oleh perusahaan konsultan kepada perusahaan offshore structure
fabricator setelah melalui lelang atau tender (Bid).

Offshore fabricator akan melaksanakan pembangunan sampai selesai, dengan


pengawasan baik dari pihak pemilik (owners/operator) maupun dari pihak pemerintah yang
dipercayakan kepada pihak ketiga, yaitu perusahaan jasa inspeksi teknis.

Perusahaan jasa inspeksi teknis bertugas memeriksa secara berkala anjungan yang
telah diangkut dan dipasang dilokasi lepas pantai.

Minyak dan Gas Bumi Indonesia


1. Indonesia adalah negara pengekspor LNG terbesar di dunia
2. Negara pengimpor LNG terbesar adalah Jepang dan kemudian disusul Korea
3. Skema proses produksi LNG dari Hulu sampai Konsumen adalah sebagai berikut :
Wellhead -> Pipeline -> LiquefactionPlant -> Shipping -> ReGasification
Terminal -> Power Generation or Other Purpose.
Pengangkuitan Minyak Bumi
1. Sekitar 65% pengangkutan untuki perdagangan dunia melalui transportasi laut.
Sekitar 45% armada pelayaran dunia merupakan armada tanker yang digunakan untuk
mengangkut minyak bumi, di samping armada container, general cargo, dry bulk.
Pada tahun 2000, ada 75% dari sekitar 2 milyar ton minyak bumi yang diangkut
dengan tanker.
2. Berbagai perkembangan teknologi kapal tanker : Hull construction design, machinery,
penggunaan information and communication technology).
3. Kecenderungan Pengelompokan Ukuran Kapal Internasional untuk meningkatkan
efisiensi dan produktivitas digolongkan menurut DWT :
a. Handy Max
b. Panamax
c. Suezmax
d. Aframax
e. VLCC
f. ULCC

Sejarah Perkembangan Anjungan


1896 : Eksplorasi minyak dan gas bumi pertama dilakukan di Summerland Amerika

Serikat menggunakan jetty dari kayu.

1910 : Menggunakan anjungan lantai kayu yang ditopang dengan tiang-tiang kayu

dilakukan di Ferry Lake, Lousiana.

1924 : Di Lake Maracaibo, Venezuela dilakukan hal yang sama

1930 : Industri Minyak dan gas bumi bergerak menuju ke daerah rawa-rawa Lousiana

dan laut dangkal Teluk Meksiko.

1945 : Anjungan kayu masih digunakan

1947 : Anjungan baja pertama dibangun di Teluk Meksiko dengan bentuk yang masih

sederhana menyerupai dok jetty.

1950 : Dasar konsep anjungan jenis template dilaksanakan. Seiring berjalannya

waktu, kontruksi anjungan semakin kompleks.

Di Indonesia sendiri kontruksi dan teknologi anjungan lepas pantai masuk pada tahun
1968 di lepas pantai Kalimantan Timur, di lepas pantai Teluk Jakarta dan di lepas pantai utara
Jawa Barat.
Pada waktu ini jenis structure yang digunakan adalah jacket type fixed offshore
platform, gravity structure, compliant guyed tower, tension leg platform, dan subsea
production system.

Yang paling sesuai di Indonesia adalah jacket type fixed offshore platform karena
kondisi laut dangkal dan beban dinamis tidak terlalu ekstrim.

Jenis dan Fungsi Anjungan


1. Anjungan drilling/ well protector platform/wellhead platform
 Berkaki tiga/empat yang tegak/miring
 Digunakan sampai kedalaman 350 feet dengan 1 atau 2 tingkat dek
 Dipenuhi 2-30 caisson sumur minyak yang dibor oleh jack up rig
2. Anjungan produksi / production platform/ processing platform
 Berfungsi sebagai wellhead dengan sumur-sumur minyak dan sebagai
anjungan fasilitas utama yang mendukung sarana produksi
 Dihubungkan dengan jembatan dan pipeline dengan anjungan drilling
(wellhead).
 Berkaki enam atau delapan dengan dua atau tiga tingkat deck
 Disebut juga self contained bila berfungsi untuk drilling
3. Anjungan akomodasi/Living quarter/accomodation platform
 Di anjungan ini diletakkan semua peralatan berkaitan dengan
kebutuhan hidup seperti radio dan helicopter
 Untuk keselamatan pekerja maka akomodasi pekerja di modul-modul
diletakkan di anjungan akomodasi yang berdekatan dengan anjungan
produksi.
4. Anjungan Junction
 Merupakan stasiun penerimaan dari banyak pipeline yang datang dari
anjungan-anjungan drilling sebelum minyak atau gas dialirkan ke
anjungan produksi atau terminal di darat.
 Berkaki enam dengan dua tingkat dek
 Dipenuhi manifold, piping, vessels, dan equipment
5. Anjungan Flare
 Merupakan anjungan penunjang sarana pembuangan gas yang dibakar
 Berkaki tiga dihubungkan dengan jembatan yang dilalui pipa gas
pembuangan atau dengan pipeline gas pembuangan di bawah laut
Catatan Tambahan Tentang fungsi Platform
Pemilihan jenis platform sangat bergantung pada daerah operasi dan biaya.

- Laut dalam menggunakan platform yang disebut self contained platform


- Laut dangkal menggunakan lebih menguntungkan bila memisahkan fungsi-fungsi
tadi dan menempatkannya pada beberapa platform yang terpisah

Drilling/ well protector platform : Untuk melindungi risers dari suatu sumur yang
berproduksi di perairan dangkal. Disebut juga well jacket. Setelah sumur selesai dibor dan
drilling equipment dipindahkan, peralatan lain dipasang sehingga platform tsb dapat
melindungi sumur itu.
Tender platform : merupakan platform yang dipasangi dengan derek dan bangunnya,
lumpur bor, pembangkit tenaga serta pompa-pompa lumpur. Sedangkan akomodasi awak bor
dan berbagai peralatan dan perbekalan diletakkan di atas kapal tender yang ditambat di
sebelah platform.
Self Contained Platform : disebut juga integrated platform/platform terpadu.
Berukuran besar dan memiliki banyak geladak serta kekuatan dan ruang untuk menopang
keseluruhan peralatan bor, peralatan bantu, akomodasi awak serta material dan perbekalan
untuk bertahan dalam jangka waktu yang cukup untuk menghadapi cuaca buruk.

Self contained Tower Platform : sama dengan Self Contained Platform namun
memiliki jumlah kaki yang lebih sedikit dengan diameter kaki yang sangat besar serta
memiliki diagonal branching yang lebih sedikit. Bisa diluncurkan tanpa tongkang karena
kakinya dapat digunakan sebagai pelampung.

Production Platform : berfungsi untuk memisahkan campuran minyak, gas bumi dan
air dan mengolahnya secara sederhana dalam proses lapangan sebelum diangkut atau dibuang
atau diijeksikan kembali ke dalam bumi.

Quarters Platform : platform tempat tinggal untuk para pekerja disebut juga
accomodation platform. Dibangun berdekatan dengan drilling dan production platform serta
dihubungkan dengan jembatan.

Catwalk : jembatan hubung yang menghubungkan dua platform yang berdekatan.


Berfungsi untuk menopang pipa-pipa, jalan lalu orang, atau jembatan untuk pengangkutan
material.

Data Umum Platform Di Perairan Indonesia


Sarana penunjang dari suatu offshore oil production system adalah floating storage
tanker atau barge (apabila jaraknya terlalu jauh dari penampung di darat), mooring system
(sistem tambat yang bisa berupa catenary anchor leg mooring (calm), single anchor leg
mooring (salm), single buoy mooring (sbm), dan spar buoy mooring), transportation barge
dan derrick barge atau crane vessel (untuk pemasangan atau instalasi jacket dan deck
structure di laut), supply vessel, diving support vessel, tug boat dan crew boat.

Untuk keperluan eksplorasi hidrokarbon maka biasanya :

a. Kedalaman sekitar 50-100 m digunakan jack up drilling unit


b. Kedalaman sekitar 200-500 m digunakan semi submersible drilling
unit
c. Kedalaman lebih dari 500 m digunakan drilling ship

Jack up drilling unit disebut juga dengan self elevating drilling unit, teknologi
pembuatan jack up terus berkembang dan ciri utamanya adalah penggunaan lattice work leg
dengan buckling strength (kekuatan tekuk) yang besar dan kemampuan untuk menahan
gelombang serta angin. Pada dasarnya ada dua jenis jack up platform, yaitu :

a. Platform yang bertumpu pada piles yang berujung pada spud tanks atau spud cans.
b. Platform yang bertumpu pada piles yang berujung pada lembaran supported mat yang
luasnya hampir sama dengan deck
Dua hal ini diperlukan untuk memperluas permukaan penopang guna membatasi penetrasi
kaki-kaki penopang di dasar laut yang lunak.

Stabilitas jack up platform tergantung dari pemakaian jenis penopang dalam kaitannya
dengan sifat dan karakteristik mekanik dari tanah di dasar laut. Jenis penopang tersebut yaitu
Bases (berbentuk silindris), caissons atau spud cans (bentuknya beragam), mat (bisa single
atau twin mats. Jack up platform ada yang berkaki tegak ada yang miring untuk
meningkatkan stabilitas terhadap beban-beban lateral. Penyelidikan tanah harus dilakukan
sebelum jack up dipasang.

Jack up sangat stabil karena kakinya bertumpu pada dasar laut dan bebas dari heaving
motion. Pada waktu ditarik dengan kapal tunda ke lokasi maka kaki-kakinya diangkat sampai
ke atas deck hingga bentuknya mirip dengan kotak apung. Setibanya dilokasi kaki tersebut
diturunkan sampai mencapai dasar laut dan badan jack up diangkat di atas permukaan laut
agar bebas dari gelombang.

Kelemahan jack up adalah keadaanya yang sangat kritis pada waktu jacking
(mendongkrak) dan pada waktu berpindah tempat. Namun jack up lebih murah.

Catenary anchor leg mooring (CALM) adalah salah satu jenis sistem tambat di satu titik
(single point mooring) yang paling banyak digunakan di perairan lepas pantai Indonesia
untuk menambat kapal-kapal tanker atau floating storage. Keuntungan sistem tambat ini
adalah praktis semua ukuran tanker bisa ditambat, penghematan investasi untuk membangun
pelabuhan laut yang dalam, biaya pemeliharan yang minimal, kapal tidak bisa hanyut, tidak
ada polusi, dan tidak terjadi delay pada saat cuaca buruk.

Dua jenis sarana apung yang digunakan pada SPM terminal, yaitu

a. Rasio antara tinggi dan diam relatif kecil (CALM,SBS)


b. Rasio antara tinggi dan diam relatif besar ( SALM,ALP)

Perbedaanya adalah dalam hal load distribution, anchoring, dan rotating mooring system.

CALM merupakan buoy tambat yang diikat dengan beberapa utas rantai ke jangkar
atau piles di dasar laut, sedang kapalnya ditambat ke buoy dengan satu atau lebih tali sintetis
yang elastis. Kelebihan CALM ini adalah adanya sifat adanya sifat elastis dari tali tsb.
Kombinasi CALM dan kapal yang ditambat merupakan mass/spring system. Badan buoy
dirancang stabil dalam berbagai kondisi yang terdiri dari beberapa ruangan yang dapat
dimasuki melalui manhole di atasnya. CALM dapat digunakan sampai kedalaman 130 m. Bila
lebih dalam lagi maka digunakan buoy yang lebih besar.

Kapal yang ditambat pada buoy dapat berotasi 360 derajat mengikuti arus disekeliling
CALM dengan turn table (meja putar) di atas buoy yang ditopang bantalan. Umumnya CALM
dengan kapal yang tertambat dapat beroperasi pada kondisi significant wave height sampai 4
m.

Untuk membangun CALM buoy perlu diperhatikan :

a. Pemilihan shipyard
b. Pemilihan foundry
c. QA/QC
d. Construction sequence

Jangka pembangunan yang singkat sekitar 4-6 bulan. Material ubtuk pembangunan buoy
biasanya menggunkan ASTM A36 Steel.

Faktor-faktor kritis yang menentukan waktu pembangunan untuk SPM terminal antara
lain adalah tingkat pengalaman shipyard, tersedianya non standard materials, main bearing
dan swivel, serta jumlah engineering time yang diperlukan. Yang harus diperhatikan adalah
besar displacement kapal tanker pada kondisi full load, draft, underkeel clearance, lowest
water depth, vertical trim, ship movement due to wave, squat due to speed serta turning
circle.

Turning circle pada dasarnya adalah radius aman bagi tanker untuk melakukan olah gerak
di sekeliling CALM. Dan dikenal juga danger line yang merupakan daerah bahaya yang
berjarak 3L atau 4L di seliling CALM yang harus dikosongkan, di mana L adalah panjang
kapal yang ditambat.
Drilling ship pada dasarnya adalah kapal yang dilngkapi dengan drilling shaft dan moon
pool yang diletakkan pada center of waterplane dengan derrick yang dipasang diatasnya.
Mempunyai koefisien blok yang besar, mempunyai bentuk hull, forebody yang penuh agar
volume ruangan maksimum, kemudian mid body section yang kosntan tanpa deadrise, bentuk
transom type full stern agar mempunyai volume yang maksimum, double ended stern dibuat
untuk mengurangi gerakan kapal, dipasang bilge keels untuk mengurangi rolling. Drilling
ship dapat beroperasi pada kedalaman 300-1500 m. Terdapat sistem untuk mempertahankan
posisi kapal terhadap satu titik di dasar laut dengan menggerakkan unit-unit thuster
(pendorong) di kapal sesuai dengan sinyal-sinyal yang diterima dari position error detector.
Sistem ini disebut dynamic positioning system.

Kapal bor dapat bergerak leluasa akan tetapi kurang stabil pada saat melakukan
pengeboran bila dibandingkan dengan semi submersible atau jack up. Memiliki storage
capacity yang besar, tidak memerlukan anchor tugs dan dapat menempuh jarak yang jauh
dalam waktu relatif singkat, sesuai untuk pengeboran laut dalam, serta tidak tergantung dari
pelayanan supply vessels.

Keuntungan :

1. Mobilitas kecepatan 8-16 knots


2. Deadload and total variableload carrying capacity yang besar
3. Mobilization cost rendah
4. Biaya awal dan biaya operasi rendah
5. Seaworthiness dan survival capability yang sangat bagus

Kelemahan

1. Sea motion characteristic-nya tidak baik


2. Pipe rack area pada weather deck yang minimal
3. Untuk kapal yang kecil dan medium, air laut sering melimpah ke geladak
4. Kesukaran untuk mengatasi mooring system, landing BOP, dan riser di laut yang
ganas

Semi submersible adalah multihull column stabilized structure dengan geladak segi
empat yang ditopang dengan sederetan vertical coloumn yang luas waterplanenya minimal.
Ujung bawah column ini menumpang di atas longitudinal hulls yang dihubungkan satu sama
lain di bawah permukaan air. Semi submersible sangat stabil karena letak centre of bouyancy
jauh di bawah air. Kedalaman operasinya dibatasi risers dan peralatan tambat sehingga hanya
mencapai 200 m, namun bila dilengkapi DPS maka dapat mencapai kedalaman 500 m.
Pada waktu transit, semi sub menggunakan transit draft dari ponton dengan minimum
freeboard untuk mencapai load capacity, minimum wave resistance dan maximum
waterplane area untuk stabilitas kelaikan laut. Selain transit draft, dikenal juga operating
draft dan survival draft.
Keuntungan :
1. Mobilitas 8-10 knots
2. Sifat gerakannya sempurna
3. Dek yang luas untuk melayani drill pipes, casings, risers etc.
Kerugian :
1. Biaya awal dan biaya operasi harian yang tinggi
2. Kapasitas beban dek yang terbatas
3. Keterbatasan struktural yang condong pada structural fatique
4. Mahal untuk mobilitas lintas samudera
5. Terbatasnya sarana dok untuk perawatan’
6. Kesukaran dalam menghadapi sistem tambat, mendaratkan BOP stack dan riser
pada saat laut ganas
Tension leg platform (TLP) adalah jenis platform yang digunakan untuk perairan dalam
(sampai 1500 m) yang terdiri dari semi submersible yang dijaga agar terapung pada sarat
operasi dengan cara diikat dengan tali-tali tambat vertikal yang berpenegang ke jangkar
gravitasi di dasar laut. TLP tidak boleh diikat kendor (slag) dan tidak boleh diikat terlalu
kencang (overstresses). TLP mengikuti pasang surut air laut dan bisa bergerak bebas di
permukaan air baik surge, sway atau yaw. Namun gerak heave, roll, picth dibatasi. TLP harus
dirancang dan dibuat lebih berat dan lebih kuat guna penyebaran tegangan dibandingan
dengan semi submersible yang bisa bergerak bebas terapung.
Tali-tali tambat TLP umumnya dibuat dari pipa baja tubular. Karena tali-tali tambat
harus dibuat kaku (rigid) untuk membatasi gerak heave, pitch dan roll dengan natural periods
di atas 5 detik yang terus menerus menyebabkan alternating loads tinggi sehingga gerakan ini
mengakibatkan kerusakan fatique.
Secara umum TLP merupakan salah satu pilihan untuk pengembangan lapangan
hidrokarbon di perairan dalam (deep water) dengan kondisi lingkungan laut yang moderat
sampai ganas. Keuntungan penggunaan TLP sebagai floating production system adalah
keberadaan wellheads di atas permukaan, akses yang mudah untuk kerja, perbaikan pengujian
wellheads serta pengumpulan data reservoir.

Anda mungkin juga menyukai