Anda di halaman 1dari 41

BAB II

HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN

2.1 Gambaran Umum Perusahaan


2.1.1 Sejarah Singkat
Berdasarkan Laporan Persiapan Proyek ICW RMP - Integrated Citarum
Water Resources Management Project (TA 4381-INO), kondisi kapasitas
pengaliran STB saat ini telah menurun antara 73 - 81,7% dari kapasitas
desain, yaitu antara bending Curug – kota Bekasi, bahkan di beberapa ruas
saluran kapasitas pengalirannya kurang dari 50% sehingga diperlukan
sebuah rehabilitasi untuk memulihkan kapasitasnya. Kondisi tercemarnya
Saluran Tarum Barat yang dipenuhi dengan endapan sedimen dan limbah
juga menyebabkan turunnya kualitas pengaliran STB saat ini.
Keadaan penurunan kuantitas dan kualitas airnya disebabkan oleh :
a. Pemanfaatan hutan untuk kepentingan lain, urbanisasi, dan
pengembangan industri di catchment area Cikao, yakni anak
sungai Citarum di bagian hulu intake bendung Curug.
b. Kondisi catchment area sungai Cibeet, Cikarang, dan Bekasi
meningkatkan laju erosi, banjir dan debit yang tidak terkontrol
sehingga banyak membawa sampah.
c. Hal-hal lain yang mengakibatkan turunnya kualitas STB adalah
urbanisasi di wilayah sepanjang STB, khususnya Cikarang dan
Bekasi menyebabkan pembuangan limbah, adalah salah satu
penyebab menurunnya kualitas air.
d. Faktor lain yang menjadikan kondisi STB seperti demikian
adalah kurangnya staf Operasional dan Pemeliharaan (O & P),
kelangkaan peralatan dan material untuk pemeliharaan,
termasuk keterbatasan dana untuk O & P pada Perum Jasa Tirta
II (PJT II).

Kendala-kendala yang terjadi tersebut mengakibatkan sedimentasi


yang cukup besar pada beberapa ruas saluran tertentu, beberapa pintu
pengontrol dan pengatur tidak berfungsi dengan semestinya pada

8
cross regulator dan bangunan bagi untuk irigasi, beberapa kantong
sampah (trash rack) rusak, serta peralatan hidro-mekanik lainnya.

Kegiatan rehabilitasi STB ini direncanakan sepanjang 54,4 km


dengan volume pengerukan total sebanyak 1.682.198 m3, kegiatan
lainnya meliputi perbaikan kemiringan saluran, rehabilitasi cross
drain, pembangunan saluran drainase baru, pemancangan sheet pile
dan pemasangan dinding parapet, pembangunan siphon baru Cibeet,
rehabilitasi jalan inspeksi, pembangunan jembatan baru, rehabilitasi
jembatan eksisting, pembangunan pagar dan pekerjaan hidromekanik.
Kegiatan ini perlu dilengkapi dengan Studi AMDAL karena volume
pengerukan lebih dari 500.000 m3 dengan panjang (untuk Kota
Sedang) lebih dari 10 Km. Hal ini mengacu pada Undang-undang RI
No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Ijin
Lingkungan dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11
Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup (AMDAL).

2.1.2 Subjek dan Objek


Adapun data-data umum Proyek Rehabilitasi Saluran Tarum Barat Paket
1 adalah sebagai berikut :

9
Nama Paket : Package-1 (Strech Curug Weir to Cibeet Siphon at
BTb.23)
Lokasi Pekerjaan : Kabupaten Karawang, Jawa Barat
Nama Balai : Balai Besar Wilayah Sungai Citarum
Nama SNVT : SNVT Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air
Citarum
Nama PPK : Penyediaan Air Baku
Alamat : Jln. Inspeksi Cidurian Soekarno-Hatta STA 5600
Bandung
Konsultan Supervisi : Korea Rural Community Corporation
Nama Penyedia Jasa : Sacna-Basuki JO.
Alamat Penyedia Jasa : Lina Building, Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B-7
Kuningan Jakarta Selatan
Nilai Kontrak : Rp. 142.118.776.000,- (include PPN 10%)
Nilai OE : Rp. 162.282.728.300,- (include PPN 10%)
Nilai Add. No. 1 : Rp. 181.919.358.800,- (include PPN 10%)
Nilai Add. No. 2 : Rp. 202.698.933.750,- (include PPN 10%)
Sifat Kontrak : Unit Price
Pemasukan Penawaran : 13 Juni 2012
Tanda tangan Kontrak : 1 Nopember 2013
Notice to Proceed-1 : 11 Nopember 2013 (untuk memulai pekerjaan
Persiapan/MC-0)
Notice to Proceed-2 : 12 Mei 2014 (untuk memulai pek. Konstruksi di
CWZ 1: BTb.0 sd. BTb.5)
Notice to Proceed-3 : 12 September 2014 (untuk memulai pekerjaan
Konstruksi di CWZ 2: BTb.5 sd. BTb.9) : dan
B.Tb 21 – 23a
Notice to Proceed-4 : 24 November 2014 (untuk memeulai pekerjaan
konstruksi di CWZ IV : B.Tb 9 – : B.Tb 21
Kontrak Awal : 600 hari kalender (11 November 2013 sd. 03 July
2015)
Addendum 3 : 872 hari kalender (sampai 31 Maret 2016)
Sumber Dana : Loan ADB (80%) -> LNo.2500 (OCR)-INO=52%;
LNo.2501 (SF)-INO=28%
Pendamping PHLN (20%) à LNo.2500 (OCR) -
INO=13%; LNo.2501 (SF)-INO=7%
Uang Muka=20% NK : Uang Retensi = 5% NK; Min. Interim Payment =
2.5% NK

10
Eskalasi Harga : Dihitung mulai bulan ke-13

11
2.1.3.1 Pengguna Jasa
A. Kepala SNVT
Tugas dari SNVT antara lain :
 Bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan pencapaian
target kegiatan/proyek.
 Selaku atasan langsung membina dan mengawasi pejabat pembuat
komitmen dalam rangka peningkatan pengawasan melekat.
 Menyusun dan mengusulkan DIPA.
 Mengusulkan PPK dan bendaharawan kegiatan yang menjadi
tanggung jawabnya.
 Mengajukan permohonan penetapan pemenang pelelangan/
pemilihan langsung/ penunjukan langsung kepada Menteri
Pekerjaan Umum serta menetapkan pemenang sesuai
kewenangannya dan ketentuan yang berlaku.

B. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)


Tugas dari PPK antara lain :
 Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait baik secara
vertikal maupun horizontal (intern maupun external).
 Melakukan pembinaan penyusunan program jangka pendek
(DUP/DIPA).

12
 Melakukan pembinaan penyusunan program pelaksanaan
pekerjaan dan keuangan.
 Melakukan pembinaan pengadaan jasa konstruksi, jasa konsultan
dan pengadaan barang.
 Melaksanakan ikatan/kontrak pekerjaan jasa konstruksi, jasa
konsultan dan pengadaan barang.
 Melakukan pembinaan pengawasan dan pengendalian terhadap
pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor, maupun
pekerjaan swakelola, baik kualitas, kuantitas maupun waktu
pelaksanaan.
 Memimpin dan melaksanakan kegiatan proyek didalam mencapai
sasaran yang ditetapkan dalam DIPA dan PO serta tanggung jawab
baik segi fisik maupun keuangan serta waktu penyelesaiannya.
Membina sumber daya manusia yang ada di unitnya.

C. Direksi Pekerjaan
Tugas dari direksi pekerjaan antara lain :
 Melaksanakan koordinasi dengan unit yang terkait dalam
pelaksanaan pekerjaan.
 Memberikan bimbingan teknis kepada kontraktor.
 Melaksanaan pengawasan dan pengendalian pekerjaan yang
dikontrakkan baik terhadap kualitas maupun waktu
pelaksanaannya.
 Melaksanakan pekerjaan swakelola.
 Melaksanakan perhitungan volume pekerjaan.
 Menyiapkan laporan kegiatan lapangan (Daily, Weekly, Monthly).
 Melaksanakan kegiatan O & P untuk bangunan yang telah selesai
tetapi belum diserahkan.

D. Pelaksanaan Administrasi
Tugas dan Tanggung Jawab Pelaksana Administrasi antara lain :
 Meneliti kebenaran dokumen/bukti pengeluaran sebelum
melaksanakan pembayaran kepada pihak ketiga.

13
 Melaksanakan pembayaran atas perintah Pemimpin Proyek dengan
membubuhi tanda tangan pada kata-kata “Lunas dibayar” pada
setiap kwitansi.
 Menyiapkan SPP, baik SPP GU maupun SPP LS atas perintah
Pemimpin Proyek ke KPKN.
 Tiap akhir periode membuat Laporan Kredit Kas dan Anggaran
(LKKA) sesuai pedoman yang ada dan mengirimkannya ke KPKN.
 Menyelenggarakan tata kearsipan yang kearsipan yang
bersangkutan dengan bukti-bukti pembukuan.
 Melaksanakan pembukuan atas dasar bukti-bukti pengeluaran /
penerimaan yang sah.
 Memonitor setiap pengeluaran panjar dan menyiapkan teguran
tertulis kepada pengambil panjar apabila panjar tersebut telah
melampaui batas yang ditetapkan.
 Membina sumber daya manusia yang ada di unitnya.
 Membuat Laporan Kegiatan.

E. Pelaksanaan Teknis
Tugas dan Tanggung Jawab Pelaksana Teknis antara lain :
 Melaksanakan pekerjaan perencanaan teknik untuk pekerjaan-
pekerjaan yang akan dilaksakan, termasuk penyusunan spesifikasi
teknis dan Rencana Anggaran Biaya (Owner Estimasi) dan
perubahannya.
 Bersama-sama unit terkait lainnya menyusun perencanaan tahunan
(DPU/DIPA) dan revisinya.
 Menyusun TOR pekerjaan jasa konstruksi yang akan dilaksanakan.
 Menyelenggarakan pekerjaan penyelidikan geologi teknik dan
mekanika tanah untuk mendukung pembuatan detail desain dan
pelaksanaan pekerjaan.
 Menyelenggarakan pekerjaan pengujian bahan material, mutu,
untuk menunjang pembuatan detail desain dan pelaksanaan
pekerjaan.
 Menyelenggarakan pekerjaan survey / pengukuran untuk
mendukung pembuatan detail desain dan pelaksanaan pekerjaan.
 Membina sumber daya manusia yang ada di unitnya.

14
2.1.3.2 Penyedia Jasa
A. Project Manager
Tugas dan Tanggung Jawab Project Manager antara lain :
 Membuat perencanaan proyek secara menyeluruh meliputi quality
plan, metode kerja, construction, schedule, personil schedule,
material schedule, equipment schedule, RAPB, dan rencana cash
flow.
 Pemberdayaan sumber daya secara optimal untuk memenuhi
persyaratan mutu, waktu dan biaya yang telah ditetapkan dalam
pelaksanaan kegiatan dilapangan.
 Mengontrol, memonitoring, dan mengevaluasi hasil kegiatan
pelaksanaan terhadap rencana proyek.
 Mengidentifikasi dan mencari penyelesaian permasalahan yang
terjadi selama proses pelaksanaan proyek.
 Memahami dan melaksanakan serta menyelesaikan kontrak dengan
hasil kerja yang layak sesuai dengan batas waktu, mutu dan
anggaran pelaksanaan yang disetujui.
 Efisiensi biaya disegala bidang termasuk overhead, material,
penggunaan peralatan, dan biaya tenaga kerja.
 Ketertiban dalam melaksanakan administrasi proyek.
 Menerapkan sistem manajemen mutu sesuai bagiannya.
 Bertanggung jawab terhadap pemberi kerja (Owner).

B. Site Manager
Tugas dan Tanggung Jawab antara lain :
 Membuat laporan mingguan dan bulanan yang menggambarkan
kemajuan pekerjaan (fisik/bobot) terhadap rencana kerja dan
jadwal pelaksanaan pekerjaan.
 Membuat rencana pekerjaan untuk minggu dan bulan berikutnya.
 Menyiapkan dan menjabarkan secara detail urutan dan metode
pelaksanaannya.
 Membuat gambar kerja / shop drawing untuk pedoman
pelaksanaan di lapangan.
 Membuat Schedule dan S Curve.

15
 Membuat dan mengevaluasi Schedule Peralatan, Material dan
Tenaga Kerja.
 Melakukan Approval, Shop Drawing dan Time Schedule.
 Menyiapkan Asbuilt Drawing.
 Menerapkan manajemen mutu sesuai bagiannya.
 Melakukan koordinasi dengan bagian yang terkait.
 Membuat dan menyiapkan semua dokumen administrasi teknik.

C. Site Engineer
Tugas dan Tanggung Jawab antara lain :
 Membuat laporan mingguan dan bulanan yang menggambarkan
kemajuan pekerjaan (fisik/bobot) terhadap rencana kerja dan
jadwal pelaksanaan pekerjaan.
 Membuat rencana pekerjaan untuk minggu dan bulan berikutnya.
 Menyiapkan dan menjabarkan secara detail urutan dan metode
pelaksanaannya.
 Membuat gambar kerja / shop drawing untuk pedoman
pelaksanaan di lapangan.
 Membuat Schedule dan S Curve.
 Membuat dan mengevaluasi Schedule Peralatan, Material dan
Tenaga Kerja.
 Melakukan Approval, Shop Drawing dan Time Schedule.
 Menyiapkan Asbuilt Drawing.
 Menerapkan manajemen mutu sesuai bagiannya.
 Melakukan koordinasi dengan bagian yang terkait.
 Membuat dan menyiapkan semua dokumen administrasi teknik.

D. Mekanikal Engineer
Tugas dan Tanggung Jawab antara lain :
 Bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan
alat-alat mekanika yang digunakan selama pekerjaan.
 Melakukan pemeriksaan dan perawatan peralatan secara berkala
hal-hal yang berhubungan mekanika sesuai jadwal pengecekan.
 Membuat laporan hasil pemeriksaan / perawatan.

E. Quantity Surveyor
Tugas dan Tanggung Jawab antara lain :

16
 Mengkoordinir dan mengecek data survey MC 0% sampai dengan
MC 100%.
 Melakukan perhitungan volume pekerjaan termasuk pekerjaan
tambah kurang.
 Menyiapkan laporan kemajuan pekerjaan rutin SE.
 Menyiapkan laporan kemajuan pekerjaan fisik untuk tagihan.
 Menyelenggarakan administrasi pergudangan dan peralatan.
 Menerapkan manajemen mutu sesuai bagiannya.

F. Superintendent General
Tugas dan Tanggung Jawab antara lain :
 Mengkoordinir dan mengecek data survey MC 100%.
 Dapat mengelola pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana
kerja, metode kerja dan gambar kerja, termasuk pengkoordinasian
dengan seluruh sub Penyedia Jasa.
 Dapat mendeteksi kemungkinan-kemungkinan adanya perubahan
pekerjaan / pekerjaan tambahan / kurang.
 Pengendalian kemajuan pekerjaan dilapangan, serta melaksanakan
opname pekerjaan mingguan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
 Membuat laporan harian secara rutin.

G. Quantity Assurance / QC
Tugas dan Tanggung Jawab antara lain :
 Membuat Rencana Mutu Kontrak / Quality Assurance.
 Melakukan proses Approval material.
 Membuat laporan Quality Assurance dan Amdal (RPL dan RKL)
secara berkala.
 Membuat Laporan Harian dan Mingguan bersama supervisor.
 Melaksanakan pemeriksaan mutu bahan dan mutu pekerjaan di
lapangan maupun di laboratorium.
 Mengevaluasi hasil pemeriksaan mutu bahan dan mutu pekerjaan
di lapangan.
 Menyiapkan / membuat administrasi pengetesan material yang
dipakai.

17
 Memastikan bahwa kegiatan konstruksi dilaksanakan sesuai
dengan standar-standar yang ditetapkan dalam Rencana Mutu
Kerja dan persyaratan kontrak.
 Menerapkan manajemen mutu sesuai bagiannya.

H. Logistik
Tugas dan Tanggung Jawab antara lain :
 Pengadaan material dan alat untuk keperluan proyek sesuai dengan
mutu / spesifikasi dan waktu yang telah ditentukan dalam kontrak.
 Pengamanan penyimpanan material yang ada digudang baik dari
kecurian, kerusakan maupun sebab-sebab lain.
 Pengelolaan dan ketertiban laporan administrasi persediaan barang.
 Membuat daftar kebutuhan material dan alat sesuai jadwal.
2.1.4 Proses Kegiatan

Kegiatan yang dilaksanakan oleh PT. Sac Nusantara dalam rangka


rehabilitasi Saluran Tarum Barat ini sangatlah banyak, terdiri dari
beberapa titik sepanjang aliran Saluran Tarum Barat dari Bendung Curug
(BTB 0) sampai kilometer ke 23 dari sungai. Penamaan titik dari sungai
sendiri dinotasikan dengan BTB tiap kilometer nya, untuk kilometer
pertama, dinamakan dengan titik BTB 1, untuk kilometer kedua dari
bendung curug dinamakan dengan titik BTB 2, dan seterusnya. Titik
tempat pelaksanaan proyek rehabilitasi Saluran Tarum Barat Paket 1 ini
bertempat mulai dari kilometer 1 hingga kilometer 23 dari saluran ini.

Kegiatan yang ada di BTB 1 adalah pembangunan Jembatan yang


melintasi antara Desa Mulyasejati barat dan Desa MUlyasejati timur,
dimana jembatan lama yang telah ada sudah tidak layak pakai. Pada
daerah sekitar BTB 1 juga digunakan sebagai area disposal, dikarenakan
masih banyak lahan yang terbuka dan belum terpakai sehingga alternatif
disposal (buangan) dibuang di daerah BTB 1.

18
Gambar 2.1 Jembatan baru yang dibangun di sebelah jembatan lama

Gambar 2.2 Proses pembangunan jembatan baru BTB 1

Pada BTB 2 terdapat Sliding Area (daerah longsor), dimana daerah


pinggir sungai tersebut sudah terjadi longsor dan perlu penanganan, cara
yang dilakukan adalah membangun bangunan penahan. Bangunan penahan
longsor ini terdiri dari susunan FSP dengan panjang 6 meter yang disusun
miring. Sebelum dipasang FSP, tanah dipancang sebagai pondasi dinding
penahan tersebut.pancang. BTB 3 jembatan, pancang

19
Gambar 2.3 Proses pengecoran SSP pada sliding area

Gambar 2.4 SSP setelah selesai pengecoran

Pada BTB 3, BTB 4 dan BTB 5 dibangun dinding penahan


longsoran. Dinding penahan longsor ini dibangun karena pada BTB 3 dan
BTB 4 ini rawan terjadi longsor, dan di sebelah saluran tarum barat ini
adalah jalur utama, sehingga akan sangat berbahaya apabila terjadi
longsor.Dinding yang dibangun dibuat dari pre cast CCSP yang disusun
miring dengan panjang 6 meter yang sebelumnya sudah dipancang sebagai
pondasinya.

20
Gambar 2.5 Pemancangan dengan mobile crane di lokasi BTB 3

Pada BTB 6 dibangun lining, yang fungsinya sama dengan dinding


penahan tanah supaya tidak longsor, namun untuk dinding penahan nya
digunakan CCSP dan bukan FSP, yang sebelumnya dipasang tiang
pancang dengan metode pelaksanaan pancangan manual. Pancangan
manual dilaksanakan tidak menggunakan mobile crane, melainkan
menggunakan layar, hal ini dikarenakan lokasi pencangan yang tidak
memungkinkan untuk mobilisasi alat berat tersebut. Pada BTB 6 juga
digunakan sebagai area disposal (area buangan tanah) untuk galian yang
sudah dilakukan.

Gambar 2.6 Proses pemancangan manual menggunakan layar pada BTB 6

21
Gambar 2.7 Lining CCSP pada BTB 6

Pada BTB 7, BTB 10, BTB 11, BTB 13, BTB 15, BTB 19, dan
BTB 20 masing masing dilakukan pemasangan Pintu Air yang berfungsi
sebagai pengatur debit yang mengalir.

Gambar 2.8 Pemasangan Pintu Air

Pada BTB 12 dibangun Cross drain, sebagai pelimpas air untuk


saluran irigasi pertanian. Pada BTB 14 dan BTB 18 digunakan sebagai
area disposal dengan alasan lahan yang tersedia sebagai buangan tanah

22
galian sangat luas dan belum digunakan untuk perumahan maupun lahan
pertanian.

Untuk BTB 22 dibangun stoplog yang berfungsi sebagai penghenti


air, dan pembersihan sebagai kegiatan operasionalnya. Pada saluran Tarum
Barat ini banyak sekali sampah rumah tangga yang dibuang yang dibuang
ke aliran, sehingga butuh pembersihan dan salah satu cara nya adalah
dengan membangun stoplog. Disamping itu, aliran tarum barat ini tidak
boleh dihentikan, karena air aliran ini digunakan sebagai air bersih untuk
daerah Jakarta dan sekitarnya. Antara BTB 22 dan BTB 23 ada siphon
yang melintas dibawah jembatan, siphon ini sudah dibangun sejak tahun
60 an, dan seluruh aliran tarum barat melintas melalui siphon tersebut,
sehingga sampah dan kotoran sangat harus diminimalisir untuk
menghindari kemacetan pada aliran siphon.

Gambar 2.9 Pembuatan bangunan stoplog

Titik terakhir pada Proyek Rehabilitasi Saluran Tarum Barat paket


1 ini adalah BTB 23 dimana dilaksanakan pembuatan siphon. Pembuatan
siphon ini memerlukan ketelitian dan perhitungan yang sangat tinggi,
karena jika terjadi kesalahan akan berakibat fatal. Gagalnya perhitungan
bisa mengakibatkan beberapa kejadian, misalnya naik nya siphon ke

23
permukaan air karena gaya tekan kebawah yang lebih kecil daripada gaya
tekan keatas yang dihasilkan oleh air, kesalahan dalam penentuan
kedalaman juga bisa mengakibatkan kapasitas aliran yang direncanakan
tidak sesuai dengan yang ada di lapangan. Siphon yang direncanakan ini
terbuat dari pipa HDPE dengan diameter 1,1 meter sebanyak 4 buah. Pipa
HDPE ini nantinya akan dipasang pada kedalaman 6 meter di bawah
permukaan air. Karena kedalaman saluran tarum barat ini berkisar antara 3
hingga 4 meter, maka diperlukan galian tanah di bawah permukaan air.
Proses penggalian dilakukan oleh excavator dan untuk kontrol kedalaman
dilakukan sonding dengan perahu mesin.

Sonding adalah kegiatan yang dimana bertujuan untuk mencari


kedalaman sungai. Dalam hal ini kegiatan sonding dilakukan oleh para
surveyor PT. SAC Nusantara. Sonding dilakukan setiap dua hari sekali
yang dimulai pada saat proses penggalian jalur pipa HDPE. Alat yang
digunakan untuk sonding yaitu satu set garmin, mesin perahu dan satu set
perahu.
Sonding dilakukan dengan cara berputar beberapa kali di area galian jalur
pipa. Pada saat berputar putar di area galian trak yang telah dilalui akan
tampak pada monitor garmin. Biasanya putaran sonding dilakukan sesuai
kebutuhan, dalam prakteknya sonding disini dilakukan secara rapat,
dengan kecepatan kira kira 20km perjam, dengan pengaturan garmin
pencatat titik kedalaman setiap 30 detik. Saat berkeliling memutari jalur
gaian maka akan tampak grafik kedalaman dasar sungai. Grafik yang
terlihat di monitor akan disimpan pada memori alat dan akan diolah
menggunakan PC.
Hasil sonding yaitu berupa koordinat titik dan kedalaman. Hasil sonding di
input di PC menggunakan applikasi notepad, dan dari aplikasi notepad
data input sonding akan di olah menggunakan autocad untuk mendapat
kontur dasar sungai. Apabila galian kurang maka esok hari harus

24
dilakukan galian lagi dan di cek lagi dengan proses sonding. Sonding
selalu dilakukan setiap dua hari sekali meski telah mendapat kedalaman
yang di inginkan tetapi karena air sungai yang deras disertai sedimen
tinggi maka harus selalu di kontrol.

Gambar 2.10 Penggalian tanah menggunakan Excavator diatas tongkang

Gambar 2.11 Proses Penyambungan Pipa HDPE

25
Gambar 2.12 Pipa HDPE yang diberi concrete ring sebagai pemberat

26
2.2 Aktivitas Selama Praktek

2.2.3 Job Position


Mahasiswa Praktik Kerja Lapangan selama berada di lapangan
kerja diberi posisi sebagai Supervisor (Pengawas Lapangan). Supervisor
disini mempunyai hak atas tambahan pelatihan, kewenangan untuk
berkomunikasi dengan bawahannya, termasuk memberi instruksi, memo
dsbnya. Supervisor harus mampu dan mempunyai kebebasan dalam
menilai kemampuan bawahannya tanpa campur tangan orang lain. Bila
seorang Supervisor tidak mampu mendisiplinkan bawahannya dan tidak
mampu mengevaluasi kemampuan bawahannya, maka ia tidak perlu jadi
seorang Supervisor.

2.2.4 Job Description


1. Pengawasan pekerjaan pada proses pembuatan beton pre cast
2. Pengawasan pekerjaan pada proses pembuatan stoplog

2.2.5 Uraian Kegiatan


1. Pengawasan Pekerjaan pada Proses Pembuatan Beton Pre Cast
Pada umumnya untuk kegiatan kontruksi yang menggunakan beton
pre cast,beton tersebut dipesan dari perusahaan penyedia beton pre
cast. Namun karena pembuatan beton pre cast yang dibutuhkan oleh
PT. Sacna ini tidak terlalu rumit, maka diputuskan untuk membuat pre
cast sendiri. Beton pre cast ini nantinya akan dipasang pada titik BTB
23 untuk pembuatan siphon, dan pada titik BTB 22 untuk pembuatan
stoplog.

27
Gambar 2.13 Lokasi Pengecoran Beton Pre Cast

A. Beton Pre Cast Plat

Beton pre cast yang digunakan untuk BTB 23 mampunyai dimensi


panjang 4 meter, lebar 4 meter, dan tinggi 0,2 meter dengan mutu yang
digunakan adalah K-225. Beton ini nantinya digunakan sebagai
penahan siphon dengan cara diletakkan di atasnya dengan tujuan
supaya pipa siphon tidak terangkat ke permukaan air.

Gambar 2.14 Tulangan beton plat sebelum di cor

28
Setelah tulangan dan bekisting terpasang dan siap untuk dicor,
ready mix dipesan dengan mutu dan volume yang telah
ditentukan.Sebelum pengecoran dilaksanakan, beton segar dari truck
mixer dicek tinggi slump nya apakah sesuai dengan mutu yang
diinginkan, apabila sudah dilakukan uji slump dan sudah benar, surat
jalan diberikan kepada pelaksana sebagai nota terima.

Gambar 2.15 Surat jalan dari PT. Merak Jaya Beton

Gambar 2.16 Pengecoran plat beton bertulang

29
Gambar 2.17 Proses perataan permukaan plat beton bertulang

Gambar 2.18 Beton bertulang plat yang sudah jadi

B. Beton Pre Cast Stoplog

Beton pre cast yang dibuat untuk stoplog ini mempunyai dimensi
panjang 1.1 meter, lebar 1 meter, dan tinggi 4 meter. Namun bukan
berarti seluruh volume nya berisi beton, karena pembetonan yang
dibutuhkan hanya dua sisi bagian luarnya saja, dengan panjang
masing-masing sisi kiri dan kanan adalah 12cm, lebar 100cm, dan
tinggi 400cm.

30
Gambar 2.19 Pre Cast Stoplog 1

Gambar 2.20 Pre Cast Stoplog 2

Gambar 2.21 Pre Cast Stoplog 3

31
Bagian tengah dari beton pre cast ini berupa besi kanal U dan I
beam yang berfungsi sebagai penahan agar beton tetap terjaga stabil
dan tidak mengalamu perubahan dimensi, disamping itu besi tersebut
juga berfungsi sebagai pengait yang nantinya digunakan untuk
pengikat antar beton pre cast satu dan lainnya.

Gambar 2.22 Pengecoran Pre Cast Stoplog

Gambar 2.23 Kondisi Pre Cast Stoplog setelah dicor

32
2. Pengawasan Pekerjaan pada Proses Pembuatan Stoplog

Dilihat dari kegiatan yang dilakukan oleh PT. SACNA, pembuatan


stoplog ini merupakan kegiatan tersulit yang dilakukan setelah
pembuatan siphon. Oleh karena itu diperlukan ketelitian yang tinggi
dalam proses pelaksanaan nya.

Gambar 2.24 Denah Eksisting Stoplog tampak atas

Gambar 2.25 Kondisi Eksisting Stoplog

33
Gambar 2.26 Denah Rencana Stoplog

Gambar 2.27 Stoplog Tampak Depan

Dari kondisi eksisting bisa dilihat bahwa stoplog yang sudah ada
terbuat dari pasangan batu kali. Untuk pembuatan stoplog yang baru,
direncanakan dari beton pre cast yang dikombinasi dengan beton cor
insitu. Satu pasangan stoplog bagian depan terdiri dari 5 beton pre cast
dimana dua diantaranya dipasang pondasi bor log. Untuk bagian
belakang stoplog langsung dipasang dengan pondasi menggunakan bor
log tanpa menggunakan beton pre cast seperti bagian depan.
a) Installation Brazing for Placing Pre Cast Stoplog

34
Dalam pelaksanaan pembuatan stoplog diperlukan adanya
lantai pijakan, terlebih karena kegiatan yang dilakukan berada
di air. Lantai pijakan berupa brazing yang digunakan terbuat
dari Besi channel U yang disusun sedemikian rupa sehingga
bisa digunakan sebagai pijakan dan juga sebagai acuan untuk
pemasangan pre cast stoplog.

Gambar 2.28 Pembuatan Brazing

Gambar 2.29 Proses Pemasangan Brazing

35
Gambar 2.30 Pemasangan Brazing awal

Gambar 2.31 Pemasangan Brazing Keseluruhan

b) Installation Pre Cast Stoplog


Setelah Brazing terpasang, pre cast stoplog paling awal untuk
stoplog baris pertama dipasang, karena pengangkatan
dilakukan dengan excavator, maka perlu diperhatikan kelurusan
dan ketegakannya. Kemudian dilanjutkan pemasangan pre cast
yang selanjutnya dengan menyambungkan kait antar pre cast
sebagai penahan. Untuk tiap baris stoplog direncanakan lima
buah pre cast tipe 3, dan satu buah pre cast tipe 1.
Untuk pemasangan pre cast baris lainnya dilakukan dengan
cara yang sama seperti pemasangan pre cast pada baris awal.

36
Gambar 2.32 Pemasangan Pre Cast Stoplog Bagian Depan Baris Pertama

Gambar 2.33 Pre Cast Baris Pertama yang Telah Terpasang

Gambar 2.34 Pemasangan Seluruh Bagian Pre Cast

c) Installation Bore Pile

37
Pondasi berperan penting dalam semua bangunan konstruksi.
Pada kondisi ini Bore Pile menjadi pilihan sebagai pondasi untuk
pembetonan yang dilakukan. Tiap baris pasangan pre cast dipasang
dua pondasi bore pile, pondasi tersebut dipasang pada pre cast
nomor dua, dan pada pre cast nomor lima.

Gambar 2.35 Detail Bore Pile Structure

Gambar 2.36 Rencana lokasi Bor Log

38
Gambar 2.37 Tiang Silinder yang digunakan sebagai Bor Pile

Gambar 2.38 Tiang Silinder yang sudah terpasang

d) Concreting Pre Cast Stoplog


Pre Cast yang sudah terpasang seluruhnya, selanjutnya dicor di
tempat (cast in situ). Untuk pelaksanaan pengecoran dilakukan
bertahap dari dasar terlebih dahulu dengan menuang beton segar
kedalam corong silinder. Karena adanya air yang tidak mungkin
bisa dihilangkan, campuran pada beton ditambahkan zat aditif sika
yang berfungsi mempercepat pengerasan dan meningkatkan mutu
beton.

39
Gambar 2.39 Rencana Concreting Pre Cast Stoplog

Gambar 2.40 Zat Aditif Sika yang ditakar Sebelum Dicampurkan Beton Segar

Gambar 2.41 Proses pengecoran cast in-situ dengan corong silinder

40
Gambar 2.42 Kondisi Pre Cast setelah dicor

Pre Cast yang telah selesai dicor, elevasi nya masih belum sesuai
rencana yang diinginkan. Tinggi dari pre cast itu sendiri adalah 4,1
meter, sedangkan tinggi yang direncanakan dari dasar saluran adalah
4,7 meter, jadi perlu tambahan cor beton dengan tinggi 0,6 meter.

Gambar 2.43 Kondisi Bekisting dan Besi Tulangan untuk Cor Tambahan
pada atas Pre Cast

41
Gambar 2.44 Kondisi Pre Cast yang sudah selesai diberi cor tambahan

e) Remove Brazing Pre Cast Stoplog


Setelah seluruh pre cast yang terdiri dari pre cast stoplog tipe 1, 2,
dan 3 terpasang, brazing yang sebelumnya dipakai sebagai acuan dan
pijakan bagi para pekerja dilepas.

Gambar 2.45 Pelepasan Brazing

42
f) Installation Precast Slab
Precast Slab berfungsi sebagai dudukan untuk mesin pengambil
sampah pada stoplog. Precast Slab ini terbuat dari beton precast
ccsp dengan panjang 11 meter dan lebar 1 meter. Precast ccsp ini
nantinya akan diditambah dengan cor insitu dengan beton mutu K-
350 sehingga cekungan ccsp terisi penuh oleh beton.

Gambar 2.46 Rencana Pemasangan Precast Slab

Gambar 2.47 Rencana Pemasangan Precast Slab

43
Gambar 2.48 Pemasangan Precast Slab

Gambar 2.49 Pemasangan Precast Slab

44
2.3 Masalah Yang Dihadapi
2.3.1 Pengecoran Pembuatan Beton Pre Cast
1. Pemasangan bekisting tidak benar, sehingga pada waktu pengecoran
tidak bisa menahan tekanan dari beton ketika dituangkan
2. Pembuatan tulangan pada beton pre cast plat tidak bisa sempurna,
sehingga tidak bisa sesuai dengan rencana. Tulangan yang terpasang
menempel pada bekisting, jadi tidak ada beton decking pada cor paling
tepi.
3. Banyak beton segar yang terbuang karena operator truck mixer dan
pekerja pengecoran kurang komunikatif dalam bekerja.
4. Beton Pre cast yang telah jadi terdapat rongga karena sewaktu
pengecoran ruang pada bekisting tidak sepenuhnya terisi.
5. Hasil pengecoran tidak merata sehingga nilai estetika nya kurang
walaupun secara kualitas kekuatan nya terpenuhi.
6. Faktor alam seperti hujan yang terjadi pada saat akan pengecoran,
ketika pengecoran, dan sesudah pengecoran tidak bisa dihindari
sehingga menurunkan kualitas mutu beton dengan bertambahnya kadar
air yang terkandung pada beton segar tersebut.

Gambar 2.50 Kondisi Bekisting yang Tergenang Akibat Air Hujan

45
Gambar 2.51 Hasil Pengecoran yang Kurang Rapi

2.3.2 Pekerjaan Pembuatan Stoplog


1. Arus sungai yang deras membuat pre cast stoplog tidak bisa stabil
ketika proses peletakkan / pemasangan.
2. Enceng gondok yang terbawa arus tiap hari tidak terhitung jumlahnya,
kuantitas enceng gondok yang menyangkut pada brazing maupun pada
stoplog mampu menggeser beberapa centimeter dari kondisi semula.
3. Pengecoran beton tambahan pada atas pre cast stoplog menghasilkan
luberan berupa beton segar karena bekisting tidak mampu menahan
tekanan dari beton.
4. Endapan lumpur yang cukup dalam pada dasar saluran hingga
mencapai 1,5 meter membuat pelaksanaan sedikit terhambat.
5. Hujan yang notaben nya merupakan musuh utama dalam sebuah
proyek membuat aktivitas proyek pembuatan stoplog harus dihentikan
sementara.
6. Kotoran berupa lumpur membuat jalur isnpeksi bagi pekerja dan alat
berat menjadi terganggu.

46
7. Pertemuan antar pre cast stoplog yang dipasang belum tentu tertutup
sempurna, sehingga sewaktu dilakukan pengecoran in-situ, betor
meluber keluar dari pre cast.
8. Lokasi kerja yang berada diatas jembatan kecil membuat mobilitas
terbatas, terutama untuk excavator yang merupakan alat berat utama
dalam pembuatan stoplog ini.
9. Pre cast paling ujung depan tidak terjangkau oleh jangkauan arm dari
excavator.

Gambar 2.52 Enceng Gondok yang terbawa oleh arus saluran

47
Gambar 2.53 Lokasi tempat kerja yang terbatas

48

Anda mungkin juga menyukai