Identifikasi Protein
I. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami metode identifikasi protein dengan cara uji
biuret.
2. Mahasiswa dapat memahami metode identifikasi protein menggunakan
cara pengedapan dengan logam.
3. Mahasiswa dapat memahami metode identifikasi protein menggunakan
cara pengendapan dengan garam.
4. Mahasiswa dapat memahami metode identifikasi protein menggunakan
cara pengendapan dengan alkohol.
5. Mahasiswa dapat memahami metode identifikasi protein dengan cara uji
koagulasi
6. Mahasiswa dapat memahami metode identifikasi protein dengan cara
denaturasi protein.
Prosedur pengamatan
1,5 ml protein + 0,5 ml Natrium Bening dan endapan putih
hidroksida 2.5N
+ 1 tetes larutan tembaga sulfat Warna ungu dan sedikit endapan
Prosedur Pengamatan
5 ml protein + ammonium sulfat Garam terlarut hingga sedikit yang
tersisa dan berwarna putih
Disaring dan diambil rendemennya dan Air : larut dan Reagen millon:
dilarutkan dengan air dan reagen millon tidak berwarna larut dan berwarna
kuning
Uji biuret : 1,5 ml protein + filtrat Berwarna putih
secukupnya
+ 1 tetes atau lebih larutan tembaga Berwarna ungu dengan sedikit endapan
sulfat
NH2
5. Uji koagulasi
Uji kelarutan dengan air
Berdasarkan percobaan,saat diujikan protein yang ditambahkan asam
asetat tidak larut dengan air karena saat pemanasan terjadi perusakan ikatan
hidrogen dan interaksi hidrofobik non polar pada protein sehingga protein
albumin terdenaturasi dan terkoagulasi dan menyebabkan kemampuan
mengikat airnya menurun. Hal tersebut dapat terjadi karena suhu tinggi dapat
meningkatkan energi kinetik dan menyebabkan molekul penyusun protein
bergerak atau bergetar sangat cepat sehingga merusak ikatan molekul tersebut
dan energi panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi non-kovalen yang
ada pada struktur alami protein tapi tidak memutuskan ikatan kovalennya
yang berupa ikatan peptida. Aplikasi yang seringkali dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari adalah kegiatan pemasakan telur dimana telur yang
mengandung albumin (protein) terdenaturasi dan terkoagulasi sehingga enzim
pencernaan dapat dengan mudah mencerna protein yang terkandung dalam
telur tersebut.Hal tersebut dikarenakan perubahan struktur tesier albumin ini
tidak dapat diubah kembali ke bentuk semula.
Uji Reagen Millon
Pada saat larutan protein ditambahkan asam asetat kemudian dipanaskan
dan diambil endapan lalu dilarutkan reagen millon hasilnya tidak larut.
Reagen millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam
nitrat,pada uji ini terjadi reaksi millon. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada
larutan protein, akan menghasilkan endapan putih dan apabila dipanaskan
dapat berubah menjadi merah. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-
fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang
berwarna. Endapan yang terbentuk masih bersifat sebagai protein, hanya saja
telah terjadi perubahan struktur tersier ataupun kwartener, sehingga protein
tersebut mengendap. Perubahan struktur tersier protein ini tidak dapat diubah
kembali ke bentuk semula, ini bisa dilihat dari tidak larutnya endapan
albumin itu dalam air.
6. Denaturasi protein
Pada percobaan ini dibuat tiga larutan protein yang dimasukkan dalam
tiga tabung reaksi yang berbeda, dengan larutan protein yang sama yaitu
larutan albumin yang kemudian ditambahkan dengan larutan yang berbeda,
yaitu larutan buffer asetat dengan pH 4,7 kemudian larutan HCl 0,1 M dan
larutan NaOH 0,1 M. Untuk larutan Albumin, pada tabung ke-1 ditambahkan
dengan larutan HCl 0,1 M, pada tabung ke-2 ditambahkan dengan NaOH 0,1
M dan pada tabung ke-3 ditambahkan dengan buffer asetat pH 4,7 kemudian
dipanaskan. Pada tabung pertama setelah ditambah dengan HCl dan
dipanaskan terjadi perubahan pada larutan protein yaitu larutan menjadi keruh
dan adanya endapan putih. Hal ini terjadi karena penambahan HCl yang
bersifat sebagai asam kuat menyebabkan pH larutan protein menjadi sangat
asam. Setelah larutan didinginkan dan ditambahkan larutan buffer asetat pH
4,7 sebanyak 10 ml, larutan yang diuji tidak mengalami perubahan, tetap
keruh dan ada endapan putih.
Pada tabung ke-2 ditambahkan dengan NaOH 0,1 N kemudian
dipanaskan. Penambahan larutan NaOH ini tidak menyebabkan perubahan
pada larutan protein. Hal ini disebabkan karena larutan NaOH bersifat sebagai
basa kuat, sehingga terjadi perubahan pH yang sangat extrem pada larutan
protein menjadi basa.
Pada tabung ke-3 ditambahkan dengan buffer asetat kemudian
dipanaskan. Penambahan buffer asetat dan pemanasan ini menyebabkan
timbulnya endapan putih. Endapan putih yang terbentuk mengindikasikan
terjadinya denaturasi protein. Denaturasi ini disebabkan karena buffer asetat
sangat kuat mempertahankan pHnya pada pH 4,7 sehingga dapat merusak
keseimbangan zwitter ion ke kondisi asam di bawah titik isoelektrik.
Perubahan struktur yang diakibatkan proses denaturasi adalah perubahan
konfigurasi protein a-heliks menjadi memanjang. Hal ini disebabkan karena
rusaknya ikatan hidrogen dan ikatan nonpolar yang terjadi pada struktur
berlipat dari protein.
Tabung dengan penambahan HCl 0,1 M yang larut dan mengendap
sempurna lebih banyak dibandingkan dengan penambahan buffer asetat dan
NaOH 0.1 M. Pada tabung dengan penambahan buffer asetat juga terdapat
endapan yang banyak tetapi termasuk pengendapan sebagian karena masih
terdapat pemisahan lapisan antara larutan yang mengendap dengan larutan
berwarna bening pada bagian atas tabung, tetapi berbeda saat penambahan
dengan NaOH 0.1 M yang tidak ada perubahan apapun (larutan tetap bening).
Pada percobaan ini, setelah larutan tersebut didinginkan lalu pada tabung
pertama dan kedua ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,7. Pada hal ini
terjadi proses denaturasi karena terjadi endapan. Pada pH buffer 4,5 dan pH
albumin 4,5 hal inilah yang membuat ikatan lebih cepat, dan membentuk
endapan lebih banyak.
Endapan yang paling banyak dihasilkan oleh HCl, dan yang paling
sedikit pada NaOH. Buffer asetat menghasilkan endapan karena memiliki pH
4,7 yang sama dengan pH albumin yaitu 4,5-4,9. Setiap protein mempunyai
isolistrik yang berbeda-beda. Titik isolistrik protein mempunyai arti penting
karena pada umumnya sifat fisika dan kimia erat hubungannya dengan pH
isolistrik. Pada pH diatas titik isolistrik protein bemuatan negatif, sedangkan
dibawah titik isolistrik, protein bermuatan positif. Titik isolisrtik pada
albumin adalah pH 4,5-4,9. berdasarkan percobaan albumin berdenaturasi
lebih banyak pada penambahan HCl, dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pada protein albumin, asam amino yang mendominasi adalah asam
amino yang bersifat asam.
Denaturasi protein meliputi ganguan dan kerusakan yang mungkin terjadi
pada struktur sekunder dan sruktur tersier protein. Pada struktur protein
tersier terdapat empat jenis interaksi yang membentuk ikatan pada rantai
samping seperti ikatan hydrogen, jembatan garam, ikatan disulfida dan
interaksi hidrofobik non polar, yang kemungkinan mengalami gangguan.
Denaturasi yang umum ditemukan adalah proses presipitasi dan koagulasi
protein seperti asam amino, protein yang larut dalam air akan membentuk ion
yang mempunyai muatan positif dan negatif. Dalam suasana asam molekul
protein akan membentuk muatan positif, sedangkan dalam suasana basa akan
membentuk ion negatif. pada titik isolistrik protein mempunyai muatan
positif dan negatif yang sama, sehingga tidak bergerak kearah elektroda
positif maupun negatif, apabila ditempatkan diantara dua elektroda tersebut.
Sehingga pada percobaan yang dilakukan sesuai dengan teori seperti yang
telah dijelaskan diatas, tabung yang ditambahkan dengan HCl memiliki
endapan lebih banyak dibanding dengan tabung yang ditambahkan dengan
buffer asetat dan NaOH.
Persamaan reaksi denaturasi protein:
VII. Kesimpulan
1. Makin kuat intensitas warna ungu yang dihasilkan pada uji biuret ini
menunjukan makin panjang ikatan peptidanya.
2. Semakin reaktif ion logamnya,akan adanya ikatan lebih kuat dan
menyebabkan reaksi lebih cepat maka akan menghasilkan endapan yang
lebih banyak.
3. Adanya endapan larutan protein karena kompetisi antara ion-ion garam
amonium sulfat dengan molekul protein untuk mengikat air.
4. Larutan berada di bawah pH isoelektrik (asam) yang menyebabkan
protein mengendap, dan larutan berada di pH isoelektrik (basa)
menyebabkan kelarutan protein dalam air meningkat.
5. Koagulasi dapat terjadi bila larutan protein berada pada titik
isoelektriknya. Ion-ion logam berat yang masuk ke dalam tubuh akan
bereaksi dengan sebagian protein, sehingga menyebabkan terjadinya
koagulasi (penggumpalan).
6. Pada protein albumin, asam amino yang mendominasi adalah asam
amino yang bersifat asam
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R.J dan Fessenden, J. S..1982. Kimia Organik Edisi Ketiga jilid
II.Jakarta: Erlangga
Girindra, A. 1986. Biokimia I.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Lehninger, Albert L..1982.Dasar-dasar Biokimia Jilid 1.Penerjemah: Maggy