Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

DEVELOPMENT DELAY

A. KONSEP TEORI
1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur dengan
berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik.
Perkembangan adalah bertambah kemampuan (skill) dalam struktur da fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil
proses pematangan. Perkembangan menyangkut adanya proses pematangan.sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian
rupa, sehingga masing-msing dapat memenuhi fungsinya termasuk juga emosi,
intelektual dan tingkah laku sebagai hasil iteraksi dengan lingkungan.

2. Periode Tumbuh Kembang Anak


Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan
berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi hingga dewasa. Tumbuh kembang
anak terbagi dalam beberapa periode. Periode tumbuh kembang anak adalah sebagai
berikut :
a. Masa prenatal atau masa intra uterin
Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
 Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2 minggu.
 Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu. Ovum
yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu organism, terjadi
diferensiasi yang berlangsung cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh.
 Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir kehamilan.
Masa ini terdiri dari 2 periode, yaitu masa fetus dini, sejak umur kehamilan 9
minggu sampai trimester ke-2 kehidupan intra uterin. Pada masa ini terjadi
percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia sempurna. Alat tubuh
telah terbentuk serta mulai berfungsi. Masa fetus lanjut, yaitu trimester akhir
kehamilan. Pada masa ini pertumbuhan berlangsung pesat disertai
perkembangan fungsi-fungsi. Terjadi transfer immunoglobulin G (IgG) dari
darah ibu melalui plasenta. Akumulasi asam lemak esensial seri Omega 3
(Docosa Hexanoic Acid) dan Omega 6 (Arachidonic Acid) pada otak dan
retina.

b. Masa bayi (umur 0 – 11 bulan)


Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu:
 Masa neonatal (umur 0 – 28 hari) Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap
lingkungan dan terjadi
 Masa post (pasca) neonatal (umur 29 hari – 11 bulan) Pada masa ini terjadi
pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan berlangsung secara terus
menerus terutama meningkatnya fungsi sistem saraf. Pada masa ini,
kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI eksklusif selama
6 bulan penuh, diperkenalkan kepada makanan pendamping ASI sesuai
umurnya, diberikan imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola asuh yang sesuai.
Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin,
sehingga dalam masa ini pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar.

c. Masa anak dibawah lima tahun (umur 12 – 59 bulan)


Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan
dalam perkembangan motorik (motorik kasar dan motorik halus) serta fungsi
ekskresi. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita.
Setelah lahir, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel otak masih berlangsung dan terjadi pertumbuhan serabut-
serabut saraf dan cabang-cabangnya. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan
antar sel saraf ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari
kemampuan belajar, berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa
ini, sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi
dan ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia
dikemudian hari.

d. Masa anak prasekolah (umur 60 – 72 bulan)


Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi perkembangan
dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya keterampilan dan
proses berpikir. Pada masa ini, selain lingkungan di dalam rumah maka
lingkungan di luar rumah mulai diperkenalkan. Pada masa ini juga anak
dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan sistem reseptor penerima
rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar
dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses belajar pada masa ini adalah
dengan cara bermain.

3. Pengertian Development Delay


Perkembangan yang terlambat (developmental delay) adalah ketertinggalan secara
signifikan pada fisik, kemampuan kognitif, perilaku, emosi, atau perkembangan
social seorang anak bila dibandingkan dengan anak normal seusianya.2 Seorang anak
dengan developmental delay akan tertunda dalam mencapai satu atau lebih
perkembangan kemampuannya. Seorang anak dengan Global Developmental Delay
(GDD) adalah anak yang tertunda dalam mencapai sebagian besar hingga semua
tahapan perkembangan pada usianya. Prevalensi GDD diperkirakan 5-10 persen dari
populasi anak di dunia dan sebagian besar anak dengan GDD memiliki kelemahan
pada semua tahapan kemampuannya. Global Delay development merupakan keadaan
yang terjadi pada masa perkembangan dalam kehidupan anak (lahir hingga usia 18
bulan).

4. Etiologi
Development Delay dapat merupakan manifestasi yang muncul dari berbagai
kelainan neurodevelopmental (mulai dari disabilitas belajar hingga kelainan
neuromuskular. Global Developmen Delay memiliki kemungkinan penyebab yang
beraneka ragam. Keterlambatan perkembangan dapat terjadi pada otak anak saat otak
terbentuk pada masa gestasi. Penyebab yang mungkin antara lain :
a. Lahir premature
b. Genetik atau Sindromik
Teridentifikasi dalam 20% dari mereka yang tanpa tanda-tanda neurologis,
kelainan dismorfik, atau riwayat keluarga.
c. Metabolik
Teridentifikasi dalam 1% dari mereka yang tanpa tanda-tanda neurologis,
kelainan dismorfik, atau riwayat keluarga.
d. Abnormalitas kromosom dan malformasi otak
e. Endokrin
f. Traumatik
g. Penyebab dari lingkungan
Anak-anak memerlukan kebutuhan dasarnya seperti makanan, pakaian,
kehangatan, cinta, dan stimulasi untuk dapat berkembang secara normal.
h. Malformasi serebral
i. Palsi Serebral dan Kelainan
j. Perkembangan Koordinasi (Dispraksia)
k. Infeksi
l. Toksin

5. Gejala Klinis
Mengetahui adanya Development Delay memerlukan usaha karena memerlukan
perhatian dalam beberapa hal. Padahal beberapa pasien seringkali merasa tidak
nyaman bila di perhatikan. Akhirnya membuat orang tua sekaligus dokter untuk agar
lebih jeli dalam melihat gejala dan hal yang dilakukan oleh pasien tersebut. Skrining
prosedur yang dilakukan dokter, dapat membantu menggali gejala dan akan berbeda
jika skrining dilakukan dalam sekali kunjungan dengan skrining dengan beberapa kali
kunjungan karena data mengenai panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas
dan berat badan. Terdapat hal spesifik yang dapat mengarahkan kepada diagnosa
klinik Development Delay terkait ketidakmampuan anak dalam perkembangan
milestones yang seharusnya, yaitu :
a. Anak tidak dapat duduk di lantai tanpa bantuan pada umur 8 bulan
b. Anak tidak dapat merangkak pada 12 bulan
c. Anak memiliki kemampuan bersosial yang buruk
d. Anak tidak dapat berguling pada umur 6 bulan
e. Anak memiliki masalah komunikasi
f. Anak memiliki masalah pada perkembangan motorik kasar dan halus

6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada anak-anak dengan Development Delay, yakni
kemunduran perkembangan pada anak-anak yang makin memberat. Jika tidak
tertangani dengan baik, dapat mempengaruhi kemampuan yang lain, khususnya aspek
psikologi dari anak itu sendiri. Salah satunya, anak akan mengalami depresi akibat
ketidakmampuan dirinya dalam menghadapi permasalahannya. Sehingga anak itu
dapat bersikap negatif atau agresif.

7. Pemeriksaan Penunjang
Secara umum, pemeriksaan laboratorium untuk anak dengan kemungkinan gangguan
perkembangan tidak dibedakan dengan tes skrining yang dilakukan pada anak yang
sehat. Hal ini penting dan dilakukan dengan periodik. Adapun beberapa pemeriksaan
penunjangnya antara lain :
a. Skrining metabolik
Skrining metabolik meliputi pemeriksaan: serum asam amino, serum glukosa,
bikarbonat, laktat, piruvat, amonia, dan creatinin kinase. Skrining metabolic rutin
untuk bayi baru lahir dengan gangguan metabolisme tidak dianjurkan sebagai
evaluasi inisial pada Development Delay. Pemeriksaan metabolik dilakukan
hanya bila didapatkan riwayat dari anamnesis atau temuan pemeriksaan fisik yang
mengarah pada suatu etiologi yang spesifik. Sebagai contohnya, bila anakanak
dicurigai memiliki masalah dengan gangguan motorik atau disabilitas kognitif,
pemeriksaan asam amino dan asam organik dapat dilakukan. Anak dengan
gangguan tonus otot harus diskrining dengan menggunakan kreatinin
phospokinase atau aldolase untuk melihat adanya kemungkin penyakit muscular
dystrophy.

b. Tes sitogenetik
Tes sitogenetik rutin dilakukan pada anak dengan KPG meskipun tidak ditemukan
dismorfik atau pada anak dengan gejala klinis yang menunjukkan suatu sindrom
yang spesifik. Uji mutasi Fragile X, dilakukan bila adanya riwayat keluarga
dengan KPG. Meskipun skrining untuk Fragile X lebih sering dilakukan anak
laki-laki karena insiden yang lebih tinggi dan severitas yang lebih buruk, skrining
pada wanita juga mungkin saja dilakukan bila terdapat indikasi yang jelas.

c. EEG
Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada anak dengan Development Delay yang
memiliki riwayat epilepsia tau sindrom epileptik yang spesifik (Landau-Kleffner).
Belum terdapat data yang cukup mengenai pemeriksaan ini sehingga belum dapat
digunakan sebagai rekomendasi pemeriksaan pada anak dengan Development
Delay tanpa riwayat epilepsi.

d. Imaging
Pemeriksaan imaging direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin pada
Development Delay (terlebih bila ada temuan fisik berupa mikrosefali). Bila
tersedia MRI harus lebih dipilih dibandingkan CT scan jika sudah ditegakkan
diagnosis secara klinis sebelumnya.
e. Pemeriksaan fragile X molecular genetic.
f. Pemeriksaan neurologis: EEG, MRI
g. Pemeriksaan radiologi : Pemeriksaan Statutory Scan Kepala, Thorax AP/PA
h. Laboratorium
q SE (serum elektrolit), q FL, UL, DL, BUN, LED, serum protein dan q Ig G/Ig
M Rubela, CMV.
8. Penatalaksanaan
Pengobatan bagi anak-anak dengan Development Delay hingga saat ini masih
belum ditemukan. Hal itu disebabkan oleh karakter anak-anak yang unik, dimana
anakanak belajar dan berkembang dengan cara mereka sendiri berdasarkan
kemampuan dan kelemahan masing-masing. Sehingga penanganan Development
Delay dilakukan sebagai suatu intervensi awal disertai penanganan pada faktor-faktor
yang beresiko menyebabkannya. Intervensi yang dilakukan, antara lain :
a. Speech and Language Therapy
Speech and Language Therapy dilakukan pada anak-anak dengan kondisi
CP, autism, kehilangan pendengaran, dan Development Delay. Terapi ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara, berbahasa dan oral motoric
abilities. Metode yang dilakukan bervariasi tergantung dengan kondisi dari anak
tersebut. Salah satunya, metode menggunakan jari, siulan, sedotan atau barang
yang dapat membantu anak-anak untuk belajar mengendalikan otot pada mulut,
lidah dan tenggorokan. Metode tersebut digunakan pada anak-anak dengan
gangguan pengucapan. Dalam terapi ini, terapis menggunakan alat-alat yang
membuat anak-anak tertarik untuk terus belajar dan mengikuti terapi tersebut.

b. Occupational Therapy
Terapi ini bertujuan untuk membantu anak-anak untuk menjadi lebih
mandiri dalam menghadapi permasalahan tugasnya. Pada anak-anak, tugas
mereka antara bermain, belajar dan melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi,
memakai pakaian, makan, dan lain-lain. Sehingga anak-anak yang mengalami
kemunduran pada kemampuan kognitif, terapi ini dapat membantu mereka
meningkatkan kemampuannya untuk menghadapi permasalahannya.

c. Physical Therapy
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar dan
halus, keseimbangan dan koordinasinya, kekuatan dan daya tahannya.
Kemampuan motorik kasar yakni kemampuan untuk menggunakan otot yang
besar seperti berguling, merangkak, berjalan, berlari, atau melompat. Kemampuan
motorik halus yakni menggunakan otot yang lebih kecil seperti kemampuan
mengambil barang. Dalam terapi, terapis akan memantau perkembangan dari anak
dilihat dari fungsi, kekuatan, daya tahan otot dan sendi, dan kemampuan motorik
oralnya. Pada pelaksanaannya, terapi ini dilakukan oleh terapi dan orang-orang
yang berada dekat dengan anak tersebut. Sehingga terapi ini dapat mencapai
tujuan yang diinginkan.

d. Behavioral Therapies
Anak-anak dengan delay development akan mengalami stress pada dirinya
dan memiliki efek kepada keluarganya. Anak-anak akan bersikap agresif atau
buruk seperti melempar barang-barang, menggigit, menarik rambut, dan lain-lain.
Behavioral therapy merupakan psikoterapi yang berfokus untuk mengurangi
masalah sikap dan meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi. Terapi ini dapat
dikombinasikan dengan terapi yang lain dalam pelaksanaanya. Namun, terapi ini
bertolak belakang dengan terapi kognitif. Hal itu terlihat pada terapi kognitif yang
lebih fokus terhadap pikiran dan emosional yang mempengaruhi sikap tertentu,
sedangkan behavioural therapy dilakukan dengan mengubah dan mengurangi
sikap-sikap yang tidak diinginkan

9. Perkembangan Anak dengan Development Delay


Komponen perkembangan yang diperiksa pada anak dengan Development Delay:
a. Komponen motorik (kemampuan motorik kasar seperti bangkit berdiri, berguling,
dan motorik halus seperti memilih benda kecil).
b. Kemampuan berbicara dan bahasa (berbisik, meniru kata, menebak suara yang
didengar, berkomunikasi non verbal misalnya gesture, ekspresi wajah, kontak
mata).
c. Kemampuan kognitif (kemampuan untuk mempelajari hal baru, menyaring dan
mengolah informasi, mengingat dan menyebutkan kembali, serta memberikan
alasan).
d. Kemampuan sosial dan emosi (interaksi dengan orang lain dan perkembangan
sifat dan perasaan seseorang).
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Focus Assesment
1) Identitas
2) Keluahan utama
Keluahan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit karena pertumbuhan
dan perkembangan anaknya yang terlambat dari kelompok seusianya.

3) Riwayat penyakit sekarang


Biasanya diawali dari pengalaman dan perasaan cemas ibu klien yang melihat
pertumbuhan dan perkembangan anaknya yang terlambat tidak sesuai dengan
kelompok seusianya.

4) Riwayat Penyakit dahulu


Penyakit seperti rubella, tetanus, difteri, meningitis, morbili, polio, pertusis,
vericella dan encephalitis dapat berkaitan atau mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan baik secara enteral maupun parenteral.

5) Riwayat antenatal natal dan postnatal


a) Antenatal
Kesehatan ibu selama hamil, penyakit yang pernah diderita serta upaya
yang dilakukan untuk mengatasi penyakitnya, berapa kali perawatan
antenatal , kemana serta kebiasaan minum jamua-jamuan dan obat yang
pernah diminum serat kebiasaan selama hamil.
b) Natal
Tanggal, jam, tempat pertolongan persalinan, siapa yang menolong, cara
persalinan (spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, section secaria dan
gamelli), presentasi kepala dan komplikasi atau kelainan congenital.
Keadaan saat lahir dan morbiditas pada hari pertama setelah lahir, masa
kehamilan (cukup, kurang, lebih ) bulan.
c) Postnatal
Lama dirawat dirumah sakit, masalah-masalah yang berhubungan dengan
gagguan sistem, masalah nutrisi, perubahan berat badan, warna kulit,pola
eliminasi dan respon lainnya. Selama neonatal perlu dikaji adanya
ashyksia, trauma dan infeksi.

6) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan kiri atas, lingkar dada terakhir.
Tingkat perkembangan anak yang telah dicapai motorik kasar, halus, social,
dan bahasa.

7) Riwayat Kesehatan Keluarga


Sosial , perkawinan orang tua, kesejahteraan dan ketentraman, rumah tangga
yan harmonis dan pola suh, asah dan asih. Ekonomi dan adat istiaadat,
berpengaruh dalam pengelolaan lingkungan internal dan eksternal yang dapat
mempengaruhi perkembangan intelektual dan pengetahuan serta ketrampilan
anak. Disamping itu juga berhubungan dengan persediaan dan pengadaan
bahan pangan, sandang dan papan.

8) Pola Fungsi Kesehatan


a) Pola nutrisi, Makanan pokok utama apakah ASI atau PASI. pada umur
anak tertentu. Jika diberikan PASI (ditanyakan jenis, takaran dan
frekuensi) pemberiaannya serta makanan tambahan yang diberikan.
Adakah makanan yan disukai, alergi atau masalah makanan yang lainnya).
b) Pola eliminasi, sistem pencernaan dan perkemihan pada anak perlu dikaji
BAB atau BAK (Konsistensi, warna, frkuensi dan jumlah serta bau).
Bagaimana tingkat toileting trining sesuai dengan tingkat perkembangan
anak.
c) Pola aktivitas, kegiatan dan gerakan yang sudah dicapai anak pada usia
sekelompoknya mengalami kemunduran atau percepatan.
d) Pola istirahat, kebutha istirahat setiap hari, adakah gangguan tidur, hal-hal
yang mengganggu tidur dan yang mempercepat tidur.
e) Pola kebersihan diri, bagaiman perawatan pada diri anak apakah sudah
mandiri atau masih ketergantuangan sekunder pada orang lain atau orang
tua.

b. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum, kondisi klien saat dikaji, kesan kesadaran, tanda-tanda vital
(perubahan suhu, frekuensi pernafasan, sistem sirkulasi dan perfusi jaringan) dan
pemeriksaan Head to toe

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ansietas berhubungan dengan keadaan pertumbuhan dan perkembangan anaknya
yan terlambat.
b. Gangguan aktivitas fisik dan ketergantungan sekunder berhubungan dengan
disfungsi otak.
c. Gangguan tingkat perkembangan (personal social, bahsan dan kognitif)
berhubungan dengan atropi hemisfer kiri (disfunsional otak).
d. Keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan social, bahasa, bermain dan pendidikan
sekunder berhubungan dengan kurangnya infomrasi tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak.

3. NURSING CARE PLANNING


a. Ansietas berhubungan dengan keadaan pertumbuhan dan perkembangan anaknya
yan terlambat yang ditandai dengan :
- Data subyektif : Keluarga merasa cemas dengan keadaan pertumbuhan dan
perkembangan anaknya yang tidak sesuai dengan kelompok seusianya, klien
sering menanyakan apakah keadaan tersebut dapat disembuhkan atau dilatih
seperti anak yang sehat, klien kurang pengalaman dalam perawatan dan
pengetahuan tentang pertumbuhan-perkembangan anak.
- Data Obyektif : Keluarga tampak gelisah, berkeringan dingin, keluarga klien
sering bertanya tentang keadaan dan prognosisi anaknya.

- Tujuan : Ansietas berkurang.


- Kriteria Hasil :
 Keluarga mau menerima keadaan pertumbuhan dan perkembangan
anaknya yang dialami sekarang
 Keluarga mengerti tentang pertumbuhan dan perkembangan serta
factor-faktor yang memepengaruhi.
 Keluarga nampak tenang dan mau bekerja sama dalam perawatan dan
penatalaksanaan

- Intervensi
1) Bina hubugan trust antara perawatn-keluarga-dokter dalam pengumpulan
data/pengkajian dan penatalaksanaan.
R/ Rasa percaya yang terbina antara perawatan-keluarga klien/klien-dokter
merupakan modal dasar komunikasi efektif dalam pengumpulan data,
menemukan masalah dan alternatif pemecahan masalah.

2) Disukusikan dan informasikan dengan jelas sesuai tingkat pengetahuan


dan pengalaman keluarga :
 Tingkat pertumbuhan dan perkembangan anaknya yang terlambat
perlu pemeriksaan yang kompleks dan pengangan lintas devisi.
R/ Diskudi merupakan metode efektif untuk menyampaikan informasi
untuk diterima dan dipertimbangkan oleh keluarga , sehingga
informasi tersebut mendapat tanggapan dan kooperatif serta
partisipatif yang berkesinambungan.
 Jelaskan tentang tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang dicapai
saat dikaji.
R/ Penjelasan yan diterima cenderung memberikan jalan pikiran
terbuka, sehingga mau menerima keadaan anaknya dan sedikit
menekan stres.

3) Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya dan mengungkapkan


perasaan cemasnya.
R/ Asertivitas dalam menghadapi sesuatu dengan segala perasaan dan
kepuasan akan mendorong atau memberi semangat untuk memfasilitasi
tingkat pertumbuhan dan perkembangan anaknya mencapai tingkat
optimal sesuai dengan kelompok sebayanya.

4) Beri reinforcement terhadap kemauan dan kemampuan keluarga untuk


semangat dan tanggapan yang positif serta benar tetnang persepsi keadaan
anaknya.
R/ Reinforcement sebagai kekuatan untuk meningkatkan tingkat
psikologis yang baik dan positif sehingga termotivasi untuk menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anaknya.

b. Gangguan aktivitas fisik dan ketergantungan sekunder berhubungan dengan


disfungsi otak, yang ditandai dengan :
- Data subyektif : semua/sebagian dari kebutuhan dan perawatan dirinya
sehari-hari dibantu oleh keluarga, tingkat kemampuan akan dalam aktivitas
sehari-hari masih minimal dari pada anak normal yang seusianya.
- Data Obyektif : Tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak dalam
koordinasi motorik kasar dan halus mengalami keterlambatan atau
kemunduran dari kelompok seusianya, tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak dilihat dari perangkap scoring perkembangan denvers dan
NCHS di bawah abnormal.
- Tujuan : Aktivitas fisik dan kemandirian klien dalam batas optimal
- Kriteria Hasil :
 Klien mampu melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan dan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia yang sama.
 Tingkat ketergantuangan sekunder minimal
 Stimulasi pada anak dalan aktivitas efektif dan adequate

- Intervensi :
1) Monitor tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak pada area fungsi
motorik kasar dan halus dengan perangkat scoring denvers (DDST) dan
NCHS (BB, TB, Lingkar kepala, lingkar dada dan lingkar lengan atas).
R/ Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan individu tergantung
pada sensivitas suatu organ dalam fase cepat seperti fungsi biologis, gizi
dan faktor lingkungan serta pola suh, asah dan asih yang dapat tergambar
dalam perangkat scoring perkembangan denvers dan NCHS dapat
meneilai tingkat kenormalan fisik individu yang sesuai dengan usianya.

2) Diskusikan dan ajarkan keluagra dan pengasuh tentang tugas-tugas


perkembangan anak yang sesuai dengan kelompok usia dan sstimulasinya.
R/ Anak harus lebih diberlakukan sebagai pribadi anak yang aktif yang
perlu dirangsang atau stimulasi untuk menghadapi dan mampu mengatasi
masalah melalui interaksi dan komunikasi antara orang tua-klien da
pengasuh.

3) Ajarkan dan beri kesempatan pada anak untuk memenuhi tugas


perkembangan sesauai dengan kelompok seusianya.
R/ Tindakan pemeberian stimulasi untuk ungkapkan rasa kasih sayang
yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan yang dimulai dari tahap
yang sudah dicapai oleh anak dengan wajar atau tanpa paksaan serta beri
pujian bila hal yang dilakukan itu mencapai keberhasilan.

4) Berikan reinforcement terahadap keberhasilan anak dalam aktivitas


tertentu.
R/ Reinforcement dapat meningkatkan semangan dan rasa perceya diri
anak dalam perkembangan dan aktivitsnya.

5) Tugaskan dan cari pengasuh yang konsisten.


R/ Peran aktif pengasuh diperlukan adaptasi anak dalam pola asuh, asih
dan asah terutama pada balita.

6) Dorong anak untuk melakukan aktivitas perawatan diri (makan, minum


dan toileting sendiri).
R/ Tingkat kemampuan motorik kasar dan halus pada usia 1-3 tahun siberi
stimulasi untuk membantu anak mencapai tingkat perkembangan yang
optimal.

7) Berikan area yang aman, dimana anak dapat bermain bebas menggerakkan
alat bantu jalan, pegangi tangan saat melangkah)
R/ Tempat aman dimana anak bermain hendaknya diperhatikan, sehingga
terhindar dari cedera, efek keracunana bahan mainan dan lain-lain.

8) Kolaborasi rehabilitasi medis (latihan fisik).


R/ Fasilitas latihan fisik untuk mendapatkan kemampuan yang optimal.

c. Gangguan tingkat perkembangan (personal sosial, bahasa dan kognisi)


berhubungan dengan atropi hemisfer kiri (disfunsi otak) yang ditandai dengan :
- Data subyektif : Klien tidak bisa mengucapkan kata-kata pada usia yang
sebaya, kemapuan mendengar menurun, pengulangan kata terganggu.
- Data obyektif : Pembicaraan spontan (-), tidak mengenal benda, tidak mampu
mengikuti pengulangan kata-kata, serta meniru pengucapan kata tidak bisa.
- Tujuan : Memperlihatkan tingkat perkembangan (personal sosial,
bahasa dan kognisi) seoptimal mungkin sesuai dengan kelompok seusianya.
- Kriteria Hasil :
 Perilaku sangat ingin tahu dan lebih memungkinak melakukan sesuai
secara mandiri.
 Belajar dengan kata-kata melalui perabaan bahasa
 Penducapan verbal meningkat1-2 kata
 Dapat berbicara pada diri sendiri dan atau orang lain
 Keluarga mau melakukan stimulan terhadap tugas-tugas perkembangan
anak.

- Intervensi :
1) Monitor tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak pada area fungsi
motorik kasar dan halus dengan perangkat scoring denvers (DDST) dan
NCHS (BB, TB, Lingkar kepala, lingkar dada dan lingkar lengan atas).
R/ Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan individu tergantung
pada sensivitas suatu organ dalam fase cepat seperti fungsi biologis, gizi
dan faktor lingkungan serta pola suh, asah dan asih yang dapat tergambar
dalam perangkat scoring perkembangan denvers dan NCHS dapat
meneilai tingkat kenormalan fisik individu yang sesuai dengan usianya.

2) Diskusikan dan ajarkan keluagra dan pengasuh tentang tugas-tugas


perkembangan anak yang sesuai dengan kelompok usia dan sstimulasinya.
R/ Anak harus lebih diberlakukan sebagai pribadi anak yang aktif yang
perlu dirangsang atau stimulasi untuk menghadapi dan mampu mengatasi
masalah melalui interaksi dan komunikasi antara orang tua-klien dan
pengasuh.

3) Ajarkan dan beri kesempatan pada anak untuk memenuhi tugas


perkembangan sesauai dengan kelompok seusianya.
R/ Tindakan pemeberian stimulasi untuk ungkapkan rasa kasih sayang
yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan yang dimulai dari tahap
yang sudah dicapai oleh anak dengan wajar atau tanpa paksaan serta beri
pujian bila hal yang dilakukan itu mencapai keberhasilan.

4) Tugaskan dan cari pengasuh yang konsisten.


R/ Peran aktif pengasuh diperlukan adaptasi anak dalam pola asuh, asih
dan asah terutama pada balita.

5) Ajarkan dan r\tingkatkan perkembangan kata-kata dengan pengulangan


kata-kata yang dipergunakan anak.
R/ Stimulasi pendengaran dengan memanggil nama anak, mengulangi
kata-kata yang diucapkan dengan jelas dengan menyebutkan anggota
badan dapat melatih memory sel otak anak.

6) Berikan waktu bermain dengan anak sebaya.


R/ Anak bermain dengan cara toddler dengan karakterstik (paralel play
dan solitary play), bermain secara spontan dan bebas. Perlu diingat anak
mempunyai autonomi dan kemauan sehingga penting diperhatikan
keamanan dan keselamatannya.

7) Kolaborasi dengan rehabilitasi medis dan audiologi.


R/ Latihan speech dapat merangsang otot-otobicara dan memory sel otak,
sekaligus memberi pelajaran pada orang tua tentang cara menstimulasi
anaknya. Audiologi dapat mengevaluasi kelaianan pada bidang THT.

d. Keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan social, bahasa, bermain dan pendidikan


sekunder berhubungan dengan kurangnya infomrasi tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak, yang ditandai dengan :
- Data subyektif : Keluarga menanyakan tentang cara perawatan di rumah,
apa yang bisa dikerjakan. Keluarga mengatakan belum mempunyai
pengalaman dalam mengasuh anak, klien adalah anak pertamanya, tingkat
pendidikan menengah, status sosial dan ekonomi kurang mendukung.
- Data obyektif : Keluarga belum mengetahui tentang tugas-tugas
perkembangan dan stimulasi sesuai dengan tingkat usia.

- Tujuan : Keluarga dapat memenuhi kebutuhan sosial, bahsa,


bermain dan pendidikan sekunder pada anak.
- Kriteria Hasil :
 Keluarga mengeahui atau emngenal tugas perkembangan anak dan
stimulasinya.
 Keluarga mempunyai buku panduan atau acuan dalan perawatan anak
dalam perkembangan dan stimulasinya.

- Intervensi :
1) Ajarakan dan diskusikan pada keluarga tentang tugas-tugas perkembangan
dan stimulasinya pada kelompok usia yang sama
R/ Tugas-tugas perkembangan dan stimulasi yang diberikan dapat
dilaksanakan oleh keluarga dalam perawatan sehari-hari di rumah setelah
mengetahui maksud dan tujuan tindakan tersebut

2) Berikan buku panduan atau petunjuk tentang tugas perkembangan anak


dan stimulasinya.
R/ Buku petunjuk sangat membantu dalam proses pembelajaran dan
pendidikan sekunder anak di rumah.

3) Kolaborasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan pertumbuhan dan


perkembangan anak (dokter, perawata dan lainnya yang berkompetensi).
R/ Shering pendapat dalam pengalaman dapat memberikan wacana baru
dan luas serta membina hubungan kerja sama dalam mecapai tujuan yang
diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai