DEVELOPMENT DELAY
A. KONSEP TEORI
1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur dengan
berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik.
Perkembangan adalah bertambah kemampuan (skill) dalam struktur da fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil
proses pematangan. Perkembangan menyangkut adanya proses pematangan.sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian
rupa, sehingga masing-msing dapat memenuhi fungsinya termasuk juga emosi,
intelektual dan tingkah laku sebagai hasil iteraksi dengan lingkungan.
4. Etiologi
Development Delay dapat merupakan manifestasi yang muncul dari berbagai
kelainan neurodevelopmental (mulai dari disabilitas belajar hingga kelainan
neuromuskular. Global Developmen Delay memiliki kemungkinan penyebab yang
beraneka ragam. Keterlambatan perkembangan dapat terjadi pada otak anak saat otak
terbentuk pada masa gestasi. Penyebab yang mungkin antara lain :
a. Lahir premature
b. Genetik atau Sindromik
Teridentifikasi dalam 20% dari mereka yang tanpa tanda-tanda neurologis,
kelainan dismorfik, atau riwayat keluarga.
c. Metabolik
Teridentifikasi dalam 1% dari mereka yang tanpa tanda-tanda neurologis,
kelainan dismorfik, atau riwayat keluarga.
d. Abnormalitas kromosom dan malformasi otak
e. Endokrin
f. Traumatik
g. Penyebab dari lingkungan
Anak-anak memerlukan kebutuhan dasarnya seperti makanan, pakaian,
kehangatan, cinta, dan stimulasi untuk dapat berkembang secara normal.
h. Malformasi serebral
i. Palsi Serebral dan Kelainan
j. Perkembangan Koordinasi (Dispraksia)
k. Infeksi
l. Toksin
5. Gejala Klinis
Mengetahui adanya Development Delay memerlukan usaha karena memerlukan
perhatian dalam beberapa hal. Padahal beberapa pasien seringkali merasa tidak
nyaman bila di perhatikan. Akhirnya membuat orang tua sekaligus dokter untuk agar
lebih jeli dalam melihat gejala dan hal yang dilakukan oleh pasien tersebut. Skrining
prosedur yang dilakukan dokter, dapat membantu menggali gejala dan akan berbeda
jika skrining dilakukan dalam sekali kunjungan dengan skrining dengan beberapa kali
kunjungan karena data mengenai panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas
dan berat badan. Terdapat hal spesifik yang dapat mengarahkan kepada diagnosa
klinik Development Delay terkait ketidakmampuan anak dalam perkembangan
milestones yang seharusnya, yaitu :
a. Anak tidak dapat duduk di lantai tanpa bantuan pada umur 8 bulan
b. Anak tidak dapat merangkak pada 12 bulan
c. Anak memiliki kemampuan bersosial yang buruk
d. Anak tidak dapat berguling pada umur 6 bulan
e. Anak memiliki masalah komunikasi
f. Anak memiliki masalah pada perkembangan motorik kasar dan halus
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada anak-anak dengan Development Delay, yakni
kemunduran perkembangan pada anak-anak yang makin memberat. Jika tidak
tertangani dengan baik, dapat mempengaruhi kemampuan yang lain, khususnya aspek
psikologi dari anak itu sendiri. Salah satunya, anak akan mengalami depresi akibat
ketidakmampuan dirinya dalam menghadapi permasalahannya. Sehingga anak itu
dapat bersikap negatif atau agresif.
7. Pemeriksaan Penunjang
Secara umum, pemeriksaan laboratorium untuk anak dengan kemungkinan gangguan
perkembangan tidak dibedakan dengan tes skrining yang dilakukan pada anak yang
sehat. Hal ini penting dan dilakukan dengan periodik. Adapun beberapa pemeriksaan
penunjangnya antara lain :
a. Skrining metabolik
Skrining metabolik meliputi pemeriksaan: serum asam amino, serum glukosa,
bikarbonat, laktat, piruvat, amonia, dan creatinin kinase. Skrining metabolic rutin
untuk bayi baru lahir dengan gangguan metabolisme tidak dianjurkan sebagai
evaluasi inisial pada Development Delay. Pemeriksaan metabolik dilakukan
hanya bila didapatkan riwayat dari anamnesis atau temuan pemeriksaan fisik yang
mengarah pada suatu etiologi yang spesifik. Sebagai contohnya, bila anakanak
dicurigai memiliki masalah dengan gangguan motorik atau disabilitas kognitif,
pemeriksaan asam amino dan asam organik dapat dilakukan. Anak dengan
gangguan tonus otot harus diskrining dengan menggunakan kreatinin
phospokinase atau aldolase untuk melihat adanya kemungkin penyakit muscular
dystrophy.
b. Tes sitogenetik
Tes sitogenetik rutin dilakukan pada anak dengan KPG meskipun tidak ditemukan
dismorfik atau pada anak dengan gejala klinis yang menunjukkan suatu sindrom
yang spesifik. Uji mutasi Fragile X, dilakukan bila adanya riwayat keluarga
dengan KPG. Meskipun skrining untuk Fragile X lebih sering dilakukan anak
laki-laki karena insiden yang lebih tinggi dan severitas yang lebih buruk, skrining
pada wanita juga mungkin saja dilakukan bila terdapat indikasi yang jelas.
c. EEG
Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada anak dengan Development Delay yang
memiliki riwayat epilepsia tau sindrom epileptik yang spesifik (Landau-Kleffner).
Belum terdapat data yang cukup mengenai pemeriksaan ini sehingga belum dapat
digunakan sebagai rekomendasi pemeriksaan pada anak dengan Development
Delay tanpa riwayat epilepsi.
d. Imaging
Pemeriksaan imaging direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin pada
Development Delay (terlebih bila ada temuan fisik berupa mikrosefali). Bila
tersedia MRI harus lebih dipilih dibandingkan CT scan jika sudah ditegakkan
diagnosis secara klinis sebelumnya.
e. Pemeriksaan fragile X molecular genetic.
f. Pemeriksaan neurologis: EEG, MRI
g. Pemeriksaan radiologi : Pemeriksaan Statutory Scan Kepala, Thorax AP/PA
h. Laboratorium
q SE (serum elektrolit), q FL, UL, DL, BUN, LED, serum protein dan q Ig G/Ig
M Rubela, CMV.
8. Penatalaksanaan
Pengobatan bagi anak-anak dengan Development Delay hingga saat ini masih
belum ditemukan. Hal itu disebabkan oleh karakter anak-anak yang unik, dimana
anakanak belajar dan berkembang dengan cara mereka sendiri berdasarkan
kemampuan dan kelemahan masing-masing. Sehingga penanganan Development
Delay dilakukan sebagai suatu intervensi awal disertai penanganan pada faktor-faktor
yang beresiko menyebabkannya. Intervensi yang dilakukan, antara lain :
a. Speech and Language Therapy
Speech and Language Therapy dilakukan pada anak-anak dengan kondisi
CP, autism, kehilangan pendengaran, dan Development Delay. Terapi ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara, berbahasa dan oral motoric
abilities. Metode yang dilakukan bervariasi tergantung dengan kondisi dari anak
tersebut. Salah satunya, metode menggunakan jari, siulan, sedotan atau barang
yang dapat membantu anak-anak untuk belajar mengendalikan otot pada mulut,
lidah dan tenggorokan. Metode tersebut digunakan pada anak-anak dengan
gangguan pengucapan. Dalam terapi ini, terapis menggunakan alat-alat yang
membuat anak-anak tertarik untuk terus belajar dan mengikuti terapi tersebut.
b. Occupational Therapy
Terapi ini bertujuan untuk membantu anak-anak untuk menjadi lebih
mandiri dalam menghadapi permasalahan tugasnya. Pada anak-anak, tugas
mereka antara bermain, belajar dan melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi,
memakai pakaian, makan, dan lain-lain. Sehingga anak-anak yang mengalami
kemunduran pada kemampuan kognitif, terapi ini dapat membantu mereka
meningkatkan kemampuannya untuk menghadapi permasalahannya.
c. Physical Therapy
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar dan
halus, keseimbangan dan koordinasinya, kekuatan dan daya tahannya.
Kemampuan motorik kasar yakni kemampuan untuk menggunakan otot yang
besar seperti berguling, merangkak, berjalan, berlari, atau melompat. Kemampuan
motorik halus yakni menggunakan otot yang lebih kecil seperti kemampuan
mengambil barang. Dalam terapi, terapis akan memantau perkembangan dari anak
dilihat dari fungsi, kekuatan, daya tahan otot dan sendi, dan kemampuan motorik
oralnya. Pada pelaksanaannya, terapi ini dilakukan oleh terapi dan orang-orang
yang berada dekat dengan anak tersebut. Sehingga terapi ini dapat mencapai
tujuan yang diinginkan.
d. Behavioral Therapies
Anak-anak dengan delay development akan mengalami stress pada dirinya
dan memiliki efek kepada keluarganya. Anak-anak akan bersikap agresif atau
buruk seperti melempar barang-barang, menggigit, menarik rambut, dan lain-lain.
Behavioral therapy merupakan psikoterapi yang berfokus untuk mengurangi
masalah sikap dan meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi. Terapi ini dapat
dikombinasikan dengan terapi yang lain dalam pelaksanaanya. Namun, terapi ini
bertolak belakang dengan terapi kognitif. Hal itu terlihat pada terapi kognitif yang
lebih fokus terhadap pikiran dan emosional yang mempengaruhi sikap tertentu,
sedangkan behavioural therapy dilakukan dengan mengubah dan mengurangi
sikap-sikap yang tidak diinginkan
b. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum, kondisi klien saat dikaji, kesan kesadaran, tanda-tanda vital
(perubahan suhu, frekuensi pernafasan, sistem sirkulasi dan perfusi jaringan) dan
pemeriksaan Head to toe
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ansietas berhubungan dengan keadaan pertumbuhan dan perkembangan anaknya
yan terlambat.
b. Gangguan aktivitas fisik dan ketergantungan sekunder berhubungan dengan
disfungsi otak.
c. Gangguan tingkat perkembangan (personal social, bahsan dan kognitif)
berhubungan dengan atropi hemisfer kiri (disfunsional otak).
d. Keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan social, bahasa, bermain dan pendidikan
sekunder berhubungan dengan kurangnya infomrasi tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak.
- Intervensi
1) Bina hubugan trust antara perawatn-keluarga-dokter dalam pengumpulan
data/pengkajian dan penatalaksanaan.
R/ Rasa percaya yang terbina antara perawatan-keluarga klien/klien-dokter
merupakan modal dasar komunikasi efektif dalam pengumpulan data,
menemukan masalah dan alternatif pemecahan masalah.
- Intervensi :
1) Monitor tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak pada area fungsi
motorik kasar dan halus dengan perangkat scoring denvers (DDST) dan
NCHS (BB, TB, Lingkar kepala, lingkar dada dan lingkar lengan atas).
R/ Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan individu tergantung
pada sensivitas suatu organ dalam fase cepat seperti fungsi biologis, gizi
dan faktor lingkungan serta pola suh, asah dan asih yang dapat tergambar
dalam perangkat scoring perkembangan denvers dan NCHS dapat
meneilai tingkat kenormalan fisik individu yang sesuai dengan usianya.
7) Berikan area yang aman, dimana anak dapat bermain bebas menggerakkan
alat bantu jalan, pegangi tangan saat melangkah)
R/ Tempat aman dimana anak bermain hendaknya diperhatikan, sehingga
terhindar dari cedera, efek keracunana bahan mainan dan lain-lain.
- Intervensi :
1) Monitor tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak pada area fungsi
motorik kasar dan halus dengan perangkat scoring denvers (DDST) dan
NCHS (BB, TB, Lingkar kepala, lingkar dada dan lingkar lengan atas).
R/ Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan individu tergantung
pada sensivitas suatu organ dalam fase cepat seperti fungsi biologis, gizi
dan faktor lingkungan serta pola suh, asah dan asih yang dapat tergambar
dalam perangkat scoring perkembangan denvers dan NCHS dapat
meneilai tingkat kenormalan fisik individu yang sesuai dengan usianya.
- Intervensi :
1) Ajarakan dan diskusikan pada keluarga tentang tugas-tugas perkembangan
dan stimulasinya pada kelompok usia yang sama
R/ Tugas-tugas perkembangan dan stimulasi yang diberikan dapat
dilaksanakan oleh keluarga dalam perawatan sehari-hari di rumah setelah
mengetahui maksud dan tujuan tindakan tersebut