Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau
binatang sebagai perawatan atau pengobatan bahkan pencegahan terhadap
berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuh.
Pada aspek obat ada beberapa istilah yang penting kita ketahui diantaranya:
nama generic yang merupakan nama pertama dari pabrik yang sudah
mendapatkan lisensi, kemudian ada nama resmi yang memiliki arti nama di bawah
lisensi salah satu publikasi yang resmi, nama kimiawi merupakan nama yang
berasal dari susunan zat kimianya seperti acetylsalicylic acid atau aspirin,
kemudian nama dagang (trade mark) merupakan nama yang keluar sesuai dengan
perusahaan atau pabrik dalam menggunakan symbol seperti ecortin, bufferin,
empirin, anlagesik, dan lain-lain.
Obat yang digunakan sebaiknya memenuhi berbagai standar persyaratan obat
diantaranya kemurnian, yaitu suatu keadaan yang dimiliki obat karena unsure
keasliannya, tidak ada pencampuran dan potensi yang baik.selain kemurnian, obat
juga harus memiliki bioavailibilitas berupa keseimbangan obat, keamanan, dan
efektifitas.
Sebagai bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh obat akan bekerja
sesuai proses kimiawi, melalui suatu reaksi obat. Reaksi obat dapat dihitung
dalam satuan waktu paruh yakni suatu interval waktu yang diperlukan dalam
tubuh untuk proses eliminasi sehingga terjadi pengurangan konsentrasi
Adapun faktor yang mempengaruhi reaksi obat yaitu :
1. Absorbs obat
2. Distribusi obat
3. Metabolisme obat
4. Eksresi sisa
Ada 2 efek obat yakni efek teurapeutik dan efek samping. Efek terapeutik
adalah obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan
obatnya seperti paliatif ( berefek untuk mengurangi gejala), kuratif ( memiliki
efek pengobatan) dan lain-lain. Sedangkan efek samping adalah dampak yang
tidak diharapkan, tidak bias diramal, dan bahkan kemungkinan dapat
membahayakan seperti adanya alerg, toksisitas (keracunan), penyakit iatrogenic,
kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas mengenai Pemberian Obat pada Bayi dan Balita
sesuai Kewenangan dan Standar yang Berlaku terdapat beberapa rumusan
masalah, yaitu sebagai berikut:
1. Apa saja jenis obat yang digunakan untuk bayi dan balita sesuai kewenangan
dan standar yang berlaku ?
2. Berapa dosis pemberian obat yang digunakan untuk bayi dan balita sesuai
kewenangan dan standar yang berlaku ?
3. Bagaimana teknik pemberian obat yang digunakan untuk bayi dan balita
sesuai kewenangan dan standar yang berlaku ?
4. Apa saja efek samping pemberian obat yang digunakan untuk bayi dan balita
sesuai kewenangan dan standar yang berlaku ?
5. Apakah indikasi dan kontra indikasi pemberian obat yang digunakan untuk
bayi dan balita sesuai kewenangan dan standar yang berlaku ?

C. Tujuan
Adapun beberapa tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami apa saja jenis obat yang digunakan untuk bayi dan balita sesuai
kewenangan dan standar yang berlaku.
2. Mengerti tentang dosis pemberian obat yang digunakan untuk bayi dan balita
sesuai kewenangan dan standar yang berlaku.
3. Mampu memahami teknik pemberian obat yang digunakan untuk bayi dan
balita sesuai kewenangan dan standar yang berlaku.
4. Mengetahui apa saja efek samping pemberian obat yang digunakan untuk
bayi dan balita sesuai kewenangan dan standar yang berlaku.
5. Mengerti apakah indikasi dan kontra indikasi pemberian obat yang digunakan
untuk bayi dan balita sesuai kewenangan dan standar yang berlaku.
BAB II

PEMBAHASAN

Pemberian Obat pada Bayi dan Balita sesuai Kewenangan dan Standar yang
Berlaku

A. Jenis obat yang digunakan untuk bayi dan balita sesuai kewenangan dan standar
yang berlaku
Orangtua kadang ragu saat harus memberikan obat untuk buah hatinya. Tapi
jika anak sudah merasa kesakitan, akan lebih buruk lagi jika membiarkannya.
Karena itu kenali obat-obat apa saja yang boleh dikonsumsi bayi.
Obat yang diperuntukkan bagi bayi terkadang memang dijual bebas, tapi
sebenarnya ada obat yang kurang efektif dan hanya memberikan efek plasebo
saja.
Efek plasebo adalah jika suatu obat dikatakan bisa membuat kondisi anak
membaik, maka sepertiga populasi anak akan merasakan hal tersebut (kondisi
membaik).
Seperti dikutip dari buku Your Baby Month by Month karangan Su Laurent
dan Peter Reader, Selasa (8/6/2010) yang diterbitkan Esensi, Rabu (9/6/2010) ada
beberapa jenis obat untuk bayi, yaitu:
1. Jenis obat cair. Kebanyakan obat-obatan khusus untuk bayi dibuat dalam
bentuk cairan (sirup).
2. Jenis obat supositoria. Jenis obat ini biasanya diberikan pada bayi melalui
anus.
3. Jenis obat tetes. Obat ini biasanya diberikan sebagai obat tetes mata, obat
telinga atau obat untuk mengatasi masalah di hidung.
Tak ada salahnya jika orangtua meminta saran dari apoteker atau dokter
mengenai obat-obatan yang bisa dibeli bebas tanpa resep dokter. Selain itu
pastikan juga bahwa obat tersebut sesuai dengan usia anak, menyimpannya di luar
jangkauan anak-anak serta dosis yang diberikan tidak melebihi dosis harian.
Ketahui obat-obat apa saja yang bisa dikonsumsi, yaitu:
Obat Kegunaan Cara pakai
Parasetamol Demam dan nyeri Oral (mulut) dan anus
(supositoria)
Ibuprofen Dema, nyeri dan peradangan Oral (mulut)
Obat batuk Berbagai tipe batuk (kering, berdahak Oral (mulut)
dan lainnya)
Antihistamin Reaksi alergi akut, alergi serbuk sari Oral
Cairan Gastroenteritis (peradangan organ Dicampur dengan air
rehidrasi perut dan usus) akut dan penyakit (oralit) untuk
dengan risiko dehidrasi diminum
Tetes hidung Melapangkan hidung yang tersumbat Nasal (lewat hidung)
salin
Gaviscon bayi Mengobati refluks gastroesofageal Dicampur dengan
(naiknya asam lambung ke susu
tenggorokan)
Laktulosa Sembelit ringan Oral
Senna Sembelit sedang Oral
Krim steroid Eksim yang meradang Dioleskan pada kulit
Emolien Kulit kering dan eksim Dioleskan pada kulit
Gel gigi Gusi nyeri Dioleskan pada gusi
Lotion telur Kutu rambut Digunakan pada kulit
kutu kepala
Obat cacing Untuk cacing kremi Bentuk tablet atau
sirup

Hal terpenting yang harus dipahami oleh orangtua adalah jangan pernah
memberikan aspirin pada anak di bawah usia 16 tahun kecuali diresepkan oleh
dokter anak. Hal ini karena aspirin dihubungkan dengan penyakit langka yang
berpotensi mematikan dan disebut dengan sindrom Reye.
Tak seperti orang dewasa, bayi sangat sensitif terhadap efek samping dari
obat. Untuk itu berhati-hatilah saat ingin memberikan jenis obat apa pun untuk
bayi, meskipun obat tersebut adalah obat herbal atau malah obat yang bisa dibeli
tanpa resep dokter (obat OTC / Over the Counter).
Aturan pertama kali yang harus diperhatikan sebelum memberikan obat apa
pun (termasuk vitamin) untuk bayi/ batita adalah berkonsultasi dengan dokter.
Terlebih bila obat tersebut merupakan obat yang pertama kali si kecil minum.
Aturan kedua adalah membaca label pada obat. Karena bisa saja obat yang
hendak diberikan termasuk jenis obat yang berbahaya untuk bayi/ batita; seperti
kesembilan jenis obat berikut ini.
Ketahui 9 jenis obat berbahaya untuk bayi dan batita.
1. Aspirin
Jangan pernah memberikan bayi aspirin atau obat apapun yang
mengandung aspirin kecuali atas saran dokter.
Aspirin dapat menyebabkan bayi menderita Reye’s syndrome; sebuah
kondisi yang menyebabkan pembengkakan hati dan otak. Kondisi ini
memang jarang, tapi Reye’s syndrome termasuk pada penyakit yang
mematikan.
Meskipun aspirin aman untuk anak di atas 2 tahun, tapi bila mereka baru
saja sembuh dari flu atau cacar, sebaiknya tidak minum aspirin.
Satu hal lagi, jangan pernah berpikir bahwa obat yang dijual bebas di toko-
toko obat bebas dari aspirin. Bacalah label obat dengan hati-hati dan tanyakan
pada dokter atau apoteker bila Parents tidak begitu yakin apakah obat itu
bebas dari aspirin.
Perlu diketahui, aspirin kadang disebut dengan nama “salicylate” atau
“acetylsalicylic.”
Bila memang membutuhkan obat untuk mengurangi demam atau rasa sakit
lainnya, tanyakan pada dokter tentang memberikan acetaminophen atau
ibuprofen – hanya saja jangan pernah memberikan ibuprofen untuk anak di
bawah 6 bulan.
2. Obat batuk dan pilek yang dijual bebas
Penelitian telah membuktikan bahwa obat batuk dan pilek yang dijual
bebas terbukti tidak menyembuhkan sakit batuk pilek pada batita. Bahkan
obat batuk dan pilek ini justru berbahaya bila diberikan lebih dari dosis yang
direkomendasikan.
Jenis obat ini juga bisa memiliki efek samping yang cukup berbahaya
untuk anak-anak seperti rasa mengantuk yang berlebihan, meningkatnya
tekanan darah dan detak jantung, perut mual, penurunan frekuensi bernapas,
kram, diare, ruam, dan kejang. Jadi sebaiknya berkonsultasilah dulu dengan
dokter.
3. Obat mual dan muntah
Jangan pernah memberikan obat untuk mengatasi mual dan muntah pada
bayi/ batita kecuali atas rekomendasi dokter. Jenis obat ini memiliki resiko
dan kadang menimbukan komplikasi pada bayi.
Muntah pada bayi umumnya tidak berlangsung lama, dan bisa sembuh
dengan sendirinya. Bila muntah si kecil disertai tanda-tanda dehidrasi (mata
cekung, cubitan kulit perut tidak cepat kembali) berilah tambahan oralit
sesuai berat bayi dan segera hubungi dokter terdekat.
4. Obat orang dewasa
Bila Parents dapat sembuh dengan satu dosis obat, tidak berarti si kecil
juga dapat sembuh dengan dosis seperempatnya.
Adalah bahaya memberikan obat yang diperuntukkan untuk orang dewasa
pada anak-anak, terlebih bayi. Obat untuk bayi biasanya lebih kental
dibanding orang dewasa, jadi berhati-hatilah dengan dosisi yang harus
diberikan.
Label obat untuk bayi, seharusnya juga menyertakan dosis per berat bayi.
Karena itu ketika mendapat resep obat, pastikan bahwa dosis yang diberikan
sesuai untuk berat si kecil.
5. Obat yang diresepkan untuk orang lain atau gejala penyakit lain
Resep obat yang diberikan untuk orang lain, meskipun itu untuk saudara
sekandung dengan gejala yang sama, sangatlah tidak tepat untuk diberikan
kepada bayi. Berikan obat yang memang diresepkan untuk si kecil dan pada
kondisi yang spesifik untuknya.
6. Obat kadaluarsa
Buang obat, resep, juga obat-obatan yang dijual bebas begitu kadaluarsa.
Buang juga obat yang telah berubah warnanya, atau berubah bentuk (misal
obat tablet yang telah hancur).
Umumnya obat yang penampakannya tidak seperti saat kita buka pertama
kali tidak hanya tak efektif lagi, juga berbahaya bila dikonsumsi.
Sebelum membuang obat bacalah petunjuk pada kemasan bagaimana cara
membuangnya dengan benar. Bila tidak ada petunjuk akan tata laksana
pembuangan, buka kemasan atau botol obat, pada wadah yang sudah tak
terpakai dan campur dengan kopi, air kotor, atau apapun yang sekiranya tidak
akan menarik anak-anak, binatang, atau orang tak bertanggung jawab untuk
mengambil dan menggunakannya kembali.
Tuang campuran dalam plastik dan ikat kuat-kuat agar tidak tumpah.
Jangan menghancurkan obat berbentuk pil/ kemasan dan mencampurkannya
dengan sembarang larutan.
Jangan lupa lepas semua informasi pribadi yang biasanya ditempel pada
kemasan obat.
7. Tambahan acetaminophen
Beberapa obat mengandung acetaminophen guna mengurangi demam atau
rasa sakit yang dirasakan. Jadi, berhati-hatilah untuk tidak memberikan
tambahan acetaminophen dengan dosis terpisah dari yang telah diresepkan.
Ini juga berlaku meski Parents tidak yakin apakah obat yang diresepkan
mengandung acetaminophen atau tidak. Tetap minta persetujuan dokter atau
apoteker yang bertanggung jawab akan resep si Kecil, sebelum memberi
tambahan acetaminophen.
Lebih baik lagi, bila Parents tidak memberikan beberapa macam obat
kepada si kecil, agar tidak ada risiko kelebihan dosis acetaminophen.
8. Obat dalam bentuk tablet
Obat kunyah atau obat bentuk tablet lainnya, merupakan salah satu obat
yang berbahaya untuk si kecil. Si kecil bisa saja tersedak karena jenis obat ini.
Jadi bila ada obat dalam bentuk tablet pada resep si kecil, cobalah
tanyakan pada dokter atau apoteker apakah tidak masalah bila
menghancurkan dan mencampurkannya pada makanan si kecil (tentu saja
Parents harus memastikan bahwa si kecil menghabiskan semua makanan
tersebut untuk memenuhi dosis yang telah disarankan).
9. Obat tetes mata
Saat mata si kecil sering berair atau gatal, jangan pernah mencoba untuk
memberikan obat tetes mata yang biasa Parents pakai di rumah.
Mata si kecil belumlah berkembang dengan sempurna; sementara obat
mata yang biasanya kita miliki di rumah adalah obat yang dibuat untuk mata
yang telah berkembang (mata dewasa). Jadi lebih baik bawa si kecil ke dokter
untuk mencari penyebab dan obat yang tepat.

B. Dosis pemberian obat


Banyak perbedaan penentuan pemberian dosis obat pada anak, tetapi pada
prinsipnya penentuan dosis dapat disimpulkan oleh dua standar, yaitu berdasarkan
luas permukaan tubuh dan berat badan. Berikut ini ada beberapa rumus
perhitungan dosis obat untuk anak.
1. Young
𝑛
Da = 𝑛+12 Dd (mg) (tidak untuk anak >12 tahun)

Keterangan :
Da : Dosis Anak
Dd : Dosis Dewasa
n : Usia anak dalam tahun
a. Dilling
𝑛
Da = 20 Dd (mg)

b. Gaubius
1
Da = Dd (mg) (Untuk anak sampai usia 1 tahun)
12
1
Da = 8 Dd (mg) (Untuk anak usia 1-2 tahun)
1
Da = 6 Dd (mg) (Untuk anak usia 2-3 tahun)
1
Da = 4 Dd (mg) (Untuk anak usia 3-4 tahun)
1
Da = 3 Dd (mg) (Untuk anak usia 4-7 tahun)
c. Fried
1
Da = 150 Dd (mg)

d. Sagel
(13𝑤+15)
Da = Dd (mg) (usia 0-20 minggu)
100
(8𝑤+7)
Da = Dd (mg) (usia 20-52 minggu)
100
(3𝑤+12)
Da = Dd (mg) (usia 1-9 tahun)
100

Keterangan:
W : berat badan (Kg)
e. Clark
𝑤 𝑎𝑛𝑎𝑘
Da = 𝑤 𝑑𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎 Dd (mg) (usia 0-20 minggu)

Perhitungan rumus dalam menentukan dosis tidak semuanya tepat dalam


proses kerja dan efek dari obat, tetapi lebih tepat dengan menggunakan ukuran
fisik atau ditentukan dengan waktu paruh dari jenis obat yang akan diberikan.

C. Teknik pemberian obat


Seperti dikutip dari buku Your Baby Month by Month karangan Su Laurent
dan Peter Reader, Selasa (8/6/2010) yang diterbitkan Esensi, Rabu (9/6/2010) ada
beberapa jenis obat untuk bayi, yaitu:
1. Jenis obat cair. Kebanyakan obat-obatan khusus untuk bayi dibuat dalam
bentuk cairan (sirup).
2. Jenis obat supositoria. Jenis obat ini biasanya diberikan pada bayi melalui
anus.
3. Jenis obat tetes. Obat ini biasanya diberikan sebagai obat tetes mata, obat
telinga atau obat untuk mengatasi masalah di hidung.
Tips memberikan obat pada bayi:

1. Gendonglah bayi ketika diberi obat. Posisi menggendongnya, kepala berada


lebih tinggi ketimbang badan, agar si bayi tidak tersedak yang bisa berakibat
obat masuk ke dalam paru-paru.
2. Karena bayi biasanya susah diam, mintalah bantuan orang dewasa atau anak
yang lebih besar untuk menenangkannya. Kalau tidak ada orang lain, Anda
bisa membungkus tangan dan tubuh bayi dengan selimut agar tangan si bayi
tak mengganggu Anda.
3. Jika bayi sering memuntahkan kembali obat yang diminumnya, mintalah
bantuan seseorang untuk membuka mulutnya dengan lembut. Lalu, dengan
lembut pula masukkan obat ke dalam mulut bayi.
4. Pemberian obat, yang biasanya berbentuk cair, itu bisa menggunakan sendok
atau pipet:
a. Bila menggunakan sendok, letakkan sendok yang telah disterilkan dan
diisi obat pada bibir bagian bawah. Angkat sedikit sendoknya agar obat
mengalir ke dalam mulutnya.
b. Bila menggunakan pipet, isilah pipet dengan sejumlah obat yang sesuai
dengan petunjuk dokter. Letakkan pipet obat di sudut mulut bayi dan
keluarkan obat perlahan-lahan.
5. Pemberian obat tetes untuk hidung, mata, dan telinga pada bayi juga perlu
kiat khusus:
a. Obat tetes hidung:
1) Tengadahkan sedikit kepala bayi. Perlahan teteskan obat ke setiap
lubang hidung.
2) Hitung jumlah tetesan yang masuk ke hidung. Dua atau tiga tetes
biasanya sudah cukup.
b. Obat tetes mata:
1) Miringkan sedikit kepala bayi, hingga mata terinfeksi berada di
bawah. Dengan cara ini tetesan obat tak mengalir masuk ke mata
sehat.
2) Perlahan tariklah kelopak mata bawah agar obat dapat mudah
mengalir.
c. Obat tetes telinga:
1) Baringkan bayi pada salah satu sisi dengan lubang telinga terinfeksi
berada di atas. Teteskan obat ke dalam lubang telinga yang sakit.
2) Buat bayi tetap diam agar obat benar-benar masuk ke lubang telinga
bagian dalam.
3) Sebelum obat tetes tersebut diberikan, ada baiknya hal-hal berikut ini
diperhatikan:
a) Rendam obat tetes dengan posisi tegak dalam tabung berisi air
suam-suam kuku selama beberapa menit, agar ketika diteteskan
dan masuk ke lubang hidung atau telinga, anak tidak terlalu kaget.
b) Jangan sentuhkan obat tetes ke hidung, telinga, atau mata agar
bakteri tidak berpindah ke dalam botol obat.
c) Perhatikan batas waktu pemakaian obat itu. Obat kadaluwarsa
akan memperburuk peradangan atau kondisi bayi yang diobati.

Tips memberikan obat pada anak-anak:

1. Mintalah anak menutup lubang hidung saat meminum obat agar rasa obat tak
terlalu keras.
2. Campurlah obat, terutama yang berupa tablet, dengan sirup atau madu agar
tak terasa pahit.
3. Jangan larutkan obat dengan air di gelas karena ada kemungkinan obat
mengendap dan tak terminum si anak.
4. Mintalah anak untuk menggosok gigi setelah meminum obat yang manis agar
tidak menempel di gigi.
D. Efek samping pemberian obat
Efek samping pemberian obat pada bayi dan balita
1. Paracetamol
Obat ini tidak dianjurkan untuk bayi berusia di bawah 3 bulan,
penggunaan obat ini sebaiknya berdasarkan resep dan setelah berdiskusi
dengan dokter atau setelah bayi mendapatkan vaksinasi pertama kali.
Parasetamol bisa menghambat beberapa enzim yang berbeda di dalam otak
dan ikatan tulang belakang yang terlibat dalam perpindahan rasa sakit.
Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol pada
bayi bisa meningkatkan risiko asma 5 tahun mendatang sebesar 46 persen.
2. Tablet kunyah
Jangan memberikan anak berusia di bawah 2 tahun obat ini, umumnya
anak berusia 2 sampai 4 tahun yang sudah mengerti cara minum obat ini. Jika
orang tua berpikir anaknya belum terlalu mengerti, maka hancurkan obat dan
letakkan di sendok yang diberi sedikit air. Dosis yang diberikan harus sesuai.

5 kesalahan yang paling sering dilakukan orang tua saat memberi obat pada
anak. Berikut kesalahan minum obat yang umumnya sering dilakukan orangtua
pada anaknya dan cara menghindarinya, seperti:

1. Memberi obat secara berlebihan


Anak-anak sering kali terserang pilek dan Anda pasti merasa tidak tega
melihatnya terus menerus tersiksa akibat hidungnya tersumbat. Mungkin
Anda akan membeli obat pilek di toko untuk menyembuhkannya. Namun,
perlu Anda ketahui bahwa banyak obat pilek di pasaran yang sebenarnya
mengandung bahan yang sama, yaitu acetaminophen (paracetamol).
Kandungan obat tersebut memang berguna sebagai penghilang rasa sakit saat
demam, yang ternyata ditemukan juga pada obat tylenol. Ini berarti anak akan
minum dua dosis acetaminophen jika Anda mengobatinya bersamaan dengan
tylenol.
Saat demam sudah mereda, sebaiknya hentikan penggunaan obat. Ini
memberi kesempatan pada tubuh untuk memperkuat sistem kekebalan
tubuhnya dalam melawan infeksi. Sebaiknya, berikan kompresan air hangat
suam-suam kuku di daerah ketiaknya untuk membantu menurunkan demam.
Kemudian, tidak diperkenankan untuk memberikan obat lebih dari dosis
jika gejalanya tidak membaik; biasanya obat pilek memiliki durasi enam jam
untuk diminum kembali.
2. Menggunakan obat alami tanpa izin dokter
Jangan menggunakan obat alami bersamaan dengan obat resep dokter,
apalagi tanpa sepengetahuan dokter. Sebab, kedua jenis obat tersebut
memiliki proses yang berbeda dalam tubuh. Kemungkinan fungsi keduanya
saling bertolak belakang pada kondisi tertentu sehingga menyebabkan reaksi
yang membahayakan pada tubuh.
3. Memberikan antibiotik pada kondisi yang tidak sesuai
Mungkin terpikir oleh Anda bahwa antibiotik bisa membantu sistem
kekebalan tubuh anak semakin kuat dan membunuh bakteri yang
menyebabkan infeksi. Namun, tidak semua penyakit disebabkan oleh bakteri.
Jadi, penggunaan obat antibiotik justru tidak tepat.
Selain itu, memberikan antibiotik tanpa saran dokter dan digunakan dalam
jangka panjang bisa membuat bakteri menjadi resisten terhadap pengobatan.
Sebaiknya, tanyakan kemablai kepada dokter apakah anak memerlukan
antibiotik atau tidak. Sebagian besar antibiotik tidak digunakan ketika
keadaan anak sudah semakin membaik.
4. Tidak menggunakan sendok obat yang disediakan
Sering kali orangtua tidak memerhatikan atau mengabaikan sendok yang
disediakan di dalam kemasan obat sirup. Ini bisa menyebabkan obat sirup
yang diminum tidak sesuai dengan dosis. Pada kemasan obat, akan disediakan
sendok takar atau cangkir bening bertakaran milimeter yang ukurannya telah
disesuaikan dengan dosis.
Maka gunakanlah sendok tersebut. Jangan tuangkan sirup dengan sendok
makan atau sendok teh yang ukurannya jelas berbeda dan tidak akurat. Ini
menghindari obat kelebihan atau kekurangan dosis yang disarankan.
5. Memilih dosis obat berdasarkan umur anak, bukan berat badan
Setiap anak memiliki berat badan yang berbeda walaupun usianya sama.
Anak yang memiliki kelebihan berat badan, rata-rata membutuhkan obat lebih
dari dosis yang disarankan pada label kemasan ketika memetabolisme kefein
dan dekstrometorfan pada obat batuk. Ini memang berpengaruh dengan
efektivitas obat. Begitu juga kalau anak kekurangan berat badan.
Namun, perlu Anda perhatikan bahwa bila Anda ingin melebihkan dosis,
konsultasikan dulu kepada dokter. Pada intinya, kesalahan minum obat pada
anak bisa dihindari apabila Anda sudah terlebih dulu minta saran dokter atau
apoteker dan mematuhi aturan minumnya.

E. Indikasi dan kontra indikasi pemberian obat


Memberi obat si kecil, tidak cukup hanya membaca aturan minum saja.
Cermati cara tepat memberikan, kontra indikasi dan trik agar pemberian obat
berhasil.
Sistem kekebalan tubuh si kecil yang belum sempurna, membuatnya rentan
terhadap serangan penyakit, terutama infeksi. Tak heran bisa sebelum melewati
umur 5 tahun, Anda kerap memberinya obat berupa sirup atau puyer (serbuk).
Sudah pasti harus …
1. Berikan obat sesuai aturan yang tertera pada label, misalnya 3 kali sehari.
Atau, berikan sesuai anjuran dokter/petugas kesehatan yang meresepkan
obat tersebut
2. Baca semua aturan pemberian obat. Penjelasan ini ada yang tercantum
dalam kotak kemasan dan ada pula yang tertulis pada lembaran kertas
yang dilipat dan dimasukkan ke dalam kotak kemasan
3. Berikan obat sesuai waktunya, misalnya harus diberikan sebelum atau
sesudah makan
4. Berikan sesuai dosis anjuran. Sebaiknya gunakan sendok takar yang ada
dalam kemasan obat tersebut.
5. Perhatikan …
Apabila muncul gejala alergi, stop pemberian obat dan segera
konsultasikan dengan dokterBerikan obat antibiotik sampai habis
6. Jangan mengulang pemberian obat yang sama pada anak, walau dengan
gejala dan penyakit yang sama dengan sebelumya. Konsultasi dulu ke
dokter
7. Hindari pemberian obat bebas yang tidak jelas kandungan/komposisinya.
8. Gunakan alat bantu:
1. Resmi
a) Sendok takar/gelas takar
b) Alat ukur obat berupa suntikan
c) Siring atau pipet (untuk obat tetes)
2. Tidak resmi
a) Jus buah, campur dalam jumlah yang tidak terlalu banyak
b) Jeli/agar-agar/pudding buah untuk menyembunyikan puyer
c) Sendok/alat makan yang berbentuk dan bermotif lucu
d) Susu biasa atau susu cokelat. Pastikan obat bercampur dengan baik
e) Makanan kesukaan si kecil. Bisa diberikan bersama potongan kue,
dicampur madu (untuk anak usia diatas setahun). Atau berikan
makanan kesukaan anak sebelum atau sesudah minum obat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lingkup pelayanan kebidanan yang menjadi tanggung jawab bidan termasuk
di dalamnya adalah pelayanan kesehatan anak, yang diberikan pada masa bayi dan
balita. Dalam memberikan pelayana kesehatan pada anak, bidan diberikan
kewenangan dalam pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan,
sepanjang sesuai dengan obat- obatan yang sudah ditetapkan dan segera merujuk
pada dokter.

B. Saran
Kami sadar bahwa makalah yang kami susun masih banyak terdapat
kekurangan dan mungkin kekeliruan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran
dan kritik dari pembaca yang positif dan membangun, guna penyusunan makalah
kami berikutnya agar dapat tersusun lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.Aziz Alimul. 2011 Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk


Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan, Maryunani Anik, CV. Trans Info
Media, Jakarta Timur, 2011

Anda mungkin juga menyukai