Anda di halaman 1dari 13
Dwi Est Andrian, Pengombangan Sumber-sumbor Pendapatan Perguruen Tinggi zy PENGEMBANGAN SUMBER-SUMBER PENDAPATAN PERGURUAN TINGGI Dwi Esti Andriani*) Abstract Every college needs to improve its quality and quantity to meet society demand. This improvement needs high expense or cost. Because the government's fund for colleges is sti lon, every college has to expand its earning sources. The expanses that possible to do are developing their source of eaming and also looking for new ‘eaming sources, This effort should be done without changing the main role of college 2s an educational institution, Koy words: college, revenue resources A. Pendahuluan Di eta teknologi dan informasi saat ini, peran pendidikan sebagai faktor utama pendorong kemajuan dan keunggulan suatu bangsa semakin nvata, Gerster (1994: xv), chief executive officer '8M mengatakan bahwa “Education in the modem economy is the engine of growth and prosperity” an juga oleh Naisbitt dalam Fong (1999) yang mengatakan bahwa*Education and training must be a major priority; they are the keys to maintaining competitiveness” (Suyanto, 2002: 116). Hasil eveluasi Bank Dunia tahun 1995 terhadap 150 negara menunjukkan bahwa keunggulan suatu bangsa cltentukan oleh inovasi 45%, networking 25%, teknologi 20% dan sumber daya alam 10% (Depdiknas: 2005), inovasi sebagai faktor penentu terbesar hanya dapat dihasilkan oleh manusia-manusia yang cerdas hasil pendidikan, Dengan kata lain, tanpa pendidikan musiahil suatu bangsa dapat maju dan unggul Kesadaran atas peran penting pendicikan telah memacu perkembangan pendidikan dalam hal in| adalah pendidikan tinggi di semua negara. Di Indonesia senditi, Pendidikan Tinggi diawali pada eal didirikannya Technische Hoogschoo! pada tanggal 3 Juli 1920 di Bandung, Selanjutnya, setelah Kemerdekaan berdiri Universitas Gadjah Mada di Yogyakaria pada tahun 1949. Penditian ini dikuti Segera oleh Universitas Indonesia pada tahun 1950. Dalam kurun waktu 10 tahun, antara 1954 Dwi Esti Andriani adatan Dosen pada Jurusan Administrasi Pendidikan Univercitas Negeri Yogyakarta sol ANAEAREN PENDIOIKAN, No, 021TH MVOKLober 2007 ‘Dwi Esti Ancriant, Pengambangan Sumbor-sumber Pendepatan Perguruan Tinggi ‘sampai 1960, Indonesia secara spektakuler telah dapat memiliki 13 universitas dan tiga institut negeri (Soetjipto, 2002: 196). Pada tahun 1997, setelah 52 tahun merdeka, Indonesia memiliki 76 PTN dan 1.558 PTS (Depdiknas, 2000) dan sekarang telah meningkat lagi menjadi 81 PTN dan 2235 PTS (Depdiknas, 2004: 13), Peningkatan jumlah Perguruan Tinggi (PT) tersebut sangat menggembirakan dan perlu mendapatkan dukungan untuk pengembangannya karena dari tahun ke tahun kebutuhan masyarakat terhadap PT cenderung meningkat. Sutjipto (2002: 201) mengatakan bahwa tuntutan masyarakat masuk PT dari tahun ke tahun akan semakin meningkat seiring meningkatnya aspirasi masyarakat terhadap pendidikan, jumlah lulusan SLTA yang besar, kebutuhan pendidikan untuk mendukung perkembangan teknologi, kebutuhan negara agar warganya bertambah cerdas, serta ekspansi pendidikan tinggi yang hanya dapat menampung sebagian kecil peminat masuk pendi Tabel 1 berikut menunjukkan proyeksi enrolment PT di Indonesia. Tabel 1. Estimasi Populasi Mahasiswa PT Indonesia 1995-2020 7995 | 2000 2005 | 2020 ‘Jumiah Penduduk (jutaan) 194.8 | 20,5 | 2228 | 2542 Populasi Penduduk Umur 19-24 (jutaan) | 22,8 25.6 27,0 | 24,8 ‘Angka Parlisipasi Kasar (%) 96 12.8 15,0 | 25.0 Populasi Mahasiswa (utaan) 2.20 3.28 4,04 6.2 Jumlah PT yang meningkat pesat tersebut diharapkan dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang sangat dibutuhkan untuk keberhasilan pembangunan nasional dan juga keunggulan bangse di tingkat internasional. Hal tersebut mungkin terwujud jika peningkatan jumlah PT juga disertai dengan peningkatan mutunya. Untuk itu, penyelenggaraan PT harus didukung komponen-komponen pendidikan yang memadai dan memenuhi standar mutu pendidikan. Salah satu Komponen yang teramat penting bagi terselenggaranya PT yang bermutu adalah ketersediaan dana PT yang memadai. Dalam kaitan ini, Kamars (1989:123) menegaskan bahwa keadaan keuangan di suatu PT ‘merupaken ukuran utama keberhasilan dalam kualitas lulusan. Tanpa dukungan keuangan yang memadai suatu PT hanya akan menghasilkan manusia-manusia yang tidak percaya pada dirinya dan tidak akan memilki sifat-sifat sebagaimana seharusnya seorang ilmuwan. Mendukung pendapat tersebut, Bowen (1981: 18-20) mengemukakan tentang hukum biaya PT bahwa setiap PT 1) berusaha untuk mencapai educational excellent, prestigue, and influence; 2) untuk itu, tidak ada batas kecukupan jumiah uang yang dikeluarkan; 3) oleh karena itu, tiap PT menaikkan semua sumber keuangan yang mungkin; 4) PT menggunakan semua uang yang telah ‘Fee nwmseeu eae Ne, ct vontooe2007 KE wi Est Andrian, Pengembangan Sunba-sumber Pandapatan Perguruaa Ting dinaikkan: 5) pengaruh dari empat hukum sebelumnya adalah pengeluaran yang meningkat. Artinya, peningkatan mutu suatu PT akan selalu diiringi dengan peningkatan biaya. Hal ini karena PT yang bermutu membutuhkan dosen yang bermutu, tenaga administrasi yang profesional, perpustakaan, perlengkapan, fasilitas pendidikan dan penelitian yang memadai. Pemenuhan semua kebutuhan tersebut berkaitan erat dengan ketersediaan dana PT. Berdasarkan pada urgensi ketersediaan dana PT yang memadai untuk peningkatan mutu maupun daya tampung (jumiah) PT, artikel ini akan membahas tentang upaya-upaya yang dapat dilakukan PT untuk mengembangkan sumber-sumber pendapatannya. B, Misi dan Tujuan Perguruan Tinggi (PT) Setiap organisasi harus mempunyai misi sebagai pedoman perumusan strategi dan programnya. Misi PT menurut Jordan T. E. dalam Wahyudi (2001: 10) berisi tentang ketetapan kampus mengenai kebijakan dasarnya. Pernyataan misi berupa teks singkat, biasanya tidak lebih daripada beberapa paragraf panjangnya. Tujuan pernyataan misi adalah merealisasikan tata nilai yang diusulkan kampus untuk bertahan dan meningkatkan diri, dan sebagai alat yang dianggap cocok untuk mencapai tujuan tertentu, Misi PT di Indonesia adalah mengembangkan pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat yang dikenal dengan sebutan “Tri Dharma Perguruan Tinggi’. Ketiga misi ini saling terkait dalam kesatuan yang utuh. PT berdiri diantara masyarakat dan berkembang karena adanya daya dukung masyarakat. Oleh karena itu pendidikan, penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat PT harus dilaksanakan dalam rangka memajukan masyarakat. Misi PT selanjutnya dijabarkan menjadi tujuan PT. PP Nomor 60/1999 tentang Pendidikan Tinggi menyebutkan bahwa pendidikan tinggi (PT) bertujuan untuk: a. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian. b. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi dan atau kesenian seria mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan bermasyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. ‘Mengacu pada misi dan tujuan PT tersebut, maka PT berperan sangat besar bagi kemajuan suatu bangsa. PT tidak hanya menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu sebagai motor penggerak pembangunan namun juga merupakan pusat pengembangan ilmu dan teknologi serta ‘agen perubahan bagi masyarakatnya, Pratiknya dalam Anwar (2004: 112) mengatakan bahwa peran HEY csr rev ro. c2rmtvosopor2007 Dwi Est! Andriani, Pengembangan Sumber-sumiver Pendapatan Perguruan Tinggi PT dalam pembangunan adalah 1) sebagai wadah pengembangan sumberdaya manusia; 2) sebagai wahana untuk alih dan pengembangan teknologi, dan 3) sebagai lembaga mitra dalam perencanaan dan pemecahan problematika pembangunan. Upaya pencapaian misi dan tujuan PT tersebut memberikan konsekwensi-konsekwensi kelembagaan secara menysluruh menyangkut kualitas dan jumiah personil, fasilitas pendidikan, pembiayaan, teknologi, dan lain-lain. Dengan kata lain untuk mampu beroperasi dengan balk, PT membutuhkan dana yang jauh lebih besar dibanding satuan-satuan pendidikan lainnya yang tugas utamanya hanya satu yaitu menyelenggarakan pendidikan. Kebutuhan dana ini akan selalu meningkat seiring peningkatan tuntutan akan besaran daya tampung (pemerataan) dan mutu PT. , Pembiayaan Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia Pembiayaan pendidikan pada intinya adalah kegiatan untuk memperoleh sumber-sumber biaya pendidikan (pendapatan) dan mengalokasikan pendapatan itu dalam bentuk biaya-biaya berdasarkan prioritas. Fakry Gaffar dalam Mimbar Pendidikan Nomor 1 Tahun X April 1991 (1991:56-60) mengatakan bahwa pembiayaan pendidikan (educational finance) mencakup dua aspek. Aspek pertama adalah pemerolehan revenue (sumber biaya pendidikan). Aspek kedua adalah alokasi atau distribusi yang mengungkap masalah-masalah bagaimana mengalokasikan dan mendistribusikan biaya yang diperoleh dari berbagai sumber pembiayaan untuk kepentingan penyelenggaraan pendidikan. a. Sumber-sumber pendapatan PT Pendapatan dibutuhkan oleh PT untuk melaksanakan misinya yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Pendapatan PT adalah income dari sumber apapun (Bowen, 1981: xxi). Di Indonesia pendapatan PT dapat bersumber dari pemerintah dan juga masyarakat (UU SPN 20/2003 Ps. 46: 1). Menyangkut sumber pendapatan PT, pasal sebelumnya yaitu pasal 24 ayat 3 menyebutkan bahwa PT dapat memperoleh dana dari masyarakat yang pengelolaannya dilakukan berdasarkan prinsip akuntabilitas publik. Lebih lanjut PP Nomor 60 tahun 1999, pasal 114 menyebutkan bahwa dana yang berasal dari masyarakat dapat diperoleh dari 1) sumbangan pembinaan pendidikan (SPP); 2) biaya seleksi ujian masuk perguruan tinggi; 3) hasil kontrak kerja yang sesuai dengan peran dan fungsi perguruan tinggi; 4) hasil penjualan produk yang diperoleh dari penyelenggaraan pendidikan tinggi; 5) sumbangan dan hibah dari perorangan, lembaga pemerintah, atau lembaga non pemerintah; dan 6) penerimaan dari kewenangan untuk masyarakat lainnya. Berdasarkan pada peraturan tersebut, PT memili ‘Fine see eH No, rT MOKCSa2007 Dwi Est Ancrian, Pengerbangen Sumbersumber Pendapatan Pergurven Ting mengembangkan sumber-sumber pendapatannya dengan cara pengelolaan aset dan juga kerjasama dengan masyarakat. b. Alokasi biaya atau pengeluaran PT Pengeluaran PT adalah semua biaya-biaya yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan kegiatan-kegiatan PT berkaitan dengan misinya. Besarya pengeluaran PT ini dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga bersifat elastis. John, Morphet, dan Alexander (1983: 66) mengatakan bahwa jumiah siswa yang dididik, daya beli dolar, pendapatan negara, kuantitas dan kualitas layanan pendidikan serta tuntutan akan pendidikan berpengaruh pada besamya pengeluaran pendidikan ‘Adapun berbagai alokasi biaya atau pengeluaran PT menurut Bowen (1980:131) yaitu a. Alokasi fungsi yaitu alokasi pengeluaran rutin atau sekarang (current expenditure) untuk beragam fungsi seperti pengajaran, layanan siswa, dukungan akademik, dan lain-lain; b. Alokasi penerima yaitu pengeluaran dengan fokus pada berbagai kategori penerima: staf dan siswa. Alokasi ini merupakan alokasi pengeluaran rutin untuk a) kompensasi (gaji dan manfaat. tambahan) yang dibayarkan kepada staf dengan beragam kategori, b) pembelian barang dan jasa seperti bensin, alat tulis, buku dan alat-alat kimia dari luar insitusi, dan c) beasiswa dan fellowship; ©. Alokasi modal yaitu alokasi sumberdaya untuk modal seperti bangunan fisik dan dana abadi pendidikan (endowment); embiayaan PT di Indonesia menunjukkan bahwa ketersediaan dana PT belum memadai untuk membiayai berbagai jenis pengeluaran PT. Salah satu sebabnya adalah alokasi anggaran pemerintah untuk PT yang masih rendah disebabkan oleh masih rendahnya anggaran pendidikan yang belum mencapai 20% hingga saat ini sebagaimana diamanatkan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bahkan, seandainya anggaran pendidikan benar-benar mencapai 20% di tahun 2006, dana dari pemerintah untuk membiayai PT juga tetap belum memadai. Sofian dalam http://www.bernas.co.id/index. menjelaskan jika anggaran bisa mencapai angka 20 persen, diprediksikan anggaran pendidikan tahun 2006 berkisar Rp 120 triiun dari total APBN sebesar Rp 600 triliun. Pendidikan tinggi mendapat 20 persen dari jumlah tersebut, yakni sekitar Rp 24 triliun, Dana tersebut tidak cukup untuk membiayai pengeluaran PTN dan PTS yang jumlah mahasiswanya sekitar 4 juta. Mengacu pada standar nasional, idealnya biaya per mahasiswa $1 per tahun sebesar Rp 18,1 juta. Bila ditotalkan untuk semua mahasiswa menjadi Rp 72 trliun per tahun. Jumiah ini, jika dibandingkan dengan dengan negara tetangga masih kecil dan jauh tertinggal. EER ee arasenten perovonan. no, 027th» woKtoberi2007 | | | | Dwi Est! Andiianl, Pongembangan Sumber-sumber Pendapatan Parguruan Tinggi Misalnya, Malaysia dan Singapura yang memberikan anggaran untuk per mahasiswa sebesar Rp 144 juta dan Rp 200 juta. Kondisi tersebut diperburuk dengan kesenjangan pengalokasian anggaran PT dari pemerintah yaitu 95% untuk 47 PTN, dan 5% untuk 1.631 PTS. Padahal, dari keseluruhan jumlah mahasiswa Indonesia yaitu sekitar 2,5 juta orang, hampir 65% berada di PTS-PTS. Sisanya yaitu sekitar 35% di PTN (www.pikiran rakyal.com/cetak/ 0804/16/1102.htm). Sebagaimana juga dilaporkan oleh Clark, dkk (1998) bahwa di tahun 1995-1996, 67% pembiayaan pendidikan di PTN mayoritas bersumber dari dana pemerintah. Sedangkan di PTS, pembiayaan pendidikan yang bersumber dari pemerintah hanya sebesar 2%. Agar lebih jelas, hasil penelitian tersebut disajikan dalam tabel 2 sebagai berikut. ‘Tabel 2. Pembiayaan Pendidikan PTN dan PTS di Indonesia Berdasarkan ‘Sumber- Sumber Perolehan Dana Tahun 1995-1996 Sariba Perachan PTH BTS Oana Besamya Beans Pemerintah 611.700 Ruin 780080 5037 fedemenaunen 1.307:330 50.87 otal 67% 2% % Instiusi- Send + SPP 237209 rare 3 Siberian | 464.000 3.08800 Total 698.369 3.052.718 % 33% 98% 75 598 arTa0e8 Tota fen toe ‘Sumber: David Clark dk. (1998:99) D. Pengembangan Sumber-sumber Pendapatan PT Keterbatasan anggaran pemerintah untuk PT menuntut kemampuan PT mengembangkan ‘sumber-sumber pendapatannya agar PT memiliki dana yang memadai. Ketersediaan dana PT yang memadai akan memungkinkan PT meningkatkan mutu dan daya tampungnya. Dampaknya, pemerintah akan mampu mengalokasikan anggaran pendidikan untuk berbagai program pendidikan lainnya yang membutuhkan prioritas. Selain itu, permasalahan SDM Indonesia yang masih rendah secara bertahap diharapkan dapat berkurang. Terdapat berbagai cara untuk mengembangkan sumber-sumber pendapatan. Ihrig dan Sullivan (1995: 135) menawarkan dua cara yaitu diversifikasi pendapatan atau menggali kesempatan ‘sumber-sumber pendapatan baru dan mengembangkan sumber-sumber pendapatan yang telah ada. Tin manent entonay, No, 027th oxtever2007 REM Dw Esti Andriam, Pengembangan Sumber-sumber Pendapatan Pergurvan Tinggi a. Menggali kesempatan-kesempatan pendapatan baru. Kesempatan-kesempatan baru yang dapat digali oleh PT mencakup komponen informasi, pengajaran, alumni, populasi kampus, tanah dan fasilitas. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan terhadap komponen-komponen tersebut antara lain: 4). Penjualan informasi melipt i kekayaan intelektual, taman penelitian, dan interpretasi data untuk bisnis regional. 2) Pengajaran meliputi program pelatihan perusahaan, domestik maupun luar negeri, pendidikan paruh waktu lanjutan untuk pekerja dewasa, dan program-program Elderhostel. 3) Pemanfaatan sumber daya alumni meliputi pendidikan lanjutan untuk alumni, jasa profesional untuk alumni, dan perumahan masa pensiun. 4) Penyediaan layanan untuk para pekerja, siswa dan pengunjung meliputi penyediaan hotel dan tempat untuk private businesses. 5) Pemanfaatan tanabvlahan dan fasilitas kampus meliputi penggunaan tanah yang ada untuk mendatangkan pendapatan secara maksimal, pembelian atau penerimaan pemberian tanah/lahan yang potensial mendatangkan pendapatan dan inkubator b. Mengembangkan sumber-sumber pendapatan yang telah ada Selain menggali kesempatan-kesempatan pendapatan baru, PT perlu meninjau kembali operasi- operasi yang menghasilkan pendapatan untuk dikaji apakah masih dapat dikembangkan atau tidak. Kemungkinan operasi-operasi PT yang menghasilkan dan dapat dikembangkan antara lain: 1) Agentravel 2) Layanan bis komunitas kampus 3) Kontrak swasta yang memberikan jaminan hak istimewa untuk biaya. 4) Peningkatan hasil dari listrik (Generation electricity). 5) Adopsi tekan-teknik layanan kepada pelanggan. 6) Sistem kartu debit. 7) Kartu kesehatan 8) Privatisasi layanan-layanan khusus. 9) Lisensi merek PT pada produk. 10) Pertukaran barang antar lembaga dan perusahaan swasta. 11) Pengelolaan kas. 42) Pendanaan yang disesuaikan dengan program negara untuk pembangunan ekonomi. 13) Pemberian dana yang disesuaikan dengan dana pemberian yang lain. EN oe anssernen peroaican, No. 027th woKtober72007 ‘Dwi Esti Andrianl, Pongembangan Sumber-sumber Pendapaten Perguruen Tinggi Ziberman dan Albrecht (1995: 91) berpendapat senada bahwa keterbatasan anggaran pemerintah ‘menuntut PT untuk mampu mengembangkan sumber-sumber pendapatannya. Untuk itu, program- program yang dapat dilakukan antara lain: ‘a. Kontrak dengan industri yaitu kerja sama untuk penyelenggaraan penelitian terapan dan pelatihan para pegawal oleh universitas. b. Komersialisasi hasil riset yaitu menjual hasil-hasil penelitian atau memberdayakan secara bersama dengan pihak luar. cc. Sumbangan sukarela yang dapat berupa sumbangan pemikiran dan keahlian, atau penyediaan be d. Penggalian pendapatan dari aset yang dimiliki, misalnya menyewakan tanah, memberdayakan iswa bagi mahasiswa yang membutuhkan. staf di perusahaan atau lembaga lain. Inti pengembangan sumber-sumber pendapatan PT adalah kemampuan melihat peluang atau kesempatan dan juga potensi atau aset diri untuk memperoleh pendapatan dengan berbasis pada kemampuan. Oleh Karena itu, altemnatif-altematif pengembangan sumber-sumber pendapatan tersebut mungkin dimplemetasikan dan juga dikembangkan oleh setiap PT di Indonesia. Hasil penelitian Clark (1998: 102) menunjukkan bahwa sebagian PTN di Indonesia telah melakukan beberapa upaya pengembangan sumber-sumber pendapatan, antara lain sebagai berikut, a. SPP khusus, dengan biaya tambahan di luar SPP reguler. Proyek khusus, yang seringkali ditandai dengan hubungan dengan universitas luar negeri Proyek penelitian kontrak, seringkali melalui suatu universitas atau lembaga penelitian, Menjual layanan yang dimiliki anggota staf (dosen).. : pees Pengajaran mata-kuliah khusus di luar anggaran pada tingkat diploma dan pascasarjana Upaya-upaya tersebut dapat terus dikembangkan dengan tetap berpegang pada prinsip akuntabilitas publik. Dalam hal ini, kemampuan entreprenuership para pemimpin/pengelola PT sangat menentukan keberhasilannya Hal penting dalam upaya pengembangan sumber-sumber pendapatan PT yang harus diwaspadai adalah karakter PT sebagal institusi pendidikan yang tidak boleh pudar atau sampai kan non profit yang mempunyai misi utama mencerdaskan hilang. PT adalah insitusi pen kehidupan bangsa. Dalam hal ini Ziderman dan Albrecht (1995: 103) mengatakan bahwa diversifikasi pendapatan akan mendorong diversifikasi aktivitas dan output-output sistem universitas ... dapat menyebabkan perubahan peran universitas yaitu lebih pada layanan-layanan untuk meningkatkan pendapatan daripada pengajaran. Jika ‘universitas’ dipertahankan, diversifikasi pendapatan harus dipandang sebagai sumber pendapatan suplemen dan kegiatan komplemen. Cara memecahkan ‘Teed manages revaanan, No. 027TH vOKober2007 ‘Dwi Est! Andriani, Pengembangan Sumber-sumber Pendapatan Perguruan Tinga! masalah-masalah pembiayaan fundamental pada universitas harus ditujukan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembiayaan, bukan merubah karakter institusi. Pengembangan sumber-sumber pendapatan PT yang tidak semata-mata diarahkan pada pencarian keuntungan finansial atau materi semata, namun juga pada pengokohan identitas PT masing-masing, dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu contoh adalah pengembangan pendapatan PT melalui proyek penelitian. Pelaksanaan proyek penelitian PT hendaknya tidak sekedar pemenuhan kontrak namun juga mengarahkan, mendorong dan memfasilitasi PT berkembang menjadi research university yang unggul: menumbuhkembangkan budaya meneliti dan budaya diskusi ilmiah, melahirkan peneliti-peneliti handal dan profesional, menyediakan fasilitas penelitian yang lengkap dan canggih baik untuk layanan jasa penelitian maupun akademik/pengembangan imu para dosen dan mahasiswa. Dengan demikian pengembangan sumber-sumber pendapatan PT diharapkan benar-benar dapat mendukung penyelenggaraan misi PT dengan baik. E. Otonomi Pengelolaan Pembiayaan PT: Kondisi yang Dibutuhkan COtonomi pengelolaan pembiayaan berarti kewenangan PT untuk memperoleh mengembangkan, dan mengalokasikan sumber-sumber pendapatan berdasarkan kebutuhan PT. Secara rill, otonomi ini telah dimiliki dan dilaksanakan oleh PTS sejak dulu. Subsidi pemerintah pada PTS yang relatif se pembiayaan PTS rendah. PTS secara mandiri telah berupaya menggali dan mengembangkan it telah dengan sendirinya membuat intervensi pemerintah dalam pengelolaan termasuk ‘sumber-sumber pendapatannya serta mengalokasikannya dengan efekti dan efisien.Tidak sekedar itu, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan juga menjadi perhatian untuk mendapatkan dan mempertahankan ‘public trust’. Kondisi yang sangat berbeda dialami oleh PTN. Intervensi pemerintah terhadap pengelolaan PTN termasuk aspek pembiayaannya sangat besar. Sebagaimana dilaporkan oleh Ziderman dan Albrecht (1995) bahwa di negara-negara berkembang, intervensi pemerintah terhadap penyelenggaraan pendidikan di PT memberikan kesulitan-kesulitan pada universitas untuk mengembangkan dirinya secara lebih leluasa. Bentuk pembatasan tersebut adalah sebagai berikut a. Pembatasan finansial yaitu pemerintah memberikan batasan yang sangat ketat pada perguruan tinggi untuk memobiltasi dana yang berasal dari masyarakat. b. Pembatasan kebijakan penerimaan mahasiswa yaitu dengan pertimbangan alokasi dana pemerintah yang akan dikucurkan pada perguruan tinggi, maka enrollment perguruan tinggi harus dibatasi agar tidak terjadi kondisi rug ‘Fema aise PKA, No. C277 MUOKober2007 Dwi Esti Andriani, Pengembangan Sumber-sumber Pendapaian Perguruan Tinga ; c. Pembatasan alokasi internal yaitu pemerintah memberikan batasan kepada lembaga untuk menggunakan sumber daya yang mereka miliki dengan pemberlakukan jjin pemerintah untuk penggunaan semua sumber daya. Hal tersebut mengakibatkan PTN kurang berdaya untuk mengembangkan pendapatan (revenue) dan mengalokasikannya secara efektif dan efisien sesuai dengan kondisi PT. PTN-PTN terbelenggu ketidakcukupan dana namun terikat pada peraturan penetapan tarif-tarif yang ditetapkan secara terpusat, yang pada kenyataannya tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. Akibatnya, upaya ian, dan peran PT di masyarakat melalui program PPM peningkatan mutu pembelajaran, penelit belum dapat terselenggara dengan bik. Keterbatasan dana yang tersedia secara praktis menjadi kendala : Mencermati pengalaman tersebut, otonomi pengelolaan pembiayaan perlu diberikan pada PT baik PTN maupun PTS. Otonomi pengelolaan pembiayaan PT akan memberikan ruang kepada PT untuk mengembangkan dan mengalokasikan berbagai sumber-sumber biaya sesuai dengan prioritas kebutuhan PT. PT akan terkondisikan menjadi kreatif dalam mengelola asetnya dan mengembangkan kerjasama dengan berbagai pihak untuk pembiayaan PT. Hal penting yang harus dipegang dalam implementasi otonomi pengelolaan pembiayaan PT adalah prinsip efektivitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas yang berorientasi pada visi dan misi PT. Terkait dengan hal ini, Ziderman dan Albrecht (1995) mengatakan bahwa otonomi PT merupakan suatu keharusan agar PT dapat maju dan berkembang. Otonomi yang dimaksud meliputi keuangan, kepegawaian, dan keilmuan, Lebih lanjut dikatakan bahwa otonomi merupakan privilege sekaligus tanggung jawab yang diberikan kepada komunitas akademik. Setiap institusi yang menggunakan dana publik mempunyai kewajiban untuk menjelaskan bagaimana dana tersebut digunakan. Isu tidak hanya tentang pencegahan korupsi, namun juga kejelasan tentang tujuan akademik, peneliian, dan lain-lain, dan penghitungan bagaimana dan dalam kondisi seperti apa biaya-biaya tujuan tersebut telah dipenuhi. Dengan demikian, otonomi pengelolaan PT termasuk aspek pembiayaan merupakan suatu kondisi yang dibutuhkan. F. Penutup Kebutuhan jumlah dan mutu PT selalu meningkat, sedangkan anggaran pemerintah terhadap PT masih jauh dari cukup. Oleh karena itu, PT dituntut mampu melakukan upaya pengembangan sumber-sumber pendapatan PT. Pengembangan sumber-sumber pendapatan PT ini hendaknya merupakan bagian integral dari strategi peningkatan pengembangan PT. Jika hal tersebut dapat ji pemerintah terhadap PT tidak akan menjadi kendala bagi dilakukan, maka penurunan subsi ‘Tina MMNAEMEN FENDIONAH, No.02/ThwOKtebo'2007 FEE Dwi Est) Andrian, Pengembangan Sumber-sumber Pendepatan Perguruan Tinggi perkembangan dan kemajuan PT di Indonesia. Jumlah dan mutu PT secara bertahap akan dapat meningkat, yang akan dikkuti oleh peningkatan mutu SDM Indonesia. Daftar Pustaka Anonim. Antara PTN dan PTS Timpang, Distribusi Bantuan Pendidikan. Tersedia on line: www pikiran-rakyat,com/cetal/0804/16/1102.htm. Tahun 200+ ‘Anwar, Idochi Moch. (2004). Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan Teori Konsep dan Isu, Bandung: Alfabeta. Bowen, Howard R. (1981). The Cost of Higher Education How Much Do Colleges and Universities Spend How Much Should They Spend?. San Fransisco: Jossey-Bass Publishers. Clark, dkk, (1998). Financing of Education in Indonesia, Asian Development Bank & Comparative Education Research Centre. Hongkong: The University of Hongkong. Depdiknas. (2003). UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, Jakarta. ——. (2004). Strategi Jangka Panjang Pendidikan Tinggl 2003-2010 (HELTS) Mewujudkan Perguruan Tinggi Berkualitas. Jakarta: Dirjen Dikti. Effendi, Sofyan. Meski Anggaran Pendidikan Capai 20 Persen Biaya PT Tak Akan Turun. Tersedia On line: http://www.bemas.co.id/index.php?Group =cybernas&id=3721. Tahun 2006. Johns, Roe L, Edgar |. Morphet dan Kern Alexander., The Economics & Financing of Education Fourth Edition, Prentice Hall, Inc, New Jersey: 1983, thrig, Weldon E., dan James F. Sullivan. (1995). Revenue Opportunities for the Public institution. Dalam Reinventing the University Mananging and Financing Institutions of Higher Education, New York: John Wiley & Sons, Inc. Kamars, H.M. Dachel. (1989). Sistem Pendidikan Dasar, Menengah dan Tinggi, Suatu Studi Perbandingan Antar Beberapa Negara. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti, P2LPTK. PP Nomor 61 Tahun 1999 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Negeri sebagai Badan Hukum. Sutjipto, Otonomi Pendidikan Tinggi Konsep dan Praksisnya dalam Pendidikan Untuk Masyarakat Indonesia Baru 70 Tahun Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M. Sc. Ed., Grasindo, Jakarta: 2002. Suyanto, Tantangan Global Pendidikan Nasional, Dalam Pendidikan Untuk Masyarakat Indonesia Baru 70 Tahun Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M. Sc. Ed., Grasindo, Jakarta: 2002. ‘Tee HERE ENN, 277 AVOKobaz007 Dwi Esti Andriani, Pengembangan Sumber-sumiber Pendapatian Perguruan Tinggi | Wahyudi. (2001). Kontribusi Perguruan Tinggi dalam Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Jumal Kejian Manajemen Pendidikan “FORMASI". (5). 3-13. Ziderman, Adrian dan Douglas Albrecht. (1995). Financing Universities in Developing Countries, ‘The Falmer Press, London. Tora musenen punmnan, No, o2rTn Wwoxober2007 AE Tina Rahmawot, Kolatorasi Ania Sokolah; Menjadi Atematf Solusi KOLABORASIANTAR SEKOLAH; MENJADI ALTERNATIF SOLUS! PEMELIHARAAN SARANA FISIK PENDIDIKAN Tina Rahmawati*) Abstract The availabilty of facilies for the affectiveness of educational process is very ‘important. Unfortunately, many of educational institutions are facing withthe lack of such facilities. Even, some of them are in bad conditions. They are not only having nothing of educational tools and aids, they also don't have good building which is nocessary for the educational process to run smoothly and effectively. These bad condition are aggravated by bad maintenance, and some of them don't have good habit to maintaining their facilities property too. Itis time to educational institutions to give more attention to faciliies maintenance. The school headmaster should motivate the school members (teachers, staffs, and students) fo have good habit and routine actions in maintaining the school facilities, and should have managerial planning to maintain their schoo! facilities too. Schools, in the other side, should cooperate with the schoo! committees for allocating enough money for facilities ‘maintenance. And, at last but not least, collaboration among school to have common Jeaming resources center may become something to discuss in order to increase the effectiveness and effeciency of educational facilities usage. ‘Keyword: collaboration, maintenance facilities ‘A. Pendahuluan Adanya beberapa kebijakan baru dalam bidang pendidikan akhir-akhir ini berdampak pada banyaknya strategi yang ditemukan mengikuti alur pikiran para pejabat pemerintah. Kebijakan tersebut tentu saja bertujuan agar pendidikan di Indonesia lebih berkualitas seiring dengan berjalannya globalisasi. Pendidikan nasional dewasa ini seperti yang dikemukakan Suryati Sidharto (1995: 202) bahwa pendidikan kita saat ini sedang dihadapi oleh lima pokok masalah yaitu: 1. Masalah pemerataan pendidikan 2. Masalah daya tampung pendidikan * Tina Rahmawati adalah Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, HE Se seven rei, no, 021» woxver2007

Anda mungkin juga menyukai