Anda di halaman 1dari 49

PANDUAN PRAKTIKUM

EKOLOGI

Penyusun :

Astri Yuliawati, M.Si


Mar’atus Sholika, M.Sc

Program Studi Pendidikan Biologi


Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Gunung Djati
Bandung
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala karunia
yang dilimpahkanNya sehingga penyusunan panduan praktikum mata kuliah Ekologi ini dapat
diselesaikan. Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Kegiatan praktikum dalam mata kuliah ekologi ini
sangat diperlukan untuk membantu mahasiswa lebih memahami mekanisme timbal balik
tersebut. Panduan praktikum ini memuat tentang tujuan, alat dan bahan yang diperlukan,
metode, analisis dan lembar kerja. Terdapat sebelas judul praktikum dalam panduan
praktikum ini yang mencakup pemetaan sederhana, kajian ekosistem, penentuan kurva
minimum area, biomasa, anti predator, inventarisasi serangga tanah, inventarisasi burung,
inventarisasi mamalia, inventarisasi plankton, analisis vegetasi, dan suksesi. Penyusun
menyadari dalam penulisan panduan praktikum ini masih jauh dari sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca agar dapat menyempurnakan panduan praktikum ini. Akhir kata penyusun berharap
panduan praktikum ini dapat memudahkan praktikan dalam melaksanakan praktikum
ekologi.

Bandung, Agustus 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

3
PRAKTIKUM I

PEMETAAN SEDERHANA

Tujuan

o Membantu praktikan (peneliti) menggambarkan daerah/lokasi penelitian secara sederhana


meliputi gambaran lokasi pengambilan sampel, penggunaan ruang objek dan memetakan
vegetasi yang penting bagi habitat objek.

Pengantar

Peta merupakan suatu lukisan yang mirip dari sebagian atau seluruh permukaan bumi yang
digambarkan pada bidang datar. Secara umum di Indonesia dikenal beberapa jenis peta yang
sering digunakan antara lain :

1. Peta Topografi; mencakup seluruh keadaan lapangan dan dilengkapi dengan gars ketinggian
tempat di bumi dari permukaan laut. Peta topografi memiliki kisaran skala antara 1:50.000 –
1:250.000
2. Peta Pemandangan; menggambarkan keadaan global pada suatu wilayah administrasi.
3. Peta Geologi; menggambarkan keadaan tanah berikut batuannya
4. Peta Kadaster; menggambarkan keadaan hutan
5. Peta Iklim; menggambarkan kondisi iklim atau cuaca suatu wilayah geografis secara periodic

Pemetaan sederhana dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti metode memencar,
interseksi, beranting dan meloncat (Husodo, 2005). Metode memencar digunakan untuk
memetakan areal terbuka atau vegetasi yang tidak terlalu rapat dengan batuan dua titik konstan
didalam lokasi yang akan dipetakan. Metode Interseksi digunakan untuk memetakan areal
terbuka seperti kolam , danau, dan rawa yang terlihat titik-titik terluarnya dengan bantuan dua
titik konstan diluar lokasi yang akan dipetakan. Metode beranting dan meloncat digunakan untuk
memetakan suatu areal dengan vegetasi yang rapat dan rimbun sehingga kita tidak dapat melihat
batasan titik-titik terluar lokasi yang akan dipetakan.

Alat dan Bahan

- Kompas - Meteran
- GPS - Patok
- Kertas Grafik/ Milimeter blok - Tali raffia

4
- Mistar Segitiga - Alat tulis
- Busur Derajat

Prosedur Kerja

1. Metode Memencar
- Tentukan lokasi yang akan dipetakan
- Tentukan titik konstan P dan Q yang saling tegak lurus di dalam areal yang akan di petakan
- Hitung jarak antara titik P dan Q
- Tentukan titik titik batas luar areal terutama pada belokan atau tikungan.
- Ukurlah jarak dan azimut dari titik P dan Q ke titik titik batas luar areal tersebut.
- Berdasarkan jarak dan azimut tersebut, buatlah peta pada kertas grafik dengan
menggunakan skala tertentu.

2. Metode Interseksi
- Tentukan titik konstan P dan Q di luar areal yang akan di petakan
- Hitung jarak antara titik Pdan Q
- Tentukan titik titik batas luar areal terutama pada belokan atau tikungan.
- Ukurlah jarak dan azimut dari titik P dan Q ke titik titik batas luar areal tersebut.
- Berdasarkan jarak dan azimut tersebut, buatlah peta pada kertas grafik dengan
menggunakan skala tertentu.

3. Metode Beranting
- Tentukan batas pinggir area yang akan dipetakan.
- Lakukan pengukuran jarak dan azimut dari satu titik luar ketitik luar lainnya secara
berurutan sampai kembali pada titik awal (mengelilingi area yang akan dipetakan).
- Berdasarkan jarak dan azimut tersebut, buatlah peta pada kertas grafik dengan
menggunakan skala tertentu.

4. Metode Meloncat
Metode Meloncat merupakan metode penyederhanaan dari metode beranting. Prosedur
kerja metode meloncat sama dengan metode beranting, namun pada metode meloncat ada
beberapa titik batas luar lokasi pemetaan yang diabaikan atau diloncati.

5
Lembar Kerja Metode Memencar/Interseksi
Hari/Tanggal :
Lokasi :
Jarak antara P dan Q :
Metode : Memencar / Interseksi *
Kedudukan Terhadap titik Konstan
TITIK P Q
Jarak Azimut Jarak Azimut

*Coret yang tidak perlu

6
Lembar Kerja Metode Beranting / Meloncat
Hari/Tanggal :
Lokasi :
Metode : Beranting / Meloncat*
TITIK Jarak Azimut
A-B
B-C
C-D
D-E

*Coret yang tidak perlu

7
HASIL PEMETAAN

Tempelkan hasil pemetaan di halaman ini

8
PRAKTIKUM II
KAJIAN EKOSISTEM DAN JARING-JARING MAKANAN

Tujuan

o Mahasiswa dapat mengetahui kondisi faktor lingkungan suatu ekosistem


o Mahasiswa dapat mengetahui komponen penyusun suatu ekosistem
o Mahasiswa dapat menggambarkan jaring-jaring makanan secara detail
o Mahasiswa dapat mengetahui alasan hewan makan makanan tertentu
o Mahasiswa dapat mengetahui cara penggunaan alat-alat pengukur faktor lingkungan

Pengantar

Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan


lingkungannya. Seorang ahli ekologi Inggris Sir Arthur Tansley menyatakan bahwa suatu
organisme tidak mungkin hidup terlepas dari lingkungan fisik mereka baik faktor biotic
dan faktor abiotiknya. Oleh karena itu dalam kajian ekologi hewan penting untuk
mengetahui faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan hewan tersebut. Menurut
Seotjipto(1993) dalam Sukarsono (2009) faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap kehidupan hewan adalah suhu, air dan kelembaban, interaksi suhu dan
kelembaban, Cahaya matahari, gas-gas atmosfer, arus dan tekanan, garam-garam
mineral, dan zat –zat pencemar.

Ekosistem memfokuskan kajian pada daur (pergerakan) dari meteri dan energy
melalui web (jaring-jaring) makanan (Sukarsono, 2009). Secara umum rantai makanan
merupakan peristiwa peralihan energy. Pada setiap tahap perpindahan energy, 80%-90%
energy potensial hilang sebagai panas, karena itu langkah –langkah dalam rantai
makanan terbatas 4-5 langkah saja. Dengan perkataan lain, semakin pendek rantai
makanan semakin besar pula energy yang tersedia. Ada dua tipe dasar rantai makanan
yaitu rantai makanan rerumputan (grazing food chain) misalnya: tumbuhan-herbivora-
karnivora dan rantai makanan sisa (detritus food chain). Bahan mati mikroorganisme
(detrivora = organisme pemakan sisa) predator (Anonim 2012). Kumpulan rantai
makanan akan membentuk jaring- jaring makanan.

9
Alat dan Bahan

o Alat tulis
o Termometer
o Hygrometer
o Luxmeter
o Anemometer
o Soil Tester
o Buku pengenal tumbuhan

Prosedur Kerja 1

1. Pilih salah satu ekosistem alami yang akan dikaji


2. Catat beberapa jenis tumbuhan yang mendominasi ekosistem tersebut
3. Ukur suhu dan kelembaban udara pada ekosistem yang dikaji dengan menggunakan
hygrometer putar
- Basahi salah satu ujung termometer dengan air.
- Putar hygrometer puter sebanyak 50 kali atau ± 2 menit
- Catat temperatur pada kedua termometer.
- Ulangi sebanyak tiga kali pengulangan.
4. Ukur kadar keasaman (pH) dan kelembaban tanah pada ekosistem yang dikaji
- Pilih lokasi dengan kondisi tanah yang sedikit lembab. Bila kering dapat diberi air
terlebih dahulu lalu diamkan selama 20-30 menit.
- Tancapkan soil tester yang sudah dibersihkan hingga bagian logam tertutupi
tanah.
- Diamkan selama 1 menit lalu catat pH tanahnya
- Tekan tombol dipinggir untuk mengetahui kelembaban tanah catat kelembaban
tanahnya
5. Ukur kecepatan angin pada ekosistem yang dikaji dengan menggunakan Anemometer
- Tekan tombol ON/OFF atau 0/1.
- Akan tampil angka pengukuran pada layar
- Biarkan baling –baling tertiup angin sampai stabil

10
- Catat hasil pengukuran
6. Ukur intensitas cahaya pada ekosistem yang dikaji dengan menggunakan lux meter
- Tekan tombol ON/OFF
- Pilih kisaran range yang akan diukur (2.000 lux, 20.000 lux, atau 50.000 lux)
- Arahkan sensor cahaya dengan menggunakan tangan pada daerah yang akan
diukur kuat penerangannya
- Lihat hasil pengukuran pada layar panel.
7. Catat komponen biotik yang menyusun ekosistem tersebut
8. Tentukan peran masing-masing komponen biotic pada rantai makanan
9. Buat rantai makanan dan jarring-jaring makanan pada ekosistem yang dikaji

11
Lembar Kerja

Lokasi :
Hari/tanggal :
Jenis Ekosistem :

1. Jenis tumbuhan dominan

2. Faktor Lingkungan
Ulangan
Faktor Lingkungan
1 2 3
Suhu Udara
Kelembaban Udara
pH Tanah
Kelembaban Tanah
Kecepatan Angin
Intensitas Cahaya

3. Komponen Biotik
No Nama Jenis Peran

12
4. Rantai Makanan

13
5. Jaring- Jaring makanan

14
PRAKTIKUM III
KURVA MINIMUM AREA

Tujuan
• Mahasiswa memahami prosedur kerja penentuan luas minimum area.
• Mahasiswa dapat menentukan ukuran petak contoh minimum yang mewakili
komunitas pada lokasi pengamatan.

Pengantar
Penelitian dalam bidang ekologi mengharuskan peneliti untuk mengamati komponen
– komponen penyusun ekosistem yang menjadi objek penelitian. Tentu saja peneliti memiliki
keterbatasan untuk mengumpulkan data baik dari segi waktu maupun biaya. Untuk
mendapatkan data kualitatif dan kuantitatif yang mewakili kondisi sesungguhnya maka
penelitian dapat dilakukan dengan cara mengamati sample yang representative. Dalam
penelitian vegetasi pengambilan sample biasanya dilakukan dengan bantuan petak contoh
atau plot. Terdapat beberapa metode dalam penentuan jumlah dan ukuran petak contoh
(plot). Salah satu cara untuk menentukan ukuran petak contoh adalah dengan penentuan
kurva minimum area.

Alat dan Bahan


o Patok
o Tali raffia
o Meteran
o gunting
o Lembar kerja
o Buku identifikasi tumbuhan

Prosedur Kerja

 Buatlah plot berbentuk bujursangkar dengan luas awal 0.5 m x0.5 m pada lokasi
dengan vegetasi rapat.

 Identifikasi, hitung dan catat semua jenis tumbuhan yang berada dalam plot kuadrat
tersebut.

15
 Perluas plot menjadi dua kali luas sebelumnya, hitung kembali pertambahan jenis
yang baru ditemui.

 Lakukan perluasan plot sampai tidak terjadi lagi penambahan jenis tumbuhan atau
penambahan tidak lebih dari 10 %.

 Buat grafik penambahan jenisnya

Gambar 1. Ilustrasi Perluasan Petak Contoh

16
Lembar Kerja

Lokasi :
Hari/tanggal :

1. Tabel Pengamatan
Petak Contoh
Jenis yang Junlah Pertambahan % pertambahan
/
Ditemukan Jenis Jenis Jenis
plot (m)

17
2. Kurva Minimum Area

18
PRAKTIKUM IV

ANALISIS VEGETASI

Tujuan :

1. Mengetahui frekuensi, kerapatan dan penutupan setiap jenis vegetasi yang


menyusun hutan gunung halimun
2. Mengetahui spesies tumbuhan yang dominan pada blok pengamatan.

Alat dan Bahan :


- Meteran
- Tali raffia
- gunting
- Patok
- Kompas
- Alat tulis
- Buku identifikasi tumbuhan

Metode Pengamatan
1. Buatlah plot 20 x 20 m sebanyak 3 plot yang dibentangkan pada garis transek
memotong kontur.
2. Buatlah plot plot kecil didalamnya dengan ukuran : 2 x 2 m , 5 x 5m , 10X10m.

19
3. Hitung jumlah jenis tumbuhan yang berada didalam plot sesuai dengan
kategorinya 2 x 2 m (semai), 5 x 5m (Pancang), 10X10m (Tiang), dan 20 x 20m
(pohon)
4. Hitung jumlah individu setiap jenis yang dijumpai dalam plot
5. Hitung kerimbunan pada semai dengan menghitung diameter tutupan dari daun
terluar ke daun terluar dihadapannya.
6. Hitung DBH ( Diameter Breast High) pada tingkat pancang, tiang, pohon.
7. Mengukur suhu, kelembaban, intensitas cahaya dan ketinggian pada setiap plot
pengamatan

20
Lembar Kerja
Analisis vegetasi tingkat semai

Lokasi :
Hari/ Tanggal :

No Nama Jenis Jumlah Rata rata Catatan Lain


plot individu Diameter
kanopi

21
Lembar Kerja
Analisis vegetasi tingkat pancang

Lokasi :
Hari/ Tanggal :

No Nama Jenis Jumlah Keliling / Catatan Lain


plot individu DBH

22
Lembar Kerja
Analisis vegetasi tingkat tiang

Lokasi :
Hari/ Tanggal :

No Nama Jenis Jumlah Keliling / Catatan Lain


plot individu DBH

23
Lembar Kerja
Analisis vegetasi tingkat pohon

Lokasi :
Hari/ Tanggal :

No Nama Jenis Jumlah Keliling / Catatan Lain


plot individu DBH

24
Faktor lingkungan

Ulangan
Faktor Lingkungan
1 2 3
Suhu Udara
Kelembaban Udara
pH Tanah
Kelembaban Tanah
Kecepatan Angin
Intensitas Cahaya
ketinggian

25
PRAKTIKUM V

BIOMASSA

Tujuan

• Mahasiswa dapat menentukan biomasa tiap jenis tumbuhan dalam suatu vegetasi.

• Mahasiswa dapat menjelaskan langkah kerja penentuan biomassa dengan cara


destructive dan non destructive

• Mahasiswa dapat menentukan perkiraan jumlah simpanan karbon dalam suatu area.

Pengantar

Biomassa berperan penting dalam penentuan jumlah simpanan

Alat dan Bahan

• Alat tulis
• Buku identifikasi tumbuhan
• Gunting
• Patok
• Kantong Koran
• Label
• Meteran
• Oven
• Tali raffia
• Timbangan

Prosedur Kerja metode destruktif

1. Buatlah petak contoh dengan ukuran 1 x1 m di lokasi penelitian.


2. Batasi petak contoh tersebut dengan tali raffia
3. pagkas semua tumbuhan yang ada di petak contoh dengan cara memotong tepat
diatas permukaan tanah dengan menggunakan gunting.
4. Identifikasi jenis –jenis tumbuhannya.
5. Pisahkan sesuai jenisnya dan pisahkan pula antara batang dan daun lalu masukan
kedalam kantong koran dan diberi label.
6. Timbang berat basah tumbuhan.
7. Keringkan dengan menggunakan oven dengan suhu 160°C selama 2 jam atau
keringkan dengan cara menjemur dibawah sinar matahari sampai berat sample
konstan.
8. Timbang berat keringnya.

Analisis data

• Persentase berat kering dihitung dengan rumus :


26
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
% bk = × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ

Total biomassa tumbuhan yang ada di lokasi penelitian adalah:

∑ 𝑏𝑘
BK =𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 × 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑜𝑘𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛

Prosedur Kerja metode non destruktif

• Buat plot ukuran 5m X 40 m pada vegetasi yang seragam

• catatan : buat lebih dari 1 plot jika vegetasi tak seragam dan kondisi tanah berlereng,
perluas plot jika terdapat pohon yang besar (20 m X 100 m)

• Bagi plot menjadi 2 bagian sehingga berukuran 2,5 m x 40 m.

• Catat nama setiap pohon dan ukur diameter setinggi dada (DBH) (1,3 m diatas
permukaan tanah).
• Pengukuran hanya dilakukan pada pohon dengan diameter > 5 cm-30 cm.
• Pengukuran dimeter dilakukan dengan penghitungan keliling batang.
• Ukur tinggi pohon
• Tetapkan berat jenis kayu dari masing-masing jenis pohon dengan cara memotong
kayu dari salah satu cabang, ukur panjang, diameter dan timbang berat basahnya

• Masukan dalam oven pada suhu 100 derajat celcius selam 48 jam dan timbang berat
keringnya.

• Hitung volumenya

• Lalu hitung bj dengan rumus :

Bj (g/cm3) = berat kering/volume

27
Lembar Kerja Metode Destruktif

Lokasi :

Hari/ Tanggal :

No Nama Jenis Berat Basah Berat Kering Biomassa

Biomassa Total =

Simpanan Karbon =

28
Lembar Kerja Metode Non – Destruktif

Lokasi :

Hari / Tanggal :

No Nama Jenis DBH Tinggi pohon Berat jenis Biomassa

Total Biomassa =

Simpanan Karbon =

29
PRAKTIKUM VI

RESPON MENGHINDAR PADA BURUNG GEREJA (Passer montanus) TERHADAP PREDATOR

Tujuan

• Mahasiswa mengetahui hubungan antara besarnya kelompok burung terhadap reaksinya


untuk terbang menghindari predator
• Mahasiswa mengetahui perilaku makan burung gereja

Pengantar

Tanda adanya bahaya diterima berbeda antara satu spesies dengan spesies lainnya. Pada jenis
burung gelatik mempunyai naluri takut terhadap burung hantu tetapi tdak takut terhadap ular, tetapi
pada spesies burung lain sejak lahir takut terhadap ular, tetapi tidak takut terhadap predator lain.
Respon terhadap predator juga bervariasi, meskipun predatornya sama akan memberikan tanda yang
berbeda pada waktu yang tidak sama. misalnya antelop tidak akan melarikan diri bila melihat singa
yang berjalan kearahnya, tetapi antelop akan bereaksi jika singa mengendap-endap pada semak-
semak. Ada beberapa cara hewan dalam menanggai predator yaitu : altuistik, kamuflase, dan mimikri
(Sudaryanto, 2011).

Alat dan Bahan

1. Termometer
2. Lux meter
3. Hygrometer
4. Meteran
5. Tally counter
6. Tally sheet
7. Tali raffia
8. Patok kayu

Prosedur kerja

1. Pengamatan dilakukan di kawasan kampus Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
2. Tentukan lokasi pengamatan dimana banyak terdapat burung gereja (Passer montanus)
3. Hitung jumlah burung pada kelompok burung yang akan diamati

30
4. Salah seorang memegang dua buah patok , lalu berjalan mendekati burung dengan
memusatkan pandangan terhadap salah satu individu burung yang menjadi pusat kelompok
burung. (jika berkelompok) yaitu burung yang terdekat dengan pengamat.
5. Menancapkan salah satu patok ketika burung yang menjadi pusat perhatian terbang untuk
menghindari pengamat.
6. Menancapkan patok kedua ketika burung yang lain terbang menghindari pengamat
7. Mengukur jarak antara patok pertama dan kedua. Catat hasilnya
8. Mengukur faktor lingkungan pada setiap jam pengamatan
9. Mengamati dan mencatat perilaku makan burung gereja
10. Mengamati dan mencatat jenis makanan yang dimakan selama pengamatan

31
Lembar Kerja

Lokasi :

Hari/Tanggal :

Cuaca :

No Jumlah Individu Jarak Predator Catatan perilaku makan

Bahan Laporan

1. Bandingkan perilaku anti predator burung gereja pada kelompok dengan jumlah individu yang
banyak, sedikit, dan burung gereja soliter berdasarkan jarak antara burung dengan predator.
2. Bandingkan perilaku anti predator pada kelompok burung di lokasi pengamatan yang berbeda
3. Deskripsikan perilaku makan pada burung gereja
4. Jenis makanan apa yang dikonsumsi oleh burung gereja, jenis makanan apa yang memiliki
frekuensi paling besar.

32
PRAKTIKUM VII

INVENTARISASI BURUNG DENGAN METODE TRANSEK

Tujuan

o Mahasiswa dapat mengetahui jenis –jenis burung yang ada di suatu lokasi
o Mahasiswa mengetahui kepadatan dan populasi jenis burung di lokasi tersebut
o Mahasiswa mengetahui kelimpahan jenis burung di lokasi tersebut

Alat dan Bahan

o Teropong binokuler
o Jam tangan
o Meteran
o Tape rekorder
o Kompas atau GPS
o Buku panduan lapangan burung
o Kamera
o Lembar pengamatan dan alat tulis

Metode Pengamatan

1. Tentukan ekosistem yang akan dicuplik


2. Tentukan jumlah transek yang akan dibuat pada daerah ekosistem yang akan dicuplik
3. Tentukan lebar garis transek (lebar kiri dan kanan masing-masing max 100 meter)
4. Tentukan titik awal dari transek, kemudian berjalan dengan kecepatan 1 km/jam dari mulai
titik awal sampai ke ujung transek.
5. Catatlah spesies burung, jumlah individu dan posisi jarak burung terhadap garis pusat
transek yang ditemukan selama pengamatan.
6. Pengamatan dilakukan sebanyak dua kali pada setiap transek yaitu pada pagi hari pukul
05.30-08.30 dan pada periode sore hari pukul 15.30 – 18.00.
7. Lakukan pengulangan sebanyak 2x

Analisis data

1. Frekuensi
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑖
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑀𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛

33
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = × 100%
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠

2. Menghitung Kekayaan Jenis (species richness)


Kekayaan jenis ditentukan dengan menggunakan indeks Margalef (Magurran, 2004) :

S −1
Dmg =
LnN
Keterangan: Dmg = Indeks Margalef
S = jumlah jenis yang teramati
N = jumlah total individu yang teramati
3. Menghitung Kelimpahan Jenis (Species abundance)
Kelimpahan jenis ditentukan dengan menggunakan indeks Shannon-Wiener (Magurran,
2004):
𝐻′ = − ∑(𝑝𝑖)(ln 𝑝𝑖)
𝑛𝑖
Keterangan: 𝑝𝑖 = 𝑁

H’ = Indeks Shannon-Wiener
Pi = Proporsi jenis i
ni = jumlah individu jenis i
N = jumlah individu seluruh jenis

Indeks shannon – Wiener memiliki indikator sebagai berikut (Santosa, 2008):


H’<1,5 = tingkat keanekaragaman rendah
1,5 ≤ H’ ≤ 3,5 = tingkat keanekaragaman sedang
H’>3,5 = tingkat keanekaragaman tinggi
4. Indeks Kemerataan (E)
𝐻′
𝐸 =
ln 𝑆
Keterangan : E : indeks kemerataan (nilai antara 0-1)
H’ : Keanekaragaman jenis
ln : logaritma natural
S : Jumlah Jenis
Jika nilai kemerataan pada suatu lokasi bernilai 1 maka pada habitat tersebut tidak
ada jenis yang mendominansi.

34
Lembar Kerja

Lokasi :

Hari/ Tanggal :

Waktu :

Cuaca :

Transek 1

No Nama Jenis Jumlah Individu Jarak Transek Aktivitas

Transek 2

No Nama Jenis Jumlah Individu Jarak Transek Aktivitas

Transek 3

No Nama Jenis Jumlah Individu Jarak Transek Aktivitas

35
Analisis Data Keanekaragaman

No Nama Jenis Jumlah Individu Frekuensi

36
PRAKTIKUM VIII

IDENTIFIKASI SERANGGA TANAH (METODE PITFALL TRAP)

Tujuan

• Mahasiswa dapat mengetahui kekayaan jenis serangga di suatu tempat


• Mahasiswa dapat mengetahui kelimpahan jenis serangga di suatu tempat
• Mahasiswa dapat mengetahui kemerataan jenis serangga di suatu tempat

Pengantar

Identifikasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui cirri khas satu kelompok
organisme, dalam hal ini serangga, menggunakan alat bantu yang tersedia. Identifikasi umumnya
dilakukan secara morfologis, meskipun pada perkembangannya, teknik sidik DNA dan enzim juga
sudah lazim digunakan. Hal yang penting pada identifikasi serangga secara morfologis adalah
pemahaman terhadap arti istilah-istilah morfologi yang umum digunakan pada kunci identifikasi.

Identifikasi serangga secara morfologi dapat menggunakan bantuan buku kunci identifikasi,
mencocokan dengan specimen voucer, atau menanyakan kepada ahlinya. Pada perkembangannya,
internet juga menjadi wahana yang cukup baik dalam membantu upaya identifikasi, atau juga
menggunakan program computer, misalnya CABI Keys, BioLink, dan LUCID Key (Putra dkk, 2011).

Identifikasi merupakan data awal dalam penentuan ukuran populasi suatu jenis pada habitat tertentu

1. Metode Pitfall trap

Alat Bahan
Gelas jus lengkap dengan tutupnya Detergen
Tusuk sate Gula
Soil tester Air
Lux meter Formalin 4 %
Hygrometer putar
Global Positioning System (GPS)
Buku Identifikasi Serangga

Prosedur Kerja

• Tentukan sebuah lokasi (masing-masing kelompok berbeda)

37
• Ukur faktor lingkungan di lokasi pengamatan
• Buatlah peta sederhana lokasi pengamatan
• Buatlah larutan air gula dan detergen
• Buatlah lubang pada tanah sebesar gelas jus
• Masukan larutan gula dan detergen kedalam gelas jus kira-kira ¼ bagian
• Masukan gelas jus kedalam lubang yang telah disiapkan
• Pasang tutupnya dengan cara disangga oleh tusuk sate
• Biarkan selama satu hari
• Identifikasi serangga yang terperangkap dalam gelas jus tersebut

Tutup
Gelas
Tusuk sate

Permukaan tanah

Gelas berisi larutan gula


+detergen

Analisis data

5. Frekuensi
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑖
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑀𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = × 100%
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠

6. Menghitung Kekayaan Jenis (species richness)


Kekayaan jenis ditentukan dengan menggunakan indeks Margalef (Magurran, 2004) :

S −1
Dmg =
LnN

Keterangan: Dmg = Indeks Margalef

S = jumlah jenis yang teramati

38
N = jumlah total individu yang teramati

7. Menghitung Kelimpahan Jenis (Species abundance)


Kelimpahan jenis ditentukan dengan menggunakan indeks Shannon-Wiener (Magurran, 2004):

𝐻′ = − ∑(𝑝𝑖)(ln 𝑝𝑖)

𝑛𝑖
Keterangan: 𝑝𝑖 = 𝑁

H’ = Indeks Shannon-Wiener

Pi = Proporsi jenis i

ni = jumlah individu jenis i

N = jumlah individu seluruh jenis

Indeks shannon – Wiener memiliki indikator sebagai berikut (Santosa, 2008):

H’<1,5 = tingkat keanekaragaman rendah

1,5 ≤ H’ ≤ 3,5 = tingkat keanekaragaman sedang

H’>3,5 = tingkat keanekaragaman tinggi

8. Indeks Kemerataan (E)


𝐻′
𝐸 =
ln 𝑆
Keterangan : E : indeks kemerataan (nilai antara 0-1)

H’ : Keanekaragaman jenis

ln : logaritma natural

S : Jumlah Jenis

Jika nilai kemerataan pada suatu lokasi bernilai 1 maka pada habitat tersebut tidak ada jenis
yang mendominansi.

39
Lembar Kerja

Lokasi :
Hari/Tanggal :
Waktu :
Cuaca :

No Nama Jenis Jumlah Individu Keterangan


Plot

40
Analisis Data Keanekaragaman

No Nama Jenis Jumlah Individu Frekuensi

41
PRAKTIKUM IX

IDENTIFIKASI ZOOPLANKTON

Tujuan

• Mahasiswa mengetahui jenis-jenis zooplankton di suatu prairan


• Mahasiswa mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kelimpahan zooplankton

Pengantar

Mempelajari suatu sistem perairan, perlu diawali dengan mengidentifikasi komponen-


komponen penyusun perairan tersebut dan hubungan ekologis antara komponen penyusunnya.
Plankton merupakan salah satu komponen perairan yang hamper selalu hadir di setiap badan air.
Kelompok ini biasa dibedakan dalam fitoplakton dan zooplankton. Zooplankton berperan penting
dalam memindahkan energy dari produsen primer yaitu fitoplankton (algae), ke tingkat konsumen
yang lebih tinggi seperti serangga aquatic, larva ikan, dan ikan –ikan kecil (Susilowati dkk, 2001)

Alat dan bahan

• Global positioning system (GPS)


• pH meter / pH indicator
• lux meter
• termometer air
• pengukur kedalaman air
• ember kecil
• botol air mineral 2/ kelompok
• botol film
• planktonet
• sprayer air
• formalin 5%
• Label

prosedur kerja

pengambilan sample

• menentukan tempat sampling yang representative

42
• setiap kelompok mengambil sample pada tempat yang berbeda
• ukur semua parameter lingkungan pada lokasi pengambilan sample (pH air, intensitas cahaya,
suhu air, kedalaman pengambilan sample, dan letak geografisnya)
• sample plankton diperoleh dengan menyaring air laut menggunakan plankton net
• setelah proses penyaringan selesai, bagian luar plankton net disemprot menggunakan sprayer
dengan air yang diambil dari lokasi sampling. Perlakuan ini bertujuan agar sample plankton
yang melekat pada dinding net dapat terkumpul semua kedalam botol penampung.
• Sample diawetkan kedalam buffered formalin 5%. Lalu diberi label penanda pada botol
sample
• Sebagai cadangan tiap kelompok membawa air laut/ sungai dari lokasi pengambilan sample
minimal 2 botol air mineral.

Analisis Zooplankton

• Analisis dilakukan dengan menuangkan semua sample zooplankton dalam botol sample ke
dalam petri dish ( sebelumnya botol di bolak balik agar tercampur rata).
• Sample diamati dengan bantuan mikroskop stereo. Apabila diperlukan gunakan pinset atau
jarum ose untuk membantu pengamatan.
• Semua jenis zooplankton yang teramati digambar dan diidentifikasi, minimum hingga taksa
ordo atau kelas
• Individu untuk masing-masing taksa yang ditemukan dihitung

43
Lembar Kerja

Lokasi pengambilan sample :

Hari/ Tanggal pengambilan sample :

Gambar Plankton

44
45
Analisis Data Keanekaragaman

No Nama Jenis Jumlah Individu Frekuensi

46
PRAKTIKUM X

PENGAMATAN FOOT PRINT, FECES DAN PELET HEWAN

Tujuan

o Mengetahui daerah lintasan atau wilayah yang dilalui hewan dalam melakukan aktivitas
hariannya.
o Mengidentifikasi makanan yang dikonsumsi oleh hewan pemangsa dan yang dimangsa
o Mengetahui populasi hewan bedasarkan jejak, feces, dan pellet.

Pengantar

Pengamatan jejak, feces dan pellet suatu satwa merupakan metode inventarisasi
satwa secara tidak langsung. Pengamatan ini biasa dilakukan pada mamalia besar.
Pengamatan jejak atau foot print mudah untuk dilakukan namun hanya jejak pada keadaan
dan ukuran yang normal yang dapat digunakan dalam inventarisasi (Alikodra, 1990).
Pengamatan jejak dapat digunakan dalam penentuan daerah lintasan atau daerah jelajah
suatu satwa dan juga dapat digunakan sebagai data pendugaan populasi satwa terutama
satwa yang hidup soliter. Pengamatan feces dan pellet pada satwa pemangsa dapat dilakukan
untuk mengidentifikasi pakan atau mangsa yang dikonsumsi oleh satwa tersebut.
Pengamatan feces juga dapat digunakan dalam pendugaan populasi suatu jenis satwa.

Alat dan Bahan

• Alat tulis
• Lembar pengamatan
• Kamera
• Penggaris

Metode Pengamatan

1. Pengamatan dilakukan dengan mengikuti jalur / jalan yang biasa digunakan oleh
satwa untuk melihat tanda-tanda jejak ataupun feces dan pelet
2. Identifikasi jejak dengan cara memperkirakan spesies dari bentuknya (satwa
bercakar atau ungulata)
3. Jejak yang ditinggalkan diukur panjang dan lebarnya, diambil gambarnya, juga
diperkirakan umur jejaknya.

47
4. Identifikasi terhadap feces dan pelet dilakukan dengan mengamati, mengambil
gambarnya dan mengidentifikasi jenis pakan atau mangsa yang dikonsumsi. (dapat
dilihat dari sisa makanan dalam feces atau pellet)

48
Lembar Kerja

Lokasi :
Waktu pengamatan :

No Jenis Satwa Panjang Lebar Jumlah jejak Jarak antar jejak waktu Lokasi

No Jenis Satwa Jenis Pakan


Berdasarkan feces Berdasarkan pelet

49

Anda mungkin juga menyukai