EKOLOGI
Penyusun :
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
PRAKTIKUM I
PEMETAAN SEDERHANA
Tujuan
Pengantar
Peta merupakan suatu lukisan yang mirip dari sebagian atau seluruh permukaan bumi yang
digambarkan pada bidang datar. Secara umum di Indonesia dikenal beberapa jenis peta yang
sering digunakan antara lain :
1. Peta Topografi; mencakup seluruh keadaan lapangan dan dilengkapi dengan gars ketinggian
tempat di bumi dari permukaan laut. Peta topografi memiliki kisaran skala antara 1:50.000 –
1:250.000
2. Peta Pemandangan; menggambarkan keadaan global pada suatu wilayah administrasi.
3. Peta Geologi; menggambarkan keadaan tanah berikut batuannya
4. Peta Kadaster; menggambarkan keadaan hutan
5. Peta Iklim; menggambarkan kondisi iklim atau cuaca suatu wilayah geografis secara periodic
Pemetaan sederhana dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti metode memencar,
interseksi, beranting dan meloncat (Husodo, 2005). Metode memencar digunakan untuk
memetakan areal terbuka atau vegetasi yang tidak terlalu rapat dengan batuan dua titik konstan
didalam lokasi yang akan dipetakan. Metode Interseksi digunakan untuk memetakan areal
terbuka seperti kolam , danau, dan rawa yang terlihat titik-titik terluarnya dengan bantuan dua
titik konstan diluar lokasi yang akan dipetakan. Metode beranting dan meloncat digunakan untuk
memetakan suatu areal dengan vegetasi yang rapat dan rimbun sehingga kita tidak dapat melihat
batasan titik-titik terluar lokasi yang akan dipetakan.
- Kompas - Meteran
- GPS - Patok
- Kertas Grafik/ Milimeter blok - Tali raffia
4
- Mistar Segitiga - Alat tulis
- Busur Derajat
Prosedur Kerja
1. Metode Memencar
- Tentukan lokasi yang akan dipetakan
- Tentukan titik konstan P dan Q yang saling tegak lurus di dalam areal yang akan di petakan
- Hitung jarak antara titik P dan Q
- Tentukan titik titik batas luar areal terutama pada belokan atau tikungan.
- Ukurlah jarak dan azimut dari titik P dan Q ke titik titik batas luar areal tersebut.
- Berdasarkan jarak dan azimut tersebut, buatlah peta pada kertas grafik dengan
menggunakan skala tertentu.
2. Metode Interseksi
- Tentukan titik konstan P dan Q di luar areal yang akan di petakan
- Hitung jarak antara titik Pdan Q
- Tentukan titik titik batas luar areal terutama pada belokan atau tikungan.
- Ukurlah jarak dan azimut dari titik P dan Q ke titik titik batas luar areal tersebut.
- Berdasarkan jarak dan azimut tersebut, buatlah peta pada kertas grafik dengan
menggunakan skala tertentu.
3. Metode Beranting
- Tentukan batas pinggir area yang akan dipetakan.
- Lakukan pengukuran jarak dan azimut dari satu titik luar ketitik luar lainnya secara
berurutan sampai kembali pada titik awal (mengelilingi area yang akan dipetakan).
- Berdasarkan jarak dan azimut tersebut, buatlah peta pada kertas grafik dengan
menggunakan skala tertentu.
4. Metode Meloncat
Metode Meloncat merupakan metode penyederhanaan dari metode beranting. Prosedur
kerja metode meloncat sama dengan metode beranting, namun pada metode meloncat ada
beberapa titik batas luar lokasi pemetaan yang diabaikan atau diloncati.
5
Lembar Kerja Metode Memencar/Interseksi
Hari/Tanggal :
Lokasi :
Jarak antara P dan Q :
Metode : Memencar / Interseksi *
Kedudukan Terhadap titik Konstan
TITIK P Q
Jarak Azimut Jarak Azimut
6
Lembar Kerja Metode Beranting / Meloncat
Hari/Tanggal :
Lokasi :
Metode : Beranting / Meloncat*
TITIK Jarak Azimut
A-B
B-C
C-D
D-E
…
7
HASIL PEMETAAN
8
PRAKTIKUM II
KAJIAN EKOSISTEM DAN JARING-JARING MAKANAN
Tujuan
Pengantar
Ekosistem memfokuskan kajian pada daur (pergerakan) dari meteri dan energy
melalui web (jaring-jaring) makanan (Sukarsono, 2009). Secara umum rantai makanan
merupakan peristiwa peralihan energy. Pada setiap tahap perpindahan energy, 80%-90%
energy potensial hilang sebagai panas, karena itu langkah –langkah dalam rantai
makanan terbatas 4-5 langkah saja. Dengan perkataan lain, semakin pendek rantai
makanan semakin besar pula energy yang tersedia. Ada dua tipe dasar rantai makanan
yaitu rantai makanan rerumputan (grazing food chain) misalnya: tumbuhan-herbivora-
karnivora dan rantai makanan sisa (detritus food chain). Bahan mati mikroorganisme
(detrivora = organisme pemakan sisa) predator (Anonim 2012). Kumpulan rantai
makanan akan membentuk jaring- jaring makanan.
9
Alat dan Bahan
o Alat tulis
o Termometer
o Hygrometer
o Luxmeter
o Anemometer
o Soil Tester
o Buku pengenal tumbuhan
Prosedur Kerja 1
10
- Catat hasil pengukuran
6. Ukur intensitas cahaya pada ekosistem yang dikaji dengan menggunakan lux meter
- Tekan tombol ON/OFF
- Pilih kisaran range yang akan diukur (2.000 lux, 20.000 lux, atau 50.000 lux)
- Arahkan sensor cahaya dengan menggunakan tangan pada daerah yang akan
diukur kuat penerangannya
- Lihat hasil pengukuran pada layar panel.
7. Catat komponen biotik yang menyusun ekosistem tersebut
8. Tentukan peran masing-masing komponen biotic pada rantai makanan
9. Buat rantai makanan dan jarring-jaring makanan pada ekosistem yang dikaji
11
Lembar Kerja
Lokasi :
Hari/tanggal :
Jenis Ekosistem :
2. Faktor Lingkungan
Ulangan
Faktor Lingkungan
1 2 3
Suhu Udara
Kelembaban Udara
pH Tanah
Kelembaban Tanah
Kecepatan Angin
Intensitas Cahaya
3. Komponen Biotik
No Nama Jenis Peran
12
4. Rantai Makanan
13
5. Jaring- Jaring makanan
14
PRAKTIKUM III
KURVA MINIMUM AREA
Tujuan
• Mahasiswa memahami prosedur kerja penentuan luas minimum area.
• Mahasiswa dapat menentukan ukuran petak contoh minimum yang mewakili
komunitas pada lokasi pengamatan.
Pengantar
Penelitian dalam bidang ekologi mengharuskan peneliti untuk mengamati komponen
– komponen penyusun ekosistem yang menjadi objek penelitian. Tentu saja peneliti memiliki
keterbatasan untuk mengumpulkan data baik dari segi waktu maupun biaya. Untuk
mendapatkan data kualitatif dan kuantitatif yang mewakili kondisi sesungguhnya maka
penelitian dapat dilakukan dengan cara mengamati sample yang representative. Dalam
penelitian vegetasi pengambilan sample biasanya dilakukan dengan bantuan petak contoh
atau plot. Terdapat beberapa metode dalam penentuan jumlah dan ukuran petak contoh
(plot). Salah satu cara untuk menentukan ukuran petak contoh adalah dengan penentuan
kurva minimum area.
Prosedur Kerja
Buatlah plot berbentuk bujursangkar dengan luas awal 0.5 m x0.5 m pada lokasi
dengan vegetasi rapat.
Identifikasi, hitung dan catat semua jenis tumbuhan yang berada dalam plot kuadrat
tersebut.
15
Perluas plot menjadi dua kali luas sebelumnya, hitung kembali pertambahan jenis
yang baru ditemui.
Lakukan perluasan plot sampai tidak terjadi lagi penambahan jenis tumbuhan atau
penambahan tidak lebih dari 10 %.
16
Lembar Kerja
Lokasi :
Hari/tanggal :
1. Tabel Pengamatan
Petak Contoh
Jenis yang Junlah Pertambahan % pertambahan
/
Ditemukan Jenis Jenis Jenis
plot (m)
17
2. Kurva Minimum Area
18
PRAKTIKUM IV
ANALISIS VEGETASI
Tujuan :
Metode Pengamatan
1. Buatlah plot 20 x 20 m sebanyak 3 plot yang dibentangkan pada garis transek
memotong kontur.
2. Buatlah plot plot kecil didalamnya dengan ukuran : 2 x 2 m , 5 x 5m , 10X10m.
19
3. Hitung jumlah jenis tumbuhan yang berada didalam plot sesuai dengan
kategorinya 2 x 2 m (semai), 5 x 5m (Pancang), 10X10m (Tiang), dan 20 x 20m
(pohon)
4. Hitung jumlah individu setiap jenis yang dijumpai dalam plot
5. Hitung kerimbunan pada semai dengan menghitung diameter tutupan dari daun
terluar ke daun terluar dihadapannya.
6. Hitung DBH ( Diameter Breast High) pada tingkat pancang, tiang, pohon.
7. Mengukur suhu, kelembaban, intensitas cahaya dan ketinggian pada setiap plot
pengamatan
20
Lembar Kerja
Analisis vegetasi tingkat semai
Lokasi :
Hari/ Tanggal :
21
Lembar Kerja
Analisis vegetasi tingkat pancang
Lokasi :
Hari/ Tanggal :
22
Lembar Kerja
Analisis vegetasi tingkat tiang
Lokasi :
Hari/ Tanggal :
23
Lembar Kerja
Analisis vegetasi tingkat pohon
Lokasi :
Hari/ Tanggal :
24
Faktor lingkungan
Ulangan
Faktor Lingkungan
1 2 3
Suhu Udara
Kelembaban Udara
pH Tanah
Kelembaban Tanah
Kecepatan Angin
Intensitas Cahaya
ketinggian
25
PRAKTIKUM V
BIOMASSA
Tujuan
• Mahasiswa dapat menentukan biomasa tiap jenis tumbuhan dalam suatu vegetasi.
• Mahasiswa dapat menentukan perkiraan jumlah simpanan karbon dalam suatu area.
Pengantar
• Alat tulis
• Buku identifikasi tumbuhan
• Gunting
• Patok
• Kantong Koran
• Label
• Meteran
• Oven
• Tali raffia
• Timbangan
Analisis data
∑ 𝑏𝑘
BK =𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑙𝑜𝑡 × 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑜𝑘𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛
• catatan : buat lebih dari 1 plot jika vegetasi tak seragam dan kondisi tanah berlereng,
perluas plot jika terdapat pohon yang besar (20 m X 100 m)
• Catat nama setiap pohon dan ukur diameter setinggi dada (DBH) (1,3 m diatas
permukaan tanah).
• Pengukuran hanya dilakukan pada pohon dengan diameter > 5 cm-30 cm.
• Pengukuran dimeter dilakukan dengan penghitungan keliling batang.
• Ukur tinggi pohon
• Tetapkan berat jenis kayu dari masing-masing jenis pohon dengan cara memotong
kayu dari salah satu cabang, ukur panjang, diameter dan timbang berat basahnya
• Masukan dalam oven pada suhu 100 derajat celcius selam 48 jam dan timbang berat
keringnya.
• Hitung volumenya
27
Lembar Kerja Metode Destruktif
Lokasi :
Hari/ Tanggal :
Biomassa Total =
Simpanan Karbon =
28
Lembar Kerja Metode Non – Destruktif
Lokasi :
Hari / Tanggal :
Total Biomassa =
Simpanan Karbon =
29
PRAKTIKUM VI
Tujuan
Pengantar
Tanda adanya bahaya diterima berbeda antara satu spesies dengan spesies lainnya. Pada jenis
burung gelatik mempunyai naluri takut terhadap burung hantu tetapi tdak takut terhadap ular, tetapi
pada spesies burung lain sejak lahir takut terhadap ular, tetapi tidak takut terhadap predator lain.
Respon terhadap predator juga bervariasi, meskipun predatornya sama akan memberikan tanda yang
berbeda pada waktu yang tidak sama. misalnya antelop tidak akan melarikan diri bila melihat singa
yang berjalan kearahnya, tetapi antelop akan bereaksi jika singa mengendap-endap pada semak-
semak. Ada beberapa cara hewan dalam menanggai predator yaitu : altuistik, kamuflase, dan mimikri
(Sudaryanto, 2011).
1. Termometer
2. Lux meter
3. Hygrometer
4. Meteran
5. Tally counter
6. Tally sheet
7. Tali raffia
8. Patok kayu
Prosedur kerja
1. Pengamatan dilakukan di kawasan kampus Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
2. Tentukan lokasi pengamatan dimana banyak terdapat burung gereja (Passer montanus)
3. Hitung jumlah burung pada kelompok burung yang akan diamati
30
4. Salah seorang memegang dua buah patok , lalu berjalan mendekati burung dengan
memusatkan pandangan terhadap salah satu individu burung yang menjadi pusat kelompok
burung. (jika berkelompok) yaitu burung yang terdekat dengan pengamat.
5. Menancapkan salah satu patok ketika burung yang menjadi pusat perhatian terbang untuk
menghindari pengamat.
6. Menancapkan patok kedua ketika burung yang lain terbang menghindari pengamat
7. Mengukur jarak antara patok pertama dan kedua. Catat hasilnya
8. Mengukur faktor lingkungan pada setiap jam pengamatan
9. Mengamati dan mencatat perilaku makan burung gereja
10. Mengamati dan mencatat jenis makanan yang dimakan selama pengamatan
31
Lembar Kerja
Lokasi :
Hari/Tanggal :
Cuaca :
Bahan Laporan
1. Bandingkan perilaku anti predator burung gereja pada kelompok dengan jumlah individu yang
banyak, sedikit, dan burung gereja soliter berdasarkan jarak antara burung dengan predator.
2. Bandingkan perilaku anti predator pada kelompok burung di lokasi pengamatan yang berbeda
3. Deskripsikan perilaku makan pada burung gereja
4. Jenis makanan apa yang dikonsumsi oleh burung gereja, jenis makanan apa yang memiliki
frekuensi paling besar.
32
PRAKTIKUM VII
Tujuan
o Mahasiswa dapat mengetahui jenis –jenis burung yang ada di suatu lokasi
o Mahasiswa mengetahui kepadatan dan populasi jenis burung di lokasi tersebut
o Mahasiswa mengetahui kelimpahan jenis burung di lokasi tersebut
o Teropong binokuler
o Jam tangan
o Meteran
o Tape rekorder
o Kompas atau GPS
o Buku panduan lapangan burung
o Kamera
o Lembar pengamatan dan alat tulis
Metode Pengamatan
Analisis data
1. Frekuensi
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑖
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑀𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
33
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = × 100%
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
S −1
Dmg =
LnN
Keterangan: Dmg = Indeks Margalef
S = jumlah jenis yang teramati
N = jumlah total individu yang teramati
3. Menghitung Kelimpahan Jenis (Species abundance)
Kelimpahan jenis ditentukan dengan menggunakan indeks Shannon-Wiener (Magurran,
2004):
𝐻′ = − ∑(𝑝𝑖)(ln 𝑝𝑖)
𝑛𝑖
Keterangan: 𝑝𝑖 = 𝑁
H’ = Indeks Shannon-Wiener
Pi = Proporsi jenis i
ni = jumlah individu jenis i
N = jumlah individu seluruh jenis
34
Lembar Kerja
Lokasi :
Hari/ Tanggal :
Waktu :
Cuaca :
Transek 1
Transek 2
Transek 3
35
Analisis Data Keanekaragaman
36
PRAKTIKUM VIII
Tujuan
Pengantar
Identifikasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui cirri khas satu kelompok
organisme, dalam hal ini serangga, menggunakan alat bantu yang tersedia. Identifikasi umumnya
dilakukan secara morfologis, meskipun pada perkembangannya, teknik sidik DNA dan enzim juga
sudah lazim digunakan. Hal yang penting pada identifikasi serangga secara morfologis adalah
pemahaman terhadap arti istilah-istilah morfologi yang umum digunakan pada kunci identifikasi.
Identifikasi serangga secara morfologi dapat menggunakan bantuan buku kunci identifikasi,
mencocokan dengan specimen voucer, atau menanyakan kepada ahlinya. Pada perkembangannya,
internet juga menjadi wahana yang cukup baik dalam membantu upaya identifikasi, atau juga
menggunakan program computer, misalnya CABI Keys, BioLink, dan LUCID Key (Putra dkk, 2011).
Identifikasi merupakan data awal dalam penentuan ukuran populasi suatu jenis pada habitat tertentu
Alat Bahan
Gelas jus lengkap dengan tutupnya Detergen
Tusuk sate Gula
Soil tester Air
Lux meter Formalin 4 %
Hygrometer putar
Global Positioning System (GPS)
Buku Identifikasi Serangga
Prosedur Kerja
37
• Ukur faktor lingkungan di lokasi pengamatan
• Buatlah peta sederhana lokasi pengamatan
• Buatlah larutan air gula dan detergen
• Buatlah lubang pada tanah sebesar gelas jus
• Masukan larutan gula dan detergen kedalam gelas jus kira-kira ¼ bagian
• Masukan gelas jus kedalam lubang yang telah disiapkan
• Pasang tutupnya dengan cara disangga oleh tusuk sate
• Biarkan selama satu hari
• Identifikasi serangga yang terperangkap dalam gelas jus tersebut
Tutup
Gelas
Tusuk sate
Permukaan tanah
Analisis data
5. Frekuensi
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑖
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑀𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = × 100%
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
S −1
Dmg =
LnN
38
N = jumlah total individu yang teramati
𝐻′ = − ∑(𝑝𝑖)(ln 𝑝𝑖)
𝑛𝑖
Keterangan: 𝑝𝑖 = 𝑁
H’ = Indeks Shannon-Wiener
Pi = Proporsi jenis i
H’ : Keanekaragaman jenis
ln : logaritma natural
S : Jumlah Jenis
Jika nilai kemerataan pada suatu lokasi bernilai 1 maka pada habitat tersebut tidak ada jenis
yang mendominansi.
39
Lembar Kerja
Lokasi :
Hari/Tanggal :
Waktu :
Cuaca :
40
Analisis Data Keanekaragaman
41
PRAKTIKUM IX
IDENTIFIKASI ZOOPLANKTON
Tujuan
Pengantar
prosedur kerja
pengambilan sample
42
• setiap kelompok mengambil sample pada tempat yang berbeda
• ukur semua parameter lingkungan pada lokasi pengambilan sample (pH air, intensitas cahaya,
suhu air, kedalaman pengambilan sample, dan letak geografisnya)
• sample plankton diperoleh dengan menyaring air laut menggunakan plankton net
• setelah proses penyaringan selesai, bagian luar plankton net disemprot menggunakan sprayer
dengan air yang diambil dari lokasi sampling. Perlakuan ini bertujuan agar sample plankton
yang melekat pada dinding net dapat terkumpul semua kedalam botol penampung.
• Sample diawetkan kedalam buffered formalin 5%. Lalu diberi label penanda pada botol
sample
• Sebagai cadangan tiap kelompok membawa air laut/ sungai dari lokasi pengambilan sample
minimal 2 botol air mineral.
Analisis Zooplankton
• Analisis dilakukan dengan menuangkan semua sample zooplankton dalam botol sample ke
dalam petri dish ( sebelumnya botol di bolak balik agar tercampur rata).
• Sample diamati dengan bantuan mikroskop stereo. Apabila diperlukan gunakan pinset atau
jarum ose untuk membantu pengamatan.
• Semua jenis zooplankton yang teramati digambar dan diidentifikasi, minimum hingga taksa
ordo atau kelas
• Individu untuk masing-masing taksa yang ditemukan dihitung
43
Lembar Kerja
Gambar Plankton
44
45
Analisis Data Keanekaragaman
46
PRAKTIKUM X
Tujuan
o Mengetahui daerah lintasan atau wilayah yang dilalui hewan dalam melakukan aktivitas
hariannya.
o Mengidentifikasi makanan yang dikonsumsi oleh hewan pemangsa dan yang dimangsa
o Mengetahui populasi hewan bedasarkan jejak, feces, dan pellet.
Pengantar
Pengamatan jejak, feces dan pellet suatu satwa merupakan metode inventarisasi
satwa secara tidak langsung. Pengamatan ini biasa dilakukan pada mamalia besar.
Pengamatan jejak atau foot print mudah untuk dilakukan namun hanya jejak pada keadaan
dan ukuran yang normal yang dapat digunakan dalam inventarisasi (Alikodra, 1990).
Pengamatan jejak dapat digunakan dalam penentuan daerah lintasan atau daerah jelajah
suatu satwa dan juga dapat digunakan sebagai data pendugaan populasi satwa terutama
satwa yang hidup soliter. Pengamatan feces dan pellet pada satwa pemangsa dapat dilakukan
untuk mengidentifikasi pakan atau mangsa yang dikonsumsi oleh satwa tersebut.
Pengamatan feces juga dapat digunakan dalam pendugaan populasi suatu jenis satwa.
• Alat tulis
• Lembar pengamatan
• Kamera
• Penggaris
Metode Pengamatan
1. Pengamatan dilakukan dengan mengikuti jalur / jalan yang biasa digunakan oleh
satwa untuk melihat tanda-tanda jejak ataupun feces dan pelet
2. Identifikasi jejak dengan cara memperkirakan spesies dari bentuknya (satwa
bercakar atau ungulata)
3. Jejak yang ditinggalkan diukur panjang dan lebarnya, diambil gambarnya, juga
diperkirakan umur jejaknya.
47
4. Identifikasi terhadap feces dan pelet dilakukan dengan mengamati, mengambil
gambarnya dan mengidentifikasi jenis pakan atau mangsa yang dikonsumsi. (dapat
dilihat dari sisa makanan dalam feces atau pellet)
48
Lembar Kerja
Lokasi :
Waktu pengamatan :
No Jenis Satwa Panjang Lebar Jumlah jejak Jarak antar jejak waktu Lokasi
49