Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA


KELAS XI IPS SMA NEGERI 5 SAMARINDA
Rusli1, M. Khairul Ali Hanif2, YulianWidya Saputra3
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UniversitasMulawarmanSamarinda
*rusligeografi16@gmail.com dan bukit_12@yahoo.co.id

Abstrak
Model Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
inovatif dan menitikberatkan kepada siswa dalam hal mencari suatu informasi yang
berasal dari suatu permasalahan dunia nyata secara berkelompok. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar
siswa. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode Pre Experimental Design
dengan One Shot Case Study. Pemilihan sampel menggunakan simple random sampling.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Samarinda yakni pada kelas XI IPS 1,
dengan jumlah siswa sebanyak 35 siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan teknik tes untuk mengetahui hasil belajar, dan penilaian model Problem
Based Learning (PBL) menggunakan angket untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap
penerapan model Problem Based Learning (PBL). Teknik yang digunakan untuk menguji
hipotesis adalah uji regresi linear sederhana. Berdasarkan analisis melalui regresi linear
sederhana diperoleh dari penelitian ini besarnya kontribusi pengaruh model Problem
Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar adalah 32.7 %.

Katakunci: Problem Based Learning (PBL), Hasil Belajar Geografi, SMAN 5


Samarinda
ABSTRACT
The Effect of Problem Based Learning (PBL) Model to The Achievement of Geography
Lesson for Eleventh Grade Social Class Students in SMA Negeri 5
Samarinda in Academic Year 2018/2019. This study is under the guidance
of Drs. H. M. Khairul Ali Hanif, M.Pd as Advisor 1 and
YulianWidyaSaputra, M.Pd as Advisor II.

Problem Based Learning (PBL) model is an innovative student-centered approach which


focuses on inquiring information based on real-life problems in a group-works. The
objective of this study was to determine the effect of Problem Based Learning (PBL)
model to the achievement of the students. This study was designed as a quantitative study
with Pre Experimental Design method and One Shot Case Study. The samples were
chosen by using simple random sampling. This study was conducted in SMA Negeri 5
Samarinda, specifically in the Eleventh Grade Social Class 1, with 35 students. The data
were collected by using a test to determine the achievement and a questionnaire to
determine the response of students for the application of Problem Based Learning (PBL)
model. Simple linear regression was used to test the hypothesis. According to the
analysis, it was found that the contribution of Problem Based Learning (PBL) model to
the achievement was 32.7 %.

Keywords: Problem Based Learning (PBL) Model, Achievement in Geography Lesson,


SMAN 5 Samarinda
I. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan juga merupakan program penting
pemerintah dalam mendukung pembangunan negara. Pendidikan di Indonesia selanjutnya
berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia. Melalui proses pendidikan, suatu
bangsa dapat mencapai tujuan yang diinginkan, dalam hal peningkatan kualitas sumber
daya manusia, tingkat kesejahteraan hidup dan dapat menumbuhkan sikap kepribadian
yang baik.
Pendidikan secara lebih jauh bertujuan untuk mengembangkan manusia menuju
kedewasaan. Tingkatan kedewasaaan ini terdiri dari kedewasaan intelektual, sosial dan
moral. Dengan demikian, pendidikan bukan hanya mengembangkan aspek kognitif
individu akan tetapi semua hal yang mencakup ciri dan karakteristik diri dari individu
tersebut. Pendidikan yang diterapkan di sekolah saaat sekarang ini menggunakan
kurikulum terbaru. Kurikulum tersebut digunakan untuk menyesuaikan perkembangan
zaman dan tantangan di masyarakat. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah kurikulum
2012.Pembelajaran dalam kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaram
kontekstual dengan student center dan pendekatan saintifik.
Perkembangan kurikulum menuntut siswa agar dapat bersikap aktif, kreatif dan
inovatif dapat terwujud dengan menempatkan siswa sebagai subjek pendidikan. Peran
guru dalam hal ini sebagai fasilitator dan bukan menjadi satu – satunya sumber belajar.
Namun, seiring fakta yang ada dilapangan seorang guru masih menjadi sumber utama
dalam proses pembelajaran. Dengan keberadaan pembelajaran yang cenderung berpusat
pada guru akan berpengaruh dalam pembelajaran bahkan hingga hasil akhir dari
pembelajaran.
Proses pembelajaran geografi terjadi secara kompleks sehingga tidak dapat hanya
sekedar disampaikan secara langsung tentang suatu konsep dan prinsip – prinsip, tetapi
para siswa harus mengamati gejala geografi secara utuh dengan menggunakan segala
penginderaan sebanyak mungkin. Hal ini mengingat pembelajaran geografi yang secara
kajian aspek material terdiri dari dua yakni konsep kongkret dan abstrak. Kedua aspek
materi ajar ini mengandung konsekuensi pembelajaran siswa diharapkan dapat bersikap
aktif dalam mengamati, membangun keterampilan dan mampu bertanggung jawab dalam
menghadapi masalah sosial, serta terlibat aktif dalam diskusi dengan teman dibawah
bimbingan guru di kelas. Oleh karena itu, peran guru dalam hal menerapkan suatu model
pembelajaran harus sesuai dengan materi dan karakteristik siswa di kelas. Sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan memberikan kemudahan kepada para siswa
dalam memahami suatu materi serta tercapainya kompetensi pembelajaran.
Model pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam tercapainya
kompetensi hingga tujuan pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran ini memiliki
konsekuensi dalam penyampaian materi geografi dalam kelas selayaknya inovatif dan
kreatif merangsang siswa untuk belajar. Penggunaan model yang tepat oleh guru akan
memberikan pengalaman belajar yang berbeda kepada para siswa. Sehingga pengalaman
belajar tersebut dapat dialami secara langsung oleh para siswa dalam proses pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mengembangkan
penguasaan konsep, motivasi dan kemampuan berpikir kritisnya sehingga siswa menjadi
aktif dan pembelajaran menjadi berpusat pada siswa adalah model problem based learning
(PBL). Model pembelajaran ini membuat kemampuan berpikir siswa betul – betul
dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa
dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya
secara berkesinambungan.
Penggunaan model pembelajaran di kelas juga dibarengi oleh aktivitas yang dilakukan
oleh para siswa. Aktivitas tersebut dapat berupa diskusi kelas, pengerjaan LKPD, maupun
presentasi kelas. Serangkaian kegiatan tersebut menunjukkan para siswa akan aktif dalam
proses pembelajaran untuk memecahkan suatu masalah dan berdiskusi dengan teman atau
guru. Model problem based learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang
melibatkan siswa aktif mencari informasi untuk memecahkan suatu masalah dengan
pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Pengetahuan ini selanjutnya
dihubungkan dengan penggunaan teknologi informasi dalam jaringan untuk menemukan
informasi baru. Oleh karena itu langkah – langkah dari model pembelajaran ini dapat
merangsang siswa untuk aktif.
Hasil observasi pembelajaran, wawancara dengan pihak sekolah serta informasi yang
diperoleh dari salah seorang guru geografi di SMA Negeri 5 Samarinda diperoleh
beberapa informasi permasalahan pembelajaran. Permasalahan pembelajaran tersebut
berkaitan dengan pembelajaran geografi yang diterapkan di sekolah masih terpusat
aktivitas di kelas didominasi oleh guru. Pemilihan model pembelajaran dalam proses
pembelajaran dan aktivitas belajar siswa yang masih kurang emaksimalkan potensi belajar
siswa yang heterogen. Faktor lain yang diidentifikasi para siswa di kelas cenderung kurang
aktif dalam pembelajaran. Selanjutnya penggunaan metode ceramah yang masih dominan
dilakukan sehingga hanya memberikan penekanan tekstual. Proses pembelajaran yang
terlihat selama observasi di kelas menunjukkan proses teacher centered dimana
mengandung makna guru sebagai subjek aktif dalam kelas.

Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model yang menggunakan


masalah nyata yang dikaitkan dengan materi pelajaran khususnya geografi. Model ini
mengarahkan siswa untuk belajar cara berfikir kritis dan keterampilan memecahkan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensiall dari materi
pelajaran. Sumarmi (2012:112) menjelaskan bahwa “Pembelajaran Berbasis Masalah atau
problem based learning (PBL) adalah model pembelajaran yang menantang siswa untuk
belajar, bekerja secara kooperatif di dalam kelompok untuk memecahkan permasalah-
permasalahan di dunia nyata. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu
model pembelajaran yang menarik untuk dikembangkan saat ini. Pembelajaran berbasis
masalah merupakan suatu pembelajaran yang menuntut aktivitas mental peserta didik
untuk memahami konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada
awal pembelajaran. Masalah yang disajikan pada peserta didik merupakan masalah
kehidupan sehari-hari (kontekstual) yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk
berpikir secara kritis.
Rusman (2010:32) mengemukakan sepuluh karateristik model PBL, yaitu: (1)
permasalahan menjadi awal dalam pembelajaran; (2) permasalahn yang diangkat adalah
permasalahan yang ada di dunia nyata; (3) permasalahan membutuhkan persepektif ganda;
(4) permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa; (5) belajar
pengarahan diri menjadi hal yang utama; (6) pemanfaatan sumber pengetahuan yang
beragam merupakan proses yang penting dalam PBL; (7) belajar melalui kolaboratif,
komunikasi, dan kooperatif; (8) pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan
masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari
sebuah permasalahan yang dapat memberikan pengalaman kepada siswa; (9) keterbukaan
dalam proses PBL meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar; (10) PBL
melibatkan evaluasi dan riview pengalaman siswa dan proses belajar.
Ciri – ciri menurut Mulyasa (2014: 145) Model Problem Based Learning
(PBL) dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
a. Mengorientasi pesrta didik pada masalah. Tahap ini dilakukan untuk
memfokuskan peserta didik (mengamati) masalah yang menjadi objek
pembelajaran dan membuat siswa berpikir secara kritis dalam menghadapi
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
b. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Pengorganisasian pembelajaran
merupakan salah satu kegiatan agar peserta didik menyampaikan berbagai
pertanyaan (menanya) terhadap masalah yang disajikan dan menambah
pengalaman belajar terhadap siswa.
c. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok. Pada tahap ini peserta didik
melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh data dalam rangka
menjawab atau meyelesaikan masalah yang dikaji bersama temannya.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Peserta didik menghubungkan data
yang ditemukan dari percobaan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber
(mengkomunikasikan). Sehingga membuat peserta didik bertanggung jawab
terhadap hasil karya yang mereka dapatkan.
e. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Setelah peserta didik mendapat
jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya dianalisis dan dievaluasi
(menalar).
Menurut Sanjaya (2008:44) kelebihan dan kelemahan model pembelajaran berbasis
masalah (Problem Based Learning) sebagai berikut.
1. Kelebihan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)
a. Teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
b. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa.
c. Meningkatkan aktivitas belajar siswa.
d. Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami
masalah dalam kehidupan nyata.
e. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang siswa lakukan. Selain itu
pemecahan masalah juga dapat mendorong siswa untuk melakukan evaluasi
sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
f. Memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (Matematika, IPA,
Sejarah, Geografi, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupkan cara
berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar
belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
g. Pemecahan masalah dianggaplebih menyenangkan dan disukai siswa untuk
menambah pengalaman belajar siswa.
h. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menyesuaikan dengan pengetahuan
baru.
i. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan
yang dimiliki siswa dalam dunia nyata.
j. Mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun
belajar pada pendidikan formal berakhir.
2. Kelemahan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)
a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba.
b. Keberhasilan pembelajaran berbasis masalah membutuhkan cukup waktu untuk
persiapan.
c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Hasil belajar adalah kemampuan yang diterima oleh siswa melalui pendidikan
atau pelatihan yang dilakukan atau ditransfer oleh seorang guru kepada siswa yang akan
menghasilkan kemampuan, pengetahuan, dan nilai-nilai yang dapat diimplementasikan
siswa dalam kehidupannya, baik diaplikasikan dalam masyarakat, dalam keluarga
maupun dunia kerja. Menurut Gagne, hasil belajar adalah hasil dari proses belajar
mengajar yang dicapai siswa dalam menguasai materi yang telah diajarkan. Secara
umum hasil belajar dapat dikategorikan sebagai keterampilan intelektual, strategi
kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik dan sikap (Suprihatingsih, 2016:63).

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Pada suatu pembelajaran di kelas tertentu, hasil pembelajaran yang di peroleh
masing-masing siswa beraneka ragam.Perbedaan hasil belajar siswa tersebut
dipengaruhi oleh berbagi faktor.Menurut Slameto (2010:54), faktor-faktor tersebut
secara global dapat diuraikan dalam dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Yang termasuk
kedalam faktor ini adalah:
1) Faktor jasmani, yaitu meliputi:
a) Faktor Kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta
bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat.
Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang
akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat
lelah, kurang bersemangat.
b) Cacat Tubuh. Yaitu sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurna mengenai tubuh/badan.
2) Faktor kelelahan, yang meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul
kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat
dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan
untuk menghasilkan sesuatu hilang.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, yang termasuk
kedalam faktor eksternal adalah:
1) Faktor keluarga. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah
tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
2) Faktor sekolah. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa , relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode
belajar dan tugas rumah.
3) Faktor Masyarakat. Masyarakat sangat berpengaruh terhadap belajar siswa karena
keberadaannya siswa dalam masyarakat. Seperti kegiatan siswa
dalam masyarakat, mass media yang juga berpengaruh terhadap positif dan
negatifnya, pengaruh dari teman bergaul siswa dan kehidupan masyarakat disekitar
siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa.
3. Manfaat Penilaian Hasil Belajar
Pada   umumnya   guru   merasa   menjadi   orang   yang   berkewajiban   menilai
siswa.Hampir  tidak  ada   guru  yang  mengatakan   bahwa  siswa   juga  dapat   berfungsi
untuk   menilai.Konsep   penilaian   autentik   memandang   bahwa   penilaian   harus
transparan dan dapat dilakukan oleh siapa saja termasuk siswa. Transparan artinya
bahwa hal­hal apa yang akan dinilai harus dikomunikasikan kepada siswa (pihak yang
dinilai). Siswa juga harus diberdayakan untuk mampu menilai dirinya sendiri (self
assessment) maupun menilai teman­temannya (Suwono 2010:108)

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang mencari hubungan
kausal. Antara variabel model pembelajaran problem based learning (PBL) dan hasil
belajar. Selanjutnya desain penelitian ini menggunakan desain pre experimental
design dengan one shot case study. Dimana metode pre experimental design belum
merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang
ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel terikat. Dan penelitian ini
menggunakan one-shot case study karena dalam penelitian ini tidak ada kelompok
kontrol, dan objek penelitian ini menggunakan satu kelas yang diberikan perlakuan
model pembelajaran problem based learning (PBL) serta diberi post-test, kemudian
hasil belajarnya diolah dengan hasil statistik regresi sederhana dengan bantuan SPSS.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh kelas XI IPS semester ganjil SMA
Negeri 5 Samarinda tahun ajaran 2018/2019 yang terdiri dari 4 kelas yang beralamat
di jalan Ir. H. Juanda No. 1, Air Putih, Samarinda Ulu, Kota Samarinda Sampel pada
penelitian ini yaitu kelas XI IPS 1, Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah simple random sampling.Simple random sampling adalah teknik pengambilan
sampel secara acak dengan tidak memperhatikan tingkatan strata yang ada dalam
populasi tersebut.

HASIL PENELITIAN
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 35 orang, setelah selesai
dilaksanakannya proses pembelajaran di kelas XI IPS 1, pada pertemuan terakhir
siswa diberikan soal post-test yang berupa soal pilihan ganda 20 dan soal essay 5
yang berguna untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan menggunakan
model pembelajaran problem based learning (PBL), dengan demikian dapat
diketahui pengaruh model pembelajaran problem based learning (PBL) terhadap
hasil belajar siswa.
1. Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS 1 SMA N 5 Samarinda
Dari analisis hasil belajar siswa setelah melalui proses pembelajaran, hasil
belajar siswa setelah diajarkan menggunakan model pembelajaran problem based
learning (PBL) diperoleh presentase sebesar 94% dengan rincian 33 siswa tuntas
dalam pembelajaran dari 35 siswa. Ketuntasan belajar siswa berpedoman dengan
KKM sekolah pada mata pelajaran geografi yaitu dengan nilai 75. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah diperoleh, rata-rata untuk hasil belajar siswa yaitu 87.
Nilai ini didapatkan dari nilai evaluasi post-test, nilai rata-rata ini sudah mencapai
nilai KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 75. Demikian hasil belajar ini
tergolong dalam kriteria sangat baik dengan presentase ketuntasan 80%, maka
pembelajaran dikatakan berhasil.
Hasil belajar geografi dapat dipresentasikan dari 35 siswa terdapat 32 siswa
atau 91% dengan kriteria sangat baik. Kemudian 2 siswa atau 6% siswa dengan
kategori baik, dan 1 siswa atau 3% dengan kategori cukup baik. Hal ini
menunjukan bahwa setelah diajarkan menggunakan model pembelajaran problem
based learning (PBL) memiliki pengaruh yang positif terhadap hasil belajar siswa,
dimana terdapat 33 siswa atau 94% siswa telah mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM), dan 2 siswa atau 6% siswa yang belum mencapai KKM,
berdasarkan hasil tersebut, artinya lebih dari 94% siswa telah berhasil mencapai
tujuan pembelajaran, akan tetapi masih ada 2 siswa atau 6% siswa masih belum
mencapai nilai KKM.
Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2010:54) bahwa hasil belajar
dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal
meliputi kesehatan jasmani, yaitu Faktor Kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan
baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan
seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan
terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah,
kurang bersemangat. Faktor kelelahan, yang meliputi kelelahan jasmani dan
kelelahan rohani.
Faktor eksternal meliputi faktor keluarga. Siswa yang belajar akan menerima
pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota
keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Faktor sekolah.
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa , relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah
pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar
dan tugas rumah.
Kedua faktor internal dan eksternal ini secara terpadu mempengaruhi aktifitas
siswa dalam pembelajaran di kelas.Pada saat penelitian, para siswa sangat antusias
dan aktif dalam mengikuti pembelajaran tetapi terdapat beberapa siswa yang hanya
diam memperhatikan pembelajaran hingga selesai. Selanjutnya selama penelitian
peneliti mengantisipasi faktor tersebut dengan memaksimalkan setiap langkap
pembelajaran di dalam model pembelajaran berbasis masalah. Keberadaan bahwa
hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor eksternak dan internal siswa didukung
oleh penelitian Hassoubah dalam Fakhriyah (2014:) yang menyebutkan bahwa latar
belakang kepribadian dan kebudayaan individu dapat mempengaruhi usaha
individutersebut untuk dapat berpikir kritis terhadap suatu masalah dalam
kehidupan.
Berdasarkan hasil pengolahan data hasil belajar, rata-rata hasil belajar siswa
yang mendapatkan nilai diatas KKM yaitu 87 sebanyak 33 siswa atau 94% siswa
tuntas dalam proses belajar mengajar pada materi persebaran flora dan fauna.
Ketuntasan belajar siswa berpedoman dengan KKM sekolah pada mata pelajaran
geografi yaitu dengan nilai 75, karena persentase siswa yang tuntas pada materi
persebaran flora dan fauna sebesar 94% maka pembelajaran dikatakan berhasil
dengan penerapan model Problem Based Learning (PBL).
2. Pengaruh Model Pembelajaran problem based learning (PBL) Terhadap Hasil
Belajar Siswa
Pada penelitian ini terdapat pengaruh yang signifikan antara model
pembelajan problem based learning (PBL) terhadap hasil belajar siswa kelas XI
IPS 1 SMA Negeri 5 Samarinda setelah diterapkan model pembelajaran problem
based learning (PBL), besarnya pengaruh model pembelajaran problem based
learning (PBL) adalah sebesar 32,7 %, pada bagian akhir penelitian, kepada
masing-masing siswa diberikan angket penilaian model pembelajaran problem
based learning (PBL). penyebaran angket ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar penilaian siswa terhadap model pembelajaran problem based learning (PBL).
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data penilaian model pembelajaran
problem based learning (PBL) memperoleh kategori sangat baik. Hasil perhitungan
diperoleh rata-rata total penilaian model pembelajaran problem based learning
(PBL) siswa adalah 22 siswa atau 63% dengan kriteria baik, dan 13 siswa atau 37%
siswa dengan kriteria sangat baik, yang berarti penilaian siswa terhadap model
pembelajajaran problem based learning (PBL) telah mencapai kriteria baik.
Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran problem based learning (PBL)
berpengaruh positif pada hasil belajar siswa, hal ini dapat dilihat bahwa 63% siswa
memiliki kategori baik, serta diperoleh presentase siswa yang telah tuntas pada
materi persebaran flora dan fauna adalah 94% dengan rincian 33 siswa yangtelah
tuntas dalam pembelajaran dari 35 siswa.
Besarnya pengaruh model pembelajaran problem based learning (PBL)
terhadap hasil belajar dapat ditinjau dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa
terdapat pengaruh positif model pembelajaran problem based learning (PBL)
terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMAN 5 Samarinda.Hal ini ditunjukan
dengan signifikan : yaitu 16,04 >4,13 sehingga Ho ditolak. Persamaan garis linear
sederhana yang terbentuk variabel model pembelajaran problem based learning
(PBL) (X) terhadap hasil belajar (Y) pada hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS
1 SMAN 5 Samarinda adalah Y = a + Bx = 40 + 0,55 dengan = 4,13. Berdasarkan
hasil perhitungan analisis regresi linear sederhana didapatkan nilai sebesar 4,13
pada taraf 5%. Disini terlihat hasil = 16,04, sehingga pengaruh model pembelajaran
problem based learning (PBL) terhadap hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS 1
SMAN 5 Samarinda pada taraf signifikan. Hasil penelitian ini didukung oleh
Mayangsari (2014) Model PBL berpengaruh positif terhadap hasil belajar, rata-rata
hasil belajar kelas kontrol 73,475 dan kelas eksperimen 82,017, dan F
hitung=4,157 dan F tabel=0,05 artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Selain itu
penelitian ini didukung oleh Rahmawati (2014) Terdapat pengaruh model PBL
terhadap kelas kontrol dan eksperimen, rata-rata hasil belajar kelas kontrol 65 dan
ratarata kelas eksperimen 74. Model PBL menunjukan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa
Hasil belajar tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar
dikarenakan aktifitas siswa yang aktif dalam pembelajaran. Aktifitas siswa yang
aktif, kreatif, dan kritis dalam setiap pemecahan masalah pembelajaran geografi
materi dapat mengarahkan siswa dalam memahami materi ajar secara mendalam.
Hal ini didukung oleh penelitian Maulidiyahwarti (2016:4) yang menyatakan
Proses pemecahan masalah dapat menggiring siswa untuk mentransfer
pengetahuan mereka dalam memahami masalah di kehidupan nyata. Problem
Based Learning membantu siswa mengonstruksi materi secara kontekstual. Siswa
dapat memahami materi dengan baik sesuai dengan konteks kehidupannya. Hal ini
selain berpengaruh terhadap hasil belajar siswa juga berpengaruh terhadap
kehidupan siswa di masa mendatang.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarmi (2012:112) yang menyatakan bahwa
“Pembelajaran Berbasis Masalah atau problem based learning (PBL) adalah model
pembelajaran yang menantang siswa untuk belajar, bekerja secara kooperatif di
dalam kelompok untuk memecahkan permasalah-permasalahan di dunia nyata.
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang
menarik untuk dikembangkan saat ini. Pembelajaran berbasis masalah merupakan
suatu pembelajaran yang menuntut aktivitas mental peserta didik untuk memahami
konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal
pembelajaran
Selain itu penggunaan model pembelajaran berbasis masalah juga mendukung
siswa untuk memahami materi pelajaran geografi. Hal ini dikarenakan langkah-
langkah di dalam model pembelajaran berbasis masalah membangkitkan rasa ingin
tahu siswa terhadap materi pelajaran melalui serangkaian pemecahan kasus. Hal ini
senada dengan penelitian Abdurrozak dkk (2016:8) dimana faktor pendukung
dalam penelitian yang membantu dalam peningkatan kemampuan berpikir kreatif
yaitu, 1) Siswa berdiskusi dengan baik; 2) Siswa aktif dalam melaksanakan
pembelajaran; 3) Guru memberikan bantuan dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang dapat membantu siswa untuk memahami cara penyelesaian
masalah; 4) Siswa dapat memperkaya gagasan; 5) Adanya LKS yang dapat
digunakan sebagai salahsatu alat untuk mempermudah siswa dalam memahami
konsep pembelajaran; 6) Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, karena
adanya praktek yang langsung melibatkan siswa; 7) Siswa dapat
mempertimbangkan situasi yang berbeda; 8) Beberapa siswa menikmati tantangan
dan optimis pada pembelajaran.
Hal ini senada juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Tuti Mutia Sri
Agustina (2015) yang menunjukan terdapat pengaruh model pembelajaran problem
based learning (PBL) terhadap hasil belajar, yang membuat nilai rata-rata siswa
menjadi baik dan berpengaruh secara signifikan. Model Problem Based Learning
(PBL) ini dapat membantu siswa dalam memahami pembelajaran geografi dengan
aktif dalam pemecahan masalah. Siswa juga dapat bekerjasama dalam kelompok
danmendapatkan pengalaman belajar, dan meningkatkan hasil belajar siswa dengan
penguasaan konsep yang lebih baik dari sebelumnya.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan di Sekolah
SMAN 5 Samarinda mengenai pengaruh model pembelajaran PBL terhadap hasil
belajar siswa kelas XI IPS 1 materi (Persebaran flora dan fauna) dari penelitian ini
diperoleh besarnya pengaruh model pembelajaran problem based learning (PBL)
terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Samarinda adalah sebesar
32,7%. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah diterapkannya model
problem based learning (PBL).
Berdasarkan uraian kesimpulan di atas maka penulis dapat mengemukakan
saran dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa, sebaiknya kepada guru geografi
dapat menggunakan suatu model pembelajaran. Seperti pada penerapan model
Problem Based Learning (PBL) pada proses pembelajarannya membuat siswa
terlibat langsung dalam penemuan konsep pembelajaran melalui kegiatan
pemecahan masalah dan pengumpulan data melalui pratikum.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrozak R, A. K. Jayadinata, dan Isrok ‘atun. 2016. Pengaruh Model Problem Based
Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1,
No, 1. (Online) http://ejournal.upi.edu/index.php/penailmiah/article/view/3580/pdf
diakses 30 September 2019
Agustina dan Tuti Mutia S. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning
dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Kuliah Hidrologi. Jurnal Education.
Volume 10, Nomor1, Juni 2015: 101-117

Fakhriyah, F. 2014. Penerapan Probelm Based Learning dalam Upaya Mengembangkan


Kemampuan Berfikir Kritis Mahasiswa. JPII 3 (1) (2014) 95-101 Jurnal Pendidikan
IPA Indonesia, (Online)
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/article/view/2906/293 diakses 2
Oktober 2019

Maulidiyahwarti G, Sumarmi, dan Ach. Amirudin. Pengaruh Model Problem Based Learning
Berbasis Outdoor Study Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IIS SMA. Jurnal :
Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 1 Nomor: 2 Bulan: Februari Tahun:
2016 Halaman: 94—100. (Online)
://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/6101/2564 diakses 29 September
2019

Mayangsari dan Adawiyah. 2014, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada
Pembelajaran Biologi Terhadap Hasil Belajar dan Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi di SMA Negeri 1 Kota Banjar Baru. Skripsi S1 Prodi Pendidikan Biologi:
STKIP PGRI Banjarmasin.

Mulyasa. 2014. Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosadkarya.

Rahmawati. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based LearningTerhadap


Kemampuan Berpikir Analitis Pada Mata Pelajaran Geografi Siswa SMA. Skripsi S1
Jurusan Geografi: Universitas Negeri Malang

Rusman. 2010. Model Model Pembelajaran. Bandung: Rajawali Pers

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sumarmi. 2012. Model-Model Pembelajaran Geografi. Yogyakarta: Aditya Media


Publishing.

Suprihatiningsih. 2016. Persepektif Manajemen Pembelajaran Program Keterampilan.


Yogyakarta: Deepublish publisher.

Suwono, Sarwiji. 2010. Model Assesmen Dalam Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka

Anda mungkin juga menyukai