Anda di halaman 1dari 10

KEUNIKAN AYAT-AYAT SAINS

MAKALAH
Kata Pengantar
Daftar Isi

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan

A Latar belakang

B Rumusan masalah

C Tujuan makalah

BAB II Pembahasan

BAB III Penutup

A Simpulan

B Saran

Daftar pustaka
BAB I Pendahuluan

A.Latar belakang

Pada bahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa sumber sains menurut Islam, terdiri
dari dua yaitu: ayat qauliyah dan ayat kauniyah. Kedua ilmu ini sama-sama bersumber dari
Allah. Sebab itu, di dalam mengembangkan sains Islam, harus tetap menjadikan wahyu
sebagai sumber informasi dan konfirmasi, sehingga sains tidak gersang dari nilai.

Adapun pada bab ini tidak akan dijelaskan konsep sains menurut Islam. Namun, akan
mendiskusikan ayat-ayat sains, dengan harapan bisa membangun umat islam, yang hanyut
dalam kajian fikih, dan lupa terhadap sains. Padahal, kejayaan Islam pada masa lalu,
dibangun oleh ulama syari’ah dan ulama sains sekaligus. Selain itu, bisa memperjelas lagi
hakikat ulama menurut Islam. Sebab, bagi orang-orang awam, masih ada pandangan sempit
tentang ulama. Bagi mereka, yang dimaksud dengan ulama adalah kyai,ustad,buya,dan
ajengan.

B. Rumusan masalah

1. Apa itu sains eksak?

2. Apa itu sains sosial?

3. Bagaimana kewajiban seorang pemikir?

4. Bagaimana panduan ijtihad?

C. Tujuan makalah

1. Untuk mengetahui apa itu sains eksak

2.Untuk mengetahui apa itu sains sosial

3.Untuk mengetahui bagaimana kewajiban seorang pemikir

4. Untuk mengeahui panduan ijtihad


BAB II Pembahasan

A. Sains eksak

Ayat-ayat sains yang dijelaskan Al-Qur’an, seperti ayat tentang langit, bumi, air,
tanah, gunung,binatang, tumbuhan, dan pergantian malam dan siang, ada yang disampaikan
kepada umat Rasulullah SAW. secara langsung, dan ada juga yang disampaikan melalui
informasi tentang orang kafir dan ayat-ayat sains. Perintah untuk memperhatian ayat-ayat
sains ini, ada yang menggunakan kata kerja perintah, ada pula yang disampaikan secara
tersirat,juga ada yang disampaikan dengan majas sinisme.

Adapun perintah untuk memperhatikan ayat-ayat sains dengan majas sinisme,seperti:


afala yatadabbarun (apakah mereka tidak memperhatian), afala yubshirun (apakah mereka
tidak memperhatikan), afala yandzurun(apakah mereka tidak memperhatikan), afala
yasykurun (apakah mereka tidak bersyukur ), dan afala yu’minun (apakah mereka tidak
beriman). Semua majas ini, pada prinsipnya adalah perintah untuk mengamati, dengan tingkat
pengamatan yang berbeda. Misal, kata yatadabbarun, oleh Al-jurnani dimaknai dengan
memperhatikan fenomena. Dan kata yubshirun, berarti memperhatikan dengan mata kepala
dan hati. Adapun kata yandzurun, artinya memperhatikan dngan mata kepala. Jadi, bila
mereka lalai terhadap perintah Allah ini, digolongkan kepada orang-orang yang tidak pandai
bersyukur dan tidak beriman.

Jadi, bagi umat islam yang mengabaikan ayat-ayat sains, bisa mendapatkan teguran
dari Allah, yang disindir dengan sebutan orang-orang yang tidak bertakwa. Dalam sebuah
hadits Nabi diceritakian, setelah Rasulullah SAW menerima wahyu, “Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan pergantiaan malam dan siang,terdapat tanda-tanda bagi
orang yang berakal.”(Ali Imran (3):190). Kemudian,pada saat tiba waktu salat,Bilal akan
mengumandangkan azan, dan melihat baginda Rasulullah sedang menangis, seraya bertanya,
“Ya Rasulallah mengapa engkau menangis, Allah telah memaafkan kesalahan engkau pada
masa lalu dan pada masa yang akan datang?” Rasulullah bersabda :
“Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang pandai bersyukur? Sungguh tadi malam telah
turun kepadaku sebuah ayat,celakalah bagi orang yang membacanya dan tidak
memikirkannya.”(HR Ibnu Hibban).

Ayat-ayat sains yang berkaitan dengan langit dan bumi tertera di surat al-Anbiya (21)
ayat 30; ayat tentang air tertera di al-Mukminun (23) ayat 27; ayat tentang binatang ada di
surat Yasin (36) ayat 71-73; dan ayat tentang pergantian malam dan siang terdapat di surat al-
Mukminun (23) ayat 80. Keempat ayat ini,memerlukan pengkajian lebih mendalam, dan
harus dirumuskan menjadi sebuah konsep keilmuan Islam.

B. Sains Sosial

Ayat-ayat sains sosial,adalah ayat-ayat yang menjelaskan ilmu pengetahuan


menyangkut perilaku manusia dan lingkungannya. Namun, karena cakupan sains sosial
sangat luas, maka akan diperkenalkan sample ayat-ayat sains sosial,tentang
politik,ekonomi,psikologi,dan pendidikan secara berurutan.

“ Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang beriman diantara kamu dan mengerjakan
amal-amal salih,bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di
bumi,sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka, dan sungguh
Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia
benar-benar akan menukar ( keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan
menjadi aman sentosa.” (al-Nur (24) : 55).

Menurut Al-Thabari, ayat di atas menjelaskan janji Allah kepada para hamba-Nya
yang beriman dan beramal salih, yaitu mereka yang mentaati perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya. Bahwa Allah akan mewariskan kepada mereka untuk menaklukan negeri kafir
dari bangsa Arab dan non-Arab,dan menjadikan mereka pemimpin,seperti menjadikan orang-
orang beriman menaklukan bani Israil. Dan Allah SWT akan member keteguhan hati bagi
mereka dengan agama yang diridhai-Nya, dan merubah keadaan yang menakutkan menjadi
aman sentosa.

Berpijak kepada tafsir di atas, bisa disimpulkan bahwa pada kekuasaan orang-orang
yang beriman terhadap sebuah Negara, tidak sebutkan term politik (siyasah). Namun, ketika
didiskusikan lebih lanjut, maka terdapat aturan tertentu yang hanya bisa dijalankan oleh
Negara. Setelah ayat politik,ayat lain yang tergolong sains adalah ayat ekonomi.

“ Dan dirikanlah salat, keluarkan zakat,dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.”(al-
Baqarah (2): 43).

Ayat di atas menjelaskan contoh praktik ekonomi, yaitu kewajiban untuk


mengeluarkan zakat. Tujuannya, agar perekonomiaan tidak dikuasai dan tidak berputar di
kalangan orang-orang kaya saja, sehingga bisa bermanfaat bagi orang lain yang berhak
menerimanya. Hal demikian, sesuai dengan pengertian zakat itu sendiri, yaitu tumbuh,
berubah, dan bertambah manfaatnya. Adapun contoh ayat psikologi, adalah:

“Sesungguhnya (orang) yang akan meminta izin kepadamu hanyalah orang-orang yang tidak
beriman kepada Allah serta hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka senantiasa bimbang
dalam keragu-raguannya.” (al-Taubah(9):45).

Menurut Najati,ayat di atas menjelaskan tentang keadaan kepribadian seseorang yang


mengalami pergulatan psikologis, yang mengakibatkan dia bimbang dan ragu-ragu, dalam
urusan keimanan kepada Allah. Keragu-raguan adalah bagian dari kajian psikologi.
Semestara,yang termasuk contoh ayat pendidikan adalah:
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman) dan dia ingat
nama Tuhannya,lalu dia salat. Tetapi, kamu (orang kafir) memilih kehidupan duniawi, sedang
kehidupan Akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.”(al-‘Ala(87): 14-17).

Berdasarkan ayat di atas, bahwa iman kepada Hari Akhir, paling tidak memiliki empat
implikasi kependidikan, yaitu: 1) materi keimanan memiliki peranan penting dalam semua
mata pelajaran; 2) materi keimanan aakan melahirkan akhlak mulia. Karena, dengan
mengimani Hari Akhir, akan mendorong setiap orang untuk berbuat kebaikan selama ada di
dunia; 3) beriman kepada Hari Akhir, akan mendorong orang untuk melakukan evaluasi atas
perbuatan yang telah dilakukan selama ada di dunia,sebagai bekal di Akhirat; 4) materi
keimanan kepada Hari Akhir, akan mendorong setiap orang untuk mencatat hubungan materi
keimanan dengan materi lain.

C. Kewajiban Seorang Pemikir

Mencermati ayat-ayat sains di atas, menunjukan bahwa Islam sebagai agama


wahyu,memiliki ajaran yang lebih bila dibandingkan dengan agama yang lain. Namun, ayat-
ayat sains tersebut, tidak dijelaskan dengan terperinci. Melainkan, informasi dan perintah
untuk aktif memikirkan ayat-ayat Allah yang termaktub di dalam firman Allah dan sabda
Nabi,dan ayat-ayat yang bertebaran di alam semesta.

Wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasulullah yang pertama kali, adalah perintah
untuk membaca (iqra). Sementara itu, membaca sendiri adalah pekerjaan aktif. Sebagaimana
perintah untuk menuntut ilmu, menggunakan kata thalah yang berarti mencari, dan termasuk
pekerjaan aktif juga.

“Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim.”(HR Ibnu Majah).

Berdasarkan hadits di atas, orang yang diperintah untuk mencari ilmu,adalah setiap
orang Muslim. Pada hadits ini, tidak disebutkan,apakah dia seorang Muslim yang kaya atau
seorang Muslim yang miskin.Menurut zumhur ulama, bahwa hukum mencari ilmu adalah
wajib ‘ain bagi ilmu al-ahkam al-syar’iyyah dan wajib kifayah bagi sains. Di dalam kajian
fikih, kata”wajib” sering didefinisikan, sebuah pekerjaan, yang apabila dikerjakan akan
mendapat pahal. Bila ditinggalkan akan berakibat dosa. Sebab itu, mencari ilmu menjadi
tanggung jawab bagi setiap Muslim tanpa ada pengecualian.

Di dalam sejarah pendidikan Islam, pada masa sahabat Rasul, dikenal istilah
ilzamiyatut ta’allum atau program wajib belajar,bagi setiap warga. Bagi orang kaya, biaya
belajar ditanggung oleh orangtuanya. Bagi orang tidak mampu, biaya belajar menjadi
tanggung saudaranya. Namun, bila tidak ada saudara yang mampu, biaya belajar menjadi
tanggung jawab Negara. Sebab itu, untuk mendukung program wajib belajar ini,diberlakukan
pengumpulan dana zakat,infak,dan shadaqah.

Disamping itu, perintah untuk aktif di dalam keilmuan, dijumpai juga pada kisah Nabi
Yahya As. sebagai berikut.

“Hai Yahya, ambillah Al-kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan kami beerikan
kepadanya hikmah, selagi ia masih kanak-kanak.”(Maryam [19]:12).

Ibnu Katsir, di dalam memaknai ayat di atas, bahwa Allah SWT.memerintah Yahya
As.agar mengetahui isi Taurat dengan sungguh-sungguh, sehingga bisa memahaminya,
memiliki keinginan kuat untuk mengetahui dan memahami kebaikan melalui ijtihad.

D. Panduan Ijtihad

IIjtihad itu sendiri berarti,mengerahkan segala kemampuan pemikiran untuk


menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Dan ijtihad tersebut, secara umum dibagi menjadi
dua, yaitu ijtihad istibathi,berarti menarik simpulan hukum yang digali dari al-Qur’an dan al-
hadits, dengan memperhatikan syarat-syarat tertentu. Dan ijtihad tathbiqi,berhubungan
dengan mekanisme penerapan hukum dari hasil ijtihad.Rasulullah SAW telah bersabda:

“Jika aku menyuruh kalian tentang sesuatu dari agama kalian maka ambilah, dan jika aku
menyuruh kalian tentang sesuatu dari pemikran, maka sungguh aku adalah seorang
manusia.”(HR Muslim)
Jadi,peranan seorang saintis di dalam mengembangkan sains Islam, memiliki ruang
yang luas dengan tetap menjadikan nilai sebagai ketentuan di dalam proses pengembangan
sains,dan tujuan penerapan sains. Sebab itu, halal,haram,dan mubah menjadi pengikat bagi
saintis,tidak boleh menggunakan materi dan cara yang dilarang oleh wahyu. Sebagaimana
penerapan sains dan penggunaan teknologi tidak boleh di perutukan bagi urusan yang di
haramkan oleh wahyu.

Anda mungkin juga menyukai