LEUKOPLAKIA
Disusun Oleh:
Pembimbing:
Vita Nirmala Ardanari, drg., Sp.Pros., Sp.KG
LEUKOPLAKIA
Oleh:
M Yusuf Habibi G991906021
B. Epidemiologi
Prevalensi leukoplakia secara global adalah 2,6% populasi dan mempunyai
tingkat konversi menjadi keganasan sebesar 0,1% s.d. 17,5% (Srivastava, 2014).
Studi lain menunjukkan estimasi prevalensi global leukoplakia berkisar antara 0,5% -
3,46% dan perubahan keganasan dari leukoplakia sekitar 0,7% - 2,9% (Feller, 2012).
Leukoplakia sering ditemukan pada laki-laki, dan prevalensi meningkat seiring
bertambahnya usia. Menurut perkiraan, leukoplakia lebih banyak dijumpai pada laki-
laki berusia di atas 40 tahun (Napier, 2008). Leukoplakia banyak ditemukan di India
dimana masyarakat banyak merokok (Petti, 2003).
C. Etiopatogenesis
Penyebab yang pasti dari leukoplakia sampai sekarang belum diketahui secara
pasti. Predisposisi leukoplakia terdiri dari beberapa faktor yaitu faktor lokal, faktor
sistemik dan malnutrisi vitamin. Faktor lokal yang diperkirakan menjadi penyebab
leukoplakia meliputi trauma yang menyebabkan iritasi kronis, misalnya akibat gigitan
tepi atau akar gigi yang tajam, iritasi dari gigi yang malposisi, kebiasaan menggigit-
gigit jaringan mulut, pipi maupun lidah. Faktor lain yang menjadi penyebab
terjadinya leukoplakia adalah tembakau, alkohol dan bakteri. Menurut Schepman et
al., perokok mempunyai risiko 6 kali lebih tinggi terkena leukoplakia, meski lesi pada
non-perokok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk berubah menjadi kanker.
Pada waktu merokok, terjadi iritasi pada jaringan mukosa mulut yang disebabkan
oleh asap rokok, panas ketika merokok dan zat-zat yang terkandung dalam tembakau
yang ikut terkunyah. Hal ini dibuktikan dengan insidensi leukoplakia tertinggi
ditemukan pada perokok (Brzak, 2012). Penelitian Morse et al., konsumsi alkohol
sering berkaitan dengan kanker mulut daripada displasia epitelial. Caldeira et al.,
menemukan faktor risiko leukoplakia yang berisiko tinggi untuk berubah menjadi
suatu keganasan adalah infeksi dengan Human Papilloma Virus (HPV), dimana
protein onkogenik seperti HPV-16L1 dapat meningkatkan karsinogenesis.
Pada penderita kandidiasis kronis dapat ditemukan gambaran yang
menyerupai leukoplakia. Infeksi Candida juga berperan dalam perubahan menjadi
keganasan dan faktor risiko tertinggi perubahan menjadi kanker (Roed-Petersen,
1972; Banoczy, 1977; Krogh, 1987). Untuk mengetahui diagnosis pasti perlu
dilakukan pemeriksaan klinis, histopatologi dan latar belakang etiologi terjadinya
lesi.
Banoczy menemukan adanya penurunan signifikan pada vitamin A, B12, C,
beta carotene dan asam folat pada pasien dengan leukoplakia. Soames dan Southam
melaporkan adanya perubahan pada perkembangan leukoplakia lebih pada area atrofi
epitelial dan kondisi yang berkaitan dengan hal tersebut meliputi defisiensi besi,
vitamin dan fibrosis submukus mulut. Mutasi p53 dari sel juga didapatkan pada
penderita leukoplakia yang merokok dan minum alkohol.
D. Patofisiologi
Pasien dengan leukoplakia idiopatik memiliki risiko tinggi berkembang
menjadi kanker. Penelitian oleh Downer, pada sejumlah pasien leukoplakia, 4%-17%
lesi berubah menjadi tumor maligna dalam waktu 20 tahun.
Perubahan patologis primer yang terdapat pada leukoplakia adalah
diferensiasi abnormal dari epitel mukosa dengan ditandai peningkatan aktivitas
keratinisasi pada permukaan selnya yang memproduksi penampakan klinis yang
mukosa yang berwarna putih. Proses ini juga dibersamai dengan perubahan ketebalan
dari jaringan epitelial (Reibel J, 2003).
Dasar molekuler pada perubahan tersebut belum diketahui secara pasti.
Namun, beberapa data penelitian menyebutkan adanya perubahan ekspresi
onkogen/TSG, ekspresi gen keratin, perubahan siklus sel, akumulasi stres oksidatif
dan displasia epitel berperan dalam perubahan yang terjadi pada leukoplakia
(Kawanishi S & Murata M, 2006).
E. Klasifikasi
Terdapat dua tipe klinis leukoplakia yaitu homogen dan non homogen. Pada
tipe homogen berupa lesi putih yang datar dan tipis. Lesi ini dapat terlihat sebagai
retakan yang dangkal dengan permukaan yang halus atau berkerut. Teksturnya
konsisten dan biasanya asimptomatik.
Gambar 1. Homogenous Leukoplakia (Parlatescu et al., 2014)
Sementara leukoplakia non-homogen umumnya simptomatis dan memiliki
beberapa variasi sebagai berikut:
1. Proliferative verrucous leukoplakia (PVL): Hansen et al., menjelaskan PVL
memiliki tingkat transformasi ganas yang tinggi, dimana menurut WHO,
PVL adalah lesi progresif multifokal yang sering ditemukan pada wanita.
Daerah yang sering terkena adalah gingival bawah, lidah dan mukosa bukal
(Warnakulasuriya, 2007).
Pada lesi kecil digunakan pendekatan biopsi secara eksisi, sementara lesi yang
besar dipertimbangkan pendekatan biopsi secara incisi beserta pengangkatan jaringan
sehat disekitarnya lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi. Gambaran
histopatologi utama yang akan ditemukan pada leukoplaki adalah sebagai berikut :
1. Keratinisasi epitel
2. Penebalan epitel
3. Akantosis
4. Penipisan membran basal
5. Sel inflamasi pada jaringan ikat
6. Perubahan seluler
7. Kenaikan nuclear-cytoplasmic ratio
8. Hiperkromatisasi nuleus
9. Hiperplasia nukleus
10. Gambaran mitosi abnormal
11. Peningkatan mitosi
12. Nukelus pleomorfik
13. Hiperplasia basilar
14. Drop-shaped rete pegs
15. Kehilangan polaritas
Selain dengan biopsi pilihan lain yang dapat dilakukan untuk deteksi dini
leukoplakia dapat menggunakan pewarnaan toluidine blue, Oral CDx brush biopsy
kits, diagnosis ludah, dan pencitraan. Selain itu dalam beberapa tahun terakhir mulai
digunakan instrumen diagnostuk menggunakan cahaya seperti VELscope, ViziLite,
Identafi 3000 dan DIFOTI (Mohammed et al., 2019).
G. Tatalaksana
Eliminasi semua faktor penyebab. Pada kasus lesi displasia sedang sampai
berat pertimbangkan pembedahan eksisi atau laser sebagai tatalaksana terutama jika
lesi terjadi pada batas ventral dan lateral lidah, palatum mole, dasar rongga mulut dan
orofaring. Pengawasan ketat dan follow-up lanjutan harus dilakukan bila terjadi pada
lokasi lain. Operasi pengangkatan merupakan tatalaksaa pilihan untuk
eritroleukoplakia dan proliferative verrucous leukoplakia (Nadeau & Kerr, 2018).
H. Komplikasi
1. Wanita
3. Leukoplakia idiopatik
6. Tipe non-homogen
Banoczy J. (1983). Oral leukoplakia and other white lesions of the oral mucosa
related to dermatological disorders. Journal of Cutaneous Pathology, 10: 238-
256
Caldeira K, Davis SJ, Peters GP. (2011). The supply chain of CO2 emission.
Proceedings of National Academy of Sciences, 108(45): 1-5
Cho, H.H., Kim, S.H., Seo, S.H., Jung, D.S., Ko, H.C., Kim, M.B. and Kwon, K.S.,
2010. Oral hairy leukoplakia which occurred as a presenting sign of acute
myeloid leukemia in a child. Annals of dermatology, 22(1), pp.73-76.
Feller L, Lemmer J. (2012). Oral leukoplakia as it relates to HPV infection: A review.
International Journal of Dental Hygiene, 2: 540-561.
Guilgen NGBV, Kang S, Tommasi MHM, Vieira I, Machado MAN, Lima AAS
(2014). Oral erythroleukoplakia – a potentially malignant disorder. Polski
Przeglad Otorynolaryngologiczny 4: 20-24
Hasibuan S. (2004) Deteksi Dini dan Diagnosis Kanker Rongga Mulut. Universitas
Sumatera Utara Digital Library.
Kawanishi S, Murata M. (2006). Mechanism of DNA damage induced by bromate
differs from general types of oxidative stress. Toxicology, 221(2): 172-178.
Kayalvizhi EB, Lakshman VL, Sitra G, Yoga S, Kanmani R, Megalai N (2016). Oral
leukoplakia: A review and its update. Journal of Medicine, Radiology,
Pathology & Surgery 2(2):18-22
Krogh P, Hald B, Holmstrup P (1987) Possible mycological etiology of oral mucosal
cancer: Catalytic potential of infecting Candida albicans and other yeasts in
production of N-nitrosobenzylmethylamine. Carcinogenesis 8:1543-8
Lodi G, Porter S (2008). Management of potentially malignant disorders: evidence
and critique. Journal of Oral Pathology and Medicine 37(2): 63-69
Mohammed, F., Fairozekhan, A., Engelberg, S., Auth, P. and McHugo, J., 2019. Oral
Leukoplakia. StatPearls.
Morse DE, Psoter WJ, Cleveland D, Cohen D, MohitTabatai M, Kosis DL et al
(2007) Smoking and drinking in relation to oral cancer and oral epithelial
dysplasia. Cancer Causes Control 18: 919-29.
Nadeau, C. and Kerr, A.R., 2018. Evaluation and management of oral potentially
malignant disorders. Dental Clinics, 62(1), pp.1-27.
Napier SS, Speight PM (2008). Natural history of potentially malignant oral lesions
and conditions: an overview of the literature. J Oral Pathol Med 37: 1-10
Roed-Petersen B, Gupta PC, Pindborg JJ, Singh B (1972). Association between oral
leukoplakia and sex, age, and tobacco habits. Bull World Health Organ 47:13-
9
Scully C, Porter S (1999) Orofacial disease: Update for the dental clinical team: 3.
White lesions. Dent update 26: 123-129
Scully C, Felix DH (2005). Oral medicine – Update for the dental practitioner: Oral
white patches. British Dental Journal 199: 565-572
Soames JV, Southam JC (1999) Oral Pathology. Oxford: Oxford University of Press.
p: 139-140
Speight, P.M., Khurram, S.A. and Kujan, O., 2018. Oral potentially malignant
disorders: risk of progression to malignancy. Oral surgery, oral medicine,
oral pathology and oral radiology, 125(6), pp.612-627.
Thomson PJ, Hamadah O.(2007). Cancerisation within the oral cavity: The use of
'field mapping biopsies' in clinical management. Oral Oncology, 43: 20-26
Torres-Rendon A, Stewart R, Craig GT, Wells M, Speight PM. (2009). DNA ploidy
analysis by image cytometry helps to identify oral epithelial dysplasias with a
high riskof malignant progression. Oral Oncology, 45: 468-473
Van der Waal I, Schepman KP, van der Meij EH, Smeele LE (1997) Oral
leukoplakia: A clinicopathological review. Oral Oncol 33: 291-301