Anda di halaman 1dari 4

1.

PENGALAMAN

Seorang perempuan berusia 77 tahun, datang ke poli klinik THT RSUD temanggung
dengan keluhan sulit menelan dan terasa nyeri sejak ± 2 minggu yang lalu. Pasien masih
dapat masih dapat makan dan minum, tetapi terasa tidak nyaman. Keluhan gangguan di
telinga dan hidung disangkal.

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum cukup, kesadaran compos mentis.
Pemeriksaan vital sign, didapatkan tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 80x/menit,
pernapasan 24x/menit, suhu 36,3®C. Pemeriksaan status lokalis THT menunjukkan
terdapat benjolan pada tonsil kanan, bentuk tidak teratur, permukaan tidak rata dan
tampak hiperemis.

2. MASALAH YANG DIKAJI

Pada pasien ini akan dilakukan tindakan trakeostomi. Apakah trakeostomi dan bagaimana
indikasi dilakukan tindakan trakeostomi pada pasien dengan tumor tonsil?

3. PEMBAHASAN

Tumor tonsil merupakan suatu jenis tumor yang terdapat di rongga mulut,
tepatnya di palatum durum, dapat bersifat jinak maupun ganas, dan biasanya hanya
mengenai satu bagian tonsil. Penyebab tumor tonsil belum diketahui secara pasti, tetapi
diduga berhubungan erat dengan merokok, penyalahgunaan alkohol, memamah sirih dan
tembakau. Terdapat tiga jenis tonsil, yaitu tonsil faringeal (adenoid) di bagian belakang
tenggorokan, tonsil palatina pada sisi tenggorokan, dan tonsil lingual pada dasar lidah.
Kejadian tumor tonsil yang tersering terjadi pada tonsil palatine yang terletak di kedua
sisi tenggorokan.

Trakeostomi adalah tindakan membuat lubang pada dinding depan / anterior


trakea untuk bernapas. Menurut letak stoma, trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan
letak yang rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ketiga. Sedangkan menurut
waktu dilakukan tindakan, maka trakeostomi dibagi dalam:

a. Trakeostomi darurat dengan persiapan sarana sangat kurang.


b. Trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat dilakukan secara baik
(lege artis).

Indikasi Trakeostomi

i. Mengatasi obstruksi laring.


ii. Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran napas bagian atas seperti
daerah rongga mulut, sekitar lidah dan faring. Dengan adanya stoma, maka
seluruh oksigen yang dihirupnya akan masuk ke dalam paru dan tidak ada yang
tertinggal di ruang rugi. Hal ini berguna pada pasien dengan kerusakan paru, yang
kapasitas vitalnya berkurang.
iii. Mempermudah pengisapan secret dari bronkus pada pasien yang tidak dapat
mengeluarkan secret secara fisiologik, misalnya pada pasien dalam keadaan
koma.
iv. Untuk memasang respirator (alat bantu pernapasan).
v. Untuk mengambil benda asing dari subglotik, apabila tidak mempunyai fasilitas
untuk bronkoskopi.

Alat-alat trakeostomi

Alat yang perlu dipersiapkan untuk melakukan trakeostomi adalah semprit dengan
obat analgesia, pisau (scalpel), pinset anatomi, gunting panjang yang tumpul, sepasang
pengait tumpul, klem arteri, gunting kecil yang tajam serta kanul trakea yang sesuai
dengan ukuran pasien.

Teknik trakeostomi

Pasien tidur telentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga


mempermudah kepala untuk diekstensikan pada persendian atlanto oksipital. Dengan
posisi tersebut leher akan lurus dan trakea akan terletak digaris median dekat permukaan
leher. Kulit daerah leher dibersihkan secara aseptis dan anti septis, kemudian ditutup
dengan duk steril.

Obat anestetikum disuntikan dipertengahan krikoid dengan fossa suprasternal


secara infiltrasi. Sayatan kulit dapat vertical di garis tengah leher mulai di bawah krikoid
sampai fossa suprasternal atau jika membuat sayatan horizontal dilakukan pada
pertengahan jarak antara kartilagi krikoid dengan fossa suprasternal atau kira-kira 2 jari
di bawah krikoid orang dewasa. Sayatan dibuat kira-kira 5 cm, tidak terlalu sempit.

Dengan gunting tajam yang tumpul kulit serta jaringan di bawahnya dipisahkan
lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul, sampai tampak trakea yang
berbentuk pipa dengan susunan cincin-cincin tulang rawan yang berwarna putih. Bila
lapisan kulit dan jaringan di bawahnya dibuka tepat di tengah, maka trakea ini mudah
ditemukan. Pembuluh darah vena jugularis anterior yang tampak ditarik ke lateral. Ismus
tiroid yang ditemukan ditarik ke atas agar cincin trakea jelas terlihat. Jika tidak mungkin,
ismus tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong di tengahnya. Sebelum klem dilepas,
ismus tiroid diikat kedua tepinya dan disisihkan ke lateral. Perdarahan dihentikan dan jika
perlu diikat. Lakukan aspirasi dengan cara menusukkan jarum pada membran antara
cincin trakea dan akan terasa ringan saat ditarik. Stoma dibuat dengan memotong cincin
trakea ke tiga dengan gunting yang tajam. Kemudian dipasang kanul trakea dengan
ukuran yang sesuai. Kanul difiksasi dengan tali pada leher pasien dan luka operasi ditutup
dengan kassa.

Pada tindakan trakeostomi, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan. Sebelum


membuat lubang pada trakea, perlu dibuktikan dulu yang akan dipotong adalah benar-
benar trakea dengan cara mengaspirasi dengan semprit yang berisi novokain. Bila yang
ditusuk adalah trakea maka pada saat dilakukan aspirasi terasa ringan dan udara yang
terhisap akan menimbulkan gelembung udara. Untuk mengurangi reflex batuk dapat
disuntikkan novokain sebanyak 1 cc ke dalam trakea.

Untuk menghindari terjadinya komplikasi, insisi kulit jangan terlalu pendek agar
tidak sulit mencari trakea dan mencegah terjadinya emfisema kulit.

Ukuran kanul harus sesuai dengan diameter lumen trakea. Bila kanul terlalu kecil,
akan menyebabkan kanul bergerak-gerak sehingga terjadi rangsangan pada mukosa
trakea dan mudah terlepas ke luar. Bila ukuran kanul terlalu besar, sulit untuk
memasukkan ke dalam lumen dan ujung kanul akan menekan mukosa trakea dan
menyebabkan nekrosis dinding trakea. Panjang kanul harus sesuai pula, bila terlalu
pendek akan mudah keluar dari lumen trakea dan masuk ke dalam jaringan subkutis
sehingga timbul emfisema kulit dan lumen kanul akan tertutup sehingga menimbulkan
asfiksia. Bila kanul terlalu panjang maka mukosa trakea akan teriritasi dan mudah timbul
jaringan granulasi.

Perawatan Pasca Trakeostomi

Perawatan pasca trakeostomi merupakan hal yang penting, karena secret dapat
menyumbat, sehingga akan terjadi asfiksia. Secret di kanul dan trakea harus sering
dihisap ke luar, dan kanul dalam dicuci sekurang-kurangnya 2 kali sehari, lalu segera
dimasukkan lagi ke dalam kanul luar. Pasien dapat dirawat di ruang perawatan biasa.

Bila kanul harus dipasang dalam jangka waktu lama, maka kanul luar harus
dibersihkan 2 minggu sekali. Kain kassa di bawah kanul harus diganti setiap basah, untuk
menghindari terjadinya dermatitis.

4. KESIMPULAN
Tumor tonsil merupakan suatu jenis tumor yang dapat bersifat jinak maupun
ganas. Kejadian tumor tonsil yang tersering terjadi pada tonsil palatine. Penyebab tumor
tonsil masih belum diketahui secara pasti. Trakeostomi adalah tindakan membuat lubang
pada dinding depan / anterior trakea untuk bernapas. Pada pasien ini, indikasi tindakan
trakeostomi bertujuan untuk memasang alat bantu pernapasan pada saat dilakukan
tindakan pembedahan tumor tonsil.
5. DAFTAR PUSTAKA
- Soepardi, E.A., Iskandar, N., Bashiruddin, J., Restuti, R.D. 2007. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Keenam. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
- Soekardono, S. 2008. Buku Ajar Ringkas Ilmu Kesehatan THT-KL. Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada : Yogyakarta.
- Hammarstedt, Lalle. 2008. Tonsillar Cancer Incidence, Prevalence, of HPV and Survival.
Department of Clinical Neuroscience Karolinska Institutet Stockholm : ISBN 978-91-
7357-587-4.

Anda mungkin juga menyukai