Anda di halaman 1dari 4

1.

Tanda Tonsilitis Kronis

Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil dari Tonsillitis Kronis yang mungkin
tampak, yaitu:

1. Tampak tonsil membesar oleh karena hipertrofi dengan permukaan yang tidak rata,
kriptus yang melebar dengan beberapa kripti terisi oleh detritus, tonsil ditutupi oleh
eksudat yang purulent atau seperti keju.
2. Tonsil tetap kecil (atrofi), mengeriput, kadang-kadang seperti terpendam di dalam kapsul
tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripta melebar, dan ditutupi eksudat yang
purulent.

2. Gejala tonsillitis kronis

- Rasa ada yang mengganjal di tenggorok


- Tenggorok terasa kering
- Napas berbau

3. Perbedaan tonsillitis kronis dengan tonsillitis akut

Tonsillitis Akut Tonsilitis Kronis


Onset cepat, terjadi dalam beberapa hari Onset lama, terjadi dalam beberapa bulan

hingga beberapa minggu hingga menahun


Tonsil tampak hiperemis dan edema Tonsil membesar / mengecil, tidak edema
Kripta tidak melebar Kripta melebar
Detritus dapat mengisi sebagian kripta atau Terdapat detritus yang mengisi sebagian kripta

tidak sama sekali

1
4. Perbedaan tonsillitis akut non membranosa dengan tonsillitis difteri

Tonsillitis akut dapat disebabkan oleh viral dan bakteri

Tonsillitis viral

Gejala tonsillitis viral lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok.
Penyebab yang paling sering adalah virus Epstein Barr. Hemofilus influenza merupakan
penyebab tonsillitis virus supuratif. Jika terjadi infeksi virus coxschakie, maka pada
pemeriksaan rongga mulut tampak luka-luka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri
dirasakan pasien.

Terapi

Terapi pada tonsillitis viral yaitu, istirahat, minum cukup, analgetika, dan antivirus
diberikan jika gejala berat.

Tonsillitis Bakterial

Dapat disebabkan oleh kuman grup A Streptokokus β hemolitikus yang dikenal sebagai
strept throat, pneumokokus, streptokokus viridian, dan streptokokus piogenes. Infiltrasi
bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menyebabkan reaksi radang berupa keluarnya
leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Detritus tersebut merupakan
kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang terlepas. Secara klinis, detritus ini
mengisi kriptus tonsil dan tampak sebagai bercak kuning.

Bentuk tonsillitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsillitis folikularis. Bila
bercak detritus menjadi satu, membentuk alur-alur maka akan terjadi tonsillitis lakunaris.
Bercak detritus dapat melebar sehingga membentuk semacam membrane semu
(pseudomembrane) yang menutupi tonsil.

Gejala dan tanda yang sering ditemukan antara lain nyeri tenggorok dan nyeri menelan,
rasa lesu, rasa nyeri di sendi-sendi, nafsu makan berkurang, rasa nyeri di telinga, demam
dengan suhu yang tinggi. Pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis, dan
terdapat detritus berbentuk folikel, lacuna atau tertutup oleh membrane semu. Kelenjar
submandibular bengkak dan nyeri tekan.

Terapi

Antibiotika spectrum luas penisilin, eritromisin. Antipiretik dan obat kumur yang
mengandung desinfektan.

2
Tonsilitis Difteri

Penyebab tonsillitis difteri ialah kuman Coryne bacterium diphteriae, kuman yang
termasuk gram positif dan sering terdaoat pada saluran napas bagian atas, yaitu hidung,
faring dan laring. Tidak semua yang terinfeksi kuman ini menjadi sakit, hal ini tergantung
dari keadaan titer anti toksin sebesar 0,03 satuan per cc darah dianggap cukup memberikan
dasar imunitas. Hal ini dipakai pada tes Schick.

Tonsillitis difteri sering ditemukan pada anak usia kurang dari 10 tahun, tertinggi
pada usia 2-5 tahun. Pada orang dewasa juga dapat mengalami tonsillitis difteri.

Gejala dan Tanda

Gejala umum

Seperti gejala infeksi lainya, yaitu kenaikan suhu tubuh (biasanya subfebris), nyeri
kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat, serta keluhan nyeri menelan.

Gejala local

Gejala local yang tampak berupa tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang
makin lama makin meluas dan bersatu membentuk membrane semu. Membrane ini dapat
meluas ke palatum mole, uvula, nasofaring, laring, trakea, bronkus dan dapat menyumbat
saluran pernapasan. Membrane semu ini melekat erat pada dasarnya sehingga jika ditarik
akan mudah berdarah. Bila infeksi berjalan terus, kelenjar limfe leher akan membengkak
sedemikian besarnya sehingga leher menyerupai leher sapi (bull neck) atau disebut juga
Burgemeester’s hals.

Gejala akibat eksotoksin

Eksotoksin yang dikeluarkan kuman difteri ini menimbulkan kerusakan jaringan tubuh,
yaitu pada jantung dapat terjadi miokarditis sampai dekompensasio kordis. Jika mengenai
saraf kranial dapat menyebabkan kelumpuhan otot palatum dan otot-otot pernapasan. Jika
mengenai ginjal dapat terjadi albuminuria.

Terapi

Anti Difteri Serum (ADS) diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur, dengan dosis
20.000-100.000 unit tergantung dari umur dan beratnya penyakit.

Antibiotika penisilin atau eritromisin 25-50 mg / KgBB dibagi dalam 3 dosis selama 4 hari.

Kortikosteroid 1,2mg / KgBB / hari. Antipiretik untuk stomatitis. Karena penyakit ini
menular, pasien harus dirawat di ruang isolasi. Perawatan harus dirawat di tempat tidur
selama 2-3 minggu.

3
5. Indikasi tonsilektomi

Indikasi absolut

1. Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia berat,


gangguan tidur (sleep apnea) dan kardiopulmoner.
2. Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase.
3. Tonsillitis yang menimbulkan kejang demam.

Indikasi relatif

1. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil pertahun dengan terapi antibiotic yang adekuat.
2. Halitosis (napas bau) akibat tonsillitis kronis yang tidak membaik dengan pemberian
pengobatan medis.
3. Tonsillitis kronis atau berulang pada linier Streptokokkus yang tidak membaik dengan
pemberian antibiotic.

Anda mungkin juga menyukai