Anda di halaman 1dari 6

G.

Tatalaksana

Terapi stomatitis khususnya yang rekuren tidak memuaskan dan tidak ada yang pasti.
Terapi dilakukan secara siptomatik. Telah banyak obat yang dicoba menanggulangi
stomatitis namun tidak ada yang efektif. Penatalaksanaan stomatitis aftosa rekuren ditujukan
untuk mengurangi rasa sakit, atau mencegah timbulnya lesi baru. Rasa sakit dapat dikurangi
dengan cara menghindari makanan yang berbumbu, asam, atau minuman beralkohol.
Anastetikum topikal merupakan obat yang umumnya digunakan dalam pengobatan
stomatitis. Pengolesan anastetikum sebelum makan dapat mengurangi rasa sakit. (Gallo,
2009). Penatalaksanaan pada ulkus mulut tergantung pada penyebabnya. Berikut
penjabarannya:
1. Ulkus mulut karena trauma
Secara umum pengobatan yang dilakukan dengan pemberian obat yang bersifat
farmakologis dan non farmakologis yang bertujuan menjaga kebersihan mulut,
mengganti obat yang menimbulkan reaksi alergi, mencegah infeksi sekunder dan
timbulnya jamur serta mengurangi peradangan. Terapi untuk ulkus traumatikus dapat
dilakukan dengan cara cara menghilangkan penyebab lokal dan apabila diperlukan
dapat menggunakan obat-obatan secara topikal seperti kortikosteroid untuk
mengurangi peradangan, obat kumur mengandung anti septik seperti klorheksidin
gluconat 0,2 % atau benzidamin hidroklorid, diklonin. Sediaan kimiawi
(farmakologis) yang beredar dipasaran saat ini adalah sediaan bahan yang
mengandung PVP (polivinilpirolidon) yang berfungsi membentuk suatu lapisan tipis
diatas ulkus sehingga menutupi dan melindungi akhiran saraf yang terbuka. Lapisan
tipis ini dapat mengurangi rasa nyeri dan mencegah iritasi pada ulkus, akan tetapi
sediaan obat ini di kontra indikasikan pada penderita ulkus yang hipersensitif
terhadap komponen obat tersebut (Sunarjo et al, 2015).
2. Recurrent aphthous stomatitis (RAS)
Recurrent aphthous ulceration dapat terjadi dalam tiga bentuk:
a. Minor recurrent aphthous ulceration : ini adalah bentuk paling umum, sekitar 80-
90% kasus. Ulkus biasanya bulat atau oval dan terjadi pada mukosa mulut non
keratin. Dengan demikian, mereka cenderung terjadi pada bibir dan pipi mukosa
dan margin lateral lidah, dorsum lidah, langit-langit dan gingiva. Dalam sulkus
bukal atau labial ulkus berbentuk linear. Satu sampai lima ulkus biasanya terjadi
pada satu waktu dengan ukuran sekitar 5 mm. ulkus sembuh tanpa bekas setelah 1
sampai 2 minggu dan kemudian kambuh, biasanya pada interval beberapa minggu
atau bulan, meskipun beberapa pasien tanpa ulkus.
b. Major recurrent aphthous ulceration : sekitar 5-10% kasus dengan ulkus yang
mirip minor recurrent aphthous ulceration, tetapi terjadi pada setiap bagian dari
mukosa mulut termasuk daerah mukosa berkeratin seperti palatum durum dan
dorsum lidah serta orofaring dan dapat lebih besar dari 10 mm. Satu atau dua
ulkus umumnya terjadi pada satu waktu. Biasanya cenderung persisten, yang
berlangsung selama setidaknya satu bulan, sembuh dengan jaringan parut, dan
kemudian dapat kambuh kembali.
c. Ulkus Herpeticom : memiliki prevalensi yang mirip dengan major recurrent
aphthous ulceration. Bentuk ulserasi dimulai dengan ulkus bulat kecil, sekitar 1
mm diameter yang muncul dalam jumlah besar (hingga 100) kemudian bersatu
menghasilkan ulkus lebih besar dengan margin yang tidak teratur. Biasanya terjadi
pada mukosa nonkeratin tetapi bagian lain dari mukosa mulut mungkin bisa
terkena. Ulkus dapat sembuh dalam waktu dua minggu (tanpa jaringan parut) dan
kemudian kambuh (Pertiwi NK, 2016).

Terapi RAS pada prinsipnya memperbaiki faktor predisposisi, menjaga kebersihan mulut dengan
kumur chlorhexidine atau triclosan, dan kortikosteroid topikal bila diperlukan.
a. Vitamin
Mengkombinasikan antara vitamin B1 (Tiamin) dan vitamin B6
(phyridoxine)
b. Obat Kumur
Klorheksidin glukonat, benzydamine hidrochloride dan carbenoxolone
disodium.
c. Kortikosteroid topikal
Diantara kortikosteroid topikal yang dipakai adalah hidrokortison
hemisuksinat, triamcinolone acetonide, fluocinonide, bethamethasone sodium
phosphate, betamethasone valerate dan sebagainya. Penelitian baru-bari ini
menyatakan topical cyclosporine cukup efektif untuk pengobatan SAR.

d. Antimikroba
Yang biasa dipakai tetrasiklin secara topikal.
e. Imunomodulator
Penggunaan levamisole, faktor transfer, colchicine, gammaglobulin, dapsone
dan thalidomide dianjurkan untuk ulserasi yang sangat serius.
3. Ulkus mulut pada herpes simpleks
a. Obat sistemik
Obat antivirus untuk gingivostomatitis herpetika primer adalah acyclovir 200
mg, sedangkan untuk Herpes Simpleks rekuren adalah famcyclovir dan
valacyclovir.
b. Obat topikal
Untuk pasien Herpes Simpleks Rekuren (herpes Labialis ) beberapa obat
topikal yang digunakan adalah topikal acyclovir krem 5 %. Panciclovir krem
1% mulai diberikan pada saat gejala awal timbul atau dengan Docosanol
krem 10 % .
c. Untuk mengeringkan luka baik pada gingivostomatitis herpetika primer dan
herpes simpleks rekuren dapat diberikan zat pengering antiseptik seperti
povidoniodine.
d. Terapi suportif
 Pemberian aspirin atau asetaminofen dalam dosis yang adekuat pada
serangan primer untuk mengatasi demam dan mengurangi rasa sakit
 Pemberian cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh agar tidak terjadi dehidrasi dan asidosis yaitu
dengan pemberian infus ringer laktat
 Meningkatkan daya tahan tubuh dengan pemberian vitamin
 Bayi dan anak-anak yang tidak mau makan dan minum karena mengalami
rasa sakit pada mulut harus mendapat perhatian dan dirujuk ke dokter
spesialis anak untuk memelihara keseimbangan cairan, elektrolit dan
meningkatkan daya tahan tubuh
 Istirahat
4. Ulkus mulut karena kandidiasis
a. Menghindari faktor predisposisi
Lesi-lesi lokal paling baik diobati dengan menghilangkan penyebabnya, yaitu
menghindari basah, mempertahankan daerah-daerah tersebut tetap sejuk,
berbedak dan kering dan penghentian pemakaian antibiotik.
b. Terapi topikal
1) Larutan ungu gentian ½-1 % untuk selaput lendir, 1-2 % untuk kulit,
dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari
2) Nistatin, berupa krim, salap, emulsi
3) Amfoterisin B
4) Grup azol antara lain :
 Mikonazol 2% berupa krim atau bedak
 - Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim
 - Tiokonazol, bufonazol, isokonazol
 - Siklopiroksolamin 1% larutan, krim
 - Antimikotik lain yang berspektrum luas
c. Terapi sistemik
1) Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran
cerna. Pemberian nistatin melalui mulut tidak diabsorpsi, tetap dalam
usus dan tidak mempunyai efek pada infeksi Candida sistemik.
2) Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidosis sistemik.
Amfoterisin B yang disuntikkan secara intravena, merupakan usaha
pengobatan efektif yang telah diterima untuk sebagian besar bentuk
kandidiasis yang mengenai organ dalam. Amfoterisin B diberikan
dalam kombinasi dengan flusitosin melalui mulut untuk menambah
efek pengobatan pada kandidiasis diseminata.
3) Ketokonazol bersifat fungistatik. Ketokonazol menimbulkan respons
terapeutik yang jelas pada beberapa penderita infeksi Candida
sistemik, terutama pada kandidiasis mukokutan. Terapi ketokonazol
adalah obat pilihan untuk pengendalian jangka panjang untuk
kandidiasis mukokutan kronik. Anti jamur grup azol menghambat
pembentukan ergosterol dengan mem blok aksi 14-alpha-
demethylase.
5. Ulkus mulut pada gingivostomatitis
a. Debridement
b. Antibiotik

Obat kumur dianjurkan untuk mengurangi rasa sakit atau dengan air garam (satu
setengah sendok teh garam dalam satu cangkir air) atau obat kumur over-the-counter seperti
hidrogen peroksida atau mungkin Xylocaine. Diet harus seimbang dan bergizi. Lunak,
lembut (non-pedas) makanan dapat mengurangi ketidaknyamanan selama makan (Robert,
2009).
Tindakan pencegahan timbulnya ulkus rekuren dapat dilakukan diantaranya dengan
menjaga kebersihan rongga mulut, menghindari stres serta mengkonsumsi nutrisi yang
cukup, terutama yang mengandung vitamin B12 dan zat besi. Menjaga kebersihan rongga
mulut dapat juga dilakukan dengan berkumur-kumur menggunakan air garam hangat atau
obat kumur. Ulkus rekuren juga dapat dicegah dengan mengutamakan konsumsi makanan
kaya serat seperti sayur dan buah yang mengandung vitamin C, B12, dan mengandung zat
besi (Gallo, 2009).

H. Komplikasi

Ulkus mulut yang tidak diobati atau pengobatan yang tidak adekuat akan memicu
infeksi sekunder, perluasan inflamasi, sampai abses.

I. Prognosis
Ulkus mulut karena trauma biasanya dapat sembuh dalam beberapa hari. Ulkus yang
tidak sembuh pada 2 sampai 3 minggu dapat dibiopsi untuk menyingkirkan kemungkinan
keganasan. Sedangkan recurrent aphthous stomatitis di terapi dalam 1 minggu sampai 10
hari.

DAFTAR PUSTAKA:

Gallo, Cde B, Mimura MA, & Sugaya NN (2009). Psychological stress and recurrent aphthous
stomatitis. Clinics (Sao Paulo). 64(7):645-8. [Medline].

Pertiwi, NK (2016). Pasien Dengan Ulkus Yang Bersifat Rekuren Pada Mukosa Rongga Mulut.
[skripsi]
Roberts, G (2009). Traumatic ulcers. University of arkansas Fort Smith, College of Health
Sciences. http://www.zhub.com/pathology/listings/34.html

Sunarjo, L, Hendari R, Rimbyastuti H (2015). Manfaat xanthone terhadap kesembuhan ulkus


rongga mulut dilihat dari jumlah sel pmn dan fibroblast. ODONTO Dental Journal.
Volume 2(2) : 14-21.

Anda mungkin juga menyukai