Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Organisasi selalu berkembang dan terjadi perubahan. Setiap adanya
perubahan pekerjaan (baik di bidang jasa ataupun manufactur-ing), maka
setiap adanya perubahan cenderung menimbulkan ketidakpastian dan resiko.
Oleh karena itu, penting untuk dapat mengidentifikasi dan mengeliminir
potensi ketidakpastian dan resiko.
Selain itu banyaknya kejadian tidak diharapkan (KTD) yang sebenarnya
dapat dicegah di rumah sakit telah lama menjadi perhatian. Di Amerika, the
Joint Comission on Accreditation of Health Organization (JCAHO),
mewajibkan rumah sakit untuk melakukan setidaknya satu Failure Mode and
Effects Analysis (FMEA) setiap tahun untuk dapat mengidentifikasi berbagai
upaya pencegahan.
Upaya perbaikan pelayanan kesehatan yang dapat bertahan lama dan
dapat mengurangi kemungkinan kegagalan hanya dapat dicapai melalui
perbaikan sistem.
FMEA awalnya dikembangkan di luar bidang pelayanan kesehatan dan
sekarang digunakan di pelayanan kesehatan untuk menilai resiko kegagalan
dan kesalahan pada berbagai proses dan untuk mengidentifikasi area-area
penting yang membutuhkan perbaikan. Di bidang kesehatan Amerika, FMEA
telah diterapkan di ratusan rumahsakit dalam berbagai program perbaikan
pelayanan kesehatan.
Kebanyakan FMEA di pelayanan kesehatan dilakukan pada proses
yang sudah berjalan. FMEA juga dapat dilakukan pada proses yang akan
direvisi atau proses baru yang belum dilaksanakan (misal: electronic medical
record, pembelian dan pemakaian alat baru, disain ulang ruangan, dan lain-
lain).

1.2.TUJUAN
Tujuandari FMEA adalah untuk menganalisa:
1. Apa yang mungkin menimbulkan masalah?
2. Seberapa buruk akibatnya?
3. Bagaimana hal itu dapat dicegah, dikurangi, atau dideteksi seawal
mungkin?

1
BAB II

PENGERTIAN

Failure mode and effects analysis (FMEA) merupakan suatu teknik


yang digunakan untuk perbaikan sistem yang telah terbukti dapat
meningkatkan keselamatan. Dan merupakan teknik yang berbasis tim,
sistematis, dan proaktif yang digunakan untuk mencegah permasalahan
dari proses atau produk sebelum permasalahan muncul/terjadi.

FMEA dapat memberikan gambaran tidak hanya mengenai


permasalahan-permasalahan apa saja yang mungkin terjadi namun juga
mengenai tingkat keparahan dari akibat yang ditimbulkan.

FMEA adalah salah satu alat bantu untuk melakukan suatu


asesmen risiko proaktif. Dikatakan proaktif karena yang dilakukan adalah
analisa proses atas potensi-potensi risiko yang belum terjadi. Sedangkan
untuk risiko yang sudah terjadi, ada alat lain yang dipakai, yaitu Root
Cause Analysis (RCA).
Nama lain dari FMEA diantaranya: Failure Mode Effect and
Criticality Analysis (FMECA), Healthcare Failure Mode and Effects Analysis
(HFMEA), dan lain-lain.
FMEA adalah metoda untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi
kegagalan potensial, menentukan tingkat resiko dari kegagalan dan skala
prioritas untuk mengambil tindakan yang diperlukan. FMEA dapat
menekan biaya karena kegagalan produk.
FMEA dapat berfungsi sebagai database pengetahuan tentang
rancangan produk dan proses manufaktur yang akan sangat berguna
untuk peningkatan berkelanjutan.

2
BAB III

KEBIJAKAN

Dasar kebijakan pelaksanaan FMEA atau Failure Mode Effect Analysis


adalah Surat Keputusan Direktur RSUD Bhakti Dharma Husada Nomor 91
Tahun 2016 tentang Kebijakan tentang Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien. Pada kebijakan khusus butir ke 17 disebutkan bahwa Rumah sakit
bersama Tim Pengendali Mutu, Komite Mutu dan Keselamatan Pasien RS
mengupayakan terlaksananya Root Cause Analysis (RCA) dan Failure Mode
Effect Analysis (FMEA)

3
BAB IV

PENGORGANISASIAN

No JABATAN TUGAS TANGGUNG JAWAB


1 Pelindung Direktur Menentukan kebijakan kegiatan Bertanggungjawab terhadap
FMEA , penyelasaian kasus dengan sistem
Memutuskan rekomendasi FMEA,dan upaya- upaya perbaikan .
redesign
2 Pengarah Kepala Mengarahkan dan memberi solusi Bertanggungjawab terhadap tahapan
Bidang permasalahan yang ada, penyelesaian kasus dengan sistem FMEA dan
Pelayanan Mengadakan evaluasi kebijakan upaya- upaya perbaikan
medik dan FMEA atas saran tim
Keperawat
an
3 Ketua Ketua Mengkoordinasi pelaksanaan Menjamin dapat terlaksananya pelaksanaan
PMKP kegiatan FMEA kegiatan FMEA
Mengkoordinir antar unit terkait
Menyusun rekomendasi
4 Sekretaris Sekretaris Mengumpulkan data – data terkait Melaksanakan sistem dokumentasi dan
PMKP dengan masalah pelaporan pelaksanaan kegiatan
Membuat laporan hasil pelaksaan
kegiatan FMEA
5 Anggota Personel 1. Melakukan identifikasi masalah 1.Melaporkan data yang dibutuhkan dalam
2. Mengumpulkan data dan
yang penyusunan FMEA
informasi
berhubung 2.Melakukan upaya perbaikan
3. Memetakan alur proses
an erat 4. Menyusun penyelesaian 3.Memberikan masukan untuk redesign
dengan dengan brain stroming kegiatan
topik FMEA
yang dipilih

4
BAB V
KEGIATAN FMEA

Kegiatan atau langkah-Langkah Failure Mode and Effect Analysis menurut Joint
Comission Resources

Langkah Deskripsi
1 Menentukan proses yang mempunyai resiko tinggi dan membentuk tim (Select a
high-risk process and assemble a team) dengan Decision Tree
2 Menyusun diagram proses (Diagram the process)
3 Brainstorming potential failure modes dan akibat-akibat yang ditimbulkan
(Brainstorm potential failure modes and determine their effects)
4 Menentukan prioritas failure modes (Prioritize failure modes) dengan Langkah
Penetapan Prioritas berdasarkan Risk Priority Number (RPN)
5 Identifikasi akar penyebab masalah dari failure modes (Identify root causes of
failure modes) dan efeknya
6 Membuat rancangan ulang proses (Redesign the process)
7 Analisa dan pengujian proses baru (Analyze and test the new process)
 Kontrol yang dilakukan saat ini untuk mencegah kesalahan

 Cara penanggulangan yang direkomendasikan


8 Implementasi dan monitoring rancangan ulang proses (Implement and monitor
the new process)

Form Langkah Penetapan Prioritas berdasarkan Risk Priority Number (RPN)


RPN

Prioritas
Detectibility

no Tahapan Proses Kegagalan


severity

occurancy

1
2
3
4

Prosedur Dasar untuk Melakukan FMEA

Langkah yang diperlukan dalam melakukan Failure Mode and Effects Analysis (FMEA)
yaitu:
 Kumpulkan seluruh anggota tim
 Tetapkan aturan dasar

 Kumpulkan informasi yang relevan dan lakukan review

 Identifikasi item atau proses yang akan dianalisa

 Identifikasi fungsi, kegagalan, efek, penyebab, dan kontrol dari setiap item atau
proses yang dianalisa

5
 Evaluasi resiko berkaitan dengan isu atau potensi yang teridentifikasi melalui
analisa

 Prioritaskan dan rumuskan aksi / solusi

 Lakukan tindakan pembetulan dan evaluasi ulang resiko yang ada

 Distribusikan, review dan update analisa sesuai kebutuhan.

FMEA and Risk Management


Komunikasi dan konsultasi

Monitor dan review


Tegakkan konteks

Identifikasi resiko

Analisa resiko

Evaluasi resiko

Kelola resiko

6
Langkah untuk menentukan apakah failure modes perlu ditindaklanjuti dengan
HFMEA Decision Tree

7
BAB VI

METODE

Metode yang digunakan dalam kegiaatan FMEA adalah

1. Rapat management untuk menentukan proses potensial beresiko tinggi


2. Rapat tim PMKP
3. Rapat tim FMEA

8
BAB VII

DOKUMENTASI

Kegiatan FMEA dilakukan satu kasus pertahun, untuk itu diperlukan data –data
KTD dan KNC, hasil survey indikator mutu maupun keluhan atau komplain dari pasien
ke Rumah sakit .
Data-data dari berbagai unit layanan untuk dilakukan analisa masalah terjadi dan
menimbulkan masalah serius untuk dilakukan perbaikan proses
Dokumentasi kegiatan FMEA :

1. Surat tugas tim FMEA

2. Data-data insiden keselamatan pasien, komplain pasien, assesmen lingkungan,


ronda keselamatan pasien, yang digunakan sebagai sumber informasi
identifikasi proses resiko tinggi.
3. Dokumen notulen dan laporan kegiatan
a. Diagram Proses, brainstorming tim, akibat yang ditimbulkan
b. Penetapan prioritas failure modes
c. Identifiasi akar masalah
d. Rancang ulang proses (redesign proses )
e. Analisa dan pengujian proses baru
f. Monitoring dan evaluasi proses

Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan oleh Tim Mutu dan Keselamatan pasien
,disampaikan kepada Direktur RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya.

9
BAB VIII

MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dan evaluasi kegiatan dilakukan melalui :

1. Rapat evaluasi insidental kasus


2. Rapat evaluasi 3 bulanan
3. Rapat evaluasi tahunan

10
BAB X

PENUTUP

Panduan pelaksanaan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA)


merupakan kegiatan Panduan Peningkatan Mutu yang dijadikan acuan dalam
pelaksanaan peningkatan mutu di rumah sakit. Partisipasi semua pihak dalam
pengendalian kualitas pelayanan mencakup semua jenis kelompok karyawan yang
secara bersama-sama merasa bertanggung jawab atas kualitas pelayanan dalam
kelompoknya. Partisipasi semua proses dalam pengendalian kualitas pelayanan
dimaksudkan adalah pengendalian tidak hanya terhadap output, tetapi terhadap hasil
setiap proses. Proses pelayanan akan menghasilkan suatu pelayanan berkualitas
tinggi, hanya mungkin dapat dicapai jika terdapat pengendalian kualitas dalam setiap
tahapan dari proses. Dimana dalam setiap tahapan proses dapat dijamin adanya
keterpaduan, kerjasama yang baik antara kelompok karyawan dengan manajemen,
sebagai tanggung jawab bersama untuk menghasilkan kualitas hasil kerja dari
kelompok, sebagai mata rantai dari suatu proses.

Buku Panduan pelaksanaan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA)


ini dan direview secara berkala paling lambat 3 tahun sekali untuk mengevaluasi dan
melakukan pembenahan/perbaikan yang diperlukan.

11

Anda mungkin juga menyukai