Makalah Perbandingan HTN
Makalah Perbandingan HTN
JEPANG
Oleh :
NIM 170710101232
Dosen Pengampu :
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya, makalah mengenai “PERBANDINGAN SISTEM TATA NEGARA
INDONESIA DENGAN JEPANG” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Meskipun kami
menyadari masih banyak terdapat kesalahan didalamnya. Tidak lupa pula kami ucapkan terima
kasih kepada Ibu R.A. Rini Anggraini, S.H., M.H. yang telah membimbing dan memberikan
tugas ini.
Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat dan
edukasi bagi para pembaca mengenai perbandingan negara Indonesia dengan Jepang
khususnya tentang bentuk negara, ideologi negara, serta sistem pemerintahan kedua negara
tersebut. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk kemudian makalah kami ini dapat kami perbaiki dan menjadi lebih baik lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Kami
juga yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan kritik serta
saran yang membangun dari setiap pembaca untuk materi evaluasi kami mengenai penulisan
makalah berikutnya. Kami juga berharap hal tersebut mampu dijadikan motivasi untuk kami
supaya kami lebih mengutamakan kualitas makalah di masa yang selanjutnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................................................... 1
1.2 Dasar Hukum ........................................................................................................................ 2
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
1.4 Tujuan .................................................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 3
2.1 Perbandingan Bentuk Negara Indonesia dengan Jepang ................................................. 3
2.1.1 Bentuk Negara Indonesia ............................................................................................. 3
2.1.2 Bentuk Negara Jepang.................................................................................................. 3
2.2 Perbandingan Ideologi Indonesia dengan Jepang ............................................................. 5
2.2.1 Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia .................................................................... 5
2.2.2 Hakko Ichiu sebagai Ideologi Negara Jepang.................................................................... 7
2.3 Perbandingan Sistem Pemerintahan Indonesia dengan Jepang ........................................... 8
2.3.1 Sistem Pemerintahan Indonesia ................................................................................................. 8
2.3.2 Sistem Pemerintahan Jepang ....................................................................................... 9
BAB III .................................................................................................................................................... 11
PENUTUP ............................................................................................................................................... 11
1.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 11
1.2 Saran .................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
H.M. Viekke, Bernard. 2013. Nusantara : Sejarah Indonesia. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia.
2
Angelina Chavez Irapta, 2005. Introduction to Asia: History, Culture, and Civilization. Phillippines : Rex Book
Store, Inc.
1
1.2 Dasar Hukum
1. UUD 1945
a) Pasal 1 ayat (2) dan (3)
b) Pasal 20A ayat (1)
c) Pasal 20 ayat (1)
d) Pasal 22D ayat (1), (2), (3)
e) Pasal 23 ayat (1), (2), (3)
2. Pancasila (Sila Kesatu - Sila Kelima)
3. Konstitusi Jepang 1947
a) Pasal 9
b) Pasal 45
c) Pasal 46
d) Pasal 59 ayat (1), (2)
e) Pasal 60 ayat (2)
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbandingan bentuk negara Indonesia dengan Jepang?
2. Bagaimana perbandingan ideologi Indonesia dengan Jepang?
3. Bagaimana perbandingan sistem pemerintahan Indonesia dengan Jepang?
1.4 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami perbandingan bentuk negara Indonesia dengan
Jepang.
2. Untuk mengetahui dan memahami perbandingan ideologi Indonesia dengan Jepang.
3. Untuk mengetahui dan memahami perbandingan sistem pemerintahan Indonesia
dengan Jepang.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Jimly Assidiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme, diunduh dari www.jimlyassidiqie.com tanggal 23 April
2019
4
Kunio Hamada, 2007, On The Rule Of Law In Japan, World Justice Project Multidisciplinary
Outreach Meeting September 20, 2007, Four Seasons Hotel, Singapore, hlm. 1
3
bukunya pada tahun 1954 yang berjudul “Rule of Law (Ho no Shihai)”, bahwa
dalam terjemahannya “secara konsep, negara hukum the rule of law
merupakan dasar konstitusi Jepang, dan konstitusi kita mengharapakan konsep
itu menjadi sebuah kepercayaan tetap dari bangsa Jepang”.5 Meskipun tidak
secara eksplisit dalam konstitusi Jepang mencantumkan pasal terkait konsep
negara hukumnya namun berikut adalah beberapa pasal yang bisa ditafsirkan
Jepang adalah negara hukum yaitu :
Pasal 1 berbunyi “Kaisar harus merupakan lambang dari negara dan dari
persatuan rakyat, yang memperoleh kedudukannya dari kehendak rakyat yang
memegang kedaulatan tertinggi”
Pasal 98 ayat (1) berbunyi “Undang-Undang Dasar ini haruslah menjadi undang-
undang yang tertinggi dari bangsa dan tiada undang-undang, ordonansi, dekrit
Kaisar, atau peraturan lain dari pemerintah, atau sebagian dari padanya,
bertentangan dengan peraturan-peraturan di dalamnya Undang-Undang Dasar
ini, dapat memiliki kekuatan hukum atau berlaku”.
Negara ini memiliki Konstitusi Jepang (Nihon-Koku Kenpō) dan
merupakan dokumen legal pendirian negara Jepang sejak tahun 1947. Konstitusi
ini menetapkan pemerintahan berdasarkan sistem parlementer dan menjamin
kepastian akan hak-hak dasar warga negara. Konstitusi ini juga disebut sebagai
Konstitusi Damai (Heiwa-Kenpō)6.
Konstitusi Jepang memiliki karakteristik utama dan terkenal karena tidak
memberikan hak untuk memulai perang; yang terdapat pada Pasal 9, dan dalam
penjelasan yang lebih ringkas pada ketetapan de jure kedaulatan rakyat yang
berhubungan dengan peranan kekaisaran. Konstitusi ini ditulis ketika Jepang berada
di bawah pendudukan Sekutu seusai Perang Dunia II dan direncanakan untuk
menggantikan sistem monarki absolut yang militeristik dengan suatu bentuk
demokrasi liberal.
5
Kunio Hamada, hlm.2
6
Bringing Democracy to Japan, http://www.crf-usa.org/election-central/bringing-democracy-to-
japan.html, diakses tanggal 23 April 2019
4
Saat ini, dokumen konstitusi ini bersifat kaku dan belum ada amandemen
yang ditambahkan sejak penetapannya. Konstitusi Jepang terdiri atas XI Bab dan
103 Pasal7
Jepang menganut sistem Demokrasi Pasifis, yaitu demokrasi yang
mementingkan perdamaian, tidak melegalkan apapun yang bermaksud untuk
merusak/mencederakan/perang baik itu fisik maupun non fisik.
7
ASIA PROGRAM SPECIAL REPORT,2003 Durable Democracy:
Building The Japanese State. Hlm. 9
https://www.wilsoncenter.org/sites/default/files/asiarpt_109.pdf, diakses tanggal 23 April 2019
5
1. Nilai Ketuhanan (Religiusitas)
Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterkaitan individu dengan sesuatu
yang dianggapnya memiliki kekuatan sakral, suci, agung dan mulia. Memahami Ketuhanan
sebagai pandangan hidup adalah mewujudkan masyarakat yang beketuhanan, yakni
membangun masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa maupun semangat untuk mencapai ridlo
Tuhan dalam setiap perbuatan baik yang dilakukannya.
Dari sudut pandang etis keagamaan, negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa itu
adalah negara yang menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama dan
beribadat menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Dari dasar ini pula, bahwa suatu
keharusan bagi masyarakat warga Indonesia menjadi masyarakat yang beriman kepada Tuhan,
dan masyarakat yang beragama, apapun agama dan keyakinan mereka.
6
4. Nilai Permusyawaratan dan Perwakilan
Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan hidup berdampingan dengan orang lain,
dalam interaksi itu biasanya terjadi kesepakatan, dan saling menghargai satu sama lain atas
dasar tujuan dan kepentingan bersama. Prinsip-prinsip kerakyatan yang menjadi cita-cita utama
untuk membangkitkan bangsa Indonesia, mengerahkan potensi mereka dalam dunia modern,
yakni kerakyatan yang mampu mengendalikan diri, tabah menguasai diri, walau berada dalam
kancah pergolakan hebat untuk menciptakan perubahan dan pembaharuan.
Hikmah kebijaksanaan adalah kondisi sosial yang menampilkan rakyat berpikir dalam
tahap yang lebih tinggi sebagai bangsa, dan membebaskan diri dari belenggu pemikiran
berazaskan kelompok dan aliran tertentu yang sempit.
5. Nilai Keadilan Sosial
Nilai keadilan adalah nilai yang menjunjung norma berdasarkan ketidak berpihakkan,
keseimbangan, serta pemerataan terhadap suatu hal. Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia merupakan cita-cita bernegara dan berbangsa. Itu semua bermakna
mewujudkan keadaan masyarakat yang bersatu secara organik, dimana setiap anggotanya
mempunyai kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang serta belajar hidup pada
kemampuan aslinya. Segala usaha diarahkan kepada potensi rakyat, memupuk perwatakan dan
peningkatan kualitas rakyat, sehingga kesejahteraan tercapai secara merata.
7
kedudukan penting dalam kabinet, dan doktrin-doktrin yang didasarkan pada Shinto
dipropagandakan oleh pemerintah. Isi Hakko Ichiu dimodifikasi agar sesuai dengan
kebutuhan pada masa itu. Hakko Ichiu berisikan hal sebagai berikut:
1. Jepang adalah pusat dunia dan Kaisar sebagai pemimpinnya. Kaisar adalah
Dewa di dunia yang mendapat kedewaannya dari Amaterasu Omikami langsung.
2. Kami (dewa), melindungi Jepang dengan segala kekuatannya. Hal ini
menjadikan Jepang superior, lebih kuat, istimewa dibanding negara lain di dunia.
3. Semua hal tersebut adalah dasar dari Kodoshugisa (jalan Kekaisaran) sehingga
Jepang memiliki misi suci untuk menjadikan dunia sebagai satu keluarga dengan
Jepang sebagai pemimpin.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Hakko Ichiu (dunia sebagai satu
keluarga) adalah ajaran Shinto yang mengatakan bahwa Jepang harus menyusun dunia
ini sebagai satu “keluarga besar”, dan Jepang bertindak sebagai “kepala keluarga”.
Ajaran Hakko Ichiu ini tentunya tak dapat terlaksana tanpa kemajuan yang telah dicapai
oleh Jepang, terutama dalam bidang perdagangan dan industri.
Anggota DPR berjumlah 560 orang dengan masa jabatan 5 tahun. Dewan
Perwakilan Indonesia memiliki berbagai fungsi sebagai berikut:
8
Jimly Asshiddiqie. 2004. Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan Dalam UUD 1945.
Yogyakarta, hlm. 52
8
Dewan Perwakilan Rakyat
Pasal 20A ayat (1) : memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi
pengawasan.
Pasal 20 ayat (1) : Membentuk Undang-Undang.
Pasal 23 ayat (1) : Melakukan pengawasan terhadap APBN.
Pasal 23 ayat (2) dan (3) : Menyetujui atau menolak RUU APBN.
b. Majelis Tinggi (Sangiin), anggotanya dipilih oleh rakyat melalui Pemilu dengan
masa jabatan 6 tahun dengan pemilihan sebanyak 3 tahun sekali (Pasal 46), dan
tidak dapat diberhentikan. Terdiri dari 242 orang anggota dewan.
Kedua kamar mempunyai anggota yang dipilih secara langsung, yang
merupakan perwakilan seluruh rakyat. Jumlah anggota dan kualifikasi anggota
kedua kamar parlemen tersebut ditentukan oleh undang-undang. Sistem dua kamar
Jepang berbeda dengan Indonesia yaitu Strong Bicameral.
9
Secara umum, Kamar Bawah mempunyai kekuasaan lebih besar daripada
Senat, yakni:
10
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Indonesia merupakan negara Kesatuan yang berbentuk Republik dengan
Presiden sebagai kepala negara dan juga kepala pemerintahan. Dalam konstitusi
ditegaskan bahwa negara Indonesia adalah Negara Hukum (Rechtstaat), bukan Negara
Kekuasaan (Machsstaat).Konstitusi Indonesia adalah UUD 1945 dan bersistem
Demokrasi Pancasila.
Jepang merupakan negara berbentuk Monarki Konstitusional yang dipimpin
oleh Kaisar sebagai kepala negara dan Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan,
menganut konsep negara hukum The Rule Of Law (Ho no Shihai) dan memiliki
Konstitusi Jepang (Nihon-Koku Kenpō) yang merupakan dokumen legal pendirian
negara Jepang sejak tahun 1947. Konstitusi ini menetapkan pemerintahan berdasarkan
sistem parlementer dan menjamin kepastian akan hak-hak dasar warga negara, terdiri
atas XI Bab dan 103 Pasal. Jepang menganut Demokrasi Pasifis.
Pancasila yang digagas oleh Presiden Soekarno dijadikan sebagai ideologi
bangsa Indonesia dikerenakan Pancasila memiliki nilai-nilai falsafah mendasar
dan rasional, yang juga merupakan wujud dari konsensus nasional karena negara
bangsa Indonesia ini adalah sebuah desain negara moderen yang disepakati oleh para
pendiri negara Republik Indonesia kemudian nilai kandungan Pancasila dilestarikan
dari generasi ke generasi. Pancasila memiliki 5 nila dasar, yaitu : Ketuhanan
(religiusitas), Kemanusiaan (moralitas), Persatuan (kebangsaan) Indonesia,
Permusyawaratan dan Perwakilan, dan Keadilan Sosial.
Jepang menganut ideologi Hakko Ichiu (dunia sebagai satu keluarga), yang
merupakan ajaran Shinto yang mengatakan bahwa Jepang harus menyusun dunia ini
sebagai satu “keluarga besar”, dan Jepang bertindak sebagai “kepala keluarga”. Ajaran
ini telah ada sejak tahun 660 SM yang merupakan perintah dari Jimmu Tenno.
Indonesia menganut sistem pemerintahan Presidensiil dengan sistem parlemen
soft bicameral, terdiri atas kekuasaan Eksekutif (Presiden), Legislatif (DPR, DPRD,
DPD), dan Yudikatif (MA, MK, KY).
11
Jepang merupakan negara yang menganut sistem pemerintahan Parlementer
dengan Kekuasaan Eksekutif (Kabinet/Naikaku), Legislatif (Parlemen Diet), dan Yudikatif
(MA/Saikou-Saibansho).
1.2 Saran
Setelah mengetahui perbandingan sistem tata negara Indonesia dan
Jepang, dalam hal konstitusi Jepang seharusnya tidak bersifat kaku, melainkan
harus dilakukan perubahan seperti halnya UUD 1945 yang sudah mengalami 4
(empat) kali Amandemen. Hal ini dikarenakan setiap negara maupun
masyarakatnya pasti mengalami perkembangan di berbagai bidang seperti
ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Maka dari itu, perundang-undangan yang
berlaku di setiap negara harus disesuaikan dengan perkembangan zaman agar
tidak terjadi suatu permasalahan baru yang belum diatur ketentuannya dalam
konstitusi tersebut.
12
DAFTAR PUSTAKA
Angelina Chavez Irapta, 2005. Introduction to Asia: History, Culture, and Civilization.
Phillippines : Rex Book Store, Inc.
Armada Riyanto. dkk.., 2011. Politik Demokrasi : Sketsa, Filosofis, Fenomenologis, Penerbit
Program Sekolah Demokrasi, Jawa Timur.
H.M. Viekke, Bernard. 2013. Nusantara : Sejarah Indonesia. Jakarta : Kepustakaan Populer
Gramedia.
Jimly Asshiddiqie. 2004. Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan Dalam
UUD 1945. Yogyakarta.
Kunio Hamada. 2007. On The Rule Of Law In Japan. World Justice Project Multidisciplinary
Outreach Meeting September 20, 2007, Four Seasons Hotel, Singapore.
13