Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PERBANDINGAN SISTEM TATA NEGARA INDONESIA DENGAN

JEPANG

Oleh :

Christy Monica Sistyantari

NIM 170710101232

PERBANDINGAN HTN KELAS D

Dosen Pengampu :

R.A. Rini Anggraini, S.H., M.H.

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS


JEMBER

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya, makalah mengenai “PERBANDINGAN SISTEM TATA NEGARA
INDONESIA DENGAN JEPANG” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Meskipun kami
menyadari masih banyak terdapat kesalahan didalamnya. Tidak lupa pula kami ucapkan terima
kasih kepada Ibu R.A. Rini Anggraini, S.H., M.H. yang telah membimbing dan memberikan
tugas ini.

Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat dan
edukasi bagi para pembaca mengenai perbandingan negara Indonesia dengan Jepang
khususnya tentang bentuk negara, ideologi negara, serta sistem pemerintahan kedua negara
tersebut. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk kemudian makalah kami ini dapat kami perbaiki dan menjadi lebih baik lagi.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Kami
juga yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan kritik serta
saran yang membangun dari setiap pembaca untuk materi evaluasi kami mengenai penulisan
makalah berikutnya. Kami juga berharap hal tersebut mampu dijadikan motivasi untuk kami
supaya kami lebih mengutamakan kualitas makalah di masa yang selanjutnya.

Jember, 23 April 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................................................... 1
1.2 Dasar Hukum ........................................................................................................................ 2
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
1.4 Tujuan .................................................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 3
2.1 Perbandingan Bentuk Negara Indonesia dengan Jepang ................................................. 3
2.1.1 Bentuk Negara Indonesia ............................................................................................. 3
2.1.2 Bentuk Negara Jepang.................................................................................................. 3
2.2 Perbandingan Ideologi Indonesia dengan Jepang ............................................................. 5
2.2.1 Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia .................................................................... 5
2.2.2 Hakko Ichiu sebagai Ideologi Negara Jepang.................................................................... 7
2.3 Perbandingan Sistem Pemerintahan Indonesia dengan Jepang ........................................... 8
2.3.1 Sistem Pemerintahan Indonesia ................................................................................................. 8
2.3.2 Sistem Pemerintahan Jepang ....................................................................................... 9
BAB III .................................................................................................................................................... 11
PENUTUP ............................................................................................................................................... 11
1.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 11
1.2 Saran .................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia dan Jepang merupakan negara yang berada di Benua Asia. Republik
Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan
berada di antara benua Asia dan Australia, serta antara Samudra Pasifik dan Samudra
Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508
pulau, oleh karena itu ia disebut juga sebagai Nusantara.1
Jepang atau Nipponkoku, Nihonkoku adalah sebuah negara kepulauan di Asia
Timur. Sebagian besar pulau di Jepang bergunung-gunung, dan sebagian di antaranya
merupakan gunung berapi. Menurut mitologi tradisional, Jepang didirikan oleh Kaisar
Jimmu Tenno pada abad ke-7 SM.2 Kaisar Jimmu memulai mata rantai monarki
Jepang yang tidak terputus hingga kini. Meskipun begitu, sepanjang sejarahnya, untuk
kebanyakan masa kekuatan sebenarnya berada di tangan anggota-anggota istana,
shogun, pihak militer, dan memasuki zaman modern, di tangan perdana menteri.
Menurut Konstitusi Jepang tahun 1947, Jepang adalah negara monarki konstitusional
di bawah pimpinan Kaisar Jepang dan Parlemen Jepang.
Pembahasan kali ini akan mengupas perihal perbandingan sistem tata
pemerintahan antara negara Indonesia dan negara Jepang. Hal-hal yang akan dibahas
berupa perbandingan bentuk negara, sistem demokrasi, konstitusi, ideology, serta
perbandingan sistem pemerintahan dari kedua negara tersebut.
Tujuan dari perbandingan sistem tata negara Indonesia dan Jepang ialah untuk
mencoba memahami berbagai kelebihan dan kelemahan dari masing-masing sistem
pemerintahan.

1
H.M. Viekke, Bernard. 2013. Nusantara : Sejarah Indonesia. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia.
2
Angelina Chavez Irapta, 2005. Introduction to Asia: History, Culture, and Civilization. Phillippines : Rex Book
Store, Inc.

1
1.2 Dasar Hukum
1. UUD 1945
a) Pasal 1 ayat (2) dan (3)
b) Pasal 20A ayat (1)
c) Pasal 20 ayat (1)
d) Pasal 22D ayat (1), (2), (3)
e) Pasal 23 ayat (1), (2), (3)
2. Pancasila (Sila Kesatu - Sila Kelima)
3. Konstitusi Jepang 1947
a) Pasal 9
b) Pasal 45
c) Pasal 46
d) Pasal 59 ayat (1), (2)
e) Pasal 60 ayat (2)
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbandingan bentuk negara Indonesia dengan Jepang?
2. Bagaimana perbandingan ideologi Indonesia dengan Jepang?
3. Bagaimana perbandingan sistem pemerintahan Indonesia dengan Jepang?

1.4 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami perbandingan bentuk negara Indonesia dengan
Jepang.
2. Untuk mengetahui dan memahami perbandingan ideologi Indonesia dengan Jepang.
3. Untuk mengetahui dan memahami perbandingan sistem pemerintahan Indonesia
dengan Jepang.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perbandingan Bentuk Negara Indonesia dengan Jepang


2.1.1 Bentuk Negara Indonesia
Indonesia merupakan negara Kesatuan yang berbentuk Republik dengan
Presiden sebagai kepala negara dan juga kepala pemerintahan. Dalam konstitusi
ditegaskan bahwa negara Indonesia adalah Negara Hukum (Rechtstaat), bukan
Negara Kekuasaan (Machsstaat).3 Hal ini bisa dilihat dalam Pasal 1 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi
“Negara Indonesia adalah negara hukum.”
Indonesia menganut Konstitusi Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) yang sudah mengalami 4 (empat) kali
Amandemen/perubahan.
Indonesia menganut sistem Demokrasi Pancasila. Hal ini sesuai Pasal 1
ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi, “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang Undang Dasar”. Dengan demikian, UUD 1945
secara tegas mendasar pada pemerintahan demokrasi karena berasaskan
kedaulatan rakyat yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

2.1.2 Bentuk Negara Jepang


Jepang merupakan negara berbentuk Monarki Konstitusional yang
dipimpin oleh Kaisar sebagai kepala negara dan Perdana Menteri sebagai
kepala pemerintahan. Sebagai kepala negara seremonial, kedudukan Kaisar
Jepang diatur dalam konstitusi sebagai symbol negara dan pemersatu rakyat
dengan kedaulatan berada sepenuhnya di tangan rakyat. Kaisar Jepang juga
bertindak sebagai kepala negara dalam urusan diplomatik.

Jepang menganut konsep negara hukum The Rule Of Law (Ho no


Shihai), yang sering dikenal dalam Anglo-American ke dalam konstitusinya
secara resmi pada tahun 1947.4 Hakim Agung Masami Itoh mempublikasikan

3
Jimly Assidiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme, diunduh dari www.jimlyassidiqie.com tanggal 23 April
2019
4
Kunio Hamada, 2007, On The Rule Of Law In Japan, World Justice Project Multidisciplinary
Outreach Meeting September 20, 2007, Four Seasons Hotel, Singapore, hlm. 1

3
bukunya pada tahun 1954 yang berjudul “Rule of Law (Ho no Shihai)”, bahwa
dalam terjemahannya “secara konsep, negara hukum the rule of law
merupakan dasar konstitusi Jepang, dan konstitusi kita mengharapakan konsep
itu menjadi sebuah kepercayaan tetap dari bangsa Jepang”.5 Meskipun tidak
secara eksplisit dalam konstitusi Jepang mencantumkan pasal terkait konsep
negara hukumnya namun berikut adalah beberapa pasal yang bisa ditafsirkan
Jepang adalah negara hukum yaitu :

Pasal 1 berbunyi “Kaisar harus merupakan lambang dari negara dan dari
persatuan rakyat, yang memperoleh kedudukannya dari kehendak rakyat yang
memegang kedaulatan tertinggi”
Pasal 98 ayat (1) berbunyi “Undang-Undang Dasar ini haruslah menjadi undang-
undang yang tertinggi dari bangsa dan tiada undang-undang, ordonansi, dekrit
Kaisar, atau peraturan lain dari pemerintah, atau sebagian dari padanya,
bertentangan dengan peraturan-peraturan di dalamnya Undang-Undang Dasar
ini, dapat memiliki kekuatan hukum atau berlaku”.
Negara ini memiliki Konstitusi Jepang (Nihon-Koku Kenpō) dan
merupakan dokumen legal pendirian negara Jepang sejak tahun 1947. Konstitusi
ini menetapkan pemerintahan berdasarkan sistem parlementer dan menjamin
kepastian akan hak-hak dasar warga negara. Konstitusi ini juga disebut sebagai
Konstitusi Damai (Heiwa-Kenpō)6.
Konstitusi Jepang memiliki karakteristik utama dan terkenal karena tidak
memberikan hak untuk memulai perang; yang terdapat pada Pasal 9, dan dalam
penjelasan yang lebih ringkas pada ketetapan de jure kedaulatan rakyat yang
berhubungan dengan peranan kekaisaran. Konstitusi ini ditulis ketika Jepang berada
di bawah pendudukan Sekutu seusai Perang Dunia II dan direncanakan untuk
menggantikan sistem monarki absolut yang militeristik dengan suatu bentuk
demokrasi liberal.

5
Kunio Hamada, hlm.2
6
Bringing Democracy to Japan, http://www.crf-usa.org/election-central/bringing-democracy-to-
japan.html, diakses tanggal 23 April 2019

4
Saat ini, dokumen konstitusi ini bersifat kaku dan belum ada amandemen
yang ditambahkan sejak penetapannya. Konstitusi Jepang terdiri atas XI Bab dan
103 Pasal7
Jepang menganut sistem Demokrasi Pasifis, yaitu demokrasi yang
mementingkan perdamaian, tidak melegalkan apapun yang bermaksud untuk
merusak/mencederakan/perang baik itu fisik maupun non fisik.

2.2 Perbandingan Ideologi Indonesia dengan Jepang


2.2.1 Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia
Pancasila dijadikan ideologi bangsa Indonesia dikerenakan Pancasila memiliki
nilai-nilai falsafah mendasar dan rasional. Pancasila telah teruji kokoh dan kuat sebagai
dasar dalam mengatur kehidupan bernegara. Selain itu, Pancasila juga merupakan wujud
dari konsensus nasional karena negara bangsa Indonesia ini adalah sebuah desain negara
moderen yang disepakati oleh para pendiri negara Republik Indonesia kemudian nilai
kandungan Pancasila dilestarikan dari generasi ke generasi.
Pancasila pertama kali dikumandangkan oleh Soekarno pada saat
berlangsungnya sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Republik
Indonesia (BPUPKI).
Pada pidato tersebut, Soekarno menekankan pentingnya sebuah dasar negara.
Istilah dasar negara ini kemudian disamakan dengan fundamen, filsafat, pemikiran yang
mendalam, serta jiwa dan hasrat yang mendalam, serta perjuangan suatu bangsa
senantiasa memiliki karakter sendiri yang berasal dari kepribadian bangsa.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Pancasila secara formal yudiris
terdapat dalam alinea IV pembukaan UUD 1945, yang mengandung 5 nilai-nilai luhur
sebagai berikut :

7
ASIA PROGRAM SPECIAL REPORT,2003 Durable Democracy:
Building The Japanese State. Hlm. 9
https://www.wilsoncenter.org/sites/default/files/asiarpt_109.pdf, diakses tanggal 23 April 2019

5
1. Nilai Ketuhanan (Religiusitas)
Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterkaitan individu dengan sesuatu
yang dianggapnya memiliki kekuatan sakral, suci, agung dan mulia. Memahami Ketuhanan
sebagai pandangan hidup adalah mewujudkan masyarakat yang beketuhanan, yakni
membangun masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa maupun semangat untuk mencapai ridlo
Tuhan dalam setiap perbuatan baik yang dilakukannya.
Dari sudut pandang etis keagamaan, negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa itu
adalah negara yang menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama dan
beribadat menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Dari dasar ini pula, bahwa suatu
keharusan bagi masyarakat warga Indonesia menjadi masyarakat yang beriman kepada Tuhan,
dan masyarakat yang beragama, apapun agama dan keyakinan mereka.

2. Nilai Kemanusiaan (Moralitas)


Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah pembentukan suatu kesadaran tentang
keteraturan, sebagai asas kehidupan, sebab setiap manusia mempunyai potensi untuk menjadi
manusia sempurna, yaitu manusia yang beradab. Manusia yang maju peradabannya tentu lebih
mudah menerima kebenaran dengan tulus, lebih mungkin untuk mengikuti tata cara dan pola
kehidupan masyarakat yang teratur, dan mengenal hukum universal.
Kesadaran inilah yang menjadi semangat membangun kehidupan masyarakat dan alam
semesta untuk mencapai kebahagiaan dengan usaha gigih, serta dapat diimplementasikan
dalam bentuk sikap hidup yang harmoni penuh toleransi dan damai.

3. Nilai Persatuan (Kebangsaan) Indonesia


Persatuan adalah gabungan yang terdiri atas beberapa bagian, kehadiran Indonesia dan
bangsanya di muka bumi ini bukan untuk bersengketa. Bangsa Indonesia hadir untuk
mewujudkan kasih sayang kepada segenap suku bangsa dari Sabang sampai Marauke.
Persatuan Indonesia, bukan sebuah sikap maupun pandangan dogmatik dan sempit, namun
harus menjadi upaya untuk melihat diri sendiri secara lebih objektif dari dunia luar. Negara
Kesatuan Republik Indonesia terbentuk dalam proses sejarah perjuangan panjang dan terdiri
dari bermacam-macam kelompok suku bangsa, namun perbedaan tersebut tidak untuk
dipertentangkan tetapi justru dijadikan persatuan Indonesia.

6
4. Nilai Permusyawaratan dan Perwakilan
Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan hidup berdampingan dengan orang lain,
dalam interaksi itu biasanya terjadi kesepakatan, dan saling menghargai satu sama lain atas
dasar tujuan dan kepentingan bersama. Prinsip-prinsip kerakyatan yang menjadi cita-cita utama
untuk membangkitkan bangsa Indonesia, mengerahkan potensi mereka dalam dunia modern,
yakni kerakyatan yang mampu mengendalikan diri, tabah menguasai diri, walau berada dalam
kancah pergolakan hebat untuk menciptakan perubahan dan pembaharuan.
Hikmah kebijaksanaan adalah kondisi sosial yang menampilkan rakyat berpikir dalam
tahap yang lebih tinggi sebagai bangsa, dan membebaskan diri dari belenggu pemikiran
berazaskan kelompok dan aliran tertentu yang sempit.
5. Nilai Keadilan Sosial
Nilai keadilan adalah nilai yang menjunjung norma berdasarkan ketidak berpihakkan,
keseimbangan, serta pemerataan terhadap suatu hal. Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia merupakan cita-cita bernegara dan berbangsa. Itu semua bermakna
mewujudkan keadaan masyarakat yang bersatu secara organik, dimana setiap anggotanya
mempunyai kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang serta belajar hidup pada
kemampuan aslinya. Segala usaha diarahkan kepada potensi rakyat, memupuk perwatakan dan
peningkatan kualitas rakyat, sehingga kesejahteraan tercapai secara merata.

2.2.2 Hakko Ichiu sebagai Ideologi Negara Jepang


Shinto adalah agama asli Jepang yang berakar pada kepercayaan animis Jepang
kuno. Kata Shinto berasal dari bahasa Tionghoa, “Shen” artinya roh, “Tao” berarti
jalannya dunia, bumi, dan langit.1) Dengan demikian Shinto berarti perjalanan roh yang
baik.
Menurut Shinto, Hakko Ichiu itu diperintahkan oleh Jimmu Tenno (Tenno
pertama ± 660 SM) sebagai dewa kepada bangsa Jepang untuk membentuk kekeluargaan
yang meliputi seluruh dunia. Hakko Ichiu dianggap sebagai titah dewa yang harus
dilaksanakan. Selanjutnya Hakko Ichiu diterangkan bahwa bangsa Jepang merupakan
keluarga yang sah, sedangkan bangsa-bangsa lain tidak, karena itu Jepang boleh
memperlakukannya dengan sewenang-wenang. Sebagai keluarga yang sah, Jepang
berhak atas seluruh dunia agar dunia dapat disusun sebagai satu kekeluargaan.2)
Sejak Restorasi Meiji (1868), agama Shinto dijadikan agama nasional dan
mendapat kedudukan istimewa dalam pemerintahan. Pejabat-pejabat Shinto mendapat

7
kedudukan penting dalam kabinet, dan doktrin-doktrin yang didasarkan pada Shinto
dipropagandakan oleh pemerintah. Isi Hakko Ichiu dimodifikasi agar sesuai dengan
kebutuhan pada masa itu. Hakko Ichiu berisikan hal sebagai berikut:
1. Jepang adalah pusat dunia dan Kaisar sebagai pemimpinnya. Kaisar adalah
Dewa di dunia yang mendapat kedewaannya dari Amaterasu Omikami langsung.
2. Kami (dewa), melindungi Jepang dengan segala kekuatannya. Hal ini
menjadikan Jepang superior, lebih kuat, istimewa dibanding negara lain di dunia.
3. Semua hal tersebut adalah dasar dari Kodoshugisa (jalan Kekaisaran) sehingga
Jepang memiliki misi suci untuk menjadikan dunia sebagai satu keluarga dengan
Jepang sebagai pemimpin.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Hakko Ichiu (dunia sebagai satu
keluarga) adalah ajaran Shinto yang mengatakan bahwa Jepang harus menyusun dunia
ini sebagai satu “keluarga besar”, dan Jepang bertindak sebagai “kepala keluarga”.
Ajaran Hakko Ichiu ini tentunya tak dapat terlaksana tanpa kemajuan yang telah dicapai
oleh Jepang, terutama dalam bidang perdagangan dan industri.

2.3 Perbandingan Sistem Pemerintahan Indonesia dengan Jepang


2.3.1 Sistem Pemerintahan Indonesia
Indonesia menganut sistem pemerintahan Presidensiil dengan sistem parlemen
soft bicameral karena majelis hanya menjadi pendukung majelis lain. Dalam hal ini,
MPR merupakan penyatuan dari DPR dan DPD.8 Indonesia memiliki 3 kekuasaan
pemerintahan, yaitu :
a) Kekuasaan Eksekutif : Presiden
b) Kekuasaan Legislatif : DPR, DPRD, DPD
c) Kekuasaan Yudikatif : MA, MK, KY

Anggota DPR berjumlah 560 orang dengan masa jabatan 5 tahun. Dewan
Perwakilan Indonesia memiliki berbagai fungsi sebagai berikut:

8
Jimly Asshiddiqie. 2004. Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan Dalam UUD 1945.
Yogyakarta, hlm. 52

8
 Dewan Perwakilan Rakyat
Pasal 20A ayat (1) : memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi
pengawasan.
Pasal 20 ayat (1) : Membentuk Undang-Undang.
Pasal 23 ayat (1) : Melakukan pengawasan terhadap APBN.
Pasal 23 ayat (2) dan (3) : Menyetujui atau menolak RUU APBN.

 Dewan Perwakilan Daerah


Pasal 22D ayat (1) : Mengajukan RUU kepada DPR terkait otonomi daerah.
Pasal 22D ayat (2) : Ikut serta membahas RUU tentang otonomi daerah dan
memberi pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN.
Pasal 22D (3) : Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU tentang
otonomi daerah dan menyampaikan pengawasan kepada DPR.

2.3.2 Sistem Pemerintahan Jepang


Jepang merupakan negara yang menganut sistem pemerintahan
Parlementer. UUD 1947 mengatur tiga kekuasaan tertinggi yaitu :
a) Kekuasaan Eksekutif : Kabinet (Naikaku)
b) Kekuasaan Legislatif : Parlemen (Diet/Kokkai)
c) Kekuasaan Kehakiman : Mahkamah Agung (Saikou-Saibansho)
Parlemen Jepang/Diet adalah lembaga tertinggi Negara dan satu-satunya
badan pembuat undang-undang negara yang terdiri dari dua Dewan, (bikameral),
yaitu :
a. Majelis Rendah (Shugiin), anggotanya dipilih oleh rakyat melalui Pemilu
dengan masa jabatan 4 tahun (Pasal 45) dan dapat diberhentikan oleh Perdana
Menteri dengan mosi tidak percaya. Terdiri dari 480 orang anggota dewan.

b. Majelis Tinggi (Sangiin), anggotanya dipilih oleh rakyat melalui Pemilu dengan
masa jabatan 6 tahun dengan pemilihan sebanyak 3 tahun sekali (Pasal 46), dan
tidak dapat diberhentikan. Terdiri dari 242 orang anggota dewan.
Kedua kamar mempunyai anggota yang dipilih secara langsung, yang
merupakan perwakilan seluruh rakyat. Jumlah anggota dan kualifikasi anggota
kedua kamar parlemen tersebut ditentukan oleh undang-undang. Sistem dua kamar
Jepang berbeda dengan Indonesia yaitu Strong Bicameral.

9
Secara umum, Kamar Bawah mempunyai kekuasaan lebih besar daripada
Senat, yakni:

 House of Representatives atau Majelis Rendah


1. Pasal 59 ayat (2) : Dapat memveto Majelis Tinggi sebanyak 2/3 suara dari
Majelis Rendah Jepang
2. Mengangkat dan memberhentikan Perdana Menteri dan Kabinet

 House of Councillors atau Majelis Tinggi/Senat


1. Pasal 59 ayat (1) : Membuat kebijakan atau Undang-Undang
2. Pasal 60 ayat (2) : Memberikan pertimbangan atas RAPBN
3. Mengangkat dan memberhentikan Perdana Menteri dan Kabinet

10
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Indonesia merupakan negara Kesatuan yang berbentuk Republik dengan
Presiden sebagai kepala negara dan juga kepala pemerintahan. Dalam konstitusi
ditegaskan bahwa negara Indonesia adalah Negara Hukum (Rechtstaat), bukan Negara
Kekuasaan (Machsstaat).Konstitusi Indonesia adalah UUD 1945 dan bersistem
Demokrasi Pancasila.
Jepang merupakan negara berbentuk Monarki Konstitusional yang dipimpin
oleh Kaisar sebagai kepala negara dan Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan,
menganut konsep negara hukum The Rule Of Law (Ho no Shihai) dan memiliki
Konstitusi Jepang (Nihon-Koku Kenpō) yang merupakan dokumen legal pendirian
negara Jepang sejak tahun 1947. Konstitusi ini menetapkan pemerintahan berdasarkan
sistem parlementer dan menjamin kepastian akan hak-hak dasar warga negara, terdiri
atas XI Bab dan 103 Pasal. Jepang menganut Demokrasi Pasifis.
Pancasila yang digagas oleh Presiden Soekarno dijadikan sebagai ideologi
bangsa Indonesia dikerenakan Pancasila memiliki nilai-nilai falsafah mendasar
dan rasional, yang juga merupakan wujud dari konsensus nasional karena negara
bangsa Indonesia ini adalah sebuah desain negara moderen yang disepakati oleh para
pendiri negara Republik Indonesia kemudian nilai kandungan Pancasila dilestarikan
dari generasi ke generasi. Pancasila memiliki 5 nila dasar, yaitu : Ketuhanan
(religiusitas), Kemanusiaan (moralitas), Persatuan (kebangsaan) Indonesia,
Permusyawaratan dan Perwakilan, dan Keadilan Sosial.
Jepang menganut ideologi Hakko Ichiu (dunia sebagai satu keluarga), yang
merupakan ajaran Shinto yang mengatakan bahwa Jepang harus menyusun dunia ini
sebagai satu “keluarga besar”, dan Jepang bertindak sebagai “kepala keluarga”. Ajaran
ini telah ada sejak tahun 660 SM yang merupakan perintah dari Jimmu Tenno.
Indonesia menganut sistem pemerintahan Presidensiil dengan sistem parlemen
soft bicameral, terdiri atas kekuasaan Eksekutif (Presiden), Legislatif (DPR, DPRD,
DPD), dan Yudikatif (MA, MK, KY).

11
Jepang merupakan negara yang menganut sistem pemerintahan Parlementer
dengan Kekuasaan Eksekutif (Kabinet/Naikaku), Legislatif (Parlemen Diet), dan Yudikatif
(MA/Saikou-Saibansho).

1.2 Saran
Setelah mengetahui perbandingan sistem tata negara Indonesia dan
Jepang, dalam hal konstitusi Jepang seharusnya tidak bersifat kaku, melainkan
harus dilakukan perubahan seperti halnya UUD 1945 yang sudah mengalami 4
(empat) kali Amandemen. Hal ini dikarenakan setiap negara maupun
masyarakatnya pasti mengalami perkembangan di berbagai bidang seperti
ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Maka dari itu, perundang-undangan yang
berlaku di setiap negara harus disesuaikan dengan perkembangan zaman agar
tidak terjadi suatu permasalahan baru yang belum diatur ketentuannya dalam
konstitusi tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA

Angelina Chavez Irapta, 2005. Introduction to Asia: History, Culture, and Civilization.
Phillippines : Rex Book Store, Inc.

Armada Riyanto. dkk.., 2011. Politik Demokrasi : Sketsa, Filosofis, Fenomenologis, Penerbit
Program Sekolah Demokrasi, Jawa Timur.

H.M. Viekke, Bernard. 2013. Nusantara : Sejarah Indonesia. Jakarta : Kepustakaan Populer
Gramedia.

Jimly Asshiddiqie. 2004. Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan Dalam
UUD 1945. Yogyakarta.

Konstitusi Jepang 1947.

Kunio Hamada. 2007. On The Rule Of Law In Japan. World Justice Project Multidisciplinary
Outreach Meeting September 20, 2007, Four Seasons Hotel, Singapore.

Undang-Undang Dasar 1945.

ASIA PROGRAM SPECIAL REPORT,2003 Durable Democracy:Building The Japanese


State. Hlm. 9 https://www.wilsoncenter.org/sites/default/files/asiarpt_109.pdf, diakses
tanggal 23 April 2019.

Bringing Democracy to Japan, http://www.crf-usa.org/election-central/bringing-democracy-


to-japan.html, diakses tanggal 23 April 2019

Jimly Assidiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme, diunduh dari www.jimlyassidiqie.com


tanggal 23 April 2019.

13

Anda mungkin juga menyukai