LP Ngurah Bhayangkara
LP Ngurah Bhayangkara
OLEH :
Ngurah Prasetya
Pengalaman nyeri merupakan suatu hal yang kompleks mencakup aspek fisik,
emosional, dan kognitif. Nyeri adalah suatu hal yang bersifat subjektif dan personal.
Stimulus terhadap nyeri merupakan sesuatu yang bersifat fisik atau mental yang terjadi
secara alami. Nyeri merupakan suatu pengalaman yang melelahkan dan membutuhkan
energi. Nyeri dapat menganggu hubungan personal dan mempengaruhi pola hidup (Potter
& Perry, 2010). Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan bersifat akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial. Nyeri
merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat individual karena respon
individu terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu sama lain (
Asmadi, 2008)
Nyeri akut adalah sensori dalam emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal
kerusakan sedemikian rupa (International Association For The Study Of Pain): serangan
yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau dprediksi dan berlangsung <6 bulan. Nyeri kronis adalah pengalaman
sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jarimgan
yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa
(International Association for the Studi of Pain): serangan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantsipasi atau prediksi dan
berlangsung >6 bulan (NOC, 2016)
b) Mengkaji Intensitas Nyeri
1. Skala Deskriptif Verbal (VDS)
Skala deskriptif verbal (VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai
lima kata pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis.
Pendeskripsian ini dirangking dari “tidak nyeri” sampai “nyeri tidak tertahankan”.
Perawat menunjukan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas
nyeri terbaru yang ia rasakan (Potter & Perry, 2010).
Gambar Skala Deskriptif Verbal
Skala penilaian numerik atau numeric rating scale (NRS) lebih digunakan sebagai
pengganti alat pendeskripsi kata. Klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10
0 : tidak nyeri
1 –3 : nyeri ringan
4 – 6 : nyeri sedang
7 – 10 : nyeri berat
3. Skala Nyeri Wajah
Skala wajah terdiri atas enam wajah dengan profil kartun yang menggambarkan wajah
yang sedang tersenyum (tidak merasa nyeri), kemudian secara bertahap meningkat
menjadi wajah kurang bahagia, wajah yang sangat sedih sampai wajah yang sangat
ketakutan (nyeri yang sangat) (Potter & Perry, 2010).
4. Patofisiologi
Nyeri merupakan suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya kerusakan jaringan .
pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh stimulus noksius yang diperantarai
oleh sistem sensorik nosiseptif. Sistem ini berjalan mulai dari perifer melalui medulla
spinalis, batang otak, thalamus dan korteks serebsi. Apabila terjadi kerusakan jaringan,
maka sistem nosiseptif akan bergeser fungsinya dari fungsi protektif menjadi fungsi yang
membantu perbaikan jaringan yang rusakPerjalanan nyeri termasuk suatu rangkaian
proses neurofisiologis kompleks yang disebut sebagai nosiseptif yang merefleksikan
empat proses komponen yang nyata yaitu transduksi, tranmisi,modulasi dan persepsi,
dimana terjadinya stimuli yang kuat perifer sampai dirasakannya nyeri di susunan saraf
pusat (cortex serebri)
a) Proses transduksi
Proses dimana stimulus noxius diubah ke impuls pada ujung saraf. Suatu stimuli kuat
(noxion stimuli) seperti tekanan fisik kimia, suhu dirubah menjadi suatu aktifitas
listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf perifer (nerve ending) atau organ-organ
tubuh. Kerusakan jaringan karena trauma baik trauma pembedahan atau trauma
lainnya menyebabkan sensitisasi dari resptor-reseptor nosiseptif dan dikeluarkannya
zat-zat mediator nyeri seperti histamin, serotonin yang akan meninbulkan sensasi
nyeri. Keadaan ini dikenal sebagai sensititasi perifer
b) Proses transmisi
Proses penyaluran impuls melalui saraf sensori sebagai lanjutan proses transduksi
melalui serabut-serabut A-delta dan serabut C dari perifer ke medulla spinalis,
dimana impuls tersebut mengakami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh
tractus spinothalamicus dan sebagian ke traktus spinoretikularis. traktus
spinoretikularis teritama membawa rangsangan dari organ-organ yang lebih dalam
dan viseral serta berhubungan dengan nyeri yang lebih difus dan melibatkan emosi.
Selain itu juga serabut-serabut saraf disini memiliki sinaps interneuron dengan saraf-
saraf berdiameter besar dan bermielin. Selanjutnya impuls disalurkan ke thalamus
dan somatosensoris di cortex serebsi dan dirasakan sebagi persepsi nyeri.
c) Proses modulasi
Proses perubahan tranmisi nyeri terjadi disusunan saraf pusat (medulla spinalis dan
otak). Proses terjadinya interaksi antara sistem analgesik endogen yang dihasilkan
oleh tubuh kita dengan input nyeri yang masuk ke kornu posterior medulla spinalis
merupakan proses asenden yang dikontrol otak. Amalgesik endogen (enkefalin,
endorphin, serotonin, noradrenalin) dapat menekan impuls nyeri untuk analgesik
endorgen tersebut. Inilah yang menyebabkan persepsi nyeri sangat subjektif pada
setiap orang
d) Persepsi
Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dari proses tranduksi, tranmisi dan
modulasi yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu proses subjektif yang dikenal
sebagai persepsi nyeri, yang diperkirakan terjadi pada thalamus dengan korteks
sebagai diskriminasi sensorik. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berperan
untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri
adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon terhadap stimulus kuat secara
potensial merusak.
5. Fisiologis
Nyeri merupakan suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya kerusakan jaringan .
pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh stimulus noksius yang diperantarai
oleh sistem sensorik nosiseptif. Sistem ini berjalan mulai dari perifer melalui medulla
spinalis, batang otak, thalamus dan korteks serebsi. Apabila terjadi kerusakan jaringan,
maka sistem nosiseptif akan bergeser fungsinya dari fungsi protektif menjadi fungsi yang
membantu perbaikan jaringan yang rusakPerjalanan nyeri termasuk suatu rangkaian
proses neurofisiologis kompleks yang disebut sebagai nosiseptif yang merefleksikan
empat proses komponen yang nyata yaitu transduksi, tranmisi,modulasi dan persepsi,
dimana terjadinya stimuli yang kuat perifer sampai dirasakannya nyeri di susunan saraf
pusat (cortex serebri)
Proses transduksi
Proses dimana stimulus noxius diubah ke impuls pada ujung saraf. Suatu stimuli kuat
(noxion stimuli) seperti tekanan fisik kimia, suhu dirubah menjadi suatu aktifitas
listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf perifer (nerve ending) atau organ-organ
tubuh. Kerusakan jaringan karena trauma baik trauma pembedahan atau trauma
lainnya menyebabkan sensitisasi dari resptor-reseptor nosiseptif dan dikeluarkannya
zat-zat mediator nyeri seperti histamin, serotonin yang akan meninbulkan sensasi
nyeri. Keadaan ini dikenal sebagai sensititasi perifer
Proses transmisi
Proses penyaluran impuls melalui saraf sensori sebagai lanjutan proses transduksi
melalui serabut-serabut A-delta dan serabut C dari perifer ke medulla spinalis,
dimana impuls tersebut mengakami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh
tractus spinothalamicus dan sebagian ke traktus spinoretikularis. traktus
spinoretikularis teritama membawa rangsangan dari organ-organ yang lebih dalam
dan viseral serta berhubungan dengan nyeri yang lebih difus dan melibatkan emosi.
Selain itu juga serabut-serabut saraf disini memiliki sinaps interneuron dengan saraf-
saraf berdiameter besar dan bermielin. Selanjutnya impuls disalurkan ke thalamus
dan somatosensoris di cortex serebsi dan dirasakan sebagi persepsi nyeri.
Proses modulasi
Proses perubahan tranmisi nyeri terjadi disusunan saraf pusat (medulla spinalis dan
otak). Proses terjadinya interaksi antara sistem analgesik endogen yang dihasilkan
oleh tubuh kita dengan input nyeri yang masuk ke kornu posterior medulla spinalis
merupakan proses asenden yang dikontrol otak. Amalgesik endogen (enkefalin,
endorphin, serotonin, noradrenalin) dapat menekan impuls nyeri untuk analgesik
endorgen tersebut. Inilah yang menyebabkan persepsi nyeri sangat subjektif pada
setiap orang
Persepsi
Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dari proses tranduksi, tranmisi dan
modulasi yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu proses subjektif yang dikenal
sebagai persepsi nyeri, yang diperkirakan terjadi pada thalamus dengan korteks
sebagai diskriminasi sensorik. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berperan
untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri
adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon terhadap stimulus kuat secara
potensial merusak.
6. Klasifikasi
1.) Klasifikasi nyeri berdasarkan waktu atau durasi terjadinya nyeri :
a) Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam kurun waktu yang singkat,
biasanya kurang dari 6 bulan. Nyeri akut yang tidak diatasi secara 14 adekuat
mempunyai efek yang membahayakan di luar ketidaknyamanan yang
disebabkannya karena dapat mempengaruhi sistem pulmonary,
kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin, dan imonulogik (Potter & Perry,
2010).
b) Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung selama lebih dari 6 bulan. Nyeri
kronik berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan, karena
biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang
diarahkan pada penyebabnya. Jadi nyeri ini biasanya dikaitkan dengan
kerusakan jaringan. Nyeri kronik mengakibatkan supresi pada fungsi sistem
imun yang dapat meningkatkan pertumbuhan tumor, depresi, dan
ketidakmampuan.
2.) Klasifikasi nyeri berdasarkan sumber nyerinya
a) Nyeri nosiseptif
Nosiseptif berasal dari kata “noxsious/harmful nature” dan dalam hal ini
ujung saraf nosiseptif, menerima informasi tentang stimulus yang mampu
merusak jaringan. Nyeri nosiseptif berdifat tajam, dan berdenyut (Potter &
Perry, 2010).
b) Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik mengarah pada disfungsi di luar sel saraf. Nyeri
neuropatik terasa seperti terbakar kesemutan dan hipersensitif terhadap
sentuhan atau dingin. Nyeri spesifik terdiri atas beberapa macam, antara lain
nyeri somatik, nyeri yang umumnya bersumber dari kulit dan jaringan di
bawah kulit (superficial) pada otot dan tulang. Macam lainnya adalah nyeri
menjalar (referred pain) yaitu nyeri yang dirasakan di bagian tubuh yang jauh
letaknya dari jaringan yang menyebabkan rasa nyeri, biasanya dari cidera
organ visceral. Sedangkan nyeri visceral adalah nyeri yang berasal dari
bermacam-macam organ viscera dalam abdomen dan dada.
7. Etiologi
a. Trauma
Mekanik : Rasa nyeri timbul akibat ujung saraf bebas mengalami kerusakan,
misalnya akibat benturan, gesekan, luka
Thermis : Nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan
akibat panas, dingin. Misalnya api atau air panas
Khermis : Nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam
atau basa kuat
Elektrik : Nyeri timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai
reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot luka dan luka bakar
b. Neoplasma (bersifat jinak atau ganas seperti tumor)
c. Peradangan
d. Trauma psikologis
e. Kelainan pembuluh darah dan gangguan sirkulasi darah
f. Spasmus otot merupakan keadaan kontraksi yangtidak disadari atau tidak terkendali
sering menimbulkan rasa sakit
g. Post operasi setelah dilakukan pembedahan
8. Gejala klinis
Gejala Klinis
a. Gangguan tidur
b. Posisi menghindari nyeri
c. Gerakan menghindari nyeri
d. Raut wajah kesakitan (menangis, merintih)
e. Perubahan nafsu makan
f. Tekanan darah meningkat
g. Penafasan meningkat
h. Depresi
9. Pemeriksaan fisik
Pemerksaan fisik penting dilakukan agar mengetahui bagian mana dari tubuh pasien
10. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui apakah ada
perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien yang dapat menyebabkan
timbulnya rasa nyeri seperti :Melakukan peemeriksaan laboratorium, radiologi, EEG,
USG, ECG, rontgen
11. Penatalaksanaan
a) Relaksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik ketegangan dan stress. Teknik
relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau
nyeri stress fisik dan emosi pada nyeri. Dalam imajnasi terbimbing klien
menciptakan kesan dalam pikiran, berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga
secara bertahap kien dapat mengurangi rasa nyerinya
b) Teknik imajinasi terbimbing (guided imaginary)
Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara
yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu. Sebagai
contoh, imajinasi terbimbing
untuk relaksasi dan meredakan nyeri dapat terdiri atas penggabungan
nafas berirama lambat dengan suatu bayangan mental relaksasi dan
kenyamanan. Prosedurnya yaitu ciptakan lingkungan yang tenang, jaga privasi
pasien, usahakan tangan dan kaki pasien dalam keadaan rileks, minta pasien
untuk memejamkan mata dan usahakan agar pasien berkonsentrasi, minta pasien
menarik nafas melalui hidung secara perlahan-lahan sambil menghitung dalam
hati “hirup, dua, tiga”, selama pasien memejamkan mata, kemudian minta
pasien untuk membayangkan hal-hal yang menyenangkan atau keindahan, minta
pasien untuk menghembuskan udara melalui mulut dan membuka mata secara
perlahan-lahan sambil menghitung dalam hati “hembuskan, dua, tiga”, minta
pasien untuk mengulangi lagi sama seperti prosedur sebelumnya sebanyak tiga
kali selama lima menit (Patasik, Tangka & Rottie, 2013).
c) Teknik distraksi
Teknik distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian terhadap nyeri ke stimulus
yang lain. Ada beberapa jenis distraksi yaitu distraksi visual (melihat
pemandangan, , menonton), ditraksi pendengaran (mendengarkan usik, suara
gemericik air), distraksi pernafasan (bernafas ritmik) dan distraksi intelektual
(bermain kartu)
d) Terapi pemberian analgesik
Pemberian obat analgesik sangat membantu dalam manajemen nyeri seperti
pemberian obat analgesik non opoid (aspirin, ibuprofen) yang bekerja pada saraf
perifer di aderah luka dan menurunkan tingkatan inflamais, dan analgesic opioid
(morfin, kodein) yang dapat meningkatkan mood dan perasaan psien menjadi
lebih nyaman walapun terdapat nyeri
B. Pemeriksaan Penunjang
Melakukan pemeriksaan penunjang sesuai dengan kebutuhan pasien seperti
pemerikasaan penunjang laboratorium, radiologi, rontgen, EEG, USG, ECG
2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan kebutuhan rasa nyaman nyeri
3. Rencana Tindakan ( Intervensi )
No Tujuan Intervensi Rasional
Dx dan
kriteria hasil
1. Setelah diberikan 1. Observasi 1. Mengetahui
asuhan keperawatan efektifitas cara seberapa dosis
selama ..x 24 jam pemberian obat obat yang harus
diharapkan yang sesuai diberikan
penurunan skala 2. Monitor pasien 2. Mengetahui efek
nyeri dengan kriteria mengenai efek samping dari
hasil : terapeutik obat terapeutik obat
1. Penurunan skala 3. Pantau pemberian 3. Menjaga asupan
nyeri obat obat yang
2. Pasien bisa 4. Anjurkan pasien diminum oleh
beristirahat untuk melakukan pasien
3. Meningkatkan distraksi nafas 4. Memusatkan
kenyamanan dalam kembali
pasien 5. Berikan formasi perhatian dan
mengenai dapat
penggunaan obat meningkatkan
bebas koping
6. Berikan informasi 5. Membatasi
mengenai pasien untuk
pembatasam tidak meminum
gerakan obat selain resep
7. Kolaborasikan dokter
dengan pasien 6. Membatasi
untuk memilih dan aktivitas pasien
mengimplementas untuk bergerak
ikan tindakan 7. Membantu
pasien dalam
untuk menurunkan mengatasi
nyeri nyerinya
1. Implementasi
Implementasi merukan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana tindakan
keperawatan
a. Mandiri: aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri dan bukan
merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan
b.Delegatif: tindakan keperawatan atas instruksi yang diberikan oleh petugas
kesehatan yang berwenang.
c. Kolaboratif: tindakan perawat dan petugas kesehatan yang lain dimana didasarkan
pada keputusan bersama.
( implementasi menyesuaikn dengan intervensi )
2. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan yang terencanakan kesehatan pasien dengan tujuan
yang telah ditetapkan, dilakukan, dengan cara melibatkan pasen yang nantinya
diharapkan dapat memperoleh evaluasi disetiap diagnosa sebagai berikut.
No dx Evaluasi
1 S : Evaluasi perasaan atau keluhan yang dikeluhkan pasien secara
subjektif setelah diberikan implementasi
- Pasien mengatakan rasa nyeri sudah berkurang
- Pasien mengatakan sudah bisa beristirahat
- Pasien mengatakan sudah merasa lebih nyaman
O : Evaluasi keadaan pasien dengan pengamatan dari perawat secara
objektif
- Ekspresi nyeri pada wajah pasien berkurang
- Keadaan pasien terlihat lebih segar dan tidak lemas karena tidur
cukup
- Pasien terlihat lebih nyaman
A : Analisa masalah klien oleh perawat setelah mengetahui respon
secara subjektif dan objektif. Apakah masalah teratasi, masalah
teratasi sebagian atau masalah belum teratasi
- Masalah teratasi sebagian
P : Perencanaan selanjutnya yang akan diberikan kepada pasien.
Apakah perencanaan keperawatan dipertahankan, perencanaan
keperawatan dimodifikasi atau melanjutkan perencanaan
keperawatan yang lainnya
- Pertahankan intervensi keperawatan
DAFTAR PUSTAKA