Anda di halaman 1dari 13

  Penanganan longsoran Badan Jalan Ruas Jalan Sangata – SP. Perdau Sta.

29 +200
Provinsi Kalimantan Timur Dengan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever

 
BAB II
  TINJAUAN PUSTAKA
 
II.1 Pengertian
 
Gerakan tanah adalah suatu proses perpindahan massa tanah/batuan
 
dengan arah tegak, mendatar atau miring dari kedudukan semula dikarenakan
  pengaruh gravitasi, arus air dan beban luar. Definisi gerakan tanah yang dimaksud
tidak
  termasuk erosi, aliran lahar, amblesan, penurunan tanah karena konsolidasi
dan  pengembangan. Sedangkan Longsoran adalah suatu proses perpindahan massa
tanah/batuan dengan arah miring dari kedudukan semula (sehingga terpisah dari
 
massa yang mantap dikarenakan pengaruh gravitasi dengan jenis gerakan
berbentuk rotasi dan translasi. Didalam gerakan tanah, digunakan klasifikasi untuk
menyeragamkan istilah sehingga memudahkan pengenalan tipe gerakan tanah dan
membantu dalam menentukan penyebab dan pemilihan cara penanggulangannya.
Klasifikasi gerakan tanah ditetapkan berdasarkan :
 Jenis material dan batuan dasar.
 Jenis gerakan/mekanismenya dengan deskripsi lengkap mengenai bentuk
bidang longsoran serta mengenai sifat lainnya seperti kedalaman, aktifitas atau
kecepatannya.
Daerah berpotensi longsor adalah daerah dimana kondisi terrain dan
geologi tidak menguntungkan, sangat peka terhadap gangguan luar baik yang
bersifat alami maupun aktivitas manusia yang merupakan faktor pemicu gerakan
tanah.

II.1.1 Prinsip Dasar Lereng Jalan dan Tipe lereng


II.1.1.1 Lereng Alam
Lereng alam (natural slope) adalah lereng yang terbentuk karena fenomena
alam yang terjadi akibat dari proses geologi. Dalam konteks perencanaan teknik
jalan, lereng alam sering dijumpai pada kawasan dengan topografi berbukit dan
pegunungan, dimana posisi badan jalan berada pada elevasi tanah asli (existing

Ivan Anry / NIM.091135009

II - 1
 
  Penanganan longsoran Badan Jalan Ruas Jalan Sangata – SP. Perdau Sta. 29 +200
Provinsi Kalimantan Timur Dengan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever

 
ground) yang berada disisi sebuah bukit atau elevasi badan jalan berada pada
  lereng bukit yang sebagian digali/dipotong untuk posisi badan jalan.
 

Gambar 2.1 Ilustrasi keberadaan lereng a (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penanganan
Longsoran, Dirjen Bina Marga)

Gambar 2.2 Ilustrasi keberadaan lereng b (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penanganan
Longsoran, Dirjen Bina Marga)

II.1.1.2 Lereng Buatan


Lereng buatan (man made slope) adalah lereng yang terjadi akibat
terbentuknya daerah galian atau daerah timbunan pada proses perencanaan
geometrik jalan. Lereng buatan dapat berbentuk lereng buatan dengan penanganan

Ivan Anry / NIM.091135009

II - 2
 
  Penanganan longsoran Badan Jalan Ruas Jalan Sangata – SP. Perdau Sta. 29 +200
Provinsi Kalimantan Timur Dengan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever

 
konstruksi, baik struktur maupun non struktur atau lereng buatan tanpa
  penanganan konstruksi yaitu lereng yang hanya mengandalkan kemiringan dan
tinggi
  kritis berdasarkan karakteristik tanah pembentuk lereng tersebut. Secara
normatif lereng buatan dapat terjadi pada semua kondisi topografi, baik kondisi
 
datar, berbukit maupun pegunungan.
 

  II.1.1.3 Lereng akibat galian


  Dalam konteks perencanaan teknik jalan, lereng buatan akibat galian
terjadi
 
sebagai konsekuensi dari tuntutan perencanaan geometrik jalan, dimana
elevasi badan jalan direncanakan berada dibawah elevasi tanah asli. Lereng buatan
 
akibat galian dapat terjadi pada semua bentuk kondisi topografi, baik pada kondisi
topografi datar, berbukit maupun pegunungan. Kemiringan dan penanganan
lereng buatan akibat galian secara normatif ditentukan oleh perencanaan
berdasarkan pertimbangan – pertimbangan teknis, mencakup kondisi gepmetri
jalan, kondisi topografi, karakteristik tanah, kondisi geologi, kondisi geoteknik,
sistem drainase dan kondisi lingkungan disekitarnya.

Gambar 2.3 Ilustrasi keberadaan lereng buatan akibat galian dalam konteks perencanaan teknis
jalan dimana permukaan badan jalan berada di bawah permukaan tanah asli (Buku
Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penanganan Longsoran, Dirjen Bina Marga)

Ivan Anry / NIM.091135009

II - 3
 
  Penanganan longsoran Badan Jalan Ruas Jalan Sangata – SP. Perdau Sta. 29 +200
Provinsi Kalimantan Timur Dengan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever

 
II.1.1.4
 
Lereng akibat timbunan
Dalam perencanaan teknik jalan, lereng dibuatan akibat timbunan terjadi
 
sebagai konsekuensi dari tuntutan perencanaan geometrik jalan dimana elevasi
  badan jalan direncanakan berada diatas elevasi tanah asli. Lereng buatan akibat
  timbunan dapat terjadi pada semua bentuk kondisi topografi, baik pada kondisi
topografi
  datar, berbukit maupun pegunungan. Kemiringan dan penanganan
lereng buatan akibat timbunan secara normatif ditentukan oleh perencana
 
berdasarkan pertimbangan – pertimbangan teknis mencakup kondisi geometri
 
jalan, kondisi topografi, karakteristik tanah timbunan untuk badan jalan, kondisi
geologi, kondisi geoteknik, sistem drainase dan kondisi lingkungan sekitarnya.

Gambar 2.4 Ilustrasi keberadaan lereng bentukan/buatan akibat timbunan dalam konteks
perencanaan teknis jalan dimana permukaan badan jalan berada di bawah permukaan
tanah asli (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penanganan Longsoran, Dirjen
Bina Marga)

Gerakan tanah atau longsoran adalah perpindahan massa tanah/batuan


pada arah tegak, mendatar atau miring dari kedudukan semula, termasuk juga
deformasi lambat atau jangka panjang dari suatu lereng yang biasa disebut
rayapan (creep). Difinisi yang dimaksud tidak termasuk aliran lahar dan

Ivan Anry / NIM.091135009

II - 4
 
  Penanganan longsoran Badan Jalan Ruas Jalan Sangata – SP. Perdau Sta. 29 +200
Provinsi Kalimantan Timur Dengan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever

 
amblesan/penurunan tanah (subsidence) yang diakibatkan proses konsolidasi atau
  perbedaan kekuatan dari pondasi suatu bangunan.
Faktor-faktor
  yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya longsoran :
Pengaruh Eksternal
 
 Hilangnya tahanan lateral, misal pembuatan lereng yang terlalu terjal, erosi.
 
 Hilangnya tahanan bawah, misal larutnya lapisan batuan dibawah permukaan,
 
keruntuhan daya dukung, penggalian.
  Penambahan massa, misalnya pembebanan pada lereng.
  Penambahan tekanan lateral, misalnya mengembangnya tanah lempung
ekspansif.
 
 Vibrasi, misalnya akibat gempa bumi, peledakan, lalulintas dll.
Pengaruh Internal
 Pelapukan kimia dan mekanis dapat mengurangi ikatan mikroskopik antar
partikel tanah.
 Air pori, dapat mengurangi tegangan efektif sehingga mengurangi kuat geser.
 Aktivitas organik, penghilangan akar tumbuhan, dan lubang-lubang akibat
hewan tanah
II.2 Pergerakan Massa
Bergeraknya material tanah/batuan dalam bentuk padat disebut pergerakan
massa. Pergerakan massa ini analog dengan bergeraknya suatu blok pada bidang
miring. Apabila gaya akibat gravitasi (beban bergerak) melebihi kuat geser
penahan lereng, maka material akan bergerak.

Gambar 2.5 Analogi Gerakan Massa di Lereng (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan
Penanganan Longsoran, Dirjen Bina Marga)

Ivan Anry / NIM.091135009

II - 5
 
  Penanganan longsoran Badan Jalan Ruas Jalan Sangata – SP. Perdau Sta. 29 +200
Provinsi Kalimantan Timur Dengan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever

  Pergerakan massa tanah/batuan dapat digolongkan kedalam dua kelompok


seperti
  terlihat pada bagan berikut ini :

 
PERGERAKAN MASSA
BATUAN/TANAH
 

 
POLA KECEPATAN
  PERGERAKAN PERGERAKAN

 
1. Gelincir (Slide) 1. Pergerakan Lambat
- Translasi (0.3m/tahun – 1,5m/tahun)
- Rotasi - Creep
- Kombinasi - Soliflaction

2. Pergerakan Sedang
2. Jatuhan (Fall) (1.5m/tahun – 0.3m/menit)
- Jatuh Bebas - Nendatan
- Jungkiran - Aliran Tanah/Lumpur
- Longsoran Debris
- Debris Avalanche
3. Aliran (Flow) - Aliran Debris
- Aliran pada Bedrock
- Aliran pada Tanah
3. Pergerakan Cepat
( > 0.3m/menit)
Sumber : Puslitbang Jalan & Jembatan (NSPM) - Rock Fall

Gambar 2.6 Bagan Klasifikasi Pergerakan Massa Tanah/Batuan

II.2.1 Klasifikasi Berdasarkan Pola Pergerakan


Klasifikasi berdasarkan pola pergerakan terbagi kedalam tiga jenis, yaitu gelincir
(slide), jatuhan (fall), dan aliran (flow) :

II.2.1.1 Gelincir (Slide)


Gelincir terjadi apabila material yang jatuh masih memiliki kontak dengan
permukaan bidang gelincir. Jenis-jenis gelincir berupa translasi, rotasi dan
majemuk.

Ivan Anry / NIM.091135009

II - 6
 
  Penanganan longsoran Badan Jalan Ruas Jalan Sangata – SP. Perdau Sta. 29 +200
Provinsi Kalimantan Timur Dengan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever

 
Gelincir Translasi
  Keruntuhan terjadi sepanjang zona lemah pada tanah, massa tanah dapat bergerak
jauh  sebelum mencapai titik diamnya, umum terjadi pada tanah berbutir kasar.

Gambar 2.7 Tipe Keruntuhan Gelincir Translasi (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan
Penanganan Longsoran, Dirjen Bina Marga)

Jenis keruntuhan translasi berupa bongkahan atau disebut juga gelincir baji
(wedge slides) terjadi ketika massa tanah atau batuan terpecah belah sepanjang
kekar-kekar (joints), sisipan (seams), rekahan (fissuress) atau zona lemah sebagai
akibat misalnya pembekuan air. Masa yang terpecah bergerak sebagai blok dan
bergerak turun dalam bentuk baji.

Gelincir Rotasi
a. Rotasi pada Batuan
Tipe ini dicirikan dengan adanya bentuk “sendok”, bagian lereng atas
terbentuk “gawir” melengkung dan dibagian tengah longsor terjadi bagian yang
labil dan nampak adanya gelombang tidak rata (bulging).
Jenis longsor sangat umum terjadi pada batuan serpih lapuk (shale-marine) atau
batuan lunak yang mengalami retakan kuat dan gerakannya adalah progresive
serta meliputi daerah yang cukup luas, sudut lereng alam antara 8o – 15o.

Ivan Anry / NIM.091135009

II - 7
 
  Penanganan longsoran Badan Jalan Ruas Jalan Sangata – SP. Perdau Sta. 29 +200
Provinsi Kalimantan Timur Dengan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever

  b. Rotasi pada Tanah


  Tipe ini dicirikan adanya bidang gelincir lengkung dan gerakan rotasi.
Penyebab utama adalah gaya-gaya rembesan air tanah atau kemiringan lereng
 
yang bertambah pada tanah residual. Bidang gelincir sangat tergantung dari
 
kondisi geologinya. Bidang gelincir yang dalam biasanya terjadi pada tanah
  lempung lunak dan kenyal. Longsoran rotasi pada tanah koluvial biasanya
dangkal.
  Morfologi longsoran rotasi pada tanah dapat dilihat pada gambar
dibawah
 
ini.

Gambar 2.8 Tipe Keruntuhan Gelincir Rotasi (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan
Penanganan Longsoran, Dirjen Bina Marga)

Gelincir Majemuk
Tipe gelincir majemuk merupakan bentuk gabungan dari translasi dan rotasi. Tipe
ini sangat mungkin terjadi baik pada tanah maupun batuan lapuk. Banyak
terdapat pada deposit tanah residual, batuan serpih lapuk, dan batuan sedimen
lapuk lainnya.

Gambar 2.9 Tipe Keruntuhan Gelincir Majemuk (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan
Penanganan Longsoran, Dirjen Bina Marga)

Ivan Anry / NIM.091135009

II - 8
 
  Penanganan longsoran Badan Jalan Ruas Jalan Sangata – SP. Perdau Sta. 29 +200
Provinsi Kalimantan Timur Dengan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever

 
II.2.1.2 Jatuhan (Fall)
  Tipe longsoran yang termasuk dalam kategori jatuhan adalah jatuh bebas dan
jungkiran.
 
Jatuh Bebas
 
Material jatuh bebas dan kehilangan kontaknya dengan permukaan tanah,
 
pergerakan massa dalam jarak tertentu terjadi melalui udara.
 

Gambar 2.10 Tipe Keruntuhan Jatuhan (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penanganan
Longsoran, Dirjen Bina Marga)

Jungkiran
Jungkiran terjadi ketika pergerakan sebagai akibat momen guling yang bekerja
pada suatu titik putar dibawah titik massa. Jungkiran ini terjadi pada batuan yang
mempunyai banyak kekar- kekar

w D E D C
bb C
B HWM
A B A B
LWM

Jungkiran batu Jungkiran bahan rombakan

Gambar 2.11 Tipe Keruntuhan Jungkiran (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penanganan
Longsoran, Dirjen Bina Marga)

Ivan Anry / NIM.091135009

II - 9
 
  Penanganan longsoran Badan Jalan Ruas Jalan Sangata – SP. Perdau Sta. 29 +200
Provinsi Kalimantan Timur Dengan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever

 
II.2.1.3 Aliran (Flow)
  Aliran melibatkan pergerakan material yang berperilaku plastis sampai
cair,  ada dua jenis aliran, yaitu aliran pada bedrock dan pada tanah.

 
Aliran pada Bedrock
 
Flow termasuk deformasi yang terus menerus dan rangkak dalam.
  Biasanya melibatkan rangkak dalam yang lambat dan perbedaan pergerakan
antara
  unit–unit yang utuh, pergerakan dapat berupa sepanjang permukaan geser
yang
 
saling tidak berhubungan, menghasilkan lipatan, lenturan dan gembungan
dengan distribusi kecepatan mirip aliran fluida yang kental.
 

Aliran pada Tanah


Pergerakan pada material yang bergerak menyerupai fluida kental.
Permukaan gelincir dalam bidang material yang bergerak dapat berupa permukaan
tajam atau perbedaan pergerakan atau suatu zona distribusi geser. Rentang
pergerakan mulai dari sangat cepat dan sangat lambat.

R ay ap an ta n ah

L a w in a b a h a n r o m b a k a n

Gambar 2.12 Tipe Longsoran Aliran pada Tanah (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan
Penanganan Longsoran, Dirjen Bina Marga)

Ivan Anry / NIM.091135009

II - 10
 
  Penanganan longsoran Badan Jalan Ruas Jalan Sangata – SP. Perdau Sta. 29 +200
Provinsi Kalimantan Timur Dengan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever

 
Ciri-ciri pergerakan aliran :
   Longsor aliran terjadi ketika kondisi-kondisi internal dan eksternal
 menyebabkan tanah berperilaku seperti liquid/cairan dan mengalir kebawah
meskipun kemiringan lerengnya landai.
 
 Tanah yang mengalir bergerak ke berbagai arah dan tidak memiliki
 
permukaan keruntuhan yang terdefinisi secara jelas.
 
 Permukaan keruntuhan berganda terbentuk dan berubah secara terus menerus
 selama proses aliran ini terjadi.

 
II.2.2 Klasifikasi Berdasarkan Kecepatan Pergerakan
 
II.2.2.1 Pergerakan Lambat
Rangkak (Creep)
Pergerakan tanah terjadi sangat lambat dan kadang tidak terlihat secara
langsung. Tanda-tandanya antara lain adalah tiang-tiang dan pohon miring.

Solifluction
Jenis solifluction adalah pergerakan debris dalam kondisi jenuh.
II.2.2.2 Pergerakan Sedang
Nendatan (Slump)
Adalah pergerakan kebawah dan keluar, satuan atau beberapa satuan
tanah. Sering terjadi setelah kemiringan lereng diubah.

S lum p

Gambar 2.13 Tipe Pergerakan Nendatan (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penanganan
Longsoran, Dirjen Bina Marga)

Ivan Anry / NIM.091135009

II - 11
 
  Penanganan longsoran Badan Jalan Ruas Jalan Sangata – SP. Perdau Sta. 29 +200
Provinsi Kalimantan Timur Dengan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever

 
Aliran Tanah/Lumpur (Earth Flows)
  Adalah pergerakan yang lambat namun bisa dideteksi secara mudah. Hal
ini  biasanya terjadi pada tanah yang memiliki kadar air terus bertambah maka
akan terjadi mud flow.
 

 
Longsoran Debris (Debris Slide)
  Adalah pergerakan material tak terkonsolidasi yang relatif kering. Material
biasanya
  lebih besar dibanding material pada aliran tanah/lumpur. Debris adalah
kumpulan
 
masa tanah, atau tanah tercampur fragmen batuan, yang berpindah
sepanjang permukaan datar yang miring agak curam. Longsoran debris ini terjadi
 
secara progressif dan akan berkembang menjadi “avalanche” atau aliran yang
tiba-tiba dapat meluncur cepat. Longsoran ini sering terjadi pada tanah colluvial
atau residual yang terletak diatas permukaan batuan dasar yang miring. Mula-
mula terjadi rekahan (tersier crack) yang mana akan bertambah lebar dan akhirnya
1 blok atau lebih akan meluncur kebawah. Kegiatan runtuhan ini akan terus
berjalan hingga mencapai daerah yang paling tinggi didaerah “upper slope”
(lereng atas).

Rock and Debris Slide

Bedding or joint planes

Gambar 2.14 Tipe Gerakan Debris Slide Pada Batuan (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan
Penanganan Longsoran, Dirjen Bina Marga)

Ivan Anry / NIM.091135009

II - 12
 
  Penanganan longsoran Badan Jalan Ruas Jalan Sangata – SP. Perdau Sta. 29 +200
Provinsi Kalimantan Timur Dengan Dinding Penahan Tanah Tipe Cantilever

 
Debris Avalanche
  Debris avalanche adalah tipe perpindahan tanah/batuan yang sangat cepat
yang
  diawali dengan hancuran sepanjang permukaan runtuhan. Penyebab utama
adalah rembesan air tanah yang besar, curah hujan yang tinggi, gempa bumi atau
 
rayapan yang berkembang sedikit demi sedikit dari suatu lapisan batuan. Biasanya
 
kejadian runtuh tanpa ada tanda-tanda terlebih dahulu, dan tanpa bisa diduga.
  Dampak kerusakan pada daerah yang sudah ada permukiman bisa menjadi sangat
parah.
  Umumnya terjadi pada daerah pegunungan dengan lereng curam dari tanah
residual.
 

 
Aliran Debris (Debris Flow)
Adalah sama seperti debris avalanche kecuali jumlah keairan cukup besar
untuk membawa debris mengalir seperti cairan kental (slurry). Penyebab utama
adalah curah hujan yang tinggi, erosi permukaan yang besar.
Aliran debris sering atau umumnya terjadi pada tebing-tebing sungai curam (steep
gullies).

II.2.2.3 Pergerakan Cepat


Pergerakan cepat misalnya jatuh bebas batuan (rock falls) yang
mengakibatkan terbentuknya akumulasi batuan pada dasar jurang, dan disebut
juga talus.

R o c k a n d D e b r is F lo w

T a lu s

A n g le o f r e p o s e

Gambar 2.15 Tipe Gerakan Jatuh Bebas Batuan (Buku Petunjuk Teknis Perencanaan dan
Penanganan Longsoran, Dirjen Bina Marga)

Ivan Anry / NIM.091135009

II - 13
 

Anda mungkin juga menyukai