Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis model perencanaan komunikasi yang digunakan pemerintah
dalam penerapan rencana zonasi wilayah pesisir Kabupaten Muna. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif. Informan penelitian ditentukan dengan secara purposive sampling. Informan sebanyak 9 (Sembilan)
orang, pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang telah
dikumpulkan dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa model perencanaan komunikasi
pemerintah dalam penerapan rencana zonasi wilayah pesisir adalah sebagai berikut: langkah-langkah model
perencanaan komunikasi dalam penerapan rencana zonasi wilayah pesisir pada Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Muna yaitu 1) Menganalisis Masalah, 2) Menganalisis Khalayak, 3) Merumuskan Tujuan, 4) Memilih
Media, 5) mengembangkan pesan, 6) evaluasi. Tahapan-tahapan dalam Model perencanaan Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Muna berbeda dengan model perencanaan komunikasi Assifi dan French. Perbedaan yang
dimaksud adalah perencanaan produksi Media dan perencanaan Manajemen. Kedua tahapan tersebut dalam model
assif dan French ditetapkan dan dirumuskan melalui sebuah penelitian, sehingga prosesnya memerlukan waktu dan
biaya. Proses ini tidak berlangsung pada perencanaan komunikasi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Muna.
Manfaat yang dapat dipetik dari penelitian ini adalah 1) pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada model
perencanaan komunikasi pemerintah dalam penerapan rencana zonasi. 2) dapat menjadi masukan maupun rujukan
bagi pemerintah Kabupaten Muna terutama Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Muna yang ingin
mengembangkan perencanaan program komunikasi dalam rangka untuk mempersiapkan dan menyukseskan
pengembangan potensi wilayah pesisir.
Abstract
The purpose of this study to analyze the communication planning model used by the government in
implementing the zoning plan Muna coastal areas. The research is a qualitative descriptive study. The informants
were determined by a purposive sampling. Informants were 9 (nine) people, collecting data using the method of
observation, interviews, and documentation. The data collected was analyzed qualitatively. The results showed that
the model of communications planning government in implementing the zoning plan coastal areas are as follows:
step-by-step planning model of communication in implementing the zoning plan coastal areas at the Department of
Marine and Fisheries Muna: 1) Analyzing the problem, 2) analyze the audience, 3) formulate Goals, 4) Choose
Media, 5) to develop a message, 6) evaluation. The stages of the planning model Marine and Fisheries Agency
Muna different from communication planning model Assifi and French. Differences in question is a media
production planning and management planning. The second stage in the model Assif and French established and
defined through a study, so that the process takes time and costs. This process does not take place on
communication planning Marine and Fisheries Agency Muna. The benefits that can be drawn from this study are 1)
the development of science, especially in communication planning model of government in implementing the zoning
plan.
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata Latin
communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti “sama”. “Sama” di sini
maksudnya adalah “sama makna”. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya
dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan
makna mengenai apa yang dipercakapkan (Effendy, 2011: 9).
Lain halnya dengan Steven (dalam Cangara 2007: 19), mengajukan sebuah definisi yang
luas, bahwa komunikasi terjadi kapan saja suatu organisme memberi reaksi terhadap suatu objek
atau simuli. Apakah itu berasal dari seorang atau lingkungan sekitarnya.
Pemerintah adalah organisasi kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta
undang-undang diwilayah tertentu Pemerintahan dalam arti luas adalah segala urusan yang
dilakukan oleh Negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan
Negara sendiri, jadi tidak diartikan sebagai pemerintah yang hanya menjalankan tugas
eksekutif saja, melainkan juga meliputi tugas-tugas lainnya termasuk legislative dan
yudikatif (Labolo, 2006: 22).
Menurut Hasan (2010:95), komunikasi pemerintah merupakan penyampaian ide,
program, dan gagasan pemerintah kepada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan negara.
Dalam hal ini Pemerintah dapat diasumsikan sebagai komunikator dan masyarakat sebagai
komunikan, namun dalam suasana tertentu bisa sebaliknya masyarakat berada pada posisi
sebagai penyampai ide atau gagasan dan pemerintah berada pada posisi mencermati apa yang
diinginkan masyarakat. Dalam kondisi yang demikian pemerintah memiliki kewenangan
sekaligus bertanggung jawab untuk mempertimbangkan, bahkan merespon keinginan-
keinginan tersebut sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku.
Faktor yang menyebabkan hambatan dalam berkomunikasi (Maulana, 2013: 64-65):
1. Gangguan
2. Kepentingan
3. Motivasi Terpendam
4. Prasangka,
Model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan
(Departemen Perikanan dan Kelautan, 1984: 75). Model adalah abstraksi dari sistem sebenarnya
dalam gambaran yang lebih sederhana serta mempunyai tingkat persentase yang bersifat
menyeluruh. Model adalah abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada
beberapa sifat dalam kehidupan sebenarnya (Simarmata, 1983: ix-xii), dikutip dari
(http://www.damandiri.or.id/file/abdwahidc hairulahunairbab2.pdf , Diakses pada tanggal 24
November 2018).
Secara garis besar model dapat dibedakan atas 2 (dua) macam, yakni model fungsional
dan model operasional. Model fungsional berusaha menspesifikasikan hubungan-hubungan
tertentu diantara berbagai unsur dari suatu proses serta menggeneralisasi menjadi hubungan-
hubungan baru. Model operasional menggambarkan proses dengan cara melakukan langkah-
langkah pelaksanaan suatu program dengan berusaha menspesifikasi tugas dan hubungan antara
komponen pendukung, serta membuat proyeksi terhadap kemungkinan yang bisa mempengaruhi
proses pelaksanaan (Cangara, 2013: 66).
Menurut Robin Mehall, perencanaan komunikasi adalah sebuah dokumen tertulis yang
menggambarkan tentang apa yang harus dilakukan yang berhubungan dengan komunikasi dalam
pencapaian tujuan, dengan cara apa yang dapat dilakukan sehingga tujuan tersebut dapat dicapai,
dan kepada siapa program komunikasi itu ditujukan, dengan peralatan dan dalam jangka waktu
berapa lama hal itu bisa dicapai, dan bagaimana cara mengukur (evaluasi) hasil-hasil yang
diperoleh dari program tersebut (Cangara, 2014: 48).
Perencanaan komunikasi pada dasarnya dapat dibedakan atas dua tipe (Cangara, 2014:
48), yaitu:
1. Perencanaan Komunikasi Strategik
2. Perencanaan Komunikasi Operasional
Perencanaan komunikasi pada dasarnya adalah perencanaan operasional, karena
menyangkut pelaksanaan program untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan, yaitu (1)
Pengembangan industri media; (2) Pencitraan diri, perusahaan, lembaga, organisasi, (3)
pemasaran komersil, jasa, social dan politik, (4) Penyebarluasan gagasan pembangunan dan
penyadaran masyarakat, (5) Penyelesaian krisis dan konflik dalam organisasi dan kelompok-
kelompok masyarakat, serta (6) Kerjasama antar lembaga dan negara melalui komunikasi
internasional (Cangara, 2013: 66).
Dari model perencanaan komunikasi yang dibuat oleh Assifi dan French ini tampaknya
tidak jauh beda dengan model-model perencanaan komunikasi sebelumnya. Hanya saja bahwa
model yang dibuat oleh Assifi dan French lebih rinci dan runtut sampai tahap akhir, yakni
monitoring dan evaluasi (Cangara, 2013: 100). Langkah–langkah model perencanaan
komunikasi dari Assifi dan French (1982) adalah sebagai berikut (Cangara, 2011: 132) :
1. Menganalisis masalah
2. Menganalisis khalayak
3. Merumuskan tujuan (Objektif)
4. Memilih saluran atau media komunikasi
5. Mengembangkan pesan
6. Merencanakan produksi media
7. Merencanakan manajemen program
8. Merencanakan monitoring dan evaluasi
Berdasarkan UU No. 27 tahun 2007, Rencana Zonasi merupakan rencana yang
menentukan arah penggunaan sumber daya tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan
penetapan struktur dan pola ruang pada kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah mendapat
izin.
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Kabupaten Muna dibagi menjadi empat kawasan, yaitu
1) Kawasan Pemanfaatan Umum yang didalamnya terdapat beberapa zona antara lain zona
perikanan tangkap, Zona Perikanan Budidaya, Zona Pariwisata dan Zona Fasilitas Umum. 2)
Kawasan Konservasi yang terdiri atas Taman Wisata Alam Laut, Kawasan Konservasi Perairan
dan Daerah Perlindungan laut. Kawasan Konservasi Kabupaten Muna terletak di perairan selat
Buton. 3) Rencana Aluar Transportasi Laut yang terdiri atas Aluar Pelayaran dan Alur
Kabel/Pipa Bawah Laut. 4) Kawasan Strategis Nasional, ini terkait dengan pulau-pulau kecil
terluar, kawasan lindung serta ketahanan dan pertahanan nasional (DKP Kabupaten Muna).
Recana zonasi wilayah pesisir kabupaten Muna merupakan rencana yang menentukan
arah pembangunan khusunya wilayah pesisir. Sebagai suatu rencana yang menentukan arah
pembangunan, maka pemerintah harus terus-menerus mendorong, menggerakkan, bahkan
terkadang diperlukan suatu kebijakan melalui peraturan-peraturan yang mengharuskan
masyarakat terlibat dalam rencana tersebut.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilakukan di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Muna. Hal ini
didasarkan atas beberapa pertimbangan antara lain karena biaya, waktu, tenaga yang dimiliki
oleh peneliti, serta letaknya yang begitu strategis dan mudah dijangkau bagi peneliti, selain itu
Dinas Kelautan dan Peikanan Kabupaten Muna merupakan salah satu instansi yang menyusun
rencana zonasi wilayah pesisir Kabupaten Muna. penelitian dilaksanakan mulai dari seminar
usulan penelitian sampai menyelesaikan tesis dalam 5 bulan sejak bulan September 2018 sampai
dengan bulan Januari 2019.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sugiyono (2011: 15)
menjelaskan bahwa metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai
lawan adanya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel
sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi,
analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekan makna dari pada
generalisasi. Subjek Penelitian ini adalah Pemerintah Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Muna, sedangkan objek penelitian adalah aspek-aspek dalam model perencanaan komunikasi
Pemerintah Dinas Kelautan dan Perikanan dalam penerapan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Kabupaten Muna. Adapun yang menjadi informan dalam pnelitian ini terdiri dari 9 orang, yaitu:
1) Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Muna : 1 orang
2) Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan : 1 orang
3) Kepala-kepala bidang DKP : 3 Orang
4) Kepala-Kepala Seksi DKP : 4 Orang
Informan dalam penelitian ini ditentukan secara purposive sampling. Menurut Sugiyono
(2007: 91) adalah teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan
tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representatif. Fokus
penelitian ini adalah model perencanaan komunikasi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Muna dalam Penerapan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir. Sumber data dalam penelitian ini yaitu
Data Perimer yang diperoleh langsung dari hasil wawancara antara peneliti dengan narasumber
atau informan yang dianggap berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan
sebenarnya dilapangan dan data sekunder sebagai data pendukung data primer dari literatur dan
dokumen serta data yang diambil dari suatu organisasi dengan permasalahan dilapangan yang
terdapat pada lokasi penelitian berupa bahan bacaan, bahan pustaka, dan laporan- laporan
penelitian.
Data dikumpulkan dengan cara Observasi, Wawancara dan Dokumentasi. Data dianalisis
dengan menggunakan metode deskriptif yaitu metode dalam mengola data-data yang telah
dikumpulkan dengan menganalisisnya sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapangan dengan
analisa data kualitatif berupa reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan dan verifikasi
(Miles dan Huberman 1992: 19-21).
PENUTUP
Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, tahapan-tahapan model perencanaan
komunikasi dalam penerapan rencana zonasi wilayah pesisir pada Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Muna yaitu 1) Menganalisis Masalah, 2) Menganalisis Khalayak, 3) Merumuskan
Tujuan, 4) Memilih Media, 5) mengembangkan pesan, 6) evaluasi. Walaupun keseluruhan
langkah-langkah perencanaan komunikasi Dinas Kelautan dan Perikanan telah mencakup model
perencanaan komunikasi pada umumnya, dalam implementasinya terdapat beberapa perbedaan
dengan model perencanaan komunikasi Assif dan French antara lain adalah dalam perencanaan
produksi Media dan perencanaan Manajemen. Kedua tahapan tersebut dalam model assifi dan
French ditetapkan dan dirumuskan melalui sebuah penelitian, sehingga prosesnya memerlukan
waktu dan biaya. Proses ini tidak berlangsung pada perencanaan komunikasi Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Muna. Terdapat kelemahan mendasar di Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Muna berkenaan dengan proses pengembangan pesan yaitu belum adanya penetapan
staf pegawai yang memiliki kompetensi bidang komunikasi sehingga terdapat kesulitan dalam
mengelola pesan dan media untuk keberhasilan penyampaian informasi kepada khalayk utama
serta umpan baik yang diharapkan. Saat ini Dinas Kelautan dan Perikanan masih bekerjasama
dengan pihak lain sehingga terhadang sulit untuk koordinasi serta membutuhkan anggaran yang
cukup besar. Kemampuan untuk mengelola pesan dan media menjadikan prasyarat utama untuk
keberhasilan penyampaian informasi kepada khalayak utama serta umpan balik yang diharapkan.
Perlunya penguatan data dan informasi di dalam perencanaan masalah dan tujuan yang
akan dirumuskan melalui penelitian. Selain itu, Pentingnya menempatkan staf pegawai yang
memiliki kompetensi dalam bidang komunikasi, sehingga penyusunan program yang berkenaan
dengan penyampaian pesan melalui media dapat dilakukan dengan lebih baik. Penempatan ini
juga menjadi lebih penting sehubungan dengan optimalisasi pesan pusat pelayanan dan informasi
dalam mensosialisasikan program pembangunan dan pengembangan kawasan pesisir.
DAFTAR PUSTAKA
Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
_____________. 2011. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
_____________. 2013. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
_____________. 2014. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Effendy, Onong Uchjana. 2011. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Hasan, Erliana. 2010. Komunikasi Pemerintahan, Bandung : PT. Refika Aditama,
Labolo, Muhadam.2006. Memahami Ilmu Pemerintahan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada
Maulana, Herdiana. 2013 Psikologi Komunikasi dan Persuasi, Jakarta: Akademia
Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang
Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.
Nasution, Zulkarimein. 1994. Perencanaan Program Komunikasi. Bandung: Universitas
Terbuka
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.Bandung:Alfabeta.
________. 2011, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta,
Cetakan Ke-10.
Sumber Elektronik
Aprilia, Monica. 2018. Perencanaan Komunikasi Pemerintah Kota Payakumbuh Dalam
Mempertahankan Kota Sehatyang Berkelanjutan. JOM FISIP Vol. 5 No. 1 – April 2018
Departemen Kelautan & Perikanan Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir & Pulau-Pulau Kecil,
Pdf, Hal : 16, Sumber: http://www.kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php /dokumen /publikasi/
buku/finish /2-buku/ 359-buku-model-penyusunan-perda-tentang-penge lolaan-wilayah-
pesisir-bahasa-indonesia
Planning Communication Support For Rural Development Campaigns, United Nations
Economic Commission For Afrika, repository.uneca.org/handle/10855/20730
Simarmata, 1983: ix-xii. dikutip dari (http://www.damandiri.or.id/file/abdwahidc
hairulahunairbab2.pdf) , Diakses pada tanggal 24 November 2018
UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Sumber
http://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/fl52199/parent/26898 diakses 22
desember 2017 pukul 23.05
Wirman, Welly, Model Perencanaan Komunikasi Program Corporate Social Responsibility
(Csr) PT Chevron Pacific Indonesia. Jurnal Komunikasi, Vol. XI No. 02, September
2017: 123-134
Yohana, Nova. 2018. Perencanaan Komunikasi Pemerintah Daerah Kebupaten Siak Dalam
Implementasi Kebijakan Pembangunan Kabupaten Layak Anak (KLA). Jurnal Riset
Komunikasi. Vol. 1 No. 1 Februari 2018: 170-179