Anda di halaman 1dari 12

Model Perencanaan Komunikasi Pemerintah Dalam Penerapan Rencana

Zonasi Wilayah Pesisir Kabupaten Muna


Muhidin Sam Mongkito1, La Ode Muh. Umran2, Siti Harmin2
¹Mahasiswa Administrasi Publik, Pasca Sarjana Universitas Halu Oleo, Kendari, Indonesia
²Dosen Administrasi Publik, Universitas Halu Oleo, Kendari, Indonesia
muhidinsammongkito@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis model perencanaan komunikasi yang digunakan pemerintah
dalam penerapan rencana zonasi wilayah pesisir Kabupaten Muna. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif. Informan penelitian ditentukan dengan secara purposive sampling. Informan sebanyak 9 (Sembilan)
orang, pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang telah
dikumpulkan dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa model perencanaan komunikasi
pemerintah dalam penerapan rencana zonasi wilayah pesisir adalah sebagai berikut: langkah-langkah model
perencanaan komunikasi dalam penerapan rencana zonasi wilayah pesisir pada Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Muna yaitu 1) Menganalisis Masalah, 2) Menganalisis Khalayak, 3) Merumuskan Tujuan, 4) Memilih
Media, 5) mengembangkan pesan, 6) evaluasi. Tahapan-tahapan dalam Model perencanaan Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Muna berbeda dengan model perencanaan komunikasi Assifi dan French. Perbedaan yang
dimaksud adalah perencanaan produksi Media dan perencanaan Manajemen. Kedua tahapan tersebut dalam model
assif dan French ditetapkan dan dirumuskan melalui sebuah penelitian, sehingga prosesnya memerlukan waktu dan
biaya. Proses ini tidak berlangsung pada perencanaan komunikasi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Muna.
Manfaat yang dapat dipetik dari penelitian ini adalah 1) pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada model
perencanaan komunikasi pemerintah dalam penerapan rencana zonasi. 2) dapat menjadi masukan maupun rujukan
bagi pemerintah Kabupaten Muna terutama Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Muna yang ingin
mengembangkan perencanaan program komunikasi dalam rangka untuk mempersiapkan dan menyukseskan
pengembangan potensi wilayah pesisir.

Kata Kunci: Komunikasi, Komunikasi Pemerintah, Perencanaan Komunikasi, Rencana Zonasi

Abstract

The purpose of this study to analyze the communication planning model used by the government in
implementing the zoning plan Muna coastal areas. The research is a qualitative descriptive study. The informants
were determined by a purposive sampling. Informants were 9 (nine) people, collecting data using the method of
observation, interviews, and documentation. The data collected was analyzed qualitatively. The results showed that
the model of communications planning government in implementing the zoning plan coastal areas are as follows:
step-by-step planning model of communication in implementing the zoning plan coastal areas at the Department of
Marine and Fisheries Muna: 1) Analyzing the problem, 2) analyze the audience, 3) formulate Goals, 4) Choose
Media, 5) to develop a message, 6) evaluation. The stages of the planning model Marine and Fisheries Agency
Muna different from communication planning model Assifi and French. Differences in question is a media
production planning and management planning. The second stage in the model Assif and French established and
defined through a study, so that the process takes time and costs. This process does not take place on
communication planning Marine and Fisheries Agency Muna. The benefits that can be drawn from this study are 1)
the development of science, especially in communication planning model of government in implementing the zoning
plan.

Keywords: Communications, Government Communications, Communications Planning, Zoning Plan


PENDAHULUAN
Rencana Zonasi merupakan implikasi spasial (keruangan) untuk pelaksanaan kebijakan
dari rencana strategis. Sesuai dengan UU Nomor 27 Tahun 2007 menyebutkan bahwa rencana
zonasi merupakan rencana yang menentukan arah penggunaan sumberdaya tiap-tiap satuan
perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang pada kawasan perencanaan yang
memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya
dapat dilakukan setelah mendapat izin.
Rencana zonasi digunakan untuk membagi wilayah pesisir dalam zona-zona yang sesuai
dengan peruntukan dan kegiatan yang saling mendukung (compatible) serta memisahkannya dari
kegiatan yang saling bertentangan (incompatible). Rencana zonasi menjelaskan fokus kegiatan
dan nama zona yang dipilih berdasarkan kondisi dan kegiatan yang diizinkan atau dapat
dilakukan dengan persyaratan tertentu. Penetapan rencana zonasi dimaksudkan untuk
memelihara keberlanjutan sumberdaya pesisir dalam jangka panjang serta mengeliminir berbagai
faktor tekanan terhadap ekosistem pesisir akibat kegiatan yang tidak sesuai (incompatible) sesuai
dalam UU No. 27 Tahun 2007.
Kabupaten Muna merupakan salah satu daerah yang telah menyusun Rencana Zonasi
wilayah pesisir. Rencana Zonasi Kabupaten Muna merupakan rencana yang menentukan arah
penggunaan sumberdaya tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan
pola ruang pada kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak
boleh dilakukan, serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah mendapat ijin. Pemerintah
Kabupaten Muna menyusun rencana zonasi sebagai suatu upaya terpadu dalam perencanaan,
penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemelehiharaan, pemulihan, pengawasan dan
pengendalian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil antar sektor dan antar pemerintah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan guna mencapai pembangunan yang optimal
berkelanjutan.
Rencana Zonasi Kabupaten Muna berfungsi sebagai bahan pertimbangan dalam
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, sebagai acuan dalam Penyusunan
Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, dan sebagai instrument Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW). Salah satu kegiatan rencana zonasi wilayah pesisir yang sudah
dijalankan oleh pemerintah yang disesuaikan dengan RTRW yaitu ditetapkannya kawasan
pemanfaatan umum. Pada kawasan pemanfaatan umum ini terdapat zona yang diperuntuhkan
untuk kegiatan-kegiatan yang sudah ditetapkan seperti zona perikanan budidaya. Pada zona
budidaya ini terdapat jenis budidaya air laut, budidaya air payau dan budidaya air tawar. Pada
zona budidaya air laut, masyarakat melakukan pembudidayaan seperti rumput laut, kepiting, dan
kerang. Untuk budidaya air payau yaitu tambak, sedangkan budidaya air tawar yaitu kolam.
Sebagai salah satu daerah yang telah menyusun dan menerapkan rencana zonasi seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, langkah-langkah strategis untuk perkembangan dan
pembangunan wilayah pesisir Kabupaten Muna menjadi perhatian Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Muna. Kerjasama sinergis antara pemerintah daerah, pihak swasta, dan masyarakat
melalui penerapan rencana zonasi wilayah pesisir, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pesisir. Penerapan rencana zonasi ini pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan
asli daerah dan pendapatan masyarakat. Keberhasilan sebagaimana diharapkan tidak terlepas
dari kemampuan Dinas Kelautan dan Perikanan dalam mensosialisasikan dan memberikan
informasi kepada masyarakat tentang maksud dan tujuan penerapan rencanan zonasi. Untuk
menginformasikan maksud dan tujuan penerapan rencana zonasi tersebut tentunya membutuhkan
perencanaan komunikasi yang baik agar pelaksanaannya berlangsung lebih efektif dan efisien.
Perencanaan komunikasi adalah proses yang mengubah tujuan strategis ke dalam
pelaksanaan. Perencanaan menerjemahkan tujuan komunikasi yang luas ke dalam bagian-bagian
yang lebih khusus, tujuan yang terukur, stakeholders ke khalayak sasaran, dan tema komunikasi
ke dalam pesan tersebut disesuaikan untuk khalayak sasaran. Inti dari perencanaan komunikasi
adalah strategi implementasi – artikulasi yang jelas dari jenis dan kombinasi media, taktik dan
alat-alat yang akan digunakan dalam mendapatkan pesan yang tepat kepada khalayak yang tepat
dengan efek yang tepat. Sebagai jenis rencana, rencana komunikasi menyediakan serangkaian
langkah-langkah perencanaan logis yang dapat digunakan untuk mengembangkan segala bentuk
intervensi komunikasi, baik itu program komunikasi, proyek, rencana atau kampanye.
Desain proses perencanan komunikasi pada penerapan rencana zonasi wilayah pesisir di
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Muna adalah garis besar mengenai proses kegiatan
persiapan sistematik penyusunan kebijakan yang konsisten untuk menyampaikan pesan antara
komunikator dan komunikan dengan maksud menumbuhkan terciptanya persamaan mengenai
pesan tertentu untuk mengubah perilaku dan sikap penerima pesan. Pemerintah Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Muna sebagai penyusun rencana zonasi wilayah pesisir dapatlah
dikatakan sebagai pendesain perencanaan komunikasi.
Proses perencanaan komunikasi merupakan proses pengalokasian sumber daya
komunikasi untuk mencapai tujuan Pemerintah dalam menerapkan rencana zonasi wilayah
pesisir di Kabupaten Muna. Sumber daya tersebut tidak saja mencangkup media massa dan
komunikasi antar pribadi, tetapi juga setiap aktivitas yang dirancang untuk mengubah perilaku
dan menciptakan keterampilan-keterampilan tertentu diantara individu dan kelompok dalam
lingkup tugas-tugas yang dibebankan oleh pemerintah khusunya Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Muna.
Dalam penelitian ini fokus utamanya adalah model perencanaan komunikasi yang
dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Muna dalam penerapan rencana zonasi
wilayah pesisir Kabupaten Muna. Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Muna dalam
desain perencanaan komunikasinya melakukan persiapan pra penerapan rencana zonasi wilayah
pesisir dengan cara membangunan tahap koordinasi dan rujukan-rujukan arahan dan komunikasi
dalam bentuk tertulis. Berdasarkan uraian diatas, menarik untuk dikaji tentang model
perencanaan komunikasi pemerintah dalam penerapan rencana zonasi wilayah pesisir Kabupaten
Muna.

TINJAUAN PUSTAKA
Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata Latin
communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti “sama”. “Sama” di sini
maksudnya adalah “sama makna”. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya
dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan
makna mengenai apa yang dipercakapkan (Effendy, 2011: 9).
Lain halnya dengan Steven (dalam Cangara 2007: 19), mengajukan sebuah definisi yang
luas, bahwa komunikasi terjadi kapan saja suatu organisme memberi reaksi terhadap suatu objek
atau simuli. Apakah itu berasal dari seorang atau lingkungan sekitarnya.
Pemerintah adalah organisasi kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta
undang-undang diwilayah tertentu Pemerintahan dalam arti luas adalah segala urusan yang
dilakukan oleh Negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan
Negara sendiri, jadi tidak diartikan sebagai pemerintah yang hanya menjalankan tugas
eksekutif saja, melainkan juga meliputi tugas-tugas lainnya termasuk legislative dan
yudikatif (Labolo, 2006: 22).
Menurut Hasan (2010:95), komunikasi pemerintah merupakan penyampaian ide,
program, dan gagasan pemerintah kepada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan negara.
Dalam hal ini Pemerintah dapat diasumsikan sebagai komunikator dan masyarakat sebagai
komunikan, namun dalam suasana tertentu bisa sebaliknya masyarakat berada pada posisi
sebagai penyampai ide atau gagasan dan pemerintah berada pada posisi mencermati apa yang
diinginkan masyarakat. Dalam kondisi yang demikian pemerintah memiliki kewenangan
sekaligus bertanggung jawab untuk mempertimbangkan, bahkan merespon keinginan-
keinginan tersebut sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku.
Faktor yang menyebabkan hambatan dalam berkomunikasi (Maulana, 2013: 64-65):
1. Gangguan
2. Kepentingan
3. Motivasi Terpendam
4. Prasangka,
Model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan
(Departemen Perikanan dan Kelautan, 1984: 75). Model adalah abstraksi dari sistem sebenarnya
dalam gambaran yang lebih sederhana serta mempunyai tingkat persentase yang bersifat
menyeluruh. Model adalah abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada
beberapa sifat dalam kehidupan sebenarnya (Simarmata, 1983: ix-xii), dikutip dari
(http://www.damandiri.or.id/file/abdwahidc hairulahunairbab2.pdf , Diakses pada tanggal 24
November 2018).
Secara garis besar model dapat dibedakan atas 2 (dua) macam, yakni model fungsional
dan model operasional. Model fungsional berusaha menspesifikasikan hubungan-hubungan
tertentu diantara berbagai unsur dari suatu proses serta menggeneralisasi menjadi hubungan-
hubungan baru. Model operasional menggambarkan proses dengan cara melakukan langkah-
langkah pelaksanaan suatu program dengan berusaha menspesifikasi tugas dan hubungan antara
komponen pendukung, serta membuat proyeksi terhadap kemungkinan yang bisa mempengaruhi
proses pelaksanaan (Cangara, 2013: 66).
Menurut Robin Mehall, perencanaan komunikasi adalah sebuah dokumen tertulis yang
menggambarkan tentang apa yang harus dilakukan yang berhubungan dengan komunikasi dalam
pencapaian tujuan, dengan cara apa yang dapat dilakukan sehingga tujuan tersebut dapat dicapai,
dan kepada siapa program komunikasi itu ditujukan, dengan peralatan dan dalam jangka waktu
berapa lama hal itu bisa dicapai, dan bagaimana cara mengukur (evaluasi) hasil-hasil yang
diperoleh dari program tersebut (Cangara, 2014: 48).
Perencanaan komunikasi pada dasarnya dapat dibedakan atas dua tipe (Cangara, 2014:
48), yaitu:
1. Perencanaan Komunikasi Strategik
2. Perencanaan Komunikasi Operasional
Perencanaan komunikasi pada dasarnya adalah perencanaan operasional, karena
menyangkut pelaksanaan program untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan, yaitu (1)
Pengembangan industri media; (2) Pencitraan diri, perusahaan, lembaga, organisasi, (3)
pemasaran komersil, jasa, social dan politik, (4) Penyebarluasan gagasan pembangunan dan
penyadaran masyarakat, (5) Penyelesaian krisis dan konflik dalam organisasi dan kelompok-
kelompok masyarakat, serta (6) Kerjasama antar lembaga dan negara melalui komunikasi
internasional (Cangara, 2013: 66).
Dari model perencanaan komunikasi yang dibuat oleh Assifi dan French ini tampaknya
tidak jauh beda dengan model-model perencanaan komunikasi sebelumnya. Hanya saja bahwa
model yang dibuat oleh Assifi dan French lebih rinci dan runtut sampai tahap akhir, yakni
monitoring dan evaluasi (Cangara, 2013: 100). Langkah–langkah model perencanaan
komunikasi dari Assifi dan French (1982) adalah sebagai berikut (Cangara, 2011: 132) :
1. Menganalisis masalah
2. Menganalisis khalayak
3. Merumuskan tujuan (Objektif)
4. Memilih saluran atau media komunikasi
5. Mengembangkan pesan
6. Merencanakan produksi media
7. Merencanakan manajemen program
8. Merencanakan monitoring dan evaluasi
Berdasarkan UU No. 27 tahun 2007, Rencana Zonasi merupakan rencana yang
menentukan arah penggunaan sumber daya tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan
penetapan struktur dan pola ruang pada kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah mendapat
izin.
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Kabupaten Muna dibagi menjadi empat kawasan, yaitu
1) Kawasan Pemanfaatan Umum yang didalamnya terdapat beberapa zona antara lain zona
perikanan tangkap, Zona Perikanan Budidaya, Zona Pariwisata dan Zona Fasilitas Umum. 2)
Kawasan Konservasi yang terdiri atas Taman Wisata Alam Laut, Kawasan Konservasi Perairan
dan Daerah Perlindungan laut. Kawasan Konservasi Kabupaten Muna terletak di perairan selat
Buton. 3) Rencana Aluar Transportasi Laut yang terdiri atas Aluar Pelayaran dan Alur
Kabel/Pipa Bawah Laut. 4) Kawasan Strategis Nasional, ini terkait dengan pulau-pulau kecil
terluar, kawasan lindung serta ketahanan dan pertahanan nasional (DKP Kabupaten Muna).
Recana zonasi wilayah pesisir kabupaten Muna merupakan rencana yang menentukan
arah pembangunan khusunya wilayah pesisir. Sebagai suatu rencana yang menentukan arah
pembangunan, maka pemerintah harus terus-menerus mendorong, menggerakkan, bahkan
terkadang diperlukan suatu kebijakan melalui peraturan-peraturan yang mengharuskan
masyarakat terlibat dalam rencana tersebut.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilakukan di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Muna. Hal ini
didasarkan atas beberapa pertimbangan antara lain karena biaya, waktu, tenaga yang dimiliki
oleh peneliti, serta letaknya yang begitu strategis dan mudah dijangkau bagi peneliti, selain itu
Dinas Kelautan dan Peikanan Kabupaten Muna merupakan salah satu instansi yang menyusun
rencana zonasi wilayah pesisir Kabupaten Muna. penelitian dilaksanakan mulai dari seminar
usulan penelitian sampai menyelesaikan tesis dalam 5 bulan sejak bulan September 2018 sampai
dengan bulan Januari 2019.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sugiyono (2011: 15)
menjelaskan bahwa metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai
lawan adanya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel
sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi,
analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekan makna dari pada
generalisasi. Subjek Penelitian ini adalah Pemerintah Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Muna, sedangkan objek penelitian adalah aspek-aspek dalam model perencanaan komunikasi
Pemerintah Dinas Kelautan dan Perikanan dalam penerapan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Kabupaten Muna. Adapun yang menjadi informan dalam pnelitian ini terdiri dari 9 orang, yaitu:
1) Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Muna : 1 orang
2) Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan : 1 orang
3) Kepala-kepala bidang DKP : 3 Orang
4) Kepala-Kepala Seksi DKP : 4 Orang
Informan dalam penelitian ini ditentukan secara purposive sampling. Menurut Sugiyono
(2007: 91) adalah teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan
tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representatif. Fokus
penelitian ini adalah model perencanaan komunikasi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Muna dalam Penerapan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir. Sumber data dalam penelitian ini yaitu
Data Perimer yang diperoleh langsung dari hasil wawancara antara peneliti dengan narasumber
atau informan yang dianggap berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan
sebenarnya dilapangan dan data sekunder sebagai data pendukung data primer dari literatur dan
dokumen serta data yang diambil dari suatu organisasi dengan permasalahan dilapangan yang
terdapat pada lokasi penelitian berupa bahan bacaan, bahan pustaka, dan laporan- laporan
penelitian.
Data dikumpulkan dengan cara Observasi, Wawancara dan Dokumentasi. Data dianalisis
dengan menggunakan metode deskriptif yaitu metode dalam mengola data-data yang telah
dikumpulkan dengan menganalisisnya sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapangan dengan
analisa data kualitatif berupa reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan dan verifikasi
(Miles dan Huberman 1992: 19-21).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Model perencanaan komunikasi pemerintah dalam penerapan rencana zonasi wilayah
pesisir Kabupaten Muna sama dengan model perencanaan komunikasi pada umumnya. Tahapan-
tahapan dalam model perencanaan komunikasi pemerintah dalam penerapan rencana zonasi yaitu
1) Menganalisis Masalah, 2) Menganalisis Khalayak, 3) Merumuskan Tujuan, 4) Memilih
Media, 5) mengembangkan pesan, 6) evaluasi.
1) Menganalisis Masalah
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Muna dalam menganalisis masalah terkiat
pelaksanaan rencana zonasi wilayah pesisir diawali dengan pengumpulan data. Proses
pengumpulan data ini dilakukan dengan wawancara langsung dan melalui rapat tertruktur oleh
pemerintah Kabupaten Muna bersama dengan Bidang terkait. Hal ini dijelaskan oleh bapak La
Ode Muh. Ramadhan, S.Pi Kepala Seksi Penyediaan data dan Informasi Pengelolaan Budidaya
Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Muna,
“perencanaan terhadap masalah yang akan dibuat dalam program-program atau
kegiatan Dinas Kelautan melalui pendekatan komunitas. Maksudnya kami mendengarkan
secara langsung dari masyarakat apa saja masalah yang dihadapi, baik memalui
wawancara di lapangan atau melalui rapat musyawarah dengan mengundang
masyarakat setempat”.(Wawancara, 5 Januari 2019).
Berdasarkan hasil wawancara diatas menggambarkan bahwa langkah awal yang
dilakukan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Muna dalam mengumpulkan data yaitu
dengan melakukan wawancara langsung di lapangan dan atau melalui rapat musyawarah dengan
mengundang masyarakat setempat. Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya yang dilakukan
Dinas Kelautan dan Perikanan adalah proses analisis masalah.
“Kami dari Pihak Dinas Kelautan dan Perikanan melakukan rapat rutin antar bidang
untuk membahas hal-hal yang dianggap penting untuk menjadi perhatian. Rapat ini
biasanya dipimpin oleh Kepala Dinas”. Sebut Bapak Akira, S.Pi. (Wawancara 8 Januari
2019).
Hasil wawancara penulis dengan informan mengatakan bahwa Dinas Kelautan dan
Perikanan melakukan rapat rutin untuk membahas masalah-masalah yang dianggap penting dan
menjadi perhatian. Dalam rapat yang dilakukan tersebut Dinas Kelautan dan Perikanan
merangkum keseluruhan aspek yang akan dijadikan panduan bagi program. Tahap selanjutnya
yang dilakukan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Muna adalah pembuatan keputusan
tentang masalah-masalah apa yang harus mendapat perhatian. dalam tahapan ini beberapa
alternatif dari masalah yang telah dianalisis kemudian disusun sesuai urutan prioritasnya. Dalam
pandangan Assifi dan French yang menyatakan bahwa, sebaiknya sebelum masalah dirumuskan
perlu dijelaskan terlebih dahulu mengapa permasalahan itu muncul, mengapa permasalah itu
menarik bagi perencana, apa dan bagaimana perencanaan itu akan dibuat untuk memecahkan
masalah tersebut. Petingnya analisis masalah, sebab menjadikannya sebagai titik tolak dalam
menyusun perencanaan program komunikasi. Analisis yang benar, akan menghasilkan masalah
sebenarnya yang dihadapi oleh masyarakat (Cangara, 2013 : 102).
Langkah awal dalam perencanaan komunikasi adalah penelitian. penelitian atau research
dimaksudkan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi suatu lembaga. Masalah dalam hal
ini adalah ditujukan untuk mencari tahu potensi daerah dan permasalahan di daerah yang
kemudian dari hal tersebut dibuatkan program (Wirman, 2017). Dalam perencanaan komunikasi
diperlukan seperangkat data dasar (baseline data) yang akurat dan memadai termasuk informasi
tentang identifikasi masalah dan kajian mengenai apa yang dibutuhkan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi (Middleton dalam Yohana, 2018).
2) Menganalisis Khalayak
Dalam menetapkan siapa yang menjadi khalayak sasaran, Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Muna berpedoman bahwa masyarakat yang bedomisili di kawasan pesisir dijadikan
target sasaran dari kegiatan zonasi wilayah pesisir. Penetapan khalayak sasaran ini dengan
melihat kebutuhan masyarakat dan aktifitas perikanan yang dilakukan di Wilayah pesisir.
Sebagaimana dikatakan Bapak La Ode Muh. Ramadhan, S.Pi Kepala Seksi Penyediaan Data dan
Informasi pengelolaan Budidaya Ikan,
“Segmentasi khalayak perlu kami lakukan untuk melihat siapa sebenarnya dan
bagaimana keadaan masyarakat wilayah pesisir. tentu ini akan memudahkan kami untuk
menyusun program sesuai dengan kebutuhan masyarakat. faktor lain juga kenapa
segmentasi khalayak ini penting karena dengan mengetahui keadaan dan siapa yang
menjadi sasaran program, kami dapat menghidarkan program-program yang kita
anggap tidak tepat sehingga menghidarkan penggunaan anggaran yang tidak tepat
sasaran”(Wawancara 5 Januari 2019).
Hasil wawancara peneliti dengan informan menggambarkan segmentasi kahalayak yang
dilakukan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Muna berorientasi pada khalayak dengan
merujuk pada siapa dan bagaimana keadaan masyarakat wilayah pesisir. Senada dengan
pendapat Assifi dan French, komunikasi yang benar adalah yang berorientasi pada khalayak.
Bukan sebaliknya, yang sering menjadi kesalahan dalam banyak program, yang orientasinya
lebih banyak pada komunikator. Pada hal segala sesuatunya nanti benar-benar tergantung pada
keputusan yang diambil oleh khalayak. Jika mereka tertarik pada pesan yang disampaikan, ada
harapan mereka akan berminat terhadap gagasan yang disampaikan. Jika kemudian mereka yakin
akan manfaatnya, besar harapan konsep yang disampaikan melalui program komunikasi akan
berterima pada diri khalayak (Nasution, 1994: 22). Perencanaan khalayak merupakan salah satu
perencanaan komunikasi yang dilakukan dalam melaksanakan program. Penentuan khalayak
lebih difokuskan kepada tujuan dari program tersebut (Aprilia, 2018).
3) Merumuskan Tujuan
Dalam menetapkan tujuan, Dinas Kelautan dan Perikanan melakukan analisis terhadap
kondisi akhir pada tahun anggaran berjalan. Kondisi ini paling tidak telah memberi gambaran
dari hasil program-program yang telah dilaksanakan sebelumnya. Sebagaimana dijelaskan oleh
Bapak La Kusa, SE,
“Penyusunan rencana Strategis Dinas Kelautan dan Perikanan mengacu pada rencana
pembangunan Jangka menengah (RPJM) dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Melalui rencana ini maka seluruh program kegiatan yang telah diurutkan sesuai
prioritasnya kemudian diajukan untuk kegiatan yang akan dilaksanakan”(Wawancara 18
Januari 2019).
Hasil wawancara diatas menggambarkan bahwa penyusunan rencana program yang
dilakukan Dinas Kelautan dan Perikanan mengacu pada rencana Pembangunan Jangka
Menengah dan Rencana Tata Ruang Wilayah. Adanya program yang masih berjalan dan telah
selesai dilaksanakan dapat menjadi landasan dalam merumuskan program dan tujuan program
tersebut. Dalam pandangan Assifi dan French, penelitian terhadap tujuan yang hendak dicapai
oleh suatu program atau kegiatan harus jelas apa yang hendak dicapai. Dengan demikian semua
pihak mengerti apa yang akan dihasilkan oleh program. Dengan kata lain, semua orang
mengetahui persis kemana arah program berjalan yang akan ditempuh (Cangara, 2013: 102).
Tujuan dapat diindentifikasi sebagai kondisi di masa depan yang ingin dicapai. Maksud
utama penentuan tujuan adalah untuk membimbing program ke arah pemecahan masalah. Tujuan
dapat menjadi target yang menjadi dasar bagi pencapaian keberhasilan program. Pada dasarnya
tujuan program menjelaskan hasil-hasil apa saja yang harus dicapai pada setiap khalayak sasaran.
Dalam menetapkan tujuan program, seorang perencana komunikasi harus bisa menjawab
pertanyaan: mengapa anda perlu melakukan kegiatan/program dan apa yang ingin anda capai
dengan kegiatan tersebut, perubahan bagaimana yang anda inginkan, apakah tujuan yang ingin
dicapai sesuai dengan kebutuhan target sasaran (Yohana, 2018).
4) Memilih Media
Beberapa cara yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan dalam menyampaikan
atau mempromosikan program-programnya. Ada cara penyampaian pesan yang langsung
dilakukan oleh aparatur Dinas Kalautan dan Perikanan, dan ada cara yang dilakukan melalui
saluran komunikasi atau media. Untuk menggunakan media elektronik masih jarang dilakukan
karena keterbatasan media yang ada dan juga keterbatasan masyarakat dalam mengakses
informasi melalui media elektronik. Seperti dikatakan Bapak Akira, S.Pi.,
“Kami belum pernah mencoba untuk menggunakan media elektronik dalam memberikan
informasi kepada masyarakat. selain disebabkan karena keterbatasan media yang ada
juga disebabkan karena kondisi masyarakat diwilayah pesisir dalam mengakses
informasi melalui media elektronik masih terbatas. Jadi kami lebih memilih
menggunakan media cetak”(Wawancara 8 Januari 2019)
Sedangkan untuk penyampaian informasi melalui media cetak adalah melalui kerjasama
dengan surat kabar. Seperti dikatakan bapak Udin Mauga, S.Pi,
“Kami mengudang jurnalis dari beberapa media surat kabar untuk berkunjung di
kawasan pesisir, mereka kita beri fasilitass dan kita ajak berkenjung pada kawasan
pesisir yang akan dikembangkan atau dikenai program pembangunan. Kemudian kami
minta mereka untuk menceritakan manfaat dan tujuan program di kawasan itu melalui
tulisan pada surat kabar mereka masing-masing”(Wawancara 18 Januari 2019)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dijelaskan bahwa Dinas Kelautan dan
Perikanan (DKP) Kabupaten Muna masih jarang menggunakan media elektronik sebagai saluran
untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. DKP Kabupaten Muna Lebih memilih
menggunakan media cetak. Sebagaimana Assifi dan French menyatakan kecocokan media untuk
kelompok khalayak yang sama dengan keperluan yang berbeda (apakah sekedar
menginformasikan, atau mau mengajarkan sesuatu, atau mau membujuk) juga tidak sama.
Apalagi untuk kelompok khalayak yang berbeda. Memilih media komunikasi harus
mempertimbangkan karakteristik isi dan tujuan isi pesan yang ingin disampaikan, dan jenis
media yang dimiliki oleh khalayak. Untuk masyarakat luas, pesan sebaiknya disalurkan melalui
media massa misalnya surat kabar atau televisi, dan untuk komunitas tertentu digunakan media
selebaran atau saluran komunikasi kelompok. Pengetahuan tentang pemilihan media dikalangan
masyarakat harus diketahui lebih dahulu berdasarkan hasil riset yang telah dilakukan. Hal ini
penting untuk menghindari terjadinya pemborosan biaya, waktu dan tenaga (Cangara, 2013:120).
Media disini adalah saluran yang digunakan sebagai pembawa pesan. Saluran komunikasi
yang dapat digunakan bisa berupa saluran formal maupun non formal, secara tatap muka (face to
face communications) ataupun bermedia (Aprilia, 2018). Pemilihan media memerlukan
kecermatan, dengan mempertimbangkan kelemahan dan keunggulan sifat masing-masing media.
Cangara (2014) dalam Yohana (2018) menjelaskan bahwa media luar ruang (outdoor media)
biasa dikaitkan dengan dunia estetika dan ditempatkan pada tempat-tempat yang ramai dilihat
oleh banyak orang. Sementara media internet memiliki kelebihan, yaitu kemampuan untuk
menembuh batas wilayah, ruang dan waktu. Memilih saluran dan media komunikasi haruslah
mempertimbangkan karakteristik dan tujuan dari isi pesan yang ingin disampaikan, serta jenis
media yang dimiliki oleh khalayak.
5) Perencanaan Pengembangan Pesan
Yang menjadi perhatian Dinas Kelautan dan Perikanan dalam menata isi pesan berkaitan
dengan rencana zonasi wilayah pesisir adalah pemilihan jenis komunikasi yang akan dilakukan.
Terdapat 2 (dua) jenis komunikasi yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan dalam
menyampaikan program-programnya yaitu jenis komunikasi informatif dan komunikasi
persuasif.
“Pekerjaan yang paling sulit dalam pembangunan dan pengembangan kawasan pesisir
adalah merubah pandangan orang khsusnya masyarakat setempat yang bermukim di
kawasan pesisir. Bagaimana kami secara perlahan melalui sosialisasi dan pembangunan
kawasan pesisir, sebenarnya mengirimkan pesan kepada stakeholder tentang peran dan
tanggung jawab kami. Di dalamnya ada harapan mereka mendukung apa yang telah
kami lakukan”. Jelas Bapak La Ode Hardiman (Wawancara 5 Januari 2019)
Hasil wawancara diatas menggambarkan bahwa jenis komunikasi yang dilakukan Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Muna adalah komunikasi informatif dan komunikasi
persuasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Assifi dan French yang menyatakan bahwa untuk
merancang struktur pesan harus memperhatikan sikap khalayak sasaran dan tujuan komunikator.
Pengorganisasian pesan penting dalam menentukan keberhasilan kegiatan komunikasi untuk
mempengaruhi atau meyakinkan khalayak sasaran. Isi pesan adalah materi atau bahan yang
dipilih oleh sumber (komunikator) untuk menyatakan maksudnya. Isi pesan yang disampaikan
meliputi informasi-informasi yang disampaikan, kesimpulan-kesimpulan yang diambil, dan
pertimbangan-pertimbangan jenis komunikasi yang akan dilakukan. Untuk jenis komunikasi
informatif, isi pesan harus singkat dan jelas, menggunakan istilah-istilah sederhana,
menggunakan data konkret, dan memasukan bahan-bahan yang menarik perhatian. Untuk jenis
komunikasi yang persuasif, isi pesan harus mengandung unsur-unsur: menarik perhatian,
meyakinkan dan menyentuh atau menggerakkan (Cangara, 2011: 131).
Dalam perencanaan komunikasi, pesan merupakan salah satu elemen yang penting agar
tujuan yang diinginkan dapat tercapai dan tersampaikan. Isi dari pesan yang disampaikan dapat
mengkondisikan, menguatkan, atau membuat perubahan dalam tanggapan dari sasaran. Pesan
disini adalah informasi yng disampaikan oleh sumber kepada penerimanya (Aprilia, 2018).
6) Evaluasi
Evaluasi dari keseluruhan program-program yang dilaksanakan oleh Dinas Kelautan dan
Perikanan dilaksanakan dengan menggunakan 2 (dua) cara yaitu evaluasi on going dan end
review. Evaluasi on going dilaksanakan selama proses berlangsung dan akan menjaga
fleksibilitas sebuah program. Sedangkan end review mencakup semua evaluasi on going dan
perbaikannya sehingga bisa dijadikan pijakan untuk pelaksanaan program berikutnya.
Sebagaimana dijelaskan Ibu Sitti Nurwarsah, S.Pi,
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan cara evaluasi pada tahap pelaksanaan
maupun cara evaluasi akhir pelaksanaan. Evaluasi tahap pelaksanaan dimaksudkan
untuk melihat apakah tahapan pelaksanaan program telah sesuai dengan apa yang
direncanakan dan atau perlu tindakan perbaikan untuk penyempurnaannya. Cara
evaluassi tahap akhir adalah cara yang bisa dilakukan, yaitu evaluasi pada akhir
tahun anggaran (Wawancara 14 Januari 2019)
Hasil wawancara diatas menggambarkan bahwa evaluasi di Dinas Kelautan dan
Perikanan dilakukan dengan menggunakan cara evaluasi saat pelaksanaan dan evaluasi pada
akhir pelaksanaan. Dalam pandangan Assifi dan French, adalah penting perencanaan dan
pelaksanaan yang mampu memantau dan mengevaluasi efektifitas komunikasi dan menggunakan
data ini dalam meningkatkan promosi dan kampanye masa depan. Sebuah sistem monitoring atau
evaluasi harus dinyatakan dengan jelas berdasarkan pada tujuan dan rencana kerja organisasi dan
selanjutnya dapat digunakan sebagai standar untuk mengukur kemajuan (Planning
Communication Support For Rural Development Campaigns : 36).
Evaluasi merupakan langkah yang dilakukan untuk mengetahui hasil akhir dari kegiatan
yang telah dilaksanakan. Misalnya apakah daya exposure media yang digunakan dapat mencapai
target sasaran, apakah pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh penerima, dan tindakan apa
yang telah dilakukan khalayak setelah menerima dan mengerti informasi yang disampaikan
(Wirman, 2017).

PENUTUP
Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, tahapan-tahapan model perencanaan
komunikasi dalam penerapan rencana zonasi wilayah pesisir pada Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Muna yaitu 1) Menganalisis Masalah, 2) Menganalisis Khalayak, 3) Merumuskan
Tujuan, 4) Memilih Media, 5) mengembangkan pesan, 6) evaluasi. Walaupun keseluruhan
langkah-langkah perencanaan komunikasi Dinas Kelautan dan Perikanan telah mencakup model
perencanaan komunikasi pada umumnya, dalam implementasinya terdapat beberapa perbedaan
dengan model perencanaan komunikasi Assif dan French antara lain adalah dalam perencanaan
produksi Media dan perencanaan Manajemen. Kedua tahapan tersebut dalam model assifi dan
French ditetapkan dan dirumuskan melalui sebuah penelitian, sehingga prosesnya memerlukan
waktu dan biaya. Proses ini tidak berlangsung pada perencanaan komunikasi Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Muna. Terdapat kelemahan mendasar di Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Muna berkenaan dengan proses pengembangan pesan yaitu belum adanya penetapan
staf pegawai yang memiliki kompetensi bidang komunikasi sehingga terdapat kesulitan dalam
mengelola pesan dan media untuk keberhasilan penyampaian informasi kepada khalayk utama
serta umpan baik yang diharapkan. Saat ini Dinas Kelautan dan Perikanan masih bekerjasama
dengan pihak lain sehingga terhadang sulit untuk koordinasi serta membutuhkan anggaran yang
cukup besar. Kemampuan untuk mengelola pesan dan media menjadikan prasyarat utama untuk
keberhasilan penyampaian informasi kepada khalayak utama serta umpan balik yang diharapkan.
Perlunya penguatan data dan informasi di dalam perencanaan masalah dan tujuan yang
akan dirumuskan melalui penelitian. Selain itu, Pentingnya menempatkan staf pegawai yang
memiliki kompetensi dalam bidang komunikasi, sehingga penyusunan program yang berkenaan
dengan penyampaian pesan melalui media dapat dilakukan dengan lebih baik. Penempatan ini
juga menjadi lebih penting sehubungan dengan optimalisasi pesan pusat pelayanan dan informasi
dalam mensosialisasikan program pembangunan dan pengembangan kawasan pesisir.

DAFTAR PUSTAKA
Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
_____________. 2011. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
_____________. 2013. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
_____________. 2014. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Effendy, Onong Uchjana. 2011. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Hasan, Erliana. 2010. Komunikasi Pemerintahan, Bandung : PT. Refika Aditama,
Labolo, Muhadam.2006. Memahami Ilmu Pemerintahan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada
Maulana, Herdiana. 2013 Psikologi Komunikasi dan Persuasi, Jakarta: Akademia
Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang
Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.
Nasution, Zulkarimein. 1994. Perencanaan Program Komunikasi. Bandung: Universitas
Terbuka
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.Bandung:Alfabeta.
________. 2011, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta,
Cetakan Ke-10.

Sumber Elektronik
Aprilia, Monica. 2018. Perencanaan Komunikasi Pemerintah Kota Payakumbuh Dalam
Mempertahankan Kota Sehatyang Berkelanjutan. JOM FISIP Vol. 5 No. 1 – April 2018
Departemen Kelautan & Perikanan Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir & Pulau-Pulau Kecil,
Pdf, Hal : 16, Sumber: http://www.kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php /dokumen /publikasi/
buku/finish /2-buku/ 359-buku-model-penyusunan-perda-tentang-penge lolaan-wilayah-
pesisir-bahasa-indonesia
Planning Communication Support For Rural Development Campaigns, United Nations
Economic Commission For Afrika, repository.uneca.org/handle/10855/20730
Simarmata, 1983: ix-xii. dikutip dari (http://www.damandiri.or.id/file/abdwahidc
hairulahunairbab2.pdf) , Diakses pada tanggal 24 November 2018
UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Sumber
http://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/fl52199/parent/26898 diakses 22
desember 2017 pukul 23.05
Wirman, Welly, Model Perencanaan Komunikasi Program Corporate Social Responsibility
(Csr) PT Chevron Pacific Indonesia. Jurnal Komunikasi, Vol. XI No. 02, September
2017: 123-134
Yohana, Nova. 2018. Perencanaan Komunikasi Pemerintah Daerah Kebupaten Siak Dalam
Implementasi Kebijakan Pembangunan Kabupaten Layak Anak (KLA). Jurnal Riset
Komunikasi. Vol. 1 No. 1 Februari 2018: 170-179

Anda mungkin juga menyukai