Anda di halaman 1dari 25

Laporan Topik I (Pemicu 1 dan 2)

“Elektrokimia dan Potensiometri”

oleh:
Kelompok 4

1. Amanda Emilia (1806207450)


2. Dennis Chan (1806207431)
3. Devinta Aurelia (1806207545)
4. Herin Nilaraditya (1806150080)
5. Azzahra Putri Kinanti (1806207596)

Program Studi Teknik Bioproses


Departemen Teknik Kimia – FT UI
Depok – 2019
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia, kebutuhan
akan energi terutama energi fosil terus meningkat. Meningkatnya penggunaan energi fosil
dapat menyebabkan meningkatnya pemanasan global dan polusi di Indonesia. Padahal,
terdapat energi-energi yang lebih bersih yang dapat menggantikan peran energi fosil
dalam kehidupan manusia seperti penggunaan energi listrik yang diperoleh dari tenaga
surya. Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tenaga surya, menjadikan
Indonesia sangat prospektif untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga surya baik
skala kecil dan besar. Indonesia yang kaya dengan tenaga surya membuat Indonesia
sangat berpeluang untuk mengurangi penggunaan kendaraan fosil dan terus
mengembangkan kendaraan berbasis listrik dalam bentuk mobil, motor, sepeda, dll yang
dimana tenaga listrik dikonversi dari tenaga surya yang melimpah di Indonesia. Jika pada
mobil biasa menggunakan fosil, kendaraan listrik memiliki kemungkinan untuk
menggunakan baterai sekunder atau fuel cell untuk mensubstitusi fosil.
Selain masalah terkait energi fosil yang meningkat di Indonesia, terdapat masalah
lain seiring meningkatnya aktivitias manusia di berbagai bidang yaitu meningkatnya jenis
polutan pada lingkungan. Salah satu polutan yang berbahaya untuk lingkungan adalah
logam berat yang bersifat toksik. Berbagai metode untuk mengatasi logam berat telah
dilakukan mulai dari pemanfaatan teknologi sampai cara-cara kimia. Namun,
penggunaan cara kimia untuk mengatasi polutan dirasa tidak efektif karena biaya
operasional yang mahal, dan tidak semua logam berat dapat diatasi secara sempurna.
Salah satu solusi yang paling efektif adalah proses pengolahan limbah berbasis mikroalga.
Namun, untuk pemanfaatan mikroalga diperlukan pengetahuan lebih tentang bagaimana
cara pengolahan polutan selama ini, bagaimana alga merespon polutan, proses yang
terjadi sampai dampak dari penggunaan mikroalga apakah menguntungkan atau
merugikan.
1.2. Tujuan Pembahasan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mempelajari bagaimana menganalisis suatu
ilmu untuk diterapkan menjadi sebuah produk. Selain itu, tujuan penulisan ini bertujuan
untuk:
 Memahami proses yang ada di dalam alga pada pengolahan polutan logam berat
 Memahami ilmu elektrokimia dan keterkaitannya dengan Mobil Listrik (Baterai
Sekunder dan fuel cell)
 Memahami ilmu potensiometri dan implementasinya dalam identifikasi logam berat
1.3. Struktur Pembahasan
- Topik I: Elektrokimia
a. Alasan pengembangan mobil listrik menjadi salah satu alternating potensial
dalam penyediaan energi bersih
b. Prinsip kerja mobil listrik
c. Potensi mobil listrik menggunakan tenaga surya
d. Alasan baterai sekunder menjadi alternative pada mobil listrik dan jenis baterai
sekunder
e. Reaksi dalam PEMFC yang menghasilkan listrik
f. Cara Hidrogen diperoleh sebagai bahan baku dalam PEMFC
g. Tipe sel bahan bakar selain PEMFC yang digunakan secara komersial
h. Komponen sel baterai listrik
i. Reaksi yang terjadi sewaktu lempengan seng dan batang timbal dimasukkan ke
dalam gelas dan kedua elektroda pada baterai dihubungkan dengan kawat
tembaga
j. Logam yang menjadi katoda dan anoda pada sel baterai
k. Perhitungan besarnya tegangan potensial dalam sel

- Topik II: Potensiometri


a. Kemampuan alga dalam menyerap logam
b. Potensiometri secara general
c. Penggunaan berbagai jenis elektroda dalam potensiometri
d. TISAB dan sample addition
e. Cara menentukan kemiringan kurva kalibrasi
f. Penentuan potensial sel
Bab II
Pembahasan
Topik I: Elektrokimia
1. Berdasarkan penjelasan di atas, mengapa pengembangan mobil listrik menjadi salah
satu alternating potensial dalam penyediaan energi bersih?
Semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan akan energy juga akan
bertambah. Tetapi energy fosil, yang selama ini menjadi penunjang utama sumber energi,
adalah energi yang dapat habis dan penggunaannya yang berlebihan dapat meningkatkan
potensi terjadinya pemanasan global yang semakin parah di lingkungan kita. Sementara itu,
sektor transportasi di Indonesia merupakan salah satu sektor yang mengkonsumsi energy
fosil terbesar. Maka selain menghemat energy, peralihan penggunaan mobil bertenaga
listrik juga dapat berpotensial dalam penyediaan energy bersih di Indonesia.
Salah satu alasan mengapa mobil bertenaga listrik sangat berpotensi untuk di
implementasikan di Indonesia adalah karena Indonesia memiliki tenaga surya yang sangat
besar, dan tenaga surya yang sangat besar tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembuatan
pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). PLTS inilah yang dapat menjadi salah satu metode
untuk mendapatkan energi listrik pada mobil listrik. Salah satu keunggulan lain dari mobil
listrik adalah ramah lingkungan, karena tidak menghasikan gas buang kendaraan bermotor
(CO, 𝐶𝑂2 dan Pb) yang biasa dikeluarkan oleh mobil konvensional.

2. Bagaimana prinsip kerja dari mobil listrik tersebut? Bagaimana cara menghitung
energi yang dibutuhkan oleh mobil listrik untuk tiap km jarak yang ditempuh?

a
Gambar 1. Prinsip Kerja Mobil Listrik (Sumber: basicknowledge101.com)
Prinsip Kerja Mobil Listrik
Daya Listrik yang bersumber dari listrik PLN atau Generator lewat alat pengisisan
(Charger) yang berperan untuk merubah arus bolak balik (AC) jadi arus searah (DC) sesuai
sama dengan keperluan pengisian dari baterai lewat dua buah kabel yakni positif serta
negatif untuk isi baterai. Baterai terbagi dalam 3 unit, 12 Volt, 200 Ah dipasang dengan
cara seri di mana terminal positf baterai 1 dikaitkan ke terminal negatif dari baterai 2 serta
terminal positif dari baterai 2 dikaitkan ke terminal negatif baterai 3 sedang terminal negatif
dari baterai 1 serta terminal positif baterai 3 diperoleh keluaran sebesar 36 V, 200 Ah
Sesudah baterai penuh, listrik yang tersimpan pada baterai bisa dipakai untuk
memutar motor penggerak lewat solenoid yang mempunyai 2 terminal yang berperan
menyambung serta memutus di mana terminal positif pada baterai dipasang pada satu
diantara terminal pada solenoide dikaitkan ke kendali kecepatan, di mana solenoide ini
dikendalikan oleh dua buah saklar sebagai pembatas yang di gunakan pada system gas serta
rem yang cuma bisa berperan sesudah kunci kontak dinyalakan.
Untuk mengatur besar kecilnya putaran motor penggerak dipakai kendali kecepatan
yang mempunyai 4 buah terminal utama yang di beri sinyal masing masing terminal Bat +,
Bat -, A2, M -, serta juga tiga buah terminal untuk input dari potensio atau induktiv. Kabel
positif yang lewat solenoid dikaitkan pada terminal Bat + pada kendali kecepatan.
Kendali yang inputnya berbentuk tanda analog dari potensio serta juga induktiv
trhole sensor yang dipasang pada mekanisme gas, supaya kendaraan bisa bergerak maju,
mundur serta netral dipakai saklar mekanis maju mundur SM3 (saklar mekanis maju
mundur) yang diberi nama masing masing terminal a1, a2, b, c d1, d2 terminal C dikaitkan
ke terminal A2 kendali kecepatan, lewat terminal A2 pada motor penggerak. Terminal M-
pada kendali kecepatan dikaitkan segera ke A1 pada motor penggerak. Untuk terminal B
serta D pada SM3 mempunyai dua buah kutub di mana digunakan untuk membolak balikan
input arah arus pada terminal S1 serta S2 pada motor penggerak.

Cara Menghitung Energi yang Dibutuhkan Per km Jarak

Untuk memperkirakan berapa energi yang digunakan oleh mobil tersebut, kita
menggunakan pendekatan penggunaan bensin atau solar untuk genset dengan kapasitas
cukup besar. Energi rata-rata yang bisa dihasilkan oleh genset dalam 1 liter bensin atau
solar, adalah sekitar 0,36 liter per kWh. Dengan asumsi efisiensi yang sama, maksimum
mobil saya gunakan untuk menempuh 10 km dengan konsumsi bensin 1 liter, telah
menghabiskan energi hanya 2,78 kWh. Dengan demikian, mobil mesin bensin dengan
kapasitas 50 liter yang bisa menempuh perjalanan sekitar 500 km, akan menghabiskan
energi sebanyak 138 kWh saja.

Mobil listrik dengan kebutuhan energi 138 kWh tersebut, menggunakan batere
rekomendasi 42 V, 200 Ah (Prof. Pekik) dan usability 75% dari kapasitas, membutuhkan
batere sebanyak 22 unit. Dengan baterai sejumlah ini, jarak tempuh akan meningkat
sebanding dengan rasio efisiensi motor fisik dibanding motor listrik. Misalnya rasio
efisiensi transmisi motor fisik dibanding motor listrik adalah 1:2, maka dengan energi 138
kWH atau 22 unit betere dalam kondis yang sama bisa menempuh 1000 km.

3. Indonesia memiliki posisi yang strategis dalam memanfaatkan energy surya.


Bagaimana menurut anda tentang potensi mobil listrik yang juga memanfaatkan
energy tenaga surya? Apa keuntungan menggabungkan kedua potensi ini?
Mobil listrik mempunyai keunggulan bila dibandingkan dengan mobil yang
berbahan bakar fosil (minyak bumi), karena mobil listrik tak menghasikan gas buang
kendaraan bermotor (CO, CO2 dan Pb) yang biasa dikeluarkan oleh mobil konvensional.
Selain itu, Energy surya (sinar matahari) yang sangat melimpah di Indonesia dapat
dimanfaakan sebagai pembangkit listrik (PLTS), pembangkitan listrik menggunakan alat
berupa panel surya (solar thermal) dan panel fotovoltaik keduanya mempuyai fungsi untuk
menangkap atau menerima panas dan mengubah energy surya menjadi listrik. Salah satu
keunggulannya adalah daya yang dihasilkan cukup besar bisa mencapai MV.
Bila energi tersebut dikembangkan dan digabungkan akan sangat menguntungkan,
mengingat bentuk relief Indonesia. Hal ini akan membuat pasokan listrik untuk kedepannya
akan terjaga sehingga pengembangan mobil listrik dengan energi bersih bisa direalisasikan
pada masarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
4. Dari pernyataan di atas, mengapa baterai sekunder juga menjadi pilihan alternatif
yang potensial untuk dikembangkan? Ada berapa jenis baterai sekunder yang anda
ketahui?
Karena pengembangan kedua sektor (mobil listrik dan energy bersih) membutuhkan
suatu alat penyimpanan dan pemasok energy listrik. Jika pasar kendaraan listrik telah
terbentuk di masa yang akan datang, kebutuhan akan baterai sekunder yang memiliki
kapasitas jenis dan kerapatan energi yang tinggi mutlak dibutuhkan. Dengan sendirinya,
industri baterai di Indonesia juga akan mengarah kepada baterai sekunder dengan
karakteristik tersebut.
Baterai adalah sebuah device yang dapat menyimpan energi listrik untuk digunakan
sesuai dengan keperluannya sewaktu-waktu serta dapat dengan mudah dipindahkan dari
satu tempat ketempat lainnya. Baterai sekunder adalah jenis baterai yang dapat diisi
kembali oleh muatan listrik (rechargeable). Terdapat 4 jenis baterai sekunder:
a. Baterai Asam Timbal
Baterai asam timbal adalah baterai sekunder yang paling banyak dikembangkan
di dunia. Baterai jenis ini pertama kali ditemukan oleh Gaston Planté pada tahun 1859.
Baterai asam timbal banyak digunakan untuk aplikasi otomotif, sehingga dinamakan
juga sebagai baterai SLI (Starting, Lightning and Ignition). Penggunaan masal baterai
jenis SLI dikarenakan material untuk membuat baterai tersebut cukup murah namun
baterai memiliki performa cukup baik. Akan tetapi, untuk aplikasi yang membutuhkan
daya yang lebih tinggi dengan waktu yang relatif lama, baterai SLI tidak dapat
digunakan. Hal ini karena baterai asam timbal hanya memiliki kedalaman pelepasan
muatan listrik (Depth of Discharge – DOD) sebesar 50 % saja.
b. Baterai Nikel Kadmium
Baterai nikel kadmium ditemukan tahun 1899, namun baru diproduksi secara
masal pada tahun 1960an. Baterai jenis ini memiliki tegangan sel sebesar 1,2 Volt
dengan kerapatan energi dua kali lipat dari baterai asam timbal. Sebagai katoda, baterai
ini menggunakan nikel hidroksida Ni(𝑂𝐻)2 dan kadmium (Cd) sebagai anodanya yang
dipisahkan oleh alkalin potasium hidroksida sebagai elektrolitnya. Baterai nikel
kadmium memiliki nilai hambatan intenal yang kecil dan memungkinkan untuk di
charge dan discharge dengan rate yang tinggi.
c. Baterai Nikel Metal Hidrida
Baterai nikel metal hidrida sebenarnya memiliki karakteristik yang sama dengan
baterai nikel kadmium. Perbedaannya terletak pada penggunaan material untuk
anodanya. Bila pada baterai nikel kadmium, kadmium digunakan sebagai anoda, maka
pada baterai jenis ini metal hidrida yang digunakan. Metal hidrida terbuat dari
campuran lanthanium yang dapat menyerap dan menghasilkan hidrogen. Baterai jenis
ini memiliki kerapatan energi dua kali lebih besar dibandingkan dengan baterai jenis
asam timbal dan 40 % lebih tinggi dibandingkan dengan baterai nikel kadmium.
d. Baterai Lithium
Lithium adalah metal yang paling ringan dan memiliki potensial elektrokimia
yang paling tinggi dibandingkan dengan logam lainnya. Baterai berbasis lithium cukup
menjanjikan karena dapat memberikan kapasitas jenis (specific capacity) sebesar 3.600
Ah/kg. Nilai ini jauh lebih besar dibandingkan dengan kapasitas jenis dari baterai
sekunder jenis asam timbal yang sebesar 260 Ah/kg saja. Penggunaan lithium sebagai
baterai, pertama kali dilakukan oleh perusahaan Exxon (USA) pada tahun 1970 dengan
menggunakan LiTiS2 sebagai katoda baterai.

5. Jelaskan reaksi apa yang terjadi di dalam PEMFC sehingga dapat dihasilkan listrik?
PEMFC merupakan sel elektrokimia menggunakan bahan bakar hidrogen yang
dioksidasi pada anoda dan oksigen yang direduksi pada katoda. Komponen PEMFC yang
paling penting adalah elektroda sebagai tempat terjadinya reaksi kimia. Elektroda terdiri
dari PEM, CL dan GDL.

Gambar 2. Komponen PEMFC (Sumber: Litsster & Lean, 2004)

Terdapat reaksi elektrokimia yang dapat mengkonversi energi kimia menjadi energi
listrik dengan adanya bahan bakar dan pengoksidan. Reaksi elektrokimia pada PEMFC
melibatkan perpindahan muatan darisatu elektroda ke elektroda yang lain dan perpindahan
muatan tersebut akandisertai dengan perpindahan elektron. Namun dalam proses
perpindahannya, ion dan elektron tidak melalui jalur yang sama. Ion
H+ berpindah dari anoda ke katoda melalui elektrolit/mebran, sedangkan elektron (e-)
berpindah melalui konduktor yang mengalirkan listrik.
6. Bagaimana Hidrogen diperoleh sebagai bahan baku dalam PEMFC?

Gambar 3. Proses Hidrogen Diperoleh dalam PEMFC (Sumber: sciencealert.com)

Dapat dilihat bahwa hidrogen masuk ke dalam sebuah Sel Bahan Bakar melalui
saluran khusus yang terhubung ke anoda. Dari anoda, hidrogen yang telah menjadi ion H+
akan berpindah ke katoda melalui elektrolitdengan bantuan katalis (yang digunakan pada
PEMFC biasanya platina). Sementara elektron mengalir melalui rangkaian listrik/beban
yang terhubung. Pada katoda akan terjadi reaksi antara H+, elektron dan oksigen dan
membentuk air. Energi listrik dihasilkan oleh perpindahan elektron melalui rangkaian
listrik eksternal/beban (Ismail, 2008).

7. Apakah ada tipe sel bahan bakar selain PEMFC yang digunakan secara komersial?
- DMFC (Sel Bahan Bakar Metanol)
Sel Bahan Bakar Metanol menggunakan material elektrolit membran polimer, yang
digunakan juga oleh PEMFC. Sel Bahan Bakar ini menggunakan methanol (CH3OH)
cair sebagai bahan bakar. Methanol dipertimbangkan sebagai bahan bakar yang lebih
mudah disimpan dan berpindah tempat sehingga aplikasinya adalah pada peralatan
listrik yang portable
- AFC (Sel Bahan Bakar Alkali)
Sel Bahan Bakar Alkali menggunakan potasium hidroksida sebagai elektrolit.
Konsentrasinya berkisar antara 30-45% tergantung pada system. Pada reaksinya, ion
hidroksil (OH) ditransfer dari katoda ke anoda melalui elektrolit sedangkan elektron
mengalir melalui rangkaian listrik eksternal/beban. Ion hidroksil akan bereaksi dengan
hidrogen dan membentuk air serta mengalirkan electron
- PAFC (Sel Bahan Bakar Asam Fosfat)
Sel Bahan Bakar Asam Fosfat menggunakan asam fosfat sebagai elektrolitnya. Sel
Bahan Bakar Asam Fosfat ini merupakan jenis yang paling awal dikomersialkan.
Kelebihannya adalah dapat mentoleransi ketidakmurnian hidrogen, Sel Bahan Bakar
Asam Fosfat dapat mentoleransi adanya Karbon Monoksida (CO) sebesar 1,5%
sehingga jenis bahan bakar yang dapat digunakan beragam. Kekurangannya adalah
daya yang dihasilkannya lebih rendah dibandingkan jenis yang lain
- MAFC (Sel Bahan Bakar Karbonat)
Sel Bahan Bakar Karbonat menggunakan senyawa sodium/magnesium karbonat
bersuhu tinggi sebagai elektrolit. Sel Bahan Bakar ini menggunakan hidrogen, karbon
monoksida, gas alam, propana, dan hasil dari gasifikasi batubara sebagai bahan bakar.
Dapat bekerja pada suhu yang tinggi sehingga memungkinkan efisiensi yang tinggi jika
kalornya dimanfaatkan serta fleksibilitas dalam menggunakan bahan bakar dan katalis.
Namun suhu yang tinggi juga menyebabkan risiko karat dan kerusakan komponen yang
tinggi serta tidak cocok untuk penggunaan di perumahan
- SOFC (Sel Bahan Bakar Oksida Padat)
Sel Bahan Bakar Oksida Padat menggunakan senyawa keramik seperti Zirkonium
Oksida atau Kalsium Oksida sebagai elektrolit. Suhu operasinya bisa mencapai
10000 𝐶. Sel Bahan Bakar ini sangat cocok untuk pembangkitan daya-daya besar. Suhu
operasi yang tinggi menyebabkan efisiensi konversi daya yang tinggi dengan memakai
sistem hybrid dimana kalornya dimanfaatkan untuk jenis pembangkit yang lain seperti
turbin uap atau turbin gas.
Tabel 1. Sel Bahan Bakar Komersial

8. Dapatkah anda menggambar sel baterai tersebut?

Gambar 4. Sel Baterai (Sumber: academia.edu)

 Seng (Zn) Seng disebut zink atau timah sari. Merupakan logam yang aslinya berwarna
putih kebiruan, berkilau serta memiliki sifat diamagnetik. Difungsikan sebagai katode
atau kutub negatif pada baterai.
 Timbal (Pb) Timbal merupakan salah satu bahan kimia paling berbahaya bagi manusia
dengan sifat toksiknya. Memiliki unsur PB seringkali digunakan pada bidang industri
modern sebagai bahan pembuatan baterai. Lempeng timbal peroksida biasa digunakan
sebagai kutub positif baterai.
9. Reaksi apa yang terjadi sewaktu lempengan seng dan batang timbal dimasukkan ke
dalam gelas dan kedua elektroda tersebut dihubungkan dengan kawat tembaga?
Terjadi reaksi sel volta, sepotong logam seng dimasukkan ke dalam larutan seng (II)
sulfat, ZnSO4(aq), pada satu wadah (gelas) Sementara, sepotong batang timbal juga
dimasukkan ke dalam larutan timbal (II) sulfat, PbSO4(aq), pada wadah lainnya. Potongan
logam tersebut disebut elektroda yang berfungsi sebagai ujung akhir atau penampung
elektron. Kawat penghantar akan menghubungkan elektroda-elektrodanya. Sel Volta
bekerja atas dasar prinsip reaksi redoks. Rangkaian sel dilengkapi pula dengan jembatan
garam. Jembatan garam, memberikan jalan bagi ion untuk bergerak dari satu tempat ke
tempat lainnya untuk menjaga larutan agar muatan listriknya tetap netral.

10. Logam mana yang menjadi katoda dan logam mana yang menjadi anoda? Mengapa?
Bagaima menuliskan sel elektrokimia tersebut?
 Elektroda seng disebut anoda, yaitu elektroda yang menjadi tempat terjadinya reaksi
oksidasi. Oleh karena anoda melepaskan elektron, maka anoda kaya akan elektron
sehingga diberi tanda negatif (kutub negatif).
 Elektroda timbal disebut katoda, yaitu elektroda yang menjadi tempat terjadinya reaksi
reduksi. Oleh karena katoda menerima elektron, maka katoda kekurangan elektron
sehingga diberi tanda positif (kutub positif)

11. Apakah anda dapat memperkirakan besarnya tegangan potensial dalam sel tersebut?
Besarnya potensial sel dari suatu reaksi redoks dalam sel volta merupakan total dari
potensial elektrode unsur-unsur sesuai dengan reaksinya. Jika suatu zat mempunyai Eo
reduksi besar berarti ia mudah mengalami reduksi dan susah mengalami oksidasi dan
sebaliknya jika suatu zat mempunyai Eo reduksi kecil maka ia sukar mengalami reduksi
dan lebih mudah mengalami oksidasi. Besarnya Potensial Sel dapat dirumuskan :

Dalam hal ini, hasil perhitungan potensial sel dapat bernilai positif ataupun negatif.
Jika potensial sel bertanda positif berarti reaksi dapat berlangsung, sedangkan jika potensial
sel bertanda negatif berarti reaksi tidak dapat berlangsung.
12. Sewaktu sel tersebut dihubungkan dengan voltmeter terbaca pengukuran sebesar
0,529 V. Bagaimana penjelasan anda tentang adanya perbedaan potensial antara
hasil eksperimen dengan hasil teoritis?
Dari hasil eksperimen, didapatkan nilai pengukuran potensial sel sebesar 0,529 V
sedangkan menurut teoritis menggunakan data potensial reduski sel dari literature,
didapatkan nilai potensial sel reaksi sebesar 0,63 V. Hal ini bisa saja terjadi dikarenakan
Esel bergantung pada berbagai faktor seperti konsentrasi larutan Zn2+ dan Pb2+, suhu, dan
lain-lain. Pada pengukuran besar potensial sel reaksi secara teoritis di atas, menggunakan
data-data potensial standar reduksi, yang diambil pada kondisi standar (konsentrasi 1 M),
namun pada saat eksperimen dilakukan, konsentrasinya tidaklah standar, melainkan
sebesar 0,05 M. Selain itu, bisa jadi dalam pengukuran saat eksperimen, suhu di sekitar
tempat eksperimen tidak sesuai dengan suhu standar sebesar 298oK sehingga dalam
menggunakan potensial standar reduksi tiap setengah sel untuk menghitung potensial sel
reaksi menghasilkan hasil yang kurang tepat bila dibandingkan dengan hasil teoritis.

Topik 2: Potensiometri
1. Bagaimana Anda menjelaskan kemampuan alga dalam menyerap logam pada bacaan
di atas?

Gambar 5. Chlorella sp (sumber: eprints.uny.ac.id)


Dinding sel dari alga sebagian besar terdiri dari lipid, polisakarida, dan protein. Pada
dinding tersebut, terdapat gugus fungsional yang berbeda, seperti imidazole, tioeter,
karboksil, hidroksil, karbonil, fosfat, fenolik, dan lain-lain yang dapat membentuk
koordinasi kompleks dengan ion logam sehingga mampu mengikat ion logam. Kemampuan
alga menyerap logam ini juga dipengaruhi beberapa faktor, yakni pH larutan, konsentrasi
logam, dan massa biomassa yang terkandung.
Salah satu alga yang dapat digunakan untuk menyerap logam berat adalah Chlorella
sp. Kemampuan remediasi logam berat oleh alga ini sangat baik bila di bandingkan dengan
beberapa mikroba, jamur lain karena struktur dinding sel alga terbentuk dari berbagai serat
metrik polisakarida. Kemampuan Chlorella sp dalam menyerap logam berat ini didukung
dengan kemampuan beradaptasi, bertumbuh dan juga ekonomis untuk di jadikan Agen
remediasi pada lingkungan tercemar. Selain dapat digunakan juga untuk bioremediasi
logam berat mikroalga chlorella sp juga dapat di gunakan untuk sebagai prekursor biodiesel
karena mengandung 20-50% lemak.
2. Jika dalam suatu tim riset ilmiah anda diputuskan untuk menggunakan
potensiometri untuk mengukur kandungan logam dalam air secara instrumental, apa
yang dapat Anda jelaskan mengenai metode tersebut ?

Gambar 6. Komponen - komponen dalam potensiometri (sumber: digilib.unila.ac.id)

Potensiometri merupakan metode kuantitatif analisa ion berdasarkan pengukuran


beda potensial dari elektroda-elektroda yang peka terhadap ion yang bersangkutan dengan
konsentrasi larutan dalam suatu sel potensiometri. Sel potensiometri adalah sel
elektrokimia yang terdiri dari dua setengah sel elektroda yang tercelup dalam larutan
elektrolit untuk ditentukan konsentrasinya. Metode ini digunakan untuk menentukan nilai
potensial elektroda, konsentrasi suatu ion, pH suatu larutan, titik akhir titrasi, dan nilai Kp,
Kc, dan Ksp dalam reaksi kimia. Alat-alat yang digunakan dalam potensiometri diantaranya:
a. Elektroda Pembanding, yaitu elektroda yang diketahui harga potensial setengah
selnya
b. Elektroda Indikator, yaitu elektroda yang potensial elektrodanya bergantung
aktivitas analit
c. Jembatan Garam, yaitu penyeimbang muatan-muatan larutan dalam sel
potensiometri
d. Larutan Analit, yaitu larutan yang sedang diteliti kandungan di dalamnya
e. Alat pengukur potensial seperti pH meter atau voltmeter.

Sel-sel pada analisis potensiometri adalah elektroda pembanding (Eref), jembatan


garam (Ej), larutan analit, dan elektroda indikator (Eind) sehingga perhitungan potensial
sel pada potensiometri adalah

𝑬𝒄𝒆𝒍𝒍 = 𝑬𝒊𝒏𝒅 + 𝑬𝒋 – 𝑬𝒓𝒆𝒇

3. Dalam teknik potensiometri, digunakan berbagai jenis elektroda. Dapatkah


menjelaskan tentang penggunaan berbagai jenis elektroda tersebut? dan bagaimana
metode/teknik ini dilakukan ?
Potensiometri adalah suatu metode kuantitatif analisa ion berdasarkan pengukuran
beda potensial dari elektroda-elektroda yang peka terhadap ion yang bersangkutan dengan
konsentrasi larutan dalam suatu sel potensiometri. Sel potensiometri merupakan sel
elektrokimia yang terdiri dari dua setengah sel elektroda yang tercelup dalam larutan
elektrolit untuk ditentukan konsentrasinya. Potensiometri menggunakan dua jenis elektroda,
yaitu elektoda pembanding dan elektroda indikator. Elektroda pembanding adalah
elektroda yang potensial elektrodanya diketahui harga potensialnya dan tidak peka terhadap
komposisi larutan yang diselidiki. 2 jenis elektroda pembanding, yaitu elektroda
pembanding primer dan sekunder. Elektroda pembanding primer adalah elektroda hidrogen
standar dengan nilai potensial selnya 0 volt. Elektroda pembanding sekunder adalah
elektroda kalomel dan elektroda perak.
Elektroda indikator adalah elektroda yang potensial elektrodanya bergantung pada
aktivitas analit yang diukur. Elektroda indikator terdiri dari dua jenis yaitu elektroda logam
dan elektroda membran. Potensial pada elektroda logam ditentukan dari posisi redoks
ketika elektroda dan larutan bertemu. Elektroda logam terdiri dari elektroda logam jenis
pertama, logam jenis kedua, dan jenis ketiga. Elektroda logam jenis pertama adalah
elektroda yang berkeseimbangan dengan kation yang berasal dari logam tersebut. Elektroda
yang digunakan adalah Ag+, Hg+, Cu2+, Zn2+, Cd2+, dan Pb2+. Elektroda logam jenis kedua
adalah elektroda yang harga potensialnya bergantung pada konsentrasi suatu anion dengan
ion yang berasal dari elektroda endapan suatu ion kompleks yang stabil, contohnya adalah
elektroda perak untuk halida dan merkuri (Hg) untuk anion EDTA (y4-). Elektroda jenis
ketiga adalah logam inert yang menggunakan konduktor inert untuk sistem redoks.
Elektroda membran adalah elektroda yang dapat menentukan ion tertentu dari dua larutan
yang konstantanya berbeda. Elektroda membran terdiri dari elektroda membran kaca,
elektroda membran cair, elektroda membran padat, dan elektroda penunjuk gas. Elektroda
membran kaca mengandung dua elektroda pembanding, yaitu elektroda kalomel yang
terdapat di dalam larutan pH yang tidak diketahui dan elektroda perak klorida. Pada
elektroda kalomel terdapat kaca membran tipis yang merespon pH. Elektroda membran cair
adalah suatu fasa cair spesifik biasanya senyawa organik yang dibatasi oleh suatu membran
yang bersifat hidrofobik. Elektroda membran padat adalah elektroda yang menggunakan
polikristal dari garam anorganik. Elektroda penunjuk gas adalah elektroda yang dirancang
untuk mendeteksi konsentrasi gas dalam larutan.

4. Bagaimana Anda menjelaskan tentang yang anda baca di beberapa literature bahwa
bila menggunakan teknik potensiometri langung perlu penambahan senyawa penjaga
kekuatan ion dalam larutan aau TISAB (Total Ionic Strength Adjustment Buffer ), dan
untuk apa dilakukan teknik penambahan larutan standar atau larutan sampel tak
diketahui ( standard addition atau sample addition method ) ?

TISAB (Total Ionic Strength Adjusment Buffer)

TISAB (Total Ionic Strength Adjustor Buffer) adalah larutan penyangga yang
memiliki kekuatan ionik cukup tinggi dan mampu meningkatkan kekuatan ionik suatu
larutan sehingga relatif menjadi lebih tinggi dari semula. Penambahan TISAB tidak akan
mengganggu proses analisis karena ion-ion yang terkandung di dalamnya adalah ion-ion
asing yang tak terukur potensial selnya sehingga dapat menghilangkan perbedaan ion dari
kedua larutan.

Tujuan ditambahkan TISAB pada sampel ketika dilakukan metode potensiometri


langsung adalah untuk menghilangkan perbedaan antara nilai aktivitas yang terukur
dengan konsentrasi sampel yang sebenarnya. Efek dari penambahan TISAB adalah pada
semua bagian larutan sampel akan memiliki koefisien aktivitas ion yang sama. Hal ini
disebabkan karena TISAB memiliki koefisien aktivitas ion yang sama akan
tetapi memiliki aktivitas ion yang lebih tinggi sehingga aktivitas ion sampel akan
terabaikan. Tujuan lain penambahan TISAB pada Potensiometri adalah untuk
meningkatkan kekuatan ion larutan. Dengan meningkatnya kekuatan ion larutan, dapat
meningkatkan kestabilan sehingga membuat hubungan yang linier antara logaritma dari
konsentrasi dan tegangan.

Penambahan TISAB tidak selalu dibutuhkan. Kondisi-kondisi di mana tidak


diperlukan penambahan TISAB, yaitu :
a. pH tidak ekstrim. pH larutan berada antara 2-10
b. Kekuatan ion tidak terlalu tinggi, yaitu kurang dari 2 atau 3.
c. Tidak ada mobilitasi ion tertentu
d. Tidak ada suspensi bermuatan dari partikel-partikel berukuran makro atau koloid.
e. Kedua larutan sampel dan standar tidak memiliki aktivitas ion yang terlalu kecil
atau besar.
Metode adisi standar digunakan pada analit dengan volume tertentu, yang belum
diketahui konsentrasinya. Metode ini dilakukan dengan mengukur potensial elektroda
sistem sebelum dan sesudah larutan standar, dalam volume yang bervariasi, ditambahkan
ke dalam analit/sampel, yang dianalisis. Setelah itu, campuran-campuran diencerkan
hingga mencapai volume yang sama (volume total), sekaligus matriks yang sama, untuk
kemudian dicari nilai responnya dan konsentrasinya setelah pengenceran. Terdapat
setidaknya 2 manfaat dari penggunaan Larutan Standar:
Metode adisi sampel hampir serupa dengan metode adisi standar. Umumnya,
metode ini digunakan apabila sampel tersedia dalam jumlah sedikit, memiliki matriks
kompleks, atau berada dalam konsentrasi tinggi. Metode ini dilakukan dengan
menambahkan sampel pada larutan standar, sejenis dengan cara yang dilaksanakan pada
metode adisi standar. Pengukuran dibuat pada kekuatan ion standar dan slop elektroda
yang dihasilkan lebih sesuai dibanding adisi standar.
Kedua metode adisi memiliki kelebihan dalam teknik potensiometri karena:
a. Kalibrasi dan pengukuran sampel dilakukan secara bersamaan sehingga perbedaan
kekuatan ion dan temperatur standar dan sampel tidak terlalu signifikan.
b. Selama proses, elektroda tetap tercelup dalam larutan sehingga hanya terdapat sedikit
perubahan pada junction potential larutan
c. Pengukuran slop sangat mendekati konsentrasi sampel menunjukkan metode ini dapat
menghasilkan hasil yang lebih akurat pada range non-linear dan dapat digunakan
dengan elektroda tua atau lama yang range-nya tidak linear selama kemiringan stabil.
Metode adisi juga memiliki kekurangan-kekurangan, yaitu:

a. Diperlukan pencampuran yang akurat dari volume standar maupun sampel yang akan
diukur.
b. Diperlukan perhitungan yang lebih rumit dibandingkan dengan potensiometri
langsung.
c. Konsentrasi sampel juga harus diketahui sebelum memulai analisis untuk menentukan
konsentrasi standar dan volume yang sesuai untuk kedua larutan.
5. Bila Anda menggunakan metode sample addition pada teknik potensiometri,
bagaimana Anda menjelaskan cara penentuan konsentrasi logam pada sampel?
(jelaskan juga penurunan persamaannya)
Metode adisi sampel diawali dengan menambahkan volume sampel (Vu) dengan
berberapa variasi ke dalam volume standar (Vs) yang dikonstankan. Kemudian potensial
sampel diukur dan direkam menggunakan ISE (Ion Selective Membran) dengan persamaan:
𝑎
𝐸𝑠𝑒𝑙 = 𝑆𝑙𝑜𝑔 𝑎2
1

𝐸𝑠𝑒𝑙 𝑎
yang diubah menjadi: = log 𝑎2
𝑆 1

Sebelum pencampuran, nilai keaktifan larutan adalah a1 dan setelah pencampuran


nilai keaktifan larutan menjadi a2. Karena nilai keaktifan larutan sama dengan
konsentrasinya maka:

𝑎1 = 𝐶𝑠

𝑎2 = 𝐶𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛

dimana: 𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 = 𝐶𝑠 . 𝑉𝑠

𝑛𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 𝐶𝑢 . 𝑉𝑢

𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑉𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 + 𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 𝑉𝑠 + 𝑉𝑢

𝐶𝑠 .𝑉𝑠 +𝐶𝑢 .𝑉𝑢


sehingga: 𝑎2 = 𝐶𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = 𝑉𝑠 +𝑉𝑢

Esel merupakan nilai perubahan potensial yang terjadi setelah dan sebelum
pencampuran, sehingga:
𝐸𝑠𝑒𝑙 = 𝐸2 − 𝐸1

Dengan nilai aktifitas yang sudah diketahui dari masing-masing larutan (a2 dan a1)
sertanilai Esel, maka didapatkan persamaan sebagai berikut:

𝐶𝑠 . 𝑉𝑠 + 𝐶𝑢 . 𝑉𝑢
𝐸2 − 𝐸1 𝑉𝑠 + 𝑉𝑢
= log
𝑆 𝐶𝑠

Lalu, log pada ruas kanan dihilangkan menjadi:

𝐶𝑠 . 𝑉𝑠 + 𝐶𝑢 . 𝑉𝑢
𝐸2 −𝐸1 𝑉𝑠 + 𝑉𝑢
10 𝑆 =
𝐶𝑠

𝐸2 −𝐸1 𝐶𝑠 . 𝑉𝑠 + 𝐶𝑢 . 𝑉𝑢
(𝑉𝑠 + 𝑉𝑢 ). 10 𝑆 =
𝐶𝑠

Kemudian ruas kanan dibagi dengan Cs, sehingga persamaannya menjadi:

𝐸2 −𝐸1 𝐶𝑢 . 𝑉 𝑢
(𝑉𝑠 + 𝑉𝑢 ). 10 𝑆 = 𝑉𝑠 +
𝐶𝑠

Persamaan ini yang digunakan untuk menghitung konsentrasi pada sampel.

6. Jika Anda memperoleh data logam Cr dari laboratorium sbb:


Vol lar. Cr Standar (750 mg/L) … mL Potensial sel … mV
200 -35,6
100 -17,8
50 0,4
25 16,8
12,5 34,9
6,25 52,8
3,125 70,4
1,563 89,3
0,781 107,1
0,391 125,5
0,195 142,9
Bagaimana menentukan kemiringan kurva kalibrasi yang merupakan ukuran
respons elektroda ion selektif yang digunakan?

Untuk menentukan kemiringan (slope) kurva kalibrasi, perlu dibuat hubungan antara
log10 C dan potensial sel, di mana C adalah konsentrasi ion pada larutan yang digunakan
dalam mol/L. Berikut akan diuraikan cara pembuatan garis hubungan antara log10 C dan
potensial sel.

Hubungan antara log10 C dan potensial sel untuk ion natrium dituliskan sebagai:

0.0592
𝐸𝑠𝑒𝑙 = 𝐾 − pX = 𝐾 + 𝑆 log 𝐶
n

di mana C adalah konsentrasi ion natrium dalam larutan dan S adalah kemiringan kurva.
Karena data yang diberikan tidak memungkinkan untuk mencari konsentrasi dalam mol/L,
Persamaan (1) diperluas untuk mencari hubungan log10 C1 dan potensial sel dengan C1
adalah konsentrasi dalam gr/L. Persamaan yang terbentuk adalah:

𝐶
𝐸𝑠𝑒𝑙 = 𝐾 + 𝑆 log 𝑀𝑟1 = 𝐾 ′ + 𝑆 log 𝐶1 (

dengan Mr adalah masa molekul relatif yang sifatnya konstan. Berdasarkan Persamaan
(10), dapat dibuat hubungan linear dengan log10 C1 sebagai sumbu x dan potensial sel
sebagai sumbu y. Gradien garis yang terbentuk adalah kemiringan kurva kalibrasi.

Data yang ada dapat diolah untuk mendapatkan hubungan antara log10 C1 dan
potensial sel seperti pada Tabel 1:

Vol Lar Standar Konsentrasi Lar Potensial Potensial


(750 mg/L) (mL) Standar/C1 (gr/L) log10 C1 Sel (mV) Sel (V)
200 3.75 0.574031 -35.6 -0.0356
100 7.5 0.875061 -17.8 -0.0178
50 15 1.176091 0.4 0.0004
25 30 1.477121 16.8 0.0168
12.5 60 1.778151 34.9 0.0349
6.25 120 2.079181 52.8 0.0528
3.125 240 2.380211 70.4 0.0704
1.563 479.8464 2.681102 89.3 0.0893
0.781 960.3073 2.98241 107.1 0.1071
0.391 1918.159 3.282885 125.5 0.1255
0.195 3846.154 3.585027 142.9 0.1429
Tabel 2. Hubungan Antara log10 C dan Potensial Sel

Berdasarkan Tabel 1, dibuat hubungan antara log10 C1 dan potensial sel seperti pada Grafik 1.

Grafik: Hubungan Antara log10 C1 dan Potensial Sel

0.16
y = 0,059x - 0,070
0.14

0.12

0.1

0.08 Series1
Linear (Series1)
0.06

0.04

0.02

0
0 1 2 3 4

Dari grafik yang diperoleh, dapat dilihat bahwa persamaan yang terbentuk adalah y =
0.059x – 0.070, sehingga kemiringan kurva kalibrasi yang didapatkan adalah 0.059.

Soal hitungan:
7. Bagaimana anda menentukan nilai potensial sel berikut ini:
Ag/AgCl (jenuh/s), HCl 0.02 M//KCl (jenuh), HgCl2 (jenuh)/Hg (l)

Reaksi Setengah Sel


Reduksi: 𝐻𝑔2 𝐶𝑙2 + 2𝑒 − → 2𝐻𝑔 + 2𝐶𝑙 − 𝐸°𝐻𝑔2 𝐶𝑙2 = +0.268 𝑉
Oksidasi: 2𝐴𝑔 + 2𝐶𝑙 − → 2𝐴𝑔𝐶𝑙(𝑠) + 2𝑒 − 𝐸°𝐴𝑔𝐶𝑙 = +0.222 𝑉

Nilai Potensial Sel


Reaksi diatas memiliki nilai potensial selnya sama dengan nilai potensal sel
standardnya karena elektrolit 2Cl- pada reaksi oksidasi dan reduksi di atas saling
menghilangkan sehingga aktivitas molarnya tidak berpengaruh, yaitu :
𝐸°𝑠𝑒𝑙 = 𝐸𝑟𝑒𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 − 𝐸𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎𝑠𝑖 = 𝐸𝐻𝑔2 𝐶𝑙2 − 𝐸𝐴𝑔𝐶𝑙 = +0.268 − (+0.222 𝑉)
= +𝟎. 𝟎𝟒𝟔 𝑽
8. Untuk sel berikut ini, bagaimana anda tentukan besarnya konstanta kesetimbangan
2 Ag+ + Cu == 2 Ag + Cu2+

Konstanta kesetimbangan dari reaksi redoks diperoleh dari Eosel. Energi bebas standar
ΔGo untuk reaksi dihubungkan dengan kesetimbangan:

Oksidasi : Cu  Cu2+ + 2e

Reduksi : Ag+ + e  Ag

ΔGo = -RT ln K  -n F Eosel = -RT ln K

Eo = EoAg+/Ag - EoCu/Cu2+

= 0,8 V – 0,34 V = 0,46 V

n E0
ln K =
0.0257 V
n E0
K = 𝑒 0.0257 V

1(0,46)
K = 𝑒 0.0257(0,46) = 𝟕, 𝟗𝒙𝟏𝟎𝟏𝟔
BAB III
Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan jawaban dari pertanyaan pemicu
adalah sebagai berikut:
1. Keunggulan dari mobil berbasis listrik dibanding berbasis fosil adalah lebih ramah
lingkungan (tidak menghasilkan polutan) dan lebih efisien karena menggunakan energi
listrik yang diperoleh dari tenaga surya yang kaya di Indonesia
2. Baterai sekunder adalah jenis baterai yang dapat diisi kembali oleh muatan listrik
(rechargeable) dan terdapat 4 jenis baterai sekunder yaitu baterai asam timbal, Nikel
Kadmium, Lithium dan Nikel Metal Hidrida
3. Terdapat reaksi elektrokimia pada PEMFC sebagai substitusi bahan bakar fosil pada mobil
listrik. PEMFC merupakan sel elektrokimia menggunakan bahan bakar hidrogen yang
dioksidasi pada anoda dan oksigen yang direduksi pada katoda.
4. Terdapat bahan bakar lain selain PEMFC yang dinilai cukup konvensional seperti DMFC,
AFC, PAFC, SOFC dan MCFC
5. Pada sel baterai, terdapat 2 elektroda yang digunakan yaitu elektroda seng (anoda) dan
elektroda timbal (katoda)
6. Potensiometri merupakan salah satu metode analisis dalam cabang ilmu kimia analitik yang
menggunakan reaksi reduksi-oksidasi sebagai prinsip dasarnya.
7. Sel potensiometri terdiri dari empat bagian penting yaitu elektrode acuan, elektrode
indikator, jembatan garam, dan voltmeter.
8. Metode terbaik yang dilakukakan untuk menganalisis sampel darah yang diambil dari
pasien pendertita anemia adalah sample addition method. Metode ini dipilih karena
memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan metode lain dan adanya beberapa
kekurangan dari metode lain yang telah diuraikan duraikan dalam makalah.
9. Langkah – langkah yang akan dilakukan untuk mengetahui kandungan zat besi dengan
sample addition method adalah preparasi larutan sampel dan larutan standar, menyiapkan
peralatan, pengukuran potensial sel, dan menentukan konsentrasi ion besi dalam sampel
10. TISAB adalah sebuah reagen yang ditambahkan pada larutan sampel dan standar yang
berfungsi untuk menjaga pH, aktifitas ion, dan kekuatan ion dari larutan standar.
11. Penentuan kemiringan (slope) kurva kalibrasi, dilakukan dengan cara membuat hubungan
antara log10 C dan potensial sel, di mana C adalah konsentrasi ion pada larutan yang
digunakan dalam mol/L.
12. TISAB tidak terlalu diperlukan pada keadaan-keadaan berikut: ketika larutan sampel dan
larutan standar berada pada kondisi sangat encer, ketika larutan sampel dan larutan standar
diencerkan, dan ketika konsentrasi larutan melebihi 0.1 M.
Daftar Pustaka

Chang, Raymond. Kimia Dasar Konsep Inti. Edisi 3 Jilid 2. Erlangga:Jakarta

Himpunan Mahasiswa Teknik Komputer. (2019). PENJELASAN MOBIL LISTRIK. [online]


Available at: http://scdc.binus.ac.id/himtek/2018/03/27/1206/ [Accessed 9 Oct. 2019].

Fuelcelltoday.com. (2019). proton exchange membrane, polymer electrolyte membrane,


PEM, PEMFC. [online] Available at:
http://www.fuelcelltoday.com/technologies/pemfc [Accessed 9 Oct. 2019].

Skoog, Douglas Aet Al. Fundamental of Analytical Chemistry 9th edition. 2013. Cengage
Learning. Boston : Massachusetts

Suriansyah, Agung. 2012. ALIBRASI DAN ADISI STANDAR PADA PENGUKURAN


MERKURI DALAM AIR DENGAN KANDUNGAN SENYAWA ORGANIK TINGGI
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM. Jurnal Kimia
Khatulistiwa: Volume 1, No. 1. [Online] Available at:
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jkkmipa/article/view/984. Accessed at October 6,
2019.

Wildan, Abu. 2017. Cara Menghitung Standar Adisi dengan Excel. [Online] Available at:
http://www.sampling-analisis.com/2017/09/cara-menghitung-standar-adisi-dengan-
excel.html#.XZloKEYza00. Accessed at October 6, 2019.

Spendelow, J. and Papageorgopoulos, D. (2011). Progress in PEMFC MEA Component R&D


at the DOE Fuel Cell Technologies Program. Fuel Cells, 11(6), pp.775-786.

Harvey, David. Modern Analytical Chemistry. 1999. McGrawHill: NewYork.

Anda mungkin juga menyukai