Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ilmu Ekonomi adalah Ilmu yang berkaitan dengan kesejahteraan makhluk hidup, terutama
Manusia. Kesejahteraan Manusia yang hidup di suatu negara sangat ditentukan oleh sistem
perekonomian yang diterapkan di dalam Negara tersebut. Sukseskah sistem perekonomian yang
diterapkan di dalam Negara tersebut, kurang sukses, atau bahkan tidak sukseskah. Maka dari itu
dibutuhkan penyesuaian untuk sistem perekonomian yang tepat untuk dapat tercipta masyarakat
yang sejahtera, makmur dan sentosa untuk dapat mensejahterakan Bangsa dan Negara. Belakangan
ini sering terjadi kesalahpahaman untuk sistem perekonomian yang diterapkan di dalam Negara
kita tercinta Indonesia. Maka, sistem perekonomian konvensional/ kapitalis sering kali
dikambinghitamkan sebagai sistem yang salah penempatan di dalam Negara kita yang secara
terang-terangan sebagai Negara yang menganut Sisitem Perekonomian Sosialis, bukan Kapitalis.
Maka terjadilah selisih pendapat diantara para pengamat-pengamat ekonomi di Negara kita
Indonesia.

Kesempurnaan dan universalitas Islam ini dapat kita jumpai dalam dalam beberapa keterangan
Ayat Qur’an berikut:

َ ‫ان ِإنَّهُ لَ ُك ْم‬


‫عد ٌُّو ُم ِبين‬ ِ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬
َّ ‫ت ال‬ ُ ‫َياأَيُّ َها الَّذِينَ َءا َمنُوا ادْ ُخلُوا ِفي ال ِس ِّْل ِم كَافَّةً َو ََل تَتَّ ِبعُوا ُخ‬
ِ ‫ط َوا‬

“ Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya ia adalah musuhmu yang
nyata.” (QS. Al Baqarah (2) : 208)

ِ ‫ْاليَ ْو َم أ َ ْك َم ْلتُ لَ ُك ْم دِينَ ُك ْم َوأَتْ َم ْمتُ َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِي َو َر‬


ِ ْ ‫ضيتُ َل ُك ُم‬
‫اْلس ََْل َم دِينًا‬

“ Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu
nikmatKu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu.” (QS.Al-Maaidah(5):3)

Termasuk dalam kesempurnaan Islam adalah ajaran bermuamalah, yang salah satu muatannya
adalah berbicara masalah ekonomi dan bisnis, atau yang dalam bahasa Arab diistilahkan dengan

1
al Iqtishaad, yang bermakna hemat, penuh perhitungan, rasional, mengandung nilai. Sehingga
secara sederhana dapat kita fahami bahwa ekonomi pada prinsipnya adalah segala daya manusia
secara rasional untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan nilai-nilai tertentu, yang dalam Islam
bersumber dari prinsip-prinsip akidah, ahlak dan syariah

Contoh konkrit bagi umat Islam dalam berniaga adalah apa yang dilakukan oleh Rosululah SAW.
Sebelum dianggkat sebagai seorang Nabi dan Rosul, beliau adalah seorang pedagang atau saudagar
yang sukses. Keberhasilan beliau dalam niaga tentunya tidak bisa lepas dari bimbingan Allah SWT
dan kemuliaan akhlak yang terpancar dari pribadi beliau. Apabila kita berkaca pada sejarah
hidupnya, setidaknya ada tiga akhlak utama yang beliau terapkan dalam berniaga, yakni shidiq,
amanah, dan nasehet.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang tercantum diatas, maka penulis memiliki kehendak untuk membahas
tentang :

1. Norma dan Etika dalam Ekonomi Islam


2. Bagaimana Etika dan Norma Ekonomi Islam
3. Perbandingan antara Ekonomi Islam dengan Ekonomi Sosialis dan Ekonomi Kapitalis

1.3 Tujuan Penulisan

Dengan menelaah dan meneliti Etika Ekonomi Islam, kita dapat mengetahui bagaimana etos kerja
Ekonomi Islam dan Implementasinya bagi Perekonomian Indonesia, serta dapat membedakan atau
membandingkan mana Ekonomi islam, Ekonomi Sosialis dan Ekonomi kapitalis, sehingga
masyrakat tidak salah memahami akan etika yang terdapat di dalam Ekonomi Islam

1.4 Manfaat Penulisan

2
1. Menambah wawasan keilmuan mahasiswa yang berkenaan dengan Ekonomi Islam

2. Mengetahui Etika dan Norma ,khususnya Etika di dalam Ekonomi Islam

3. Mengetahui sejarah terbentuknya/ berdirinya Ekonomi Islam

BAB II

3
PEMBAHASAN

2.1 Pembahasan Umum

Pesatnya perkembangan ekonomi dunia telah membawa perubahan yang cukup signifikan bagi
kemajuan peradaban masyarakat. Tidak heran, bila muncul suatu ide tentang sistem ekonomi yang
bisa mengikat transformasi perekonomian masyarakat di seluruh dunia, yakni sistem ekonomi
kapitalis Dengan sistem ekonomi ini, masyarakat memiliki aturan, etika, dan tata kelola yang
dinamis dalam penerapan transaksi ekonomi di lapangan.

Maka, pada abad ke-18, lahir sebuah paham dari seorang Adam Smith (1723-1790) di Inggris dan
dinamakan liberalisme. Ajaran laiser aller, laisserpasser (merdeka berbuat dan merdeka
bertindak) menjadi pedoman bagi paham ini. Dari paham ini ternyata lahirlah kaum borjuis yang
pada akhirnya memunculkan sistem ekonomi kapitalis secara berkesinambungan.

Pada saat itulah, sistem ekonomi kapitalis menjadi semacam disiplin ilmu yang berkembang pesat
di jagat raya ini. Berawal dari sistem ekonomi inilah, perkembangan ekonomi dunia semakin
memberikan keleluasaan bagi sektor industri untuk mengembangkan teknologi kapitalnya dalam
konteks global. Terbukti, dengan sistem ekonomi kapitalis, perusahan-perusahan industri yang
memiliki kekuatan pasar mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan.

Namun demikian, pertumbuhan ekonomi bukan berarti memberikan angin segar bagi kemakmuran
masyarakat, malah justru mengantarkan kesengsaraan yang tiada tara bagi masyarakat miskin di
dunia. Ada banyak faktor, kenapa sistem ekonomi kapitalis gagal memberikan secercah harapan
bagi kesejahteraan dan peningkatan taraf ekonomi masyarakat. Salah satunya adalah karena sistem
ekonomi kapitalis meniscayakan suatu perlengkapan modal masyarakat (pungutan) dan alat-alat
produksinya dikuasi oleh segelintiran orang yang begitu dominan menggunakan hak miliknya
demi kepentingan untuk memperoleh keuntungan semata. Tidak berlebihan, kalau Robert
Lekachman dan Borin Van Loon, dalam “Kapitalisme Teori dan Sejarah Perkembangannya”,
menegaskan bahwa kapitalisme bisa menunjukkan pada sistem ekonomi global yang telah menjadi
dasar bangunan masyarakat dan merupakan tahapan sejarah peradaban Barat yang hegemonik,
sehingga memonopoli masyarakat dengan taraf ekonomi yang lemah.

Pada titik inilah, Karl Marx memang meramalkan sebuah akhir dari rezim kapitalisme dalam
karyanya yang monumental “Das Kapital” jilid pertama. Menunggu kejatuhan kapitalisme adalah

4
titik akhir dari dominasi produksiproduksi yang memonopoli semua keuntungan dari proses
transformasi global yang menghimpit ekonomi dunia. Namun demikian, Marx masih menahan diri
untuk memastikan ramalan akan kematian kapitalisme, karena disadari pertumbuhan dan ekspansi
yang stabil merupakan faktor yang vital bagi eksistensi gaya hidup (life style) kapitalisme.

Sistem ekonomi kapitalis memberikan dampak berupa kemiskinan. Selain itu, sistem ekonomi
kapitalis juga telah mencetak orang-orang yang bermental negatif. Mental negatif yang dimaksud
adalah sikap kapitalisme pada diri pelaku ekonomi kapitalis seperti hanya memiliki orientasi pada
keuntungan dan kenikmatan dunia semata, tanpa memperhatikan keadaan orang lain serta
aturanaturan antara manusia dan penciptanya. Jelas, keadaan ini hanya menguntungkan manusia
jika dilihat dari sisi duniawi, tapi jika dilihat dari hubungan vertikal manusia dan penciptanya, hal
ini membuat manusia melupakan persiapan untuk menghadapi kehidupan yang kekal setelah hari
akhir nanti, yaitu kehidupan di alam akhirat.

Bukti nyata kegagalan sistem ekonomi kapitalis adalah kemiskinan yang sampai hari ini belum
bisa dihilangkan dengan tuntas, baik di Indonesia maupun di seluruh negara berkembang.
Kalaupun ada kemiskinan yang terlihat berkurang, itu hanya bersifat semu, dalam artian
kemiskinan yang berkurang tersebut hanya menyentuh sebagian orang saja dan tidak bersifat
menyeluruh.

Ketika sistem ekonomi kapitalis dikatakan gagal dalam mewujudkan negara kesejahteraan
(welfare state), maka muncullah suatu ide brilian untuk membangun paradigma baru yang bisa
mengangkat nilai dan moral ekonomi pada satu tatanan yang lebih humanis. Sehingga, diriliklah
sistem ekonomi Islam sebagai paradigma humanism dan moral force bagi terciptanya partumbuhan
ekonomi yang tidak saja mengandalkan untung rugi, melainkan diharapakan lebih mengarah pada
prinsip-prinsip esensial sistem ekonomi berbasis etika dan moral. Dalam konteks ini, penulis
sengaja mengangkat penerapan etika sistem ekonomi perspektif Islam sebagai bagian dari upaya
untuk membangkitkan paradigma ekonomi yang berbasis Islam sesuai dengan tuntunan ajaran
agama. Mengangkat tema ini, bukan sekedar berupaya menganalisis dengan argumentasi rasional,
melainkan yang paling penting adalah kesungguhan untuk mensosialisasikan etika sistem ekonomi
perspektif Islam dalam konteks global. Maksud penulis mengangkat tema ini, tidak bisa lepas dari
etika sistem kapitalis yang telah merongrong kesejahteraan ekonomi masyarakat dunia pada ujung
ketidakpastian dan kesengsaraan. Dengan kata lain, tulisan ini diangkat dengan alasan untuk

5
memfungsikan nilai-nilai moral dalam ekonomi Islam yang terkadang terikut arus oleh sistem
kapitalis, sosialis, fasisme, dan komunisme.

Di sinilah letak urgensitas kita dalam memahami penerapan etika sistem ekonomi perspektif Islam
dengan mencari titik temu yang bisa membangkitkan ekonomi Islam di tengah benturan peradaban
(clash of civilitization) dan mencuatnya iklim globalisasi untuk menghancurkan nilai-nilai moral
Islami. Oleh karena itu, kita harus berjuang untuk menegakkan sendi-sendi ekonomi Islam dalam
rangka membangun kekuatan ekonomi ummat agar terlepas dari bayangbayang etika sistem
kapitalis dan sosialis yang sebelumnya mendominasi sistem ekonomi global.

Membendung penerapan sistem ekonomi kapitalis dan sosialis merupakan sebuah keniscayaan di
tengah himpitan ekonomi yang tidak karuan. Berawal dari kesadaran ini, kita memiliki harapan
untuk mengembangkan penerapan etika sistem ekonomi perspektif Islam secara komprehensif,
sehingga akan tumbuh suatu keyakinan untuk mengaplikasikan model ekonomi Islam dengan
paradigma yang dinamis dan progresif. Itulah sebabnya, kajian tentang kurikulum ekonomi Islam
menjadi aktual bila kita mengacu pada kontek humanis, moral, dan syari’ah. Maka, etika ekonomi
perspektif Islam dipandang perlu diterapkan dalam konteks global dengan mengacu pada
kebutuhan dan kemaslahatan ummat sebagai penggeraknya. Sebagai sebuah sistem, etika ekonomi
perspektif Islam juga memiliki paradigma yang berlandaskan pada fondasi mikro (basic of
microfoundations) dan landasan filosofis (philosophic foundations). Paradigma inilah yang
menjadikan etika ekonomi perspektif Islam jauh berbeda dengan sistem kapitalis dan sosialis yang
cenderung mengabaikan kepentingan masyarakat dengan berbagai implikasinya.

Dengan demikian, antara etika sistem kapitalis dan sosialis dengan etika ekonomi perspektif Islam
memiliki pertautan yang cukup jauh jaraknya. Dalam artian, sistem kapitalis boleh dikatakan
begitu dominan dalam konteks global, karena terbukti menjanjikan kesejahteraan masyarakat,
namun implikasinya sangat besar bagi kebebasan dan hak-hak eknomi masyarakat. Sementara,
sistem sosialis tampak kurang begitu popular, karena terbukti tidak mampu memberikan jaminan
kesejahteraan, bahkan semakin mengukuhkan sistem kelas dalam kehidupan masyarakat. Berbeda
dengan etika sistem ekonomi Islam yang lebih menitikberatkan pada tatanan nilai yang berlaku
secara universal, baik yang berkaitan dengan pemikiran maupun perilaku sosial.

2.2. Definisi Ekonomi Islam

6
Ekonomi Islam adalah suatu system ekonomi yang tujuan utamanya adalah mewujudkan keadilan
dan kesejahteraan secara merata. Adapun yang dimaksud kesejahteraan (al-falah) adalah sebuah
kondisi dimana al-daruruyyat al-khams (lima kebutuhan primer) dapat terpelihara dan terjamin
dan terpelihra keberadaannya dalam kehidupan manusia itu sendiri. Lima kebutuhan primer
tersebut adalah terdiri dari pemeliharaan agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.

2.3. Etika Ekonomi Islam

Secara etimologi, Etika (ethics) yang berasal dari bahasa Yunani ethikos mempunyai beragam
arti : pertama, sebagai analisis konsep-konsep terhadap apa yang harus, mesti, tugas, aturan-aturan
moral, benar, salah, wajib, tanggung jawab dan lain-lain. Kedua, aplikasi ke dalam watak moralitas
atau tindakan-tindakan moral. Ketiga, aktualisasi kehidupan yang baik secara moral.
Menurut Ahmad Amin memberikan batasan bahwa etika atau akhlak adalah ilmu yang
menjelaskan arti yang baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia
kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.
Menurut K. Bertens dalam buku Etika, merumuskan pengertian etika kepada tiga pengertian
juga; Pertama, etika digunakan dalam pengertian nilai-niai dan norma-norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Kedua, etika
dalam pengertian kumpulan asas atau nilai-nilai moral atau kode etik. Ketiga, etika sebagai ilmu
tentang baik dan buruk.

Untuk merealisasikan tujuan diatas perlu dibutuhkan suatu system yang akan mendukung
terciptanya tujuan tersebut yaitu berupa nilai dan prinsip-prinsip syariah. System nilai pada
hakekatnya sesuatu yang akan memberikan makna dalam kehidupan manusia dalam setiap peran
yang dilakukan. Dalam system ekonomi Islam terdapat system yang saling terkait antara satu
dengan lainnya, yaitu mencakup pandangan dunia (al-kholqiyah) dan moral (al-khuliqiyah) yang
mempengaruhi, membimbing dan membantu manusia merealisasikan sasaran-sasaran
kemanusiaan (insaniyah) yang berketuhanan (rabbaniyah) guna mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan. Maka untuk merealisasikan tujuan ini terdapat empat landasan filosofis dalam
ekonomi Islam yaitu: tauhid, keadilan, khalifah, kebebasan dan tanggung jawab.

7
Di dalam etika ekonomi perspektif Islam, setidaknya ada 3 prinsip dasar yang diterapkan yang
merupakan landasan fundamental bagi pengembangan ekonomi Islam ke depan. Ketiga prinsip
derivatif tersebut semuanya dipayungi konsep akhlak, sesuai dengan penyempurnaan dakwah
Nabi. Bahkan, M. Umer Chapra meyakini filter moral dapat menciptakan efisiensi dan keadilan.

Pertama,multiple ownership. Prinsip atau etika ekonomi Islam ini, berarti, kepemilikan yang
berdasarkan pada suatu ikatan dengan hak milik yang disahkan syari’ah. Kepemilikan memiliki
makna khusus yang didapat si pemilik, sehinggamempunyai hak menggunakan sejauh tidak
melakukan pelanggaran pada garisgaris syari’ah. Prinsip atau etika ekonomi Islam ini adalah
sistem kepemilikan bersama yang harus dikelola dengan tanggung jawab yang sama pula, sehingga
tidak terkesan individualistik dalam menjalankan setiap transaksi ekonomi dengan orang lain.
Dalam multiple ownership ini, terdapat semangat kebersamaan dalam menjajagi kemungkinan
kerja sama dengan pihak lain. Itulah sebabnya, kebersamaan dalam memikul dan membagi beban
harus sesuai dengan kemampuan masing-masing orang yang terlibat dan berkiprah dalam
usahanya.

Kedua, freedom to act. Kebebasan, berarti, bahwa manusia sebagai individu dan kolektivitas,
punya kebebasan penuh untuk melakukan aktivitas bisnis. Dalam ekonomi, manusia bebas
mengimplementasikan kaedah-kaedah Islam. Karena masalah ekonomi, termasuk kepada aspek
mu’amalah, bukan ibadah, maka berlaku padanya kaedah umum, “Semua boleh kecuali yang
dilarang”. Yang tidak boleh dalam Islam adalah ketidakadilan dan riba. Dalam tataran ini
kebebasan manusia sesungguhnya tidak mutlak, tetapi merupakan kebebasan yang bertanggung
jawab dan berkeadilan. Kebebasan dalam setiap transaksi, tidak boleh mengabaikan hak-hak orang
lain, namun harus dilandaskan pada sikap peduli dan bertanggung jawab atas setiap kebebasan
yang dimiliki.

Ketiga, social justice. Menurut Sayyid Quthb, dalam bukunya “al-Adalahal-Ijtimaiyyah fil Islam”,
keadilan sebagai substansi pokok bagi semua aspek kehidupan manusia dalam kerangka ajaran
Islam. Dalam artian bahwa, prinsip keadilan merupakan sebuah keniscayaan yang perlu ditegakkan
dan dijunjungtinggi dalam penerapan etika ekonomi Islam. Jika, prinsip keadilan sosial menjadi
prioritas utama dalam penerapan etika ekonomi Islam, maka usaha untuk membangun taraf
ekonomi masyarakat secara merata akan mudah dilakukan. Mengingat, prinsip keadilan seringkali
menjadi problem krusial dalam penerapan etika ekonomi Islam. Itulah sebabnya, keadilan selalu

8
berkesinambungan dengan prinsip keseimbangan yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan
tidak bisa dipisahkan. Bahkan, keduanya memiliki pemahaman yang tidak jauh berbeda dalam
konteks penerapan di lapangan.

Keseimbangan dan keadilan, berarti, bahwa perilaku bisnis harus seimbang dan adil.
Keseimbangan berarti tidak berlebihan (ekstrim) dalam mengejar keuntungan ekonomi.
Kepemilikan individu yang tak terbatas, sebagaimana dalam sistem kapitalis, tidak dibenarkan.
Dalam Islam, Harta mempunyai fungsi sosial yang kental, sehingga perlu diberdayakan dan
dimanfaatkan untuk kepentingan bersama. Jika prinsip keadilan dan keseimbangan berjalan
seiring, maka bisa dipastikan pengembangan ekonomi Islam akan semakin mengalami
peningkatan dan kemajuan yang signifikan.

Keseimbangan dan keadilan, berarti, bahwa perilaku bisnis harus seimbang dan adil.
Keseimbangan berarti tidak berlebihan (ekstrim) dalam mengejar keuntungan ekonomi.
Kepemilikan individu yang tak terbatas, sebagaimana dalam sistem kapitalis, tidak dibenarkan.
Dalam Islam, Harta mempunyai fungsi sosial yang kental, sehingga perlu diberdayakan dan
dimanfaatkan untuk kepentingan bersama. Jika prinsip keadilan dan keseimbangan berjalan
seiring, maka bisa dipastikan pengembangan ekonomi Islam akan semakin mengalami
peningkatan dan kemajuan yang signifikan.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953 – mengutip dari
Bertens,2000), etika mempunyai arti sebagai : “ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak
(moral)”. Sedangkan kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti :

1. ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak);
2. kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3. nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

“Etika adalah studi tentang tingkah laku manusia, tidak hanya menentukan kebenarannya
sebagaimana adanya, tetapi juga menyelidiki manfaat atau kebaikan seluruh tingkah laku
manusia”.

2.4. Sistem Ekonomi Islam

9
Ada beberapa defenisi ekonomi Islam, antara lain:

- Ekonomi Islam adalah pengetahuan dan penerapan hukum syariah untuk mencegah terjadinya
ketidakadilan atas pemanfaatan dan pembuangan sumber-sumber material dengan tujuan untuk
memberikan kepuasan manusia dan melakukannya sebagai kewajiban kepada Allah dan
masyarakat.

- Menurut M. Nejatullah Siddiqi, Ekonomi Islam adalah pemikir muslim yang merespon terhadap
tantangan ekonomi pada masanya. Dalam hal ini mereka dibimbing dengan al Qur’an dan Sunnah
beserta akal dan pengalaman.

- Menurut Syed Nawab Heider Naqvi, Ekonomi Islam merupakan representasi perilaku Muslim
dalam suatu masyarakat Muslim tertentu.
- Menurut M.A. Manan, Ekonomi Islam merupakan suatu studi sosial yang mempelajari masalah
ekonomi manusia berdasarkan nilai-nilai Islam.
- Defenisi lain yang lebih lengkap bahwa Ekonomi Islam adalah ilmu, teori, model, kebijakan serta
praktik ekonomi yang bersendi dan berlandaskan ajaran Islam, dengan Al Qur’an dan Al Hadits
sebagai rujukan utama serta ijtihad sebagai rujukan tambahan.
- Dari berbagai definisi di atas, penyusun dapat menyimpulkan bahwa Ekonomi Islam sesungguhnya
adalah bagian dari sistem hidup (way of life) itu sendiri yang telah ada aturannya dalam Al-Qur’an
dan As-Sunnah yang hadir sebagai solusi ekonomi yang yang tak dibatasi waktu dan tempat, di
dalamnya terangkum sistem yang selama ini menjadi perdebatan yaitu sistem ekonomi kapitalis dan
sistem ekonomi sosialis.
Menyangkut sistem ekonomi menurut Islam ada tiga prinsip dasar (Chapra dalam Imamudin
Yuliadi. 2000) yaitu Tawhid, Khilafah, dan ‘Adalah. Dalam Sistem Ekonomi Syariah, ada
landasan etika dan moral dalam melaksanakan semua kegiatan termasuk kegiatan ekonomi,
selain harus adanya keseimbangan antara peran pemerintah, swasta, kepentingan dunia dan
kepentingan akhirat dalam aktivitas ekonomi yang dilakukan.
Jika Kapitalisme menonjolkan sifat individualisme dari manusia, dan Sosialisme pada
kolektivisme, maka Islam menekankan empat sifat sekaligus yaitu :
1. Kesatuan (unity)

10
2. Keseimbangan (equilibrium)
3. Kebebasan (free will)
4. Tanggungjawab (responsibility)

1. PERKEMBANGAN SISTEM EKONOMI ISLAM DI INDONESIA

Khusus di Indonesia Indonesia, beberapa tahun belakangan ini, lembaga-lembaga ekonomi


yang berbasiskan syariah semakin marak di panggung perekonomian nasional. Mereka lahir
menyusul krisis berkepanjangan sebagai buah kegagalan sistem moneter kapitalis di
Indonesia. Sejak berdirinya Bank Muamalat sebagai pelopor bank yang menggunakan sistem
syariah pada tahun 1991, kini banyak bermunculan bank-bank syariah, baik yang murni
menggunakan sistem tersebut maupun baru pada tahap membuka Unit Usaha Syariah (UUS)
atau divisi usaha syariah.
Sejarah perkembangan perbankan syariah di Indonesia secara formal dimulai dengan
Lokakarya MUI mengenai perbankan pada tahun 1990, yang selanjutnya diikuti dengan
dikeluarkannya UU No 7/ 1992 tentang perbankan yang mengakomodasi kegiatan bank
dengan prinsip bagi hasil. Pendirian Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang menggunakan
pola bagi hasil pada tahun 1992 menandakan dimulainya era sistem perbankan ganda (dual
banking system) di Indonesia. Selama periode 1992-1998 hanya terdapat satu bank umum
syariah dan beberapa Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) sebagai pelaku industri
perbankan syariah

STRATEGI EFEKTIF PENGEMBANGAN SISTEM EKONOMI ISLAM DI INDONESIA.

a. Setelah sebelumnya telah dipaparkan kendala dan tantangan yang dihadapi dalam
pengembangan sistem ekonomi Islam di Indonesia, maka ke depan harus dilakukan
langkah-langkah atau strategi pengembangan untuk pengimplementasian sistem Ekonomi
Islam secara lebih optimal, diantaranya yaitu:
Harus ada wakil yang menyuarakan sistem ekonomi Islam, khususnya di bidang
politik.

11
Mengadakan seminar, diskusi, sarasehan, dan forum-forum ilmiah baik secara
regional, nasional maupun internasional dengan intensif
- Penyusunan ketentuan-ketentuan sistem ekonomi Islam
- Mendorong terbentuknya Forum Komuniasi Syariah
- Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dengan fokus pada gerakan
edukasi dan sosialisasi yang dilakukan secara optimal dan tepat
- Penelitian preferensi dan perilaku konsumer terhadap lembaga-lembaga syariah
- Mempersiapkan teknologi informasi yang handal
- Mempersiapkan lembaga penjamin pembiayaan Syariah
- Mendorong terbentuknya Islamic Trade Center
- Memberdayakan pengawasan aspek Syariah

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setelah Penulis membahas secara terperinci dan jelas tentang Etika Ekonom Islam sebagaimana
yang tertera di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa :

1. Sistem Ekonomi Islam merupakan solusi utama di dalam menghadapi permasalahan


Ekonomi Global yang terjadi di Dunia ini, khususnya Indonesia, di saat sistem Ekonomi

12
Kapitalis dan Sosialis dianggap gagal menggapai misinya untuk mensejahterakan
masyarakat dunia.
2. Etika Ekonomi Islam, dalam Perspektif Rasulullah ada 3 perkara :
a. Multiple Ownership : yang berarti kepemilikan yang berdasarkan pada suatu ikatan dengan
hak milik yang disahkan syari’ah. Kepemilikan memiliki makna khusus yang didapat si
pemilik, sehinggamempunyai hak menggunakan sejauh tidak melakukan pelanggaran pada
garisgaris syari’ah.
b. Freedom to Act : yang berarti bahwa manusia sebagai individu dan kolektivitas, punya
kebebasan penuh untuk melakukan aktivitas bisnis. Selama aktifitas bisnis itu tidak keluar
dari garis-garis Syari’ah Islam.
c. Social Justice : artinya bahwa, prinsip keadilan merupakan sebuah keniscayaan yang perlu
ditegakkan dan dijunjungtinggi dalam penerapan etika ekonomi Islam. Maka keadilan
merupakan substansi pokok bagi seluruh aspek dalam kerangka kehidupan manusia.
d. Bahwa Sistem Ekonomi Islam lebih mementingkan kebutuhan Sosial bersama daripada
Individual.

- Pesatnya pertumbuhan lembaga keuangan Syariah telah memperlihatkan bahwa upaya


pencarian teori dan sistem ekonomi Islam terus dilakukan secara konsisten. Dan ini juga
merupakan tanda bahwa konsep ekonomi Islam sudah luas dan dapat diterima dalam masyarakat.
- Kesadaran masyarakat akan keunggulan sistem ekonomi Islam menunjukkan bahwa
paradigma berpikir masyarakat mulai kembali pada ashalah.
- Sistem ekonomi Islam sangat prospek, tidak hanya untuk saat ini tetapi untuk jangka panjang,
namun ini sekaligus merupakan tantangan bagi umat Islam untuk terus-menerus melakukan kajian,
evaluasi dan mencari solusi terhadap teori, konsep dan implementasi ekonomi Islam dalam
berbagai model dan bentuknya

13
DAFTAR PUSTAKA
Karim, Adiwarman, Ekonomi Mikro Islam (Jakarta: IIIT Indonesia, 2002)
Nurrudin, Amiur SDM Berbasis Syari’ah, “ Tsaqafah: Jurnal Peradaban Islam”, Vol 6
No 1(ISID, April 2010)
Muhammad, Hakikat, Tujuan, dan Bidang Ekonomi Islam (Yogyakarta: STIS, 2000)
Qardhawi,Yusuf Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Gema Insani Press, Jakarta, 1997)

14

Anda mungkin juga menyukai