Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap makhluk hidup pasti bernapas. Bernapas dilakukan setiap hari baik siang
maupun malam, bahkan kita bernapas setiap detik. Bernapas merupakan salah satu
ciri makhluk hidup, semua makhluk hidup pasti bernapas apabila tidak bernapas
berarti bukan termasuk makhluk hidup atau mati (Santoso, 2009).
Respirasi bertujuan untuk menghasilkan energi. Energi hasil respirasi tersebut
sangat diperlukan untuk aktivitas hidup, seperti mengatur suhu tubuh, pergerakan,
pertumbuhan dan reproduksi. Jadi kegiatan pernafasan dan respirasi tersebut saling
berhubungan karena pada proses pernafasan dimasukkan udara dari luar (oksigen)
dan oksigen tersebut digunakan untuk proses respirasi guna memperoleh energi dan
selanjutnya sisa respirasi berupa gas karbon dioksida (CO2) dikelurkan melalui
proses pernafasan (Nurahman, 2011).
Alat-alat pernafasan pada hewan berbeda-beda sesuai dengan perkembangan
struktur tubuh dan tempat hidupnya. Hewan darat menggunakan paru-paru untuk
bernafas dan pada kelompok burung, paru-paru dilengkapi dengan kantong udara.
Pada katak dewasa selain menggunakan paru-paru juga menggunakan kulit untuk
membantu pernafasan. Hewan yang hidup diperairan (hewan akuatik), misalnya ikan
dan udang mempunyai insang. Serangga umumnya mempunyai alat perrnafasan
berupa trakea dan hewan invertebrata yang lain memiliki organ yang berbeda pula
(Wulangi, 2013).

1.2 Tujuan
Menghitung respirasi bagian tubuh hewan atau jaringan dengan jalan menghitung
jumlah CO2 yang di keluarkan selama waktu tertentu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Respirasi merupakan proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan


energi. Respirasi dilakukan oleh semua makhluk hidup dengan semua penyusun
tubuh, baik sel tumbuhan maupun sel hewan, dan manusia. Respirasi ini dilakukan
baik siang maupun malam (syamsuri, 2008).
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa sistem trakea, yang
terbuat dari pipa yang becabang di seluruh tubuh, merupakan salah satu variasi dari
permukaan respirasi internal yang melipat-lipat dan pipa yang terbesar itulah yang
disebut trakea. Bagi seekor serangga kecil, proses difusi saja dapat membawa cukup
O2 dari udara ke sistem trakea dan membuang cukup CO2 untuk mendukung sistem
respirasi seluler. Serangga yang lebih besar dengan kebutuhan energi yang lebih
tinggi memventilasi sistem trakeanya dengan pergerakan tubuh berirama (ritmik)
yang memampatkan dan mengembungkan pipa udara seperti alat penghembus
(Campbell, 2005).
Kandungan katalis disebut juga enzim, sangat penting untuk siklus reaksi
respirasi (sebaik-baiknya proses respirasi ). Beberapa reaksi kimia membolehkan
mencampur dengan fungsi dari enzim dengan mengkombinasi dengan sisi aktifnya
(mertens, 2006).
Sebagaimana kita ketahui dalam semua aktivitas makhluk hidup memerlukan
energi. Pada respirasi pembakaran glukosa oleh oksigen kan menghasilkan energi.
Karena semua bagian tersusun atas jaringan dan jaringan tersusun atas sel, maka
respirasi terjadi pada sel (Juanegshi, 2008).
Istilah pernafasan sering di sama artikan dengan istilah Respirasi, walau
sebenarnya kedua istilah tersebut secara harfiah berbeda. Pernafasan (breathing)
berarti menghirup dan menghembuskan nafas. Bernafas berarti memasukkan udara
dari lingkungan luar ke dalam tubuh dan mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh
ke lingkungan luar. Sedangkan respirasi (respiration) berarti suatu proses pembakaran
(oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di dalam sel guna memperoleh energi.
Pada hewan – hewan tingkat tinggi terdapat alat untuk proses pernafasan, yakni
berupa paru – paru, insang atau trakea, sementara pada hewan – hewan tingkat rendah
dan tumbuhan proses pertukaran udara tersebut dilakukan secara langsung dengan
difusi melalui permukaan sel–sel tubuhnya. Dari alat pernafasan, oksigen masih harus
di angkut oleh darah atau cairan tubuh ke seluruh sel tubuh yang membutuhkan.
Selanjutnya oksigen tersebut akan dimanfaatkan untuk oksidasi di dalam sel guna
menghasilkan energi.Respirasi bertujuan untuk menghasilkan energi. Energi hasil
respirasi tersebut sangat diperlukan untuk aktivitas hidup, seperti mengatur suhu
tubuh, pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. Jadi kegiatan pernafasan dan
respirasi tersebut saling berhubungan karena pada proses pernafasan dimasukkan
udara dari luar (oksigen) dan oksigen tersebut digunakan untuk proses respirasi guna
memperoleh energi dan selanjutnya sisa respirasi berupa gas karbon dioksida (CO2)
dikelurkan melalui proses pernafasan (mertens, 2006).
Karena hewan-hewan tingkat rendah dan tumbuhan tidak memiliki alat
pernafasan khusus sehingga oksigen dapat langsung masuk dengan cara difusi, maka
sering kali istilah pernafasan disamakan dengan istilah respirasi. Dengan demikian
perbedaan kedua istilah itu tidak mutlak (Tobin, 2005).
BAB III
METODOLOGI

3.1. waktu dan tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 07 September 2019 pada pukul
08.00-10.00 WIB, di Laboratorium Fisiologi Hewan, Gedung Basic Science Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Bengkulu.

3.2. Alat dan bahan


3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah respirometer
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 3 ekor jangkrik, 3 ekor
belalalng, vaselin, metile blue

3.3. Langkah kerja


Serangga yang akan di gunakann di timbang, Kristal NAOH dibungkus
ddengan kapas kemudian dimasukkan ke dalam tabung respirometer. Ujung pipa
berskala diolesi dengan vaselin, jangkrik atau belalang dimasukkan kedalam tabung
respirometer kemudian di tutup dengan pipa berskala, metilen blue dimasukkan ked
alma tabung berskala dengan cara di tetesin dengan menggunakann pipet tetes.
Diamati dan dicatat perubahan kedudukan metilen blue pada pipa berskala dalam
waktu 10 menit. Dilakukan percobaan yang sama dengann menggunakan jangkrik
atau belalang dengan ukuran yang berbeda
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan sel darah yang telah dilaksanakan maka
doperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Perbandingan bentuk sel darah katak dan sel darah manusia
Kel. Hewan Berat hewan uji Lama waktu respirasi Panjang P respirometer
uji 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Jangkrik 0,25 0,35 0,41 9m 9m 9m 1 1 1
Belalang 0,23 0,15 0,08 10 m 10 m 10 m 0,75 0,27 0,63
2 Jangkrik 0,51 0,28 0,39 10 m 10 m 10 m 1,05 0,65 0,62
Belalang 0,15 0,15 0,84 10 m 10 m 10 m 0,6 0,27 0,34
3 Belalang 0,085 0,485 0,39 10 m 10 m 10 m 0,8 0,67 0,69
Jangkrik 0,33 0,195 0,37 10 m 10 m 10 m 0,98 0,52 0,7
4 Belalang 0,20 0,14 1,77 10 m 10 m 10 m 0,82 0,43 0,3
Jangkrik 0,25 0,42 0,43 10 m 10 m 10 m 0,66 0,91 0,73
5 Belalang 0,067 0,349 0,564 10 m 10 m 10 m 0,1 0,4 0,11
Jangkrik 0,395 0,118 0,384 10 m 10 m 10 m 0,99 0,88 0,59
6 Belalang 0,38 0,04 0,22 10 m 10 m 10 m 0,29 0,26 0,18
Jangkrik 0,18 0,24 0,26 10 m 10 m 10 m 0,92 0,86 0,41

4.2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan praktikum mengenai respirasi (Gas
exchange) pada hewan invertebrata. Respirasi sendiri merupakan proses pengambilan
oksigen (O2) dan pemasukan bahan makanan (C6H12O6) yang akan di ubah melalui
reaksi kimia yang terjadi di sistem pernafasan menjadi gas karbon dioksida (CO2),
ATP dan juga air (H2O) (Santoso, 2009).
Pada praktikum kali ini hewan vertebrata seperti cicak dan hewan invertebrata
seperti cacing, jangkrik dan belalng di masukkan ke dalam tabung respirometer yang
kemudian di masukkan kapas yang terdapat KOH di dalamnya ke dalam tabung
respirometer. Pada percobaan kali ini KOH berfugsi sebagai pengikat CO2 yang di
hasilnya dalam proses respirasi baik respirasi invertebrata ataupun vertebrata, hewan
invertebrata maupun vertebrata tidak dapat menghirup kembali CO2 yang di
keluarkan melalui proses pernafasan tersebut karena CO2 yang di keluarkan tersebut
merupakan sampah atau racun sehingga apabila di masukkan kembali ke dalam tubuh
akan menjadi racun dan mematikan. Hal ini sesuai dengan teori Wulangi, (2013:124)
adanya CO2 yang terlalu banyak di dalam tubuh harus di hindari, oleh karena itu
CO2 harus segera di keluarkan dari tubuh secara terus menerus. Karena CO2 yang di
keluarkan tersebut tidak di serap lagi oleh tubuh maka yang di serap utamanya adalah
O2 atau mengkonsumsi Oksigen. Pengikatan KOH dan CO2 memiliki reaksi kimia
KOH + CO2 yang nantinya akan menghasilkan K2CO3 DAN H2O, reaksi antara
pengikatan ini akan mengakibatkan CO2 yang di keluarkan di dalam tabung respirasi
tidak menganggu proses respirasi yang terjadi yaitu penggunaan oksigen. Dan
respirasi pun akan berjalan lancar tanpa di ganggu oleh adanya CO2 (Yulia, 2013).
Kemudian fungsi metilen blue pada praktikum kali ini adalah sebagai
indikator kadar oksigen atau laju oksigen di dalam pipa respirometer. Dimana hewan
invertebrata ataupun hewan vertebrata akan menghirup oksigen yang ada pada tabung
dan pipa respirometer sehingga dengan adanya penghirupan oksigen maka akan
mengakibatkan metilen blue yang ada di pipa akan bergerak menuju tabung
respirometer sesuai dengan pengambilang oksigen yang di ambil oleh hewan tersebut.
Hal ini sesuai dengan teori Junquera (2007) metilen blue adalah metode pewarnaan
yang banyak digunakan dalam dalam pewarnaan jaringan sehingga ia di perlukan
dalam diagnosa medis dan penelitian.
Lalu fungsi malam atau vaselin atau plastisin yang kami gunakan pada
penelitian kali ini adalah supaya pada tabung respirometer laju respirasi atau
penggunaan tidak mengalami kebocoran. Apabila mengalami kebocoran maka
penelitian yang sedang di lakukan percuma di karenakan hasil tidak murni. Sehingga
laju respirasi ini haruslah sangat di jaga supaya di dalam tabung tetap terjadi respirasi
yang baik dan murni sehingga hasil yang di dapatkan pun valid.
Pada tabel.1 dapat dilihat bahwa antara jangkrik dan belalang di dapat hasil
yang berbeda antara berat dan laju respirasi yang terjadi, dari tabel dapat dilihat
bahwa berat badan dapat mempengaruhi laju respirasi yang terjadi, Hal ini dapat
terjadi dikarenakan hewan yang memiliki massa atau berat tubuh yang lebih besar
membutuhkan energi yang lebih banyak jugak sehingga oksigen yang di hirup pun
lebih banyak. Pada hewan yang memiliki berat memiliki sel yang lebih banyak
sehingga lebih banyak membutuhkan oksigen daripada hewan berat atau massa
tubuhnya lebih kecil. Sehingga dapat kita tahu bahwa semakin berat massa atau berat
tubuh suatu hewan maka kebutuhan akan oksigen akan semakin banyak pula oksigen
yang di butuhkan, semakin ringan massa atau berat tubuh hewan maka penggunaan
oksigen akan semakin sedikit karena sel yang ada di dalam tubuhnya sedikit.
Hal tersebut sesuai dengan teori (Tim Dosen Fiologi Hewan, 2015) dimana
frekuensi pernafasan pada hewan di pengaruhi oleh beberapa faktor. Yang pertama
adalah faktor umur, yang kedua adalah faktor jenis kelamin. Kemudian posisi dari
tubuh tersebut. Ketiga factor berat badan. Lalu kegiatan yang di lakukan oleh hewan
tersebut.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa laju
respirasi yang dihasilkan dari belalang dan jakrik yang di ujikan berbeda-beda yang
di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya berat badan, umur dan jenis kelamin

5.2. Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya adalah dapat mengganti hewan uji lainnya
seperti cacing dan kecoa.
DAFTAR PUSTAKA

Santoso, Putra. 2009. Bahan Ajar Fisiologi Hewan. Padang: Universtas Andalas
Campbell, jwrence G. Mitchell Neil A. 2004. Biologi edisi 5 jilid 3.
Jakarta: Erlangga
Tim Dosen Fisiologi Hewan. 2015. Buku Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan.
Jember: Universitas Jember Press
Yulia, Ratna. 2013. Sistem Pernafasan Pada Manusia. Jurnal Pendidikan. Vol 1:
Halaman 1-10
Junqueira,LC. 2007. Histology Dasar Edisi 10. Jakarta : EGC
Nurrahman. 2011. Susut Bobot Beras Selama Penyimpanan Karena Respirasi. Jurnal
Pertanian. Vol 2: Halaman 53-63
Winanto, Tjahjo. 2009. Pengaruh Suhu dan Salinitas Terhadap Respon Fisiologi
Larva Tiram Mutiara Pinctada maxima (Jameson). Jurnal Biologi Indonesia.
Vol 6: Halaman 51-69
Wulangi, S, Kartolo. 2013. Prinsip-prinsip Fisologi Hewan. Bandung: ITB Press
Campbell,dkk. 2005. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Juanegsih, Nengsih. 2008. Modul Pedoman Praktikum Fisiologi Hewan. Jakarta:
FITK UIN Syarif Hidayatullah.
Mertens, Thomas R, dkk.1966. Laboratory Exercises In The Principles Of Biology.
India: Burgesspublishing Company.
Syamsuri, Istamar.1980. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Tobin, A.J. 2005. Asking About Life. Canada: Thomson Brooks/Cole
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai