Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi pada saat ini membawa dampak bagi
pesatnya perkembangan informasi yang beredar di dunia. Hal ini didukung oleh pesatnya
perkembangan pemanfaatan internet sebagai media dimana saat ini berbagai informasi
dapat ditemukan di internet. Perkembangan pengguna internet sendiri mengalami
peningkatan yang sangat signifikan. Dikutip dari internetworldstat.com pada tahun 1995
jumlah pengguna internet ‘hanya’ sebanyak 16 juta orang, namun pada bulan Maret 2013
telah mencapai 2479 juta orang atau (2,4 Milyar lebih). Data ini juga menunjukkan bahwa
potensi informasi yang beredar di internet dan diakses oleh pengguna internet juga telah
mengalami peningkatan yang sangat tinggi.

Perpustakaan sebagai lembaga yang menjadi pusat informasi mau tidak mau harus
dapat menghadapi kenyataan ‘banjir’ informasi di era yang kita kenal sebagai era
informasi ini. Jutaan dan bahkan milyaran informasi yang ada harus mampu dikelola dan
dimanfaatkan dengan baik. Namun disisi lain, pengguna juga harus pintar dalam memilah
dan menemukan informasi yang berada dalam belantara yang seolah tidak bertepi.
Berbagai isu terkait bagaimana menemukan informasi yang tepat menjadi isu penting pada
masa sekarang ini. Pengguna harus mempunyai strategi jitu untuk menemukan informasi
yang diinginkan dan sesuai dengan kebutuhan serta mampu dipertanggungjawabkan secara
kualitas. Hal ini disebabkan tidak semua informasi yang ada dapat diambil sebagai
informasi yang’berguna’ atau ‘valid’.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.3 TUJUAN
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Informasi dan Penelusuran Informasi

Secara sederhana informasi dapat dipahami sebagai data yang diberi makna.
Artinya informasi merupakan bentuk ‘olahan’ dari data yang diperuntukan untuk tujuan
tertentu agar penerima dapat mengerti arti dan makna dari data tersebut. Sedangkan
menurut businessdictionary.com informasi didefinisikan sebagai berikut:
“Data that is (1) accurate and timely, (2) specific and organized for a purpose, (3)
presented within a context that gives it meaning and relevance, and (4) can lead to an
increase in understanding and decrease in uncertainty.”

Definisi di atas jelas memperlihatkan bahwa informasi merupakan bentuk pemaknaan


dari data dalam konteks tertentu yang ditujukan agar dapat meningkatkan pemahaman dan
mengurangi ketidakpastian atau ketidakjelasan. Informasi secara prinsip sebetulnya
‘hanya’ terdiri dari dua jenis yakni informasi lisan dan informasi terekam. Informasi lisan
merujuk pada informasi yang disampaikan secara lisan dan merupakan bentuk komunikasi
di dalam masyarakat. Sedangkan informasi terekam merujuk kepada informasi yang
terekam dalam berbagai media seperti buku, majalah, jurnal, compact disc, ataupun bentuk
lainnya. Perpustakaan sebagai lembaga pusat sumber informasi biasanya lebih banyak
mengelola informasi terekam bukan informasi lisan.

Informasi yang terekam dalam perpustakaan dapat dilihat dalam berbagai bentuk
koleksi ataupun media seperti koleksi buku fiksi, koleksi buku non fiksi, koleksi media
cetak non buku, koleksi multimedia, dan koleksi digital/online. Koleksi buku non fiksi
biasanya menyimpan informasi fiktif, inspiratif, dan rekreatif yang berupa buku cerita,
novel, dan lain-lain. Sedangkan koleksi buku non fiksi biasanya menyimpan informasi
yang lebih bersifat informatif, edukatif, dan ilmiah yang berupa buku teks, buku
referensi, buku pedoman, buku manual, dan lain-lain.

Adapun koleksi media non buku biasanya berupa terbitan berkala, leaflet, pamlet,
brosur, poster, kliping, lukisan atau gambar, peta, globe bahkan alat peraga. Koleksi
multimedia merupakan satu bentuk informasi terekam dalam berbagai media yang
mengandalkan teknologi elektronik seperti video cassette, audio cassette, CD, DVD,
media mikro, audio reader, slide suara, audio book, dan lain-lain. Bahkan kemajuan
internet telah membuat informasi dapat diakses secara online melalui situs web, video
onine, audio online, journal online, database online, majalah online, koran online dan
media online lainnya.

Keberadaan informasi dalam keanekaragaman bentuk media atau sumber tentu


menjadikan masalah tersendiri dalam bagaimana menemukan kembali informasi yang ada.
Apalagi apabila jumlah informasi yang beredar sudah mencapai ribuan, jutaan bahkan
milyaran. Hal inilah yang kemudian mengapa diperlukan adanya media atau strategi untuk
mendapatkan informasi secara cepat, tepat dan akurat. Proses dalam menemukan
informasi inilah yang sering disebut sebagai temu kembali informasi, dimana secara
spesifik juga akan menyangkut penelusuran informasi.

Temu kembali informasi sendiri merupakan kegiatan yang bertujuan untuk


menyediakan dan memasok informasi bagi pemakai sebagai jawaban atas permintaan atau
berdasarkan kebutuhan pemakai (Sulistyo-Basuki, 1992). “Temu balik informasi”
merupakan istilah yang mengacu pada temu balik dokumen atau sumber atau data dari
fakta yang dimiliki unit informasi atau perpustakan. Sedangkan penelusuran informasi
merupakan bagian dari sebuah proses temu kembali informasi yang dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan pemakai akan informasi yang dibutuhkan, dengan bantuan berbagai
alat penelusuran dan temu kembali informasi yang dimiliki perpustakaan / unit informasi.
Penelusuran informasi menjadi penting karena “ruh” atau “nyawa” dari sebuah layanan
informasi dalam unit informasi atau perpustakaan adalah bagaimana memenuhi kebutuhan
informasi yang diminta pemakai, bagaimana menemukan informasi yang diminta pemakai,
dan bagaimana memberikan “jalan” kepada pemakai untuk menemukan informasi yang
dikehendaki. Proses penelusuran informasi menjadi penting untuk menghasilkan sebuah
temuan atau informasi yang relevan, akurat dan tepat. Proses dan penggunaan alat yang
tepat akan menghasilkan informasi yang tepat pula.

Tipe Penelusuran Informasi

Dari pola telusurnya, penelusuran dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:


1. Telusur dokumen: penelusuran dimulai dengan identifikasi dokumen dan / atau sumber,
baru dari sini dihasilkan informasi aktual.
2. Telusur informasi: penelusuran dimulai dengan informasi yang diperoleh dari bank
data, kumpulan data, atau perorangan.
Selain itu sebetulnya dilihat dari cara dan juga alat yang digunakan, maka penelusuran
dapat pula dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:
1. Penelusuran Informasi Konvensional: penelusuran yang dilakukan dengan dan melalui
cara-cara konvensional/manual seperti menggunakan kartu katalog, kamus,
ensiklopedi, bibliografi, indeks, dan sebagainya.
2. Penelusuran Informasi Digital: penelusuran yang dilakukan dengan dan melalui media
digital atau elektronik seperti melalui OPAC (Online Public Access Catalog), Search
Engine (di Internet), Database Online, Jurnal Elektronik, Reference Online, dan informasi
lain yang tersedia secara elektronik/digital.

Namun pada layanan penelusuran informasi, pembedaan tersebut seringkali diabaikan


dikarenakan banyak pemakai yang memilih menggunakan berbagai cara untuk
memperoleh apa yang dikehendaki. Bahkan seringkali terjadi penelusuran informasi
menggunakan kombinasi dari perangkat penelusuran konvensional dan digital untuk
mendapatkan data atau informasi setepa mungkin.

2.2 Penelusuran Informasi Konvensional

Seperti disebutkan sebelumnya bahwa penelusuran informasi konvensional


merupakan satu jenis penelusuran yang memanfaatkan sumber-sumber informasi dan atau
sumber-sumber penelusuran yang sifatnya konvensional atau offline atau ‘tercetak’.
Penelusuran dilakukan dengan menggunakan berbagai media penelusuran seperti katalog
tercetak, bibliografi, indeks atau kumpulan indeks, kumpulan abstrak, ensiklopedia atau
kamus, dan media lain yang sifatnya ‘manual’ atau dengan teknik-teknik klasik tanpa
bantuan teknologi informasi/computer.

Pada penelusuran konvensional pengguna dan juga pustakawan atau petugas


perpustakaan dituntut mampu memahami masing-masing fungsi sumber informasi atau
sumber penelusuran serta karakteristiknya sehingga mampu menemukan informasi dengan
benar, tepat dan akurat. Sebagai Contoh:
“Pengguna harus tahu bahwa untuk mencari koleksi buku/pustaka di sebuah perpustakaan
maka yang perlu dilakukan pertama adalah menentukan apa (judul, subyek, penulis) yang
akan dicari, kemudian alat apa yang dapat membantu dalam melakukan pencarian. Dalam
hal ini biasanya pengguna/petugas paling tidak sudah mempunyai sebuah catatan tentang
subyek, judul, penulis atau kata kunci yang akan digunakan untuk menelusur. Sedangkan
alat yang digunakan cukup sebuah katalog tercetak (katalog subyek, katalog judul, kataloh
pengarang), karena memang yang diperlukan hanya itu. Nah setelah ditemukan,
pengguna/petugas juga perlu tahu bagian informasi mana yang perlu ‘diambil’ dan
‘dicatat’ untuk menemukan buku/pustaka yang dimaksud dalam katalog. Biasanya call
number atau nomer panggil-lah yang menjadi ‘alat’ terakhir bagi pengguna/petugas untuk
menemukan koleksi buku/pustaka yang dimaksud, untuk itu nomer panggil inilah yang
perlu diperhatikan selanjutnya oleh pengguna. Sehingga pada kasus ini maka pengguna
atau petugas mempunyai dan atau mendapatkan informasi berupa judul/
subyek/pengarang, katalog tercetak, nomer panggil, dan tanda penomoran rak yang akan
mengantarkannya kepada koleksi buku/pustaka yang diinginkan.”
Teknik melakukan penelusuran informasi konvensional akan dibahas dalam bagian
tersendiri dalam tulisan ini.

2.3 Penelusuran Informasi Digital/Online

Adapun penelusuran informasi digital atau elektronik, seperti disebutkan di atas


merupakan satu metode penelusuran informasi yang menggunakan teknologi informasi
dan computer terutama untuk keperluan penelusuran koleksi atau sumber-sumber
informasi yang berupa file elektronik atau digital. Sehingga pada penelusuran informasi
digital atau elektronik ini, apa yang dicari dan alat yang digunakan untuk dicaripun sama-
sama merupakan hasil dari sebuah pengembangan teknologi informasi dan komputer yang
berupa digital atau elektronik.
Sumber-sumber digital sendiri sebetulnya sangat beragam, akan tetapi setidaknya ada
beberapa yang mungkin sering digunakan oleh para praktisi dan akademisi yakni:

a) OPAC (Online Public Access Catalog)

OPAC merupakan alat penelusuran informasi yang bersifat elektronik dan digital
yang dapat digunakan untuk menemukan informasi pustaka/koleksi baik dalam bentuk
tercetak maupun elektronik/digital. Namun memang pada kenyataannya untuk saat ini
OPAC ini masih banyak digunakan ‘hanya’ untuk keperluan temu kembali informasi
pustaka terutama yang tercetak atau dengan kata lain fungsinya tak lain hanya sebagai
pengganti katalog tercetak.

b) E-Journal (Electronic Journal)


Journal elektronik atau orang sering menyebut sebagai e-journal merupakan satu bentuk
sumber digital yang dapat digunakan dalam penelusuran informasi yang berasal dari jurnal
ilmiah atau popular, baik jurnal tercetak yang dielektronikan maupun jurnal yang memang
‘hanya’ terbit secara elektronik.

c) E-Book

E-book atau buku elektronik merupakan satu sumber digital atau elektronik yang dapat
digunakan oleh pengguna yang ingin mendapatkan informasi dari sebuah buku yang
dikemas dalam format elektronik atau digital. Pengguna dapat melakukan penelusuran
sekaligus membaca bahkan mendownload file buku elektronik yang tersedia di banyak
situs di internet. Buku elektronik ini bisa berasal dari buku tercetak yang dielektronikan
atau didigitalkan, atau bisa juga hanya terbit dalam versi digital/elektronik.

d) E-Publications

E-Publications atau publikasi elektronik merupakan sumber informasi digital yang


diterbitkan oleh berbagai institusi atau penerbit atau organisasi atau bahkan perorangan
baik yang bersifat ilmiah atau tidak. Bentuknya dapat apapun seperti e-news, e-newspaper,
e-bulletine, e-gallery dan sebagainya.

e) Online Database

Online Database atau Basis Data Online merupakan sumber informasi digital/elektronik
yang berisi berbagai macam jenis informasi digital seperti e-journal, e-book, e-proceeding,
e-articles, abstracts, images, dan publikasi lainnya yang dapat diakses dari satu situs web
atau pangkalan data elektronik. Basis data ini seringkali mengalami distorsi pengertian
dengan e-journal, hal ini dikarenakan memang sebagian besar informasi yang ada di
dalamnya berupa jurnal elektronik. Namun perlu ditekankan bahwa basis data online
(database online) ‘berbeda’ dengan e-journal. Database online ini kebanyakan merupakan
layanan berbayar atau berlangganan tapi ada pula yang tidak alias gratis.

Secara garis besar tiap-tiap database biasanya mempunyai keunikan dan spesialisasi dalam
bidang ilmu tertentu. Akan tetapi kadang beberapa database juga merupakan database
yang sifatnya general sehingga kadang akan ditemukan beberapa overleaping antara satu
database dengan database lainnya. Atau dengan kata lain, ada beberapa sumber informasi
digital yang dapat ditemukan dalam berbagai database online yang tersedia. Untuk itu
perlu sebuah kejelian dan evaluasi mendalam ketika akan melanggan database online,
terutama untuk menghindari banyaknya sumber digital yang sama dalam database berbeda
yang dilanggan.

Sedangkan dalam hal teknik penelusuran, pada prinsipnya antara satu database dengan
database yang lain, biasanya mempunyai metode pencarian yang sama. Artinya tidak akan
berbeda jauh walaupun mungkin hanya berbeda istilah. Sehingga yang perlu dipelajari
dalam sebuah penelusuran melalui media online atau elektronik adalah metode yang biasa
digunakan dalam penelusuran online, seperti penggunaan tanda wildcard, penggunaan
truncation, penggunaan Boolean, dan sebagainya. Jadi mau anda akan menggunakan akses
melalui Database Ebsco, Proquest, Jstor, ScienceDirect, IEEE, Westlaw, Scopus maupun
jenis database lainnya, maka anda hanya perlu memahami satu metode penelusuran saja,
yang lainnya anda tinggal menyesuaikan.
f) Other Resources & Searches Tools
Internet telah memberikan kita kesempatan untuk menikmati berbagai sumber informasi
digital dan juga alat untuk menemukan sumber informasi digital/elektronik yang
berjumlah jutaan bahkan miliaran itu. Nah, ada beberapa sumber informasi digital dan
juga alat penelusuran digital yang dapat dimanfaatkan selain beberapa yang telah
dijelaskan pada bagian sebelumnya, diantaranya adalah:
a. Search Engine & Meta-Search Engine
Search Engines atau disebut sebagai piranti pencari, merupakan sebuah alamat web
yang mempunyai fungsi pencarian sumber-sumber informasi yang terkandung di dalam
jaringan internet. Cara kerjanya menggunakan dan membaca informasi yang ada di
dalam tag-tag metadata yang tersedia dalam sebuah alamat situs atau web. Selain itu
ada satu buah piranti yang bekerja dengan memanfaatkan banyak search engines, yakni
apa yang disebut dengan meta-search engines. Meta Search Engines merupakan piranti
pencarian yang menggunakan banyak search engines sebagai sumber data untuk
pencarian oleh penggunanya. Jadi, ketika kita mencari sebuah topic tertentu
menggunakan meta search engines, maka dia akan mencari ke seluruh search engines
yang berada dalam jangkauannya.
b. Subject Directories
Subject Directories merupakan sumber informasi digital yang menyediakan informasi
dengan metode penyajian menggunakan direktori atau folder dengan topic-topik
tertentu yang telah ditetapkan. Dibuat dan dikelola oleh manusia bukan mesin atau
program (berbeda dengan search engine yang dikelola oleh program/mesin) dengan
mengklasifikasikan subyek ke dalam kategori subyek. Cakupannya tentu lebih sempit
dari search engines, akan tetapi secara kualitas isi dan sumber informasi yang ada di
dalamnya lebih dapat dipertanggungjawabkan. Hanya sayang dalam direktori subyek
ini, dokumen atau informasi yang ditampilkan jarang sekali dalam bentuk fulltext.
c. Newsgroups dan Mailing-List

Newsgroups atau Mailing-List merupakan komunitas atau kelompok diskusi dalam


bidang dan minat tertentu di internet. Keduanya sangat potensial juga untuk digunakan
dalam penelusuran informasi digital atau elektronik. Paling tidak interaksi diskusi yang
dilakukan melalui keduanya dapat memberikan keuntungan apabila kita membutuhkan
informasi tertentu yang bisa jadi dimiliki oleh anggota lain dalam kelompok diskusi
tersebut.
2.4 Alat dan Teknik Penelusuran Informasi

Bentuk sumber informasi yang beraneka ragam menuntut adanya alat atau piranti atau
media untuk menemukan kembali informasi tersebut secara tepat dan benar. Sehingga,
bentuk informasi yang akan dicari juga akan menentukan alat apa yang paling cocok
digunakan sebagai alat penelusuran dan atau temu kembali informasi.

Berdasarkan sifat informasi atau dokumen yang akan diketemukan, maka setidaknya
ada beberapa alat telusur atau pencarian sumber informasi seperti yang terlihat pada tabel
1 di bawah ini.

Tabel 1. Alat Pencarian & Jenis Dokumen/Informasi yang diperoleh (Gash, 2000)
No Sumber/Alat Dokumen/Informasi yang diperoleh
Pencarian
1 Katalog Perpustakaan Kebanyakan berupa Buku, tapi terkadang
juga laporan, prosiding, koleksi multimedia
atau audio visual, terbitan berkala, tabloid, dll
2 Buku Bibliografi Buku, seringkali berupa laporan, prosiding
konferensi, dan publikasi monografi lainnya.
3 Abstrak dan Indeks Artikel jurnal, tapi juga laporan, makalah
Jurnal konferensi, terkadang buku, paten, dan juga
standar.
4 Current Awareness Biasanya berupa Artikel Jurnal, Majalah atau
Services Terbitan Berkala
5 Indeks Khusus Laporan, prosiding konferensi, tesis, disertasi,
paten, standar, dan publikasi resmi dari
institusi
6 Lembaga dan Orang Apapun
7 Database Elektronik Sumber-sumber elektronik yang berupa data,
artikel, makalah, audio-visual, dll
8 Sumber-sumber Online Apapun khususnya sumber-sumber digital
seperti artikel, buku, gambar, video, dll.

Keberadaan alat-alat yang digunakan untuk melakukan penelusuran informasi


membawa dampak pada bagaimana teknik dalam penelusuran informasi. Alat dan teknik
yang digunakan sangat tergantung dari informasi seperti apa yang ingin dihasilkan.
Penelusuran informasi dilakukan dengan memperhatikan beberapa tahapan penelusuran.
Gambaran tahapan penelusuran informasi oleh pengguna atau pemustaka terlihat seperti
gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Ilustrasi Tahapan penelusuran Informasi

Teknik penelusuran informasi yang akan ditentukan pada saat analisa dilakukan.
Sehingga pada tahap ini merupakan tahap penting bagi pemustaka untuk memahami apa
yang dicari dan bagaimana menemukannya. Menurut Yusuf (1988) beberapa teknik
penelusuran yang biasanya ada di perpustakaan dengan memanfaatkan berbagai
alat/sumber penelusuran dijelaskan dalam pembahasan selanjutnya di bawah ini.

Teknik Penelusuran Informasi melalui Katalog

Teknik penelusuran menggunakan katalog perpustakaan ini biasanya difokuskan


untuk menemukan sebuah kode atau angka klasifikasi yang akan menuntun pemakai ke
dalam sumber informasi / koleksi perpustakaan yang dibutuhkan. Pemakai akan diarahkan
kepada jajaran koleksi perpustakaan. Pemakai atau staf dapat menelusur melalui tiga entri
penting yakni berdasarkan judul, pengarang dan / atau subyek. Berikut secara ringkas
dapat diberikan ilustrasi diagram alur penelusuran informasi melalui katalog.

Gambar 2. Alur Penelusuran melalui Katalog (Yusuf, 1988)


Teknik Penelusuran Informas melalui Bibliografi

Teknik ini mirip dengan katalog, hanya bibliografi cakupannya lebih luas lagi yakni
tidak hanya berupa koleksi yang dimiliki perpustakaan akan tetapi juga di luar
perpustakaan. Teknik penelusuran ini memanfaatkan daftar bahan pustaka baik yang
berupa buku, jurnal maupun sumber lainnya untuk menelusur lebih jauh informasi dan
sumber informasi aslinya.

Gambar tiga pada halaman berikut memperlihatkan alur proses penelusuran informasi
melalui bibliografi.

Gambar 3. Alur Penelusuran melalui Bibliografi (Yusuf, 1988)


Secara mudah sebetulnya bibliografi ini akan dapat dilihat dalam sebuah karya tulis
atau bahan pustaka, biasanya pada bagian akhir. Namun ada juga yang tercetak dalam
sebuah buku bibliografi seperti bibliografi nasional Indonesia.

Teknik Penelusuran Informasi melalui Indeks

Indeks sering diartikan sebagai daftar istilah penting yang terdapat dalam sebuah
karya tulis / bahan pustaka yang disusun secara alphabetis. Indeks ini akan memudahkan
orang dalam melakukan penelusuran informasi, karena dapat membawa penelusur kepada
sumber informasi secara langsung. Indeks ini dapat berupa bagian dari sebuah karya tulis /
bahan pustaka dan dapat pula berupa buku yang diterbitkan khusus. Misal, indeks majalah
dan atau surat kabar. Beberapa contoh pemanfaatan indeks: indeks dalam buku-buku
ilmiah, buku indeks, indeks (artikel) majalah, Majalah indeks, indeks surat kabar, indeks
makalah, dan indeks khusus lainnya.

Teknik Penelusuran Informasi melalui Abstrak

Hal yang membedakan antara indeks dan abstrak adalah indeks hanya sampai pada
informasi kepada penunjukkan tempat suatu informasi disimpan, sedangkan abstrak di
samping menunjukkan tempat informasi, juga memuat ringkasan informasi dari subyek
yang ada. Dan secara definitive, abstrak merupakan pemadatan dari sebuah karya seperti
laporan penelitian, artikel majalah/jurnal, prosiding, dan lain-lain. Abstrak yang biasanya
dikumpulkan sesuai dengan subyek atau kekhususan informasinya dan disusun secara
alphabetis juga.
Teknik Penelusuran Informasi melalui Kamus & Ensiklopedi

Kamus biasanya digunakan untuk mencari informasi singkat tentang ejaan, etimologi,
batasan/definisi, pengucapan, padanan kata, pembagian suku kata, dan informasi
gramatika. Kamus ini biasanya juga disusun secara alphabetis sehingga memudahkan
pemakai dalam menelusuri informasi yang diinginkan.

Ensiklopedi merupakan alat telusur yang sejenis dengan kamus, hanya ensiklopedi
biasanya memuat informasi yang lebih lengkap dan biasanya tidak hanya memberikan arti,
padanan, maupun ejaan akan tetapi juga dapat membahas lebih dalam lagi seperti sejarah,
dan keterangan lainnnya. Biasanya juga ensiklopedi ini disusun secara alphabetis dan
berseri / volume.

Teknik Penelusuran Informasi melalui Jaringan Informasi Perpustakaan

Jaringan informasi perpustakaan adalah salah satu alat yang dapat memberikan solusi
kepada pemakai untuk mencari informasi secara lebih luas. Jaringan menjadi penting
karena akan membentuk sebuah jejaring informasi yang luas, terintegrasi dan lebih
lengkap. Sharing informasi menjadi kekuatan dari alat telusur ini, dan saat ini sudah
semakin mudah dengan adanya teknologi informasi yang dapat membentuk sebuah
jaringan informasi online.

Teknik Penelusuran Informasi melalui Media Elektronik/Online

Beberapa hal terkait dengan penelusuran melalui media elektronik/online ini sudah di
bahas pada bagian sebelumnya. Intinya bahwa perkembangan teknologi informasi
khususnya komputer telah membawa kemudahan tersendiri dalam proses penelusuran
informasi secara elektronik dan atau online. Pemakai / pengguna dan staf perpustakaan
mempunyai kesempatan lebih banyak untuk mendapatkan informasi baik berupa informasi
tercetak maupun digital dengan cara yang lebih mudah dan cepat. Apalagi dengan adanya
internet, pemakai dan staf perpustakaan dimanjakan untuk meraih lebih besar lagi
informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber informasi atau lembaga penyedia
informasi atau perpustakaan di seluruh dunia.
Teknik Penelusuran informasi melalui media lain

Ada banyak alat bantu penelusuran yang dapat dimanfaatkan oleh pemakai dan staf
perpustakaan dalam mendapatkan informasi, meskipun alat-alat bantu tersebut tidak secara
spesifik berfungsi sebagai alat penelusuran informasi. Misalnya brosur, pamlet, atlas,
globe, peta, direktori, buku pedoman, buku tahunan, dan lain-lain.

Prinsip 6W & 1 H dalam Strategi Penelusuran Informasi yang Efektif

a. What – Apa

Keberhasilan seseorang dalam menemukan informasi yang akurat sangat ditentukan


oleh bagaimana pemahaman pencari atau penelusur terhadap APA sebenarnya yang
dicari? Kita harus memahami terlebih dahulu sebenarnya informasi seperti apa yang akan
kita cari dan inginkan. Pengetahuan dan pemahaman yang tepat terhadap apa yang akan
dicari atau ditelusur akan menentukan alat atau media apa saja yang dapat digunakan
untuk temu kembali informasi atau mendapatkan informasi yang diinginkan. Selain itu,
pemahaman dan pengetahuan terhadap apa yang dicari menjadi penting agar penelusur
tidak terjebak dalam belantara informasi yang tak berujung. Apa inilah yang akan menjadi
titik awal dari sebuah penelusuran. Untuk itulah maka APA harus dapat diterjemahkan
secara jelas dan lengkap agar hasil penelusuran akan sesuai dengan tujuan penelusuran
informasi.

Contoh paling mudah adalah ketika kita ingin mencari informasi terkait dengan
JAGUAR, maka harus jelas, yang dicari adalah JAGUAR yang merupakan binatang atau
yang berarti salah satu jenis atau merek mobil. Apabila yang dimaksudkan adalah
JAGUAR yang berarti binatang, sisi apa yang akan dicari, apakah berupa penelitian terkait
populasinya, atau nama latinnya, atau siklus hidupnya, habitatnya, atau hanya ingin
mencari keterangan atau gambaran mengenai apa itu Jaguar? Kejelasan terkait dengan
APA inilah yang akan membawa penelusur atau pencari informasi kepada sumber
informasi yang tepat untuk pencarian Jaguar yang dimaksudkan.

Bagian What atau Apa dari 5W 1H ini merupakan bagian sangat penting bagi
sebuah entry point menuju langkah-langkah lain dalam strategi melakukan penelusuran
informasi.

b. Where – Dimana
Bagian penting lain dalam penelusuran adalah terkait dimana kira-kira informasi
tersebut dapat diperoleh. Pengetahuan kita terhadap tempat dimana sumber-sumber
informasi berada akan sangat menentukan keberhasilan dalam melakukan penelusuran
informasi. Selain efektif, pemahaman terhadap tempat atau media dimana sumber
informasi berada jelas akan membawa efisiensi dalam penelusuran atau pencarian. Di
samping akurat, proses penelusuran yang akan dilakukan juga relatif akan lebih cepat.

Sebagai contoh, ketika kita mencari dimana akan mendapatkan informasi yang
tepat terkait dengan istilah species tertentu dari mahluk hidup di lautan misal ikan, maka
bisa jadi akan lebih cepat dan tepat apabila kita mencarinya dalam ensiklopedi yang
berhubungan dengan zoologi atau biota laut. Atau kita juga dapat mencari secara online
dalam sumber informasi referensi online seperti fishbase.com, daripada misal kita awali
dengan mencari di katalog buku atau database jurnal misalnya.

c. Which – Yang Mana

Salah satu hal yang sering ditemui dalam penelusuran informasi adalah terkait dengan
pilihan untuk menentukan informasi mana yang sebetulnya tepat, informasi mana yang
sebetulnya sesuai dengan yang kita inginkan, dan informasi mana sebetulnya paling
relevan dengan topik atau subjek yang sedang dicari. Disinilah pengetahuan seorang
penelusur akan diuji, karena ini adalah bagian dari bagaimana kita mengevaluasi informasi
yang dihasilkan dari penelusuran.

Di sisi lain, konteks yang mana (Which) dapat juga menjadi entry point untuk
menentukan atau mengarahkan kepada informasi yang relevan. Hampir beririsan dengan
What atau Apa, maka konsep yang mana juga menuntut kita untuk cermat menentukan
kata kunci dalam penelusuran informasi. Misal kita harus menentukan dulu bahwa yang
kita cari adalah Hatta yang merupakan proklamator kemerdekaan RI yakni Mohammad
Hatta, yang seorang wakil presiden pertama RI, bukan Hatta Rajasa yang menteri di era
SBY atau Hatta lain.

Kejelian seseorang dalam menentukan informasi mana yang dicari akan sangat
menentukan kualitas dan relevansi dari informasi yang dihasilkan. Ketika dari awal
seorang melakukan penelusuran tidak yakin terhadap suatu topik yang dicari, maka proses
mendapatkan hasil akan berjalan sangat panjang karena harus melalui berbagai proses
filtering yang akhirnya menuju kepada hasil akhir yang diinginkan. Jadi dalam
penelusuran informasi, faktor WHICH ini juga menjadi bagian penting yang perlu
dipertimbangkan sebagai sebuah strategi penelusuran yang efektif.

d. Who – Siapa

Who atau siapa, menjadi relevan terutama apabila kita ingin mengkaitkan hasil
penelusuran kita dengan kredibilitas atau kualitas informasi yang ditemukan. Siapa
berbicara apa dan siapa menghasilkan informasi apa menjadi bagian penting dalam sebuah
penelusuran. Artikel terkait strategi bisnis atau kewirausahaan yang ditulis oleh seorang
Rhenald Kazali jelas menjadi jaminan akan kualitas informasi yang ada di dalamnya,
dibanding misalkan artikel strategi bisnis yang ditulis oleh orang yang tidak dikenal sama
sekali dalam dunia bisnis atau kewirausahaan.

Pustakawan dan pengguna yang melakukan penelusuran informasi dituntut untuk


mempunyai pengetahuan yang cukup terhadap para penghasil informasi dan
kredibilitasnya terkait dengan topik-topik tertentu. Pengetahuan terkait dengan WHO ini
menjadi satu strategi jitu dalam menentukan ‘kualitas’ informasi yang kita dapatkan.

e. When – Kapan

Informasi berkembang sangat cepat dan terus meningkat dari waktu ke waktu. Hal
ini menjadikan informasi seringkali menjadi terlalu mudah untuk menjadi kadaluwarsa
atau ketinggalan jaman atau tidak relevan lagi dengan konteks kekinian. Pustakawan dan
pengguna harus dapat melihat relevansi dan kekinian dalam melakukan penelusuran
informasi. Jangan sampai hasil yang kita dapatkan sebenarnya menjadi isu yang saat ini
sudah tidak lagi dapat dibenarkan.

Contoh untuk hal di atas misalnya, kita mencari informasi mengenai populasi
penduduk miskin pada suatu daerah perkotaan dibanding pedesaan. Pada awalnya bisa jadi
kita menemukan sebuah data dimana angka kemiskinan di daerah pedesaan lebih banyak
dibanding dengan daerah perkotaan. Namun, ketika kita telusur lebih jauh ternyata ada
data terbaru yang menunjukkan data sebaliknya yakni angka kemiskinan di daerah
perkotaan lebih banyak dibanding daerah pedesaan. Tentu, kita tidak bisa lagi
menggunakan data awal yang kita temukan, karena sudah tidak relevan lagi dengan
konteks kekinian atau waktu. Strategi penelusuran yang baik juga harus
mempertimbangkan masalah kekinian atau kapan sebetulnya informasi yang kita cari itu
diproduksi atau relevan dengan waktu yang diinginkan.

f. Why – Mengapa
Salah satu hal prinsip yang juga dipertimbangkan adalah MENGAPA kita perlu
melakukan penelusuran informasi itu? Mengapa kita memilih alat atau media tertentu
untuk penelusuran informasi? Mengapa kita memilih satu informasi tertentu sebagai
keputusan bahwa informasi tersebutlah yang kita inginkan? Tujuan kita melakukan
penelusuran itu apa, apakah karena kita ingin mendapatkan informasi ilmiah, informasi
popular, informasi umum atau sekedar ingin mengetahui sesuatu? Alasan atau tujuan
itulah yang akan menentukan apakah langkah kita selanjutnya yang harus dilakukan, alat
atau media yang akan digunakan, dan sejauh mana penelusuran harus dilakukan.

Sebagai contoh adalah kita menggunakan database online untuk mencari sebuah
karya ilmiah dari journal untuk keperluan acuan teori dalam sebuah penelitian. Kita
memilih database online karena mampu memberikan informasi ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dibanding misal kita mencari melalui search
engines yang hasilnya nantinya belum tentu dari sebuah sumber informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan. Jadi, penting sekali bagi pencari informasi menentukan mengapa
dia menggunakan alat tertentu atau mengapa dia melakukan penelusuran informasi di
tempat tertentu.

g. How – Bagaimana

Terakhir, yang tak kalah penting adalah bagaimana kita mendapatkan informasi yang
benar-benar kita inginkan. Caranya bagaimana? Apa yang harus dilakukan agar
penelusuran dapat dilakukan dengan cepat, tepat dan akurat? Konsep How disini
menyangkut semua aspek pertimbangan dari 6W, apabila kita ingin melakukan
penelusuran secara efektif. Artinya cara terbaik harus dipilih untuk menentukan langkah
seperti apa yang harus dilakukan.

Beberapa Hal Penting dalam Penelusuran Informasi


1. Kunci Telusur yakni merupakan karakteristik informasi atau dokumen yang dapat
digunakan untuk keperluan telusur dan pemilihan dokumen / informasi. Sebagai contoh
adalah data atau informasi kebutuhan yang diberikan oleh pemakai seperti subyek, nama
penulis, judul, tahun terbit, geografis, dan sebagainya.
2. Pencatatan Pertanyaan, merupakan sebuah prosedur yang akan membantu
penelusur dalam proses penelusuran terutama untuk keperluan:
a. Menghindari pengulangan penelusuran
b. Bahan evaluasi temu balik informasi, termasuk analisis prosedur yang digunakan
dan efektifitasnya
c. Identifikasi kebutuhan informasi dan dokumen
d. Pencatatan pertanyaan yang diajukan pemakai
e. Memahami bahasa dokumenter dari pemakai, misal ada pemakai yang memakai
istilah kera namun dalam perpustakaan dikenal sebagai macacaicus.
f. Evaluasi Pemakai
3. Alat Telusur, yakni merupakan alat yang digunakan sebagai sarana untuk proses
penelusuran informasi / dokumen.

Cara Membaca Jurnal Ilmiah

1. Pendahuluan

Saya menemukan artikel ini How to Read a Paper by Srinivasan Keshav yang cukup
menarik untuk diterjemahkan. beliau memberikan cara bagaimana membaca jurnal
menjadi lebih efesien.

Peneliti membaca jurnal berdasarkan beberapa alasan: (1) untuk mereview-nya dalam
sebuah konferensi atau kelas, (2) untuk tetap mengikuti hasil penelitian terkini, (3) untuk
survey literatur pada sebuah area baru. Biasanya peneliti menghabiskan waktu ratusan jam
setiap tahun untuk membaca jurnal.

2. Pendekatan The Three-Pass

Ide utamanya saat membaca jurnal harus melalui beberapa tahapan. Setiap tahapan
memiliki tujuan yang harus diselesaikan dan juga sebagai dasar di ditahapan selanjutnya.
Tahap pertama, memberikan sebuah ide umum mengenai jurnal. Tahap kedua, memahami
isi jurnal, tetapi tidak pada detailnya. Tahap ketiga, membantu memahami jurnal lebih
dalam

2.1 Tahap Pertama

Membaca dengan cepat sekitar 10 menit untuk mendapatkan bird’s-eye-view jurnal,


yang dilakukan ditahapan ini adalah sebagai berikut :

1. Membaca dengan seksama judul, abstrak, dan pengantar.


2. Baca bagian / bab, sub-bagian / sub bab; abaikan selain darinya.
3. Baca sekilas rumus-rumus matematika (jika ada) untuk menentukan fondasi
teoritis yang mendasarinya.
4. Baca kesimpulan
5. Baca sekilas referensi, untuk mencari tahu barangkali ada yang sudah pernah
dibaca
Setelah melakukan kelima hal tersebut, seharusnya pertanyaan berikut sudah bisa
dijawab :

1. Category : Apa jenis jurnal yang sedang dibaca ? a measurement paper ? an


analysis of an existing system ? a description of research prototype ?.
2. Context : Adakah jurnal lain yang berelasi dengan yang sedang dibaca ? Apa
dasar teori yang digunakan sebagai basis untuk menganalisa permasalahan ?
3. Correctnes : Apakah asumsi yang diajukan tampak valid ?
4. Contributions : Apakah kontribusi utama dari jurnal yang sedang dibaca ?
5. Clarity : Apakah jurnal ditulis dengan baik ?

berdasarkan informasi ini, bisa ditentukan apakah melanjutkan membaca atau tidak?.
Bila tidak, mungkin disebabkan oleh jurnalnya yang tidak menarik, kekurangan
pengetahuan terhadap topik jurnal, atau pengarang yang salah asumsi. Tahapan pertama
ini cukup untuk menentukan, jurnal yang sedang dibaca ada pada area penelitian yang
digeluti.

2.2 Tahap Kedua

Tahapan kedua, baca jurnal dengan lebih perhatian, tetapi abaikan detail seperti bukti-
bukti; sangat membantu juga misalnya menuliskan poin-poin kunci, atau membuat
komentar disamping margin. Dominik Grusemann menyarankan “catat istilah-istilah
yang tidak dimengerti, atau pertanyaan-pertanyaan yang ingin ditanyakan pada
penulis”.
Selanjutnya yang dilakukan pada tahap ini adalah :

1. Lihat secara seksama gambar-gambar, diagram-diagram, atau ilustrasi-ilustrasi


lainya di jurnal. Tolong diperhatikan pada grafik, apakah sumbu x atau y diberikan
label dengan benar ? Apakah hasil yang ditampilkan dengan error bars, sehingga
kesimpulan secara statistik signifikan ?Kesalahan umum semacam ini, akan bisa
memisahkan jurnal bagus dari yang jelek.
2. Ingat untuk menandai referensi relevan yang belum dibaca, nanti kedepannya
akan dibaca (ini cara bagus untuk mempelajari tentang latar belakang dari jurnal).

Tahapan kedua bagi “pembaca pengalaman” menghabiskan waktu sekitar 1 jam. setelah
ini, bisa mendalami lebih dalam lagi isi dari jurnal sehingga bisa men-sumari tujuan
utamanya dengan bukti-bukti pendukungnya.

Akhir dari tahapan kedua ini kadang-kadang jurnalnya tidak bisa dipahami. karena
mungkin topiknya baru dengan istilah dan akronim yang terdengar asing ditelinga; atau
pengarang menggunakan bahan atau teknik eksperimen yang sulit dipahami, sehingga
sebagian besar isi jurnal tidak dapat dipahami; atau jurnalnya ditulis tidak bagus dengan
pernyataan-pernyataan yang tidak ada dasarnya dan referensi yang kurang tepat.

Setelah ini bisa dipastikan dipilih: (a) kesampingkan jurnalnya; (b) dipelajari nanti,
setelah membaca bahan-bahan yang melatarbelakanginya; (c) lanjut ke tahap tiga.
2.3 Tahapan Ketiga

Untuk sepenuhnya memahami sebuah jurnal, khususnya seorang reviewer, melakukan


tahapan ketiga ini perlu dibutuhkan. Kunci tahapan ketiga ini adalah berusaha untuk
mengimplementasikan ulang secara imajiner, misalnya membuat asumsi yang sama
dengan penulisnya atau mengulang pekerjaannya; membandingkan yang dibuat dengan
hasil dari jurnal, dengan mudah dapat di identifikasi inovasi yang dihasilkan, juga
asumsi dan kegagalan yang tersembunyi.

Tahapan ini membutuhkan perhatian yang detail. Setiap pernyataan perlu di identifikasi
dan dipertanyakan kebenarannya. Selain itu, dipikirkan bagaimana cara menyajikan
ide-idenya. membandingkan hasil nyata dengan imajiner dapat meningkatkan
ketajaman wawasan terhadap bukti dan teknik penyajian dalam jurnal dan sangat
memungkinnya menambahkan ke koleksi. Selama tahapan ini, tulis juga ide-ide untuk
pekerjaan selanjutnya.

Akhir dari tahapan ini, rekonstruksi keseluruhan struktur jurnal dapat dipahami dengan
baik, dan juga poin-poin kelebihan dan kekurangannya teridentifikasi. Secara khusus,
bisa berasumsi dengan tepat, mengetahui tidak men-sitasi pada kutipan-kutipan yang
relevan, dan permasalahan-permasalahan pada teknik eksperimen dan analisis.

3. Survey Literatur

Jurnal-jurnal dalam area penelitian yang digeluti sudah banyak, jurnal mana yang harus
dibaca terlebih dahulu ? Lakukan langkah berikut ini.

a. Pertama, gunakan mesin pencari jurnal seperti Google Scholars atau


CiteSeer; gunakan kata kunciyang baik untuk mencari tiga atau lima jurnal
yang disitasi terbanyak. Gunakan “tahapan pertama” untuk mendapatkan
informasi dari jurnal-jurnal tersebut, kemudian baca bagian penelitian terkait.
Biasanya akan ditemukan ringkasan penelitian terakhir, dan mungkin saja,
beruntung mendapatkan pointer ke survey paper. Jika menemukan survey
tersebut, baca, selesai sudah; atau

b. Kedua, cari nama peneliti yang tersitasi berulang kali di beberapa referensi
jurnal; kalau menemukan berarti jurnal atau penulis ini adalah pemain kunci
pada area penelitian, download dan pisahkan ke dalam satu folder. Lanjutkan
dengan mengunjungi website atau profil researchgate peneliti kunci ini kalau
ada untuk mengetahui penelitian terakhirnya; ini untuk membantu
mengidentifikasi top konferensi pada area penelitian karena peneliti terbaik
biasanya mempublis dalam konferensi top.

c. Ketiga, kunjungi website konferensi dan liat prosiding terakhirnya;


dengan pencarian secara cepat biasanya akan ditemukan penelitian terkait
yang berkualitas. Kumpulkan jurna-jurnal ini, digabungkan dengan jurnal
yang tadi. Gunakan “tahapan kedua” pada keseluruhan jurnal-jurnal. Jika ada
yang beberapa mensitasi pada satu peneliti, download, dan ulangi langkah-
langakh ini
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Terdapat banyak cara atau teknik untuk mencari sumber informasi baik tercetak
maupun digital (elektronik), baik melalui media online (internet) maupun perpustakaan.
Beberapa penjelasan di atas adalah merupakan beberapa hal yang sering digunakan dan
menjadi standar dalam pelayanan penelusuran informasi di perpustakaan.

Pada prinsipnya penelusuran informasi merupakan sebuah proses pengidentifikasian,


pencarian, penyediaan dan pemberian informasi atas kebutuhan atau permintaan pemakai
unit informasi dan atau perpustakaan. Keberhasilan sebuah penelusuran informasi
ditentukan oleh beberapa hal:

 Kejelasan dalam identifikasi kebutuhan informasi yang disampaikan oleh pemakai

 Ketepatan dalam menggunakan berbagai alat / sumber penelusuran

 Ketepatan dan kecermatan dalam melaksanakan dan menggunakan prosedur


penelusuran
 Kecermatan dalam menentukan analisa hasil penelusuran informasi.
 Ketekunan dalam menggunakan berbagai cara dan teknik penelusuran.

3.2 SARAN

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dari makalah ini sehingga penuis
mengharapkan kririk dan saran agar makalah ini lebih baik lagi dan teknologi tepat guna
dapat dimanfaatkan dengan baik yang akan memeperoleh hasil yang bermanfaat untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Gash, Sarah. 2000. Effective Literature Searching for Research. Second Edition.
Hampshire: Gower
Sulistyo-Basuki. 1992. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yusuf, Pawit M. 1988. Pedoman mencari sumber informasi. Bandung: Remadja Karya
Internetworldstat.com – diakses tanggal 22 Mei 2013
Businessdictionary.com – diakses tanggal 22 Mei 2013

Anda mungkin juga menyukai