Anda di halaman 1dari 19

 Panax gingseng

Taksonomi
• Kingdom : Plantae
• Subkingdom : Tracheobionta
• Divisi : Magnoliophyta
• Kelas : Magnoliopsida
• Subkelas : Rosidae
• Ordo : Apiales
• Famili : Araliaceae
• Genus : Panax
• Species : Panax gingseng L. Gambar x. Simplisia Panax gingseng

Simplisia adalah radix

(https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search
_value=505938#null)

Kandungan Kimia

1. Saponin triterpenoid yang utama yaitu ginsenosides. Ginsenoside


diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu protopanaxadiol (misalnya Rb1,
Rb2, Rb3, Rc, Rd, Rg3 dan Rh2), protopanaxatriol (misalnya Re, Rg1, Rg2
dan Rh1) dan C-Oleanolic acid (misalnya Ro).
2. Polasetilen
3. Senyawa polifenol
4. Ginsan (Acidic polysaccharide)
Gambar x. Struktur dari Protopanaxadiol, Protopanaxtril dan C-Oleanolic
Acid

(https://www.hindawi.com/journals/bmri/2018/8174345/)

Efek Farmakologi

1. Antiinflamasi
2. Antimikroba
3. Antikanker
4. Immunemodulatory effects
5. Antioksidan
Dosis

Dosis yang dianjurkan adalah : ½ sampai 2 gram akar kering ginseng yang
setara dengan 200 sampai 600 mg ekstrak , dosis ini untuk penggunaan harian
yang singkat. Bila penggunaan untuk jangka panjang sebaiknya tidak melebihi
1 gram akar kering.

Uji Preklinis

Selama 9-10 bulan mencit dianestesi dengan isoflurane dan ekstrak ginseng
merah (RGE) yang diinduksi secara oral dengan dosis 25 mg/kg/hari selama 30
hari. Kemudian diinduksi dengan virus H1N1.

Hasilnya : Dilihat sampel cairan paru2 dan BAL untuk melihat kadar sitokin.
Hasil menunjukkan bahwa kadar sitokin IL-6 pada paru-paru dan BAL mencit
yang diberikan RGE hampir sama dengan mencit yang tidak diberikan RGE.
Interferon gamma di paru-paru dan BAL lebih tinggi pada mencit yg diberikan
RGE. RGE meningkatkan CD-8 sel T dan CD-11c+ yg memproduksi interferon
gamma.

Gambar x. Pengaruh RGE pada histopatologi paru pada tikus yang terinfeksi
virus influenza A H1N1. (A) Pewarnaan HE dan PAS dari jaringan paru-paru.
(B) Eksudat intrabronchiolar dari puing-puing sel nekrotik. RGE diberikan
secara oral dengan dosis 25 mg / kg / hari selama 30 hari dan kemudian tikus
ditantang dengan virus H1N1 influenza A
Kesimpulan: Modulasi stres oksidatif merupakan pendekatan farmakologis
baru yang potensial untuk memperbaiki influenza A yang diinduksi peradangan
paru-paru akut. Pengobatan RGE menghambat kerusakan oksidatif seluler yang
disebabkan virus influenza A dan memblokir induksi ekspresi gen pro-inflamasi
influenza A yang diinduksi pada garis sel epitel mirip alveolar manusia tipe II.
Lebih jauh, RGE berkontribusi pada kekebalan protektif dengan meningkatkan
produksi IFN-γ dan secara parsial memblokir infiltrasi yang berlebihan dari sel-
sel inflamasi yang melimpah pada infeksi virus influenza A dalam model tikus
percobaan. Berdasarkan hasil ini, meskipun mekanisme anti-virus ginseng yang
mendasarinya belum diketahui, ginseng mungkin dapat mempengaruhi
penyakit virus influenza A dengan efek antioksidan dan imunomodulator.

(Lee, J. S., Hwang, H. S., Ko, E. J., Lee, Y. N., Kwon, Y. M., Kim, M. C., &
Kang, S. M. (2014). Immunomodulatory activity of red ginseng against
influenza A virus infection. Nutrients, 6(2), 517–529. doi:10.3390/nu6020517)

Uji Klinis

Memverifikasi keamanan dan kemanjuran Y-75 (6g / hari) pada 72 subjek sehat
yg berusia 50 – 75 tahun

• Menggunakan randomized, placebo-controlled, parallel dan double-blind

• Menilai aktivitas NK cell, fagosit, TNF-α dan IL-12 yang dinilai sebelum
dan setelah pemberian Y-75 selama 8 dan 14 minggu

• Kriteria partisipan inkslusi :

- Berusia 50 – 75 tahun

- Sehat

 Kriteria partisipan ekslusi :

- HIV-1

- Sedang dalam pengobatan penyakit jantung, ginjal, hati endokrin,


hematologi, neurologis atau kejiwaan
- Baru-baru ini (4 minggu) ada gejala saluran pernapasan akut

- Sedang diresepkan terapi imunosupresif bersamaan agen sitotoksik dan


kortikosteroid dalam 4 minggu ini

- Riwayat alergi gingseng

Gambar x. Perubahan aktivitas sitotoksik sel NK (A), aktivitas fagosit (B), dan
mediator yang diturunkan monosit (TNF-α dan IL-12) tingkat (C, D) selama
periode penelitian.

Hasil : Ginseng meningkatkan aktivitas sitotoksik NK cell sebanyak 35,2% dan


40,2% setelah diadministrasi selama 8 dan 14 minggu. Aktivitas fagositosit dari sel
darah perifer meningkat 25,2% dan 39,4%. Tnfα 38,2% dan 44,5%. Pemberian
ginseng dapat ditoleransi tanpa adanya treatment terkait perubahan jumlah sel darah
total.

Kesimpulan : Pemberian Y-75 selama 14 minggu menginduksi augmentasi dalam


sel NK dan aktivitas fagosit dan pelepasan sitokin tanpa mempengaruhi jumlah sel
darah putih pada sukarelawan yang sehat. Selain itu, kami tidak menemukan efek
samping yang signifikan terkait dengan Y-75. Sejauh ini, temuan ini hanya berlaku
untuk individu normal. Namun, penelitian ini memberikan dasar untuk uji klinis
masa depan yang bertujuan menilai hasil terapi Y-75 sebagai utilitas klinis anti-
tumor atau anti-septik.

(Young-Jin Cho., Hyeong-Jin Son., Kyung-Soo Kim. (2014). A 14-week


randomized, placebo-controlled, double-blind clinical trial to evaluate the efficacy
and safety of gingseng polysaccharide (Y-75))

Sediaan

Pharmaton Capsules

Cara pakai : Dewasa  satu kapsul sehari ; Anak-anak  tidak direkomendasikan


; Lansia  tidak ada dosis yang spesifik

Kandungan:

 Ekstrak Gingseng G115 400 IU


konsentrasi tinggi  Vitamin E
40 mg 10 mg
 Dimetilaminoetanol bitartrate  Nikotinamida
Pharmaton 15 mg
26 mg  Kalsium pantotenat
 Vitamin A palmitat 10 mg
4000 IU  Rutin
 Vitamin B1 mononitrat 20 mg
2 mg  Besi (II) sulfat dihidrat
 Vitamin B2 33 mg
2 mg  Kalsium hidrogen fosfat
 Vitamin B6 307,5 mg
1 mg  Kalsium fluoride
 Vitamin B12 0,42 mg
1 mcg  Kalsium sulfat
 Vitamin C 18 mg
60 mg  Tembaga (II) sulfat monohidrat
 Vitamin D 2,8 mg
 Mangan (II) sulfat monohidrat 1,25 mg
3,1 mg  Lesitin
 Seng oksida 66 mg

Gambar x. Sediaan Pharmaton Capsules

 Curcuma domestica
Taksonomi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica
Simplisia  Radix
Kandungan Kimia
1. Kurkuminoid yang merupakan suatu senyawa diarilheptanoid 3-4% yang
terdiri dari kurkumin, dihidrokurkumin, desmetoksikurkumin, dan
bisdesmetoksikurkumin.
2. Minyak atsiri 2-5% yang terdiri dari seskuiterpen dan turunan fenilpropana
turmeron (aril-turmeron, α-turmeron, dan β-turmeron), kurlon kurkumol,
atlanton, seskuifellandren.
3. Arabinosa, fruktosa, glukosa, pati, tannin.
4. Mineral, yaitu magnesium, besi, mangan, kalsium, natrium, kalium, seng,
bismuth.

Efek Farmakologis

1. Meningkatkan sistem imun tubuh


2. Neuroprotective
3. Antihepatotoksik
4. Meningkatkan daya ingat
5. Antikoagulan
6. Antihipertensi
7. Asma
8. Rematik

Dosis

 Dalam bentuk simplisia 3-9 gr/hari


 Dalam bentuk ekstrak 1,5-3 gr/hari atau sediaan yang setara
 Bentuk infusa 0,5-1 gr sehari tiga kali
 Bentuk tingtura (1:10) 0,5-1 ml sehari 3 kali

Uji Preklinis

Sebanyak 0,1 ml ekstrak air rimpang kunyit diberikan pada tikus dengan 2 dosis
yaitu 1 mg/kg BB tikus dan 5 mg/kg BB tikus selama 4 minggu. Parameter yang
diteliti adalah konsentrasi IL-2, IL-4,IL-10, interferron gamma pada serum.

Hasil : Ekstrak rimpang kunyit dapat meningkatkan konsentrasi IL-2 dan INF
gamma dalam serum yang menunjukkan stimulasi terhadap set TH1 dan
peningkatan konsentrasi IL-4 dan IL-10 dalam serum menunjukkan stimulasi
sel TH2.
Gambar x. Hasil Penelitian

Kesimpulan : Kesimpulannya, C. longa mungkin memiliki kapasitas untuk


memodulasi aktivitas TH1, dan potensi penggunaan ekstrak kasar C. longa
(mengandung curcuminoids dan polysaccharides) sebagai suplemen tambahan
untuk pasien kanker, yang respon imunnya ditekan karena kemoterapi, yang
menekan produksi sitokin (TNF-α, GM-CSF, IL-5, IL-6, IL-8, IL-10, IL-13,
dll.).

(Mohammed, Abber L. “Immunomodulatory Efeect of Cucuma Longa in


Mice”. 1(2013).)

Uji Klinis

Dilakukan pada 77 pasien asma bronkial ringan hingga sedang yang memiliki
tes reversibilitas bronkodilator positif dengan peningkatan ≥15% forced
expiratorty volume one second (FEV1). Dibagi menjadi dua kelompok,
Kelompok A - Menerima terapi standar untuk asma bronkial selama 30d (n =
30) dan Kelompok B - Menerima terapi standar untuk asma bronkial + Cap
Curcumin 500mg BD setiap hari selama 30d (n = 30).
• Kriteria inklusi

– Pasien asma bronkial dengan usia 18 – 55 tahun

– Memiliki tes reversibilitas bronkodilator positif dengan peningkatan FEV1


≥ 15% dari 15 – 30 menit setelah menghirup sedikitnya 200 µg salbutamol

– Bukan perokok atau berhenti merokok tiga bulan terakhir

– FEV1 prebronkodilator 60 – 80%

– SGPT & kadar kreatinin normal

• Kriteria eksklusi

– Anak – anak

– Pasien asma bronkial yang merokok

– Asma parah

– Infeksi dada

– Obstruksi saluran empedu

– SGPT & kadar kreatinin abnormal

– Sedang mengkonsumsi obat warfarin atau antiplatelet

– Wanita hamil

– Bronkitis kronis dan / atau emfisema

– Penderita penyakit sistemik

– Kadar haemoglobin kurang dari 10 g / dl


Hasil

Gambar x. Hasil perbandingan Grup A dan Grup B terhadap Pre-FEV1, Post-


FEV2 dan % nilai reversibilitas selama 30 hari

Gambar x. Hasil perbandingan Grup A dan Grup B terhadap parameter


hematologi selama 30 hari
Gambar x. Perbandingan Grup A dan Grup B terhadap efek samping selama
30 hari

Kesimpulan : Studi ini mengevaluasi efikasi klinis dan keamanan kapsul


curcumin sebagai tambahan terapi pada pasien asma ringan hingga sedang dan
terbukti perbaikan terapeutik pada nilai-nilai FEV1 seiring dengan peningkatan
parameter hematologis yang bersangkutan. Ini menguatkan fakta bahwa ada
perbaikan yang pasti dalam fungsi paru-paru karena efek anti-inflamasi dari
kurkumin meskipun tidak ada kemanjuran klinis yang terlihat. Oleh karena itu
diperlukan evaluasi klinis lebih lanjut dengan jumlah subjek yang lebih banyak,
dosis yang lebih tinggi dan durasi yang lebih lama. Tidak adanya efek samping
yang signifikan secara klinis menunjukkan profil keselamatan curcumin yang
dapat diandalkan. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa curcumin efektif dan
aman sebagai terapi tambahan untuk pengobatan asma bronkial.

(Abidi, A., Gupta, S., Agarwal, M., Bhalla, H. L., & Saluja, M. (2014).
Evaluation of Efficacy of Curcumin as an Add-on therapy in Patients of
Bronchial Asthma. Journal of clinical and diagnostic research : JCDR, 8(8),
HC19–HC24. doi:10.7860/JCDR/2014/9273.4705)
Sediaan

Cara pakai

– Untuk pemeliharaan kesehatan: 3 x 1 kapsul sehari.

– Untuk pengobatan: 3 x 2 kapsul sehari.

– Diminum sebelum makan.

– Tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan menyusui.

Komposisi

Setiap kapsul mengandung ekstrak Curcuma domesticae Rhizoma (kunyit) 500


mg, setara dengan kurkuminoid 100 mg terstandar atau 40 g kunyit segar.

Gambar x. Sediaan kunyit (Sarikunyit [Sidomuncul])

 Zingiber officinale
Taksonomi
Kingdom: Plantae
Division : Tracheophyta
Subdivision : Spermatophytina
Class : Magnoliopsida
Order : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Zingiber Mill.
Species : Zingiber officinale Roscoe
Simplisia  Rhizoma
Kandungan Kimia
Terutama minyak volatile:
– Zingiberen (C15H24)
– 6-gingerol (seskuiterpen alkohol)
– D-β-feladren, dan kamfen (terpen)
– Sineol (turunan alkohol)
– Metil heptenon, d-borneol, graniol, linalaol, dan kavikol (fenol).

Efek Farmakologis

– Antiinflamasi
– Antioksidan
– Antiemetik
– Analgesik
– Antimikroba
– Imunomodulator

Dosis

Dosis yang biasa digunakan untuk konsumsi jahe ialah 250mg - 1 gram. 3-
4 kali setiap 24 jam

Uji Preklinis

Bertujuan menyelidiki efek imunomodulator dari minyak atsiri jahe secara


in vitro dan in vivo pada tikus. Secara in vitro, minyak atsiri jahe (0,001-10
ng / mL) secara signifikan menghambat proliferasi limfosit T (P <0,01),
menurunkan jumlah total limfosit T dan sel-sel T pembantu (P <0,01)
dengan cara yang tergantung pada konsentrasi , tetapi meningkatkan
persentase sel penekan T terhadap total limfosit T pada tikus. Selain itu,
minyak atsiri jahe (0,001-10 ng / mL) menghambat sekresi IL-1 oleh
makrofag peritoneum tikus dengan cara yang tergantung konsentrasi. In
vivo, pemberian oral dari minyak atsiri jahe dalam dosis 0,125, 0,25 dan 0,5
g / kg berat badan dosis - secara dependen melemahkan jenis respons
hipersensitivitas yang tertunda terhadap 2,4-dinitro-1-fluorobenzene pada
tikus yang peka ( P <0,05).

Hasil

Gambar x. Efek minyak volatil pada jahe terhadap proliferasi limfosit T


dan sekresi IL-1α dengan jaringan makrofag peritoneal tikus secara in
vitro
Gambar x. Efek minyak volatile jahe terhadap jumlah total limfosit T dan
diferensiasi Th/Ts subpopulasi secara in vitro

Gambar x. Effek penghambatan minyak volatile pada jahe terhadap indeks


organ timus, limpa dan DTH yang diinduksi dengan DNFB pada tikus

Kesimpulan : Minyak atsiri jahe memiliki kemampuan untuk memodulasi


fungsi limfosit dan respon imun seluler. Hasil ini menunjukkan bahwa
minyak atsiri jahe mempengaruhi respon imun yang dimediasi sel dan
proliferasi spesifik limfosit T, dan dapat memberikan efek menguntungkan
dalam sejumlah kondisi klinis seperti peradangan kronis dan penyakit
autoimun.

(Hua-li Zhou, Yang-mei Deng, Qiang-min Xie: The modulatory effects of


the volatile oil of ginger on the cellular immune response In vitro and In
vivo in mice. J Ethnopharmacol 2006,105: 301–305.)

Uji Klinis

Desain eksperimental : randomized double-blind placebo-controlled clinical


trial. Sebanyak 70 pasien RA aktif dialokasikan secara acak ke dalam 2
kelompok yang menerima 1500 mg jahe bubuk atau placebo setiap hari
selama 12 minggu. Skor aktivitas penyakit dan ekspresi gen NF-κB, PPAR-
γ, FoxP3, T-bet, GATA-3, dan RORγt sebagai faktor perantara imunitas dan
inflamasi diukur menggunakan PCR real-time kuantitatif sebelum dan
setelah intervensi.

Hasil

Setelah intervensi, ekspresi gen FoxP3 meningkat secara signifikan dalam


kelompok jahe dan antara kedua kelompok (P-value = 0,02). Selain itu,
ekspresi gen T-bet dan RORγt menurun secara signifikan antara kedua
kelompok (nilai-P <0,05). Pada kelompok jahe, ekspresi gen PPAR-γ
increased meningkat secara signifikan (nilai-P = 0,047) tetapi perbedaan
antara kedua kelompok tidak signifikan secara statistik (nilai-P = 0,12).
Pengurangan skor aktivitas penyakit secara statistik signifikan dalam
kelompok jahe dan antara kedua kelompok setelah intervensi.
Gambar x. Tingkat eksresi gen intermediate terhadap imunitas dan
inflamasi pada kelompok jahe dan plasebo sebelum dan sesudah intervensi

Kesimpulan

Tampaknya jahe dapat meningkatkan


RA dengan mengurangi
manifestasi penyakit melalui
peningkatan ekspresi gen FoxP3
dan dengan mengurangi ekspresi
gen RORγt dan T- bet

(Aryaeian, N., Shahram, F., Mahmoudi, M., Tavakoli, H., Yousefi, B., &
Arablou, T. (2019, 3). The effect of ginger supplementation on some
immunity and inflammation intermediate genes expression in patients with
active Rheumatoid Arthritis. Gene, 698.)

Sediaan

Cara pakai

– Dosis anak usia 2–5 tahun : sehari 3 x 1 sendok takar (5 ml).


– Dosis anak usia 6–12 tahun : sehari 3 x 2 sendok takar (10 ml).

Komposisi

Tiap sendok takar (5 ml) mengandung : Zingiber officinale rhizoma 215 mg


Kaempferia galanga rhizoma 85 mg Cinnamomum burmannii cortex extract
5 mg Piper betle folum 225 mg Euphorbia hirta herba 50 mg Phyllanthus
niruri herba extract 25 mg Mel depuratum 1260 mg.
Gambar x. Sediaan Jahe (Anakonidin herbal)

Anda mungkin juga menyukai