Handout Corporate Exposure SE I
Handout Corporate Exposure SE I
10.1
7.8
6.5
6.0 5.6 5.9
5.0 4.8 5.0 5.07
3.3
1.7 2.1
1.4 1.2 1.3
0.4 0.7
10.5
8.1
7.2
5.8
4.4 3.7
2.3
1.3 1.0 0.8 0.7
0.4
2
Japan
Indonesia
Singapore
Malaysia
Pakistan
Korea
Philippines
China
South
Vietnam
Hongkong
India
Thailand
70% 69%
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Gambar 5. Pertumbuhan Rasio Elektrifikasi
Dari gambar diatas, jika kita bandingkan pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan listrik
terlihat bahwa rata-rata nilai elastisitas pertumbuhan listrik terhadap pertumbuhan ekonomi
adalah sebesar 1,3 s.d. 1,5 kali. Hal ini mengindikasikan bahwa PLN sebagai penyedia
tenaga listrik di Indonesia harus mengantisipasi pertumbuhan perekonomian dengan
mempersiapkan infrastruktur ketenagalistrikan lebih awal. Jika kita melihat dari konsumsi
tenaga listrik perkapita, maka di tahun 2016 ini konsumsi listrik perkapita Indonesia masih
rendah diangka 0,8 MWH, masih jauh dibanding dengan negara-negara tetangga di regional
asean yang sudah di atas 3 MWH.
Dilihat dari tingkat rasio elektrifikasi atau tingkat masyarakat yang menikmati listrik, Indonesia
ditahun 2016 baru mencapai 89% artinya masih ada sekitar 11 % masyarakat indonesia
yang belum menikmati listrik dan jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan maka
tingkat rasio elektrifikasi ini tergolong masih rendah dibanding negara negara kawasan yang
sudah mencapai angka diatas 99%. Kedua hal tersebut “konsumsi listrik per kWH dan rasio
elektrifikasi” memberi signal bahwa terdapat kesempatan yang luas bagi Industri
ketenagalistrikan di Indonesia untuk tumbuh dan berkembang.
Dari tabel diatas, penjualan tenaga listrik pada tahun 2018 diproyeksikan sebesar 241,65
TWh dengan pertumbuhan penjualan tenaga listrik sebesar 8,3% terhadap Realisasi 2017
(223,13 TWh).
Gambar 10. Penjualan Tenaga Listrik dan Pertumbuhannya (Real 2005 - 2017)
Notes: 1) Electrification ratio as on Sep, 2015; 2) 2016 BPP (Besaran Biaya Pokok Penyediaan Pembangkitan) estimates
Source: DGE; Ministry of Energy and Mineral Resources, Republic of Indonesia; PLN Energy Statistics 2010; PLN
Disrupted by Technology:
Industri ketenagalistrikan sedang berubah
Source: EY analysis
Secara umum, ada lima teknologi yang sedang berkembang yang akan mempengaruhi PLN
Source: EY analysis
Overall Sales
Data total penjualan dalam 6 tahun terakhir memang menunjukkan peningkatan…
Gambaran lain terlihat ketika kita amati trend konsumsi spesifik listrik dalam rentang
waktu yang lebih panjang…
Grafik memperlihatkan lompatan yang signifikan pada sisi aset dan akuitas sebagai dampak
dari revaluasi aset yang dilakukan perseroan. Peningkatan ekuitas perseroan ini juga
mengakibatkan Debt to Equity ratio membaik dari 3 kali menjadi 0,4 kali, dan ini menambah
kemampuan meminjam perseroan menjadi Rp 1.950 Triliun yang mana hal ini sangat
dibutuhkan perseroan guna mendanai program investasi khusunya program 35.000 MW.
Grafik juga memperlihatkan bahwa rasio aset tetap terhadap aset tidak tetap meningkat
cukup signifikan , begitu juga halnya rasio ekuitas terhadap liabilitas semakin membaik.
Laba Rugi
Struktur pendapatan usaha dalam 5 tahun terakhir telah berhasil memperkecil porsi subsidi
menjadi sebesar 21% dari total pendapatan usaha. Hal ini mencerminkan adanya perbaikan
struktur pendapatan dimana ditahun 2012 porsi subsidi berkisar diangka 44% dari total
pendapatan usaha. Penerapan otomatik tarif adjustment serta kebijakan subsidi tepat
sasaran berkontribusi signifikan terhadap perbaikan struktur pendapatan PLN.
• Pada Tahun 2017 PLN harga jual rata-rata naik sebesar Rp. 107/kWh dibandingkan
tahun 2016. Tarif Non-subsidi 2017 tidak dinaikkan meskipun ada kenaikan di
variabel Tarif Adjustment (kurs, ICP & inflasi) dan adanya kenaikan harga batubara.
Tarif rata-rata meningkat sebagai akibat dari penerapan kebijakan pemerintah untuk
alokasi subsidi tepat sasaran bagi pelanggan rumah tangga Tidak Mampu 900 VA.
• Tahun 2017 BPP naik menjadi Rp. 1.318 per kWh, lebih tinggi Rp. 53 dibanding BPP
tahun sebelumnya sebesar Rp. 1.265 per kWh yang disebabkan karena kanaikan
harga energi primer yang signifikan. Disisi lain, subsidi 2017 justru menurun menjadi
Rp. 45,7 Triliun (vs anggaran Rp. 52 Triliun) dari tahun sebelumnya sebesar Rp. 58
Triliun (vs anggaran Rp. 65 Triliun) akibat efisiensi yang dilakukan oleh PLN)
• PLN terus berupaya mengendalikan BPP agar tarif listrik tetap kompetifif dan
sekaligus mengendalikan subsidi listrik
Grafik diatas memperlihatkan berbagai upaya efisiensi yang dilakukan oleh perseroan telah
berhasil menekan biaya penyediaan pokok penyediaan menjadi sebesar Rp 1.265/kwh
ditahun 2016, lebih baik dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp. 1300/kwh.
Realisasi subsidi pada tahun 2016 mencapai Rp 60,4 triliun atau meningkat dari tahun 2015
sebesar Rp 56,5 triliun hal ini disebabkan Jumlah volume pelanggan bersubsidi di tahun
2016 meningkat menjadi 75,6 TWh dari sebelumnya di tahun 2015 sebesar 71,8 TWh,
namun demikian perseroan berhasil melakukan penghematan subsidi sebesar Rp4,8 triliun
dari kebutuhan awal Rp65,2 triliun.
Struktur beban usaha ditahun 2016 didominasi oleh biaya bahan bakar sebesar 43% dan
biaya pembelian tenaga listrik sebesar 23%. Untuk biaya bahan bakar realisasinya lebih
rendah dibanding tahun sebelumnya seiring dengan berbagai program efisiensi yang
dijalankan oleh PLN. Disisi lain meningkatnya partisipasi IPP didalam proses penyediaan
tenaga listrik juga memberikan konstribusi terhadap struktur beban usaha. Namun demikian
pertumbuhan beban usaha sebesar 3,32% ini masih lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan volume penjualan sebesar 6,49%.
Kemampuan Eksekusi
Kemampuan eksekusi PLN dalam proyek ketenagalistrikan tergambar dalam realisasi
belanja modal selama periode 2010-2017 sebagaimana tabel berikut ini:
PLN Group
Misi strategis portofolio ini telah dialokasikan untuk kegiatan di seluruh rantai nilai PLN Group
yang pada akhirnya diterjemahkan ke dalam KPI Anak Perusahaan guna memastikan
pencapaian penciptaan nilai
Peta Proyek Pasokan & Infrastruktur Gas yang sedang Disiapkan PLN
SWOT RESULT
STRENGTH
Hasil analisis menunjukkan bahwa Pemerintah sebagai shareholder PLN merupakan
kekuatan utama perusahaan.
OPPORTUNITY
Hasil analisis menunjukkan bahwa peluang PLN merestrukturisasi tarif terbuka akibat adanya
keterbatasan kemampuan APBN untuk memberikan subsidi.
5 FORCES PORTER’S
PLN juga harus efisien dan dapat memenuhi tingkat keandalan dan pelayanan sesuai
ekspektasi pelanggan dan didukung oleh SDM yang memiliki kompetensi tinggi dan
berperilaku sesuai GCG dan CoC dalam menjalankan usahanya.