Anda di halaman 1dari 9

PENENTUAN TOTAL MIKROBA INDIKATOR, NITRAT, DAN FOSFAT

PADA SUNGAI TAPUNG KIRI

Rosidah, Yuli Haryani, Ganis Fia Kartika

Mahasiswa Program Studi S1 Kimia


Bidang Biokimia Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau
Kampus Binawidya Pekanbaru,28293, Indonesia
rosidah1991@gmail.com

ABSTRACT

The aim of this study was to analyze physicochemical parameters and total microbial
indicators of river water in Tapung Kiri river. Water samples were taken from 4 sampling
sites in July 2013. The results showed that the range of TDS, turbidity, electrical
conductivity, and nitrate in the water samples were 9-21 mg/L, 3.89-41.1 NTU, 17.72-42.0
µs/cm, and 0.112-0.508 mg/L, respectively which were below of the threshold value.
Temperature, pH, DO, and phosphate content range were 27-29oC, 4.75-6.30, 3.36-
3.96 mg/L, and 0.089-0.235 mg/L at the threshold value based on PP No 82 2001. The level
of Coliform and E. coli contamination in the water samples were 0.4-18×103 CFU/mL and
0.1-4×103 CFU/mL. The level of total bacteria contamination was found in all samples
ranged from 0.43-4.6×104 MPN/mL, while the fungi contamination was 0.1-
0.3×103 CFU/mL.

Keywords : Tapung Kiri River, Physicochemicals Parameter, Total Microbial Indicator,


Nitrate, Phosphate.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis parameter fisika-kimia dan total mikroba
indikator air sungai pada Sungai Tapung Kiri. Sampel air diambil pada 4 titik sampling
pada bulan Juli 2013 di Sungai Tapung Kiri. Hasil analisis parameter TDS, turbiditas,
DHL, dan analisis kandungan nitrat masing-masing menunjukkan nilai pada kisaran 9-
21 mg/L, 3,89 - 41,1 NTU, 17,72 - 42,0 µs/cm, dan 0,112 - 0,508 mg/L masih berada pada
nilai ambang batas yang telah ditentukan. Pada parameter suhu, pH, DO dan analisis
kandungan nilai fosfat masing-masing menunjukkan nilai pada kisaran 27 - 29oC, 4,75 -
6,30, 3,36 - 3,96 mg/L dan 0,089 - 0,235 mg/L tidak berada pada nilai ambang batas yang
telah ditentukan berdasarkan PP No 82 Tahun 2001. Tingkat kontaminasi Coliform dan

JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 306


E. coli masing-masing menunjukkan nilai pada kisaran angka 0,4 – 18 × 103 CFU/mL dan
0,1 – 4 × 103 CFU/mL. Kontaminasi total bakteri pada semua sampel berkisar antara 0,43 -
4,6 × 104 MPN/mL, sedangkan kontaminasi jamur menunjukkan nilai pada kisaran antara
0,1 - 0,3 × 103CFU/mL.

Kata kunci : Sungai Tapung Kiri, Parameter Fisika-kimia, Total Mikroba Indikator, Nitrat,
Fosfat.

PENDAHULUAN Sedangkan, untuk tingkat pencemaran


mikroba dalam perairan dapat digunakan
Sungai Tapung Kiri merupakan mikroba indikator salah satunya adalah
bagian dari aliran sungai Siak pada bakteri Coliform yang termasuk di
bagian hulu. Sungai ini termasuk dalamnya yaitu Escherichia coli. Dengan
memiliki peranan penting dalam aktivitas adanya bakteri Coliform di dalam air,
warga sekitar sungai, seperti pemukiman, akan sangat berhubungan dengan
pertanian, perikanan, dan transportasi. kesehatan manusia apabila air digunakan.
Seiring dengan aktivitas tersebut yang Berdasarkan uraian di atas untuk
terus menerus , diduga menyebabkan mengetahui tingkat pencemaran pada
kerusakan serta pencemaran air sungai, daerah ini, maka perlu dilakukan
dan pada akhirnya akan menjadikan penelitian di sungai Tapung Kiri.
fungsi sungai semakin kecil (Putri, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk
Adanya aktivitas di sekitar sungai menganalisis parameter fisika-kimia dan
diduga dapat menyebabkan penurunan total mikroba indikator, dengan
kualitas air, baik secara fisika-kimia perbandingan berdasarkan Peraturan
maupun mikrobiologi. Parameter fisika- Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang
kimia seperti daya hantar listrik, total Pengelolaan Kualitas Air dan
padatan terlarut, kekeruhan, pH, oksigen Pengendalian Pencemaran Air.
terlarut, nitrat dan fosfat dapat
mempengaruhi kualitas air. Begitupun METODE PENELITIAN
dengan adanya mikroba di dalam air
seperti bakteri Coliform, Escherichia a. Alat dan bahan
Coli dan jamur.
Nitrat dan fosfat dalam suatu Alat yang digunakan dalam
perairan dapat berasal dari pupuk penelitian ini adalah pH meter (Hanna
perkebunan yang masuk ke dalam badan Instrument H18014), Spektrofotometer
sungai melalui aliran air hujan maupun UV-VIS (Thermoscientific genesys 10),
rembesan dari air tanah. Kedua senyawa Spektrofotometer UV-Vis (P Selecta V-
tersebut dapat menentukan produktivitas 1100D), Inkubator (Model Heraeus
suatu perairan. Keberadaan dari kedua Instrument D6450), Autoklav (All
senyawa ini berhubungan dengan kondisi American Mode 25X-2), DO Meter (DO
perairan dan kelangsungan hidup biota Portable Orion 3 Star), Konduktometer
perairan, dikarenakan nitrat dan fosfat (Conductivity Portable Orion 3 Star for
merupakan nutrisi bagi biota perairan.

JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 307


TDS, DHL and Salinity), Turbidimeter suhu 370C selama 24-48 jam. Hasil
(TurbiCheckLovibond), GPS (Oregon pertumbuhan dihitung dari cawan yang
550), Waterbath (Grant InstrumentType ditumbuhi koloni dalam kisaran 25-250
SUB 28), Vortex (H-VM-300). CFU/mL, sebagai Angka Lempeng Total
Bahan yang digunakan dalam (ALT) Coliform. Koloni berwarna hitam
penelitian ini adalah sebagai berikut, dan kilapan perak dihitung sebagai ALT
Eosin Methylen Blue Agar (Merck, Cat. E. coli (Benson, 2001).
No.101347.0500), Nutrient Broth (Merck,
Cat. No. 1.05443.0500), Potato Dextrose d. Angka lempeng total jamur
Agar (Merck, Cat No. 1.10130.0500),
KNO3, NaCl, H2SO4 pekat, Brussin Pengenceran bertingkat dibuat
Sulfat, Asam Sulfanilat, HCl pekat, dari larutan suspensi induk sampel hingga
KH2PO4, [K(SbO)C4H4O6.1/2 H2O], konsentrasi 10-4 dengan menggunakan
(NH4)6M7O24.4H2O, C6H8O6, Indikator larutan NaCl 0,85% steril. Sebanyak 0,1
Fenolftalein, dan bahan lainnya sesuai mL suspensi hasil pengenceran bertingkat
prosedur kerja. sampel dengan konsentrasi 10-2, 10-3, dan
10-4 diinokulasikan ke media PDA dengan
b. Total bakteri metode MPN menggunakan metoda cawan sebar
(spread plated). Kemudian diinkubasi
Sebanyak 10 mL dari masing - pada suhu 250C selama 24-48 jam, dan
masing sampel diinokulasikan ke dihitung koloni yang tumbuh dalam
dalam 90 mL media NB dan kisaran 5-25 CFU/mL (Benson, 2001).
dihomogenkan. Larutan suspensi
induk tersebut diambil 0,5 mL e. Penentuan nitrat
selanjutnya diinokulasikan ke dalam
tabung yang berisi 4,5 mL medium Penentuan nitrat dilakukan dengan
NB. Pengenceran dibuat sampai 10-9. cara mengambil sampel sebanyak 2 mL,
Masing - masing tabung diinkubasi selanjutnya dimasukkan ke dalam
pada suhu 37oC selama 24-48 jam, erlenmeyer 50 mL dan ditambahkan 0,1
selanjutnya setelah diinkubasi media mL pereaksi NaCl 30% dan 2 mL larutan
yang keruh diindikasikan positif. H2SO4 (4:1). Larutan diaduk perlahan-
Kemudian dihitung dan dicocokkan lahan dan dibiarkan hingga dingin, dan
dengan tabel MPN. sebanyak 0,1 mL brusin sulfanilat
ditambahkan ke dalam erlenmeyer.
c. Angka lempeng total Coliform dan Setelah semua pereaksi tercampur,
E. coli erlenmeyer tersebut dipanaskan pada
suhu 950C selama 20 menit dan kemudian
Sebanyak 0,1 mL suspensi sampel didinginkan. Absorbansi diukur dengan
hasil pengenceran bertingkat dengan spektrofotometer pada panjang
konsentrasi 10-2, 10-3, dan 10-4 gelombang 410 nm. Pengukuran
diinokulasikan ke media EMB agar dilakukan sebanyak tiga kali
dengan menggunakan metode cawan pengulangan.
sebar (spread plated), diinkubasi pada

JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 307


f. Penentuan fosfat terjadi dekomposisi bahan organik oleh
mikroorganisme yang menghasilkan atau
Penentuan fosfat dilakukan menyerap energi dalam air (Hartanto,
dengan cara mengambil sampel sebanyak 2007). Suhu merupakan salah satu
5 mL, lalu dimasukkan ke dalam indikator penting dalam suatu perairan,
erlenmeyer dan ditambahkan 1 tetes karena memiliki hubungan yang erat
indikator fenolftalein 0,5%, jika terbentuk terhadap kelarutan gas. Pada pengukuran
warna merah muda ditambahkan larutan pH pada titik sampling 1 menunjukkan
asam tetes demi tetes hingga warna merah nilai pH diluar ambang batas yang telah
muda hilang. Setelah itu, sampel air ditentukan. Rendahnya nilai pH,
ditambah dengan reagen pengompleks 0,8 dipengaruhi oleh adanya pelapukan
mL yaitu yang terdiri dari campuran: bahan-bahan organik yang dapat
asam sulfat H2SO4 5N (50 mL), menyebabkan penurunan pH
potassium antimonyl tartrate / PAT (5 (Akrimi,2002). Penurunan dan
mL), ammonium molybdate (15 mL), dan peningkatan pH akan mempengaruhi
asam askorbat (30 mL). Larutan kecepatan reaksi enzimatis dari mikroba,
didiamkan selama 10 menit, kemudian dikarenakan adanya kerusakan enzim
diukur absorbansinya dengan ekstraseluler dari mikroba yang dapat
spektrofotometer pada panjang mengganggu penyedian nutrisi
gelombang 880 nm, Pengukuran (Cappuccino & Sherman, 2010).
dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan Pengukuran oksigen terlarut pada
(APHA-AWWA-WEF, 1999). semua titik sampling menunjukkan tidak
berada pada syarat kualitas air. Menurut
HASIL DAN PEMBAHASAN Khasanudin (2013) rendahnya kadar
oksigen terlarut pada suatu perairan,
a. Analisis in situ maka akan mengalami denitrifikasi yaitu
reduksi nitrat menjadi nitrit. Dengan
Analisis in situ, fisika-kimia (suhu, rendahnya oksigen terlarut, maka akan
DHL, TDS, turbiditas, pH dan DO) pada berhubungan erat dengan kadar nitrat
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. yang rendah. Kadar oksigen terlarut
Hasil penelitian menunjukkan bahwa menunjukkan kualitas suatu perairan.
selisih suhu air dengan udara tidak Menurut Tatangindatu dkk (2013) kondisi
memenuhi syarat yang telah ditentukan PP perairan yang baik agar ikan dapat hidup,
No. 82 Tahun 2001. Suhu yang didapatkan air harus mengandung oksigen paling
menunjukkan adanya perbedaan intensitas sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm. Apabila
energi (panas) matahari yang diterima kadar oksigen kurang dari 5 mg/L, ikan
pada air dan udara. Air dengan suhu yang akan mati, tetapi bakteri yang kebutuhan
berada di atas atau di bawah suhu udara oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5
biasa mengandung zat-zat terlarut yang mg/L akan berkembang.
cukup banyak di dalam air atau sedang

JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 308


Tabel 1. Hasil analisis in situ sampel.

Titik Suhu (0C) DHL TDS Turbiditas DO


pH
Sampling (µs/cm) (mg/L) (NTU) (mg/L)
Air Udara Selisish
1 27 30 -3 17,72 9 3,89 4,75 3,43
2 29 33 -4 41,7 20 39,7 6,17 3,78
3 29 31 -2 42,0 21 35,6 6,23 3,96
4 28 34 -6 41,7 20 41,1 6,30 3,36
NAB I ±3 - 1000 - 6-9 ≥4
Keterangan: NAB I merupakan nilai ambang batas berdasarkan PP No.82 Tahun 2001 tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air, kelas II (untuk masalah irigasi pertanian,
perikanan dan rekreasi air).

Kekeruhan air atau turbiditas dapat dan akhirnya akan berpengaruh terhadap
berasal dari adanya plankton, proses fotosíntesis di perairan.
mikroorganisme air, dan bahan organik
terlarut dari tanaman yang mengalami b. Analisis ex situ
pelapukan. Pada titik sampling ke 4
merupakan yang memiliki nilai kekeruhan Hasil analisis konsentrasi nitrat
tertinggi, dibanding titik yang lainnya. dan fosfat dapat dilihat pada tabel 2.
Kekeruhan disini menunjukkan sifat optik air, Kandungan nitrat masih berada dalam
yang mengakibatkan pembiasan cahaya ke nilai ambang batas yang telah ditentukan
dalam air. Kekeruhan air juga dipengaruhi menurut PP No. 82 Tahun 2001. Pada
oleh adanya komponen yang lain berupa titik sampling 1 merupakan nilai terendah
dekomposisi batu-batuan, lumpur, tanah dengan nilai sebesar 0,112 mg/L.
liat, dan bahan organik yang terapung Sedangkan pada ketiga titik lainnya
maupun bahan organik yang terurai. memiliki nilai konsentrasi yang hampir
Menurut Effendi (2003) TDS biasanya sama tinggi, tingginya kandungan nitrat
disebabkan oleh bahan anorganik yang sangat dipengaruhi oleh adanya proses
berupa ion-ion yang biasa ditemukan di kimia dan biologi, akan memberikan
perairan. Padatan terlarut mencerminkan kontribusi yang signifikan terhadap
jumlah kepekatan padatan dalam sampel peningkatan konsentrasi nitrat seperti
air. Pada titik sampel 3 nilai TDS adanya pengikatan nitrogen bebas dari
merupakan tertinggi. Tingginya nilai TDS udara oleh mikroorganisme dan proses
menyebabkan tingginya kadar ion, nitrifikasi yang sempurna oleh
sehingga mengakibatkan tingginya nilai mikroorganisme yaitu bakteri. Secara
DHL. Bahan-bahan terlarut pada perairan umum, dengan semakin rendahnya
alami tidak bersifat toksik, akan tetapi oksigen terlarut maka semakin kecil
jika berlebihan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya proses nitrifikasi.
kekeruhan selanjutnya akan menghambat Walaupun pada semua titik sampling
penetrasi cahaya matahari ke dalam air berada disekitar perkebunan yang sangat

JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 309


Tabel 2. Hasil analisis nitrat dan fosfat pada sampel air

Titik Mean ± StandarDeviasi


Sampling Nitrat (mg/L) Fosfat (mg/L)
a
1 0,112 ± 0,008 0,235 ± 0,003c
2 0,572 ±0,003b 0,089 ± 0,003a
3 0,508 ± 0,007b 0,227 ± 0,000b
4 0,567 ± 0,072b 0,224 ± 0,003b
NAB I 10 0,2
Keterangan: Notasi yang berbeda dalam satu kolom yang sama memberikan perbedaan yang nyata
(P≤0,05) berdasarkan uji Duncan New Multiple Range Tast (DNMRT).
NAB I merupakan nilai ambang batas berdasarkan PP No.82 Tahun 2001 tentang
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, kelas II (untuk masalah irigasi
pertanian, perikanan dan rekreasi air).

yang sangat memungkinkan masuknya c. Analisis mikrobiologi


limbah nitrat yang berasal dari pupuk
dan juga limbah domestik yang berasal Hasil analisis total bakteri
dari perumahan warga, namun dengan sampel air yang diambil dari empat titik
rendahnya pH pada semua titik lokasi sampling sungai Tapung Kiri
sampling menyebabkan tidak terjadinya menunjukkan nilai yang bervariasi.
kenaikan konsentrasi nitrat (Pratiwi, Kontaminasi Coliform, E. coli, jamur
2008). dan total bakteri pada sampel air sungai
Pada kandungan fosfat tidak Tapung Kiri dapat dilihat pada Tabel 3.
memenuhi syarat baku mutu air Kontaminasi Coliform, E. coli
menurut PP No. 82 Tahun 2001. Titik dan jamur pada sampel tertinggi berada
sampling 1 memiliki nilai konsentrasi pada titik sampling 2 dengan nilai secara
tertinggi dengan nilai sebesar 0,235 berturut-turut yaitu 18 × 103 CFU/mL, 4
mg/L. Tingginya fosfat diduga berasal × 103 CFU/mL dan 3 × 102 CFU/mL.
dari aliran sungai yang berasal dari Tingginya E. coli yang merupakan
perumahan warga dan juga masuknya bagian dari bakteri Coliform
pupuk amupun pestisida yang berasal menandakan air pernah terkena polutan
dari lahan pertanian dan perkebunan. yang berasal dari feses manusia ataupun
Dengan adanya perumahan warga serta binatang berdarah panas. Sedangkan
lahan pertanian dan perkebunan, sangat kontaminasi jamur tertinggi pada titik
memungkinkan adanya pemasukan sampling 2 dapat dipengaruhi oleh
limbah domestik terutama dalam bentuk sumber nutrisi yang banyak pada lokasi
fosfat (Supardi, 1994). Serta faktor ini. Suriawiria (2003) menjelaskan
lainnya, seperti penjelasan Achmad bahwa mikroba membutuhkan nutrisi
(2004) yaitu selain dari hanyutan pupuk untuk pertumbuhan maupun
dan limbah domestik, hancuran bahan perkembangan dalam proses
organik dan mineral fosfat berpengaruh metabolism sel. Sumber nutrisi dapat
terhadap konsentrasi fosfat. berasal dari nitrat yang ada,
sehingga

JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 310


Tabel 3. Hasil analisis mikrobiologi penentuan angka lempeng total (ALT) bakteri
Coliform, bakteri E. coli dan jamur pada sampel air sungai TapungKiri.

Titik Total Coliform Total E. coli Total Jamur Total Bakteri


Sampling (CFU/mL) (CFU/mL) (CFU/mL) (MPN/mL)
1 7 × 102 2 × 102 1 × 102 0,43 × 104
2 18 × 103 4 × 103 3 × 102 2,4 × 104
3 15 × 103 2 × 103 2 × 102 4,6 × 104
4 4 × 102 1 × 102 2 × 102 2,1 × 104

Kontaminasi Coliform, E. coli dan jamur KESIMPULAN


pada sampel tertinggi berada pada titik
sampling 2 dengan nilai secara berturut- Parameter TDS, turbiditas,
turut yaitu 18 × 103 CFU/mL, 4 × 103 DHL, kandungan nitrat dan fosfat pada
CFU/mL dan 3 × 102 CFU/mL. titik 2 masih berada pada nilai ambang
Tingginya E. coli yang merupakan batas, sedangkan parameter suhu pada
bagian dari bakteri Coliform titik 2 dan 4, pH pada titik 1, dan DO
menandakan air pernah terkena polutan pada semua titik sampling tidak berada
yang berasal dari feses manusia ataupun pada nilai ambang batas yang telah
binatang berdarah panas. Sedangkan ditentukan berdasarkan PP No 82 Tahun
kontaminasi jamur tertinggi pada titik 2001. Nitrat tertinggi berada pada titik
sampling 2 dapat dipengaruhi oleh sampling 2 yaitu 0,572 mg/L dan tidak
sumber nutrisi yang banyak pada lokasi berbeda secara nyata (P≤0,05) terhadap
ini. Suriawiria (2003) menjelaskan titik sampling 3 dan 4, namun berbeda
bahwa mikroba membutuhkan nutrisi secara nyata (P≤0,05) terhadap titik
untuk pertumbuhan maupun sampling 1. Fosfat tertinggi berada pada
perkembangan dalam proses titik sampling 1 yaitu 0,235 mg/L
metabolism sel. Sumber nutrisi dapat berbeda secara nyata (P≤0,05) terhadap
berasal dari nitrat yang ada, sehingga semua titik sampling lainnya. Tingkat
mempengaruhi jumlah Coliform, E. coli kontaminasi Coliform dan E. coli
dan jamur. masing-masing menunjukkan nilai pada
Total bakteri pada penelitian ini kisaran angka 0,4-18×103 CFU/mL dan
berada pada kisaran 0,43×104 - 4,6×104 0,1-4×103 CFU/mL. Kontaminasi total
MPN/mL, titik sampling 3 memiliki bakteri yang didapatkan pada semua
total bakteri tertinggi dengan nilai sampel berkisar antara 0,43-4,6×104
sebesar 4,6×104 MPN/mL. Hal ini dapat MPN/mL, sedangkan kontaminasi
disebabkan oleh tingginya nutrisi baik jamur menunjukkan nilai pada kisaran
itu nitrat maupun fosfat, sehingga antara 0,1-0,3 × 103 CFU/mL.
mempengaruhi terhadap tingkat
pertumbuhan bakteri. Selain itu, oksigen UCAPAN TERIMA KASIH
terlarut pada titik ini lebih tinggi jika
dibandingkan dengan titik lain dengan Penulis mengucapkan terima
nilai 3,96 mg/L dan akan kasih kepada Direktorat Pendidikan
mempengaruhi terhadap perkembangan Tinggi yang telah menghibahkan Dana
bakteri aerob. Penelitian Unggulan Daerah Sumber

JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 311


Dana BOPTN Universitas Riau Tahun Universitas Trunojoyo Madura,
2012/2013 atas nama Dr. Christine Jose Madura.
serta kepada dosen pembimbing
penelitian berserta seluruh pihak yang Pratiwi, ST. 2008. Mikrobiologi
telah membantu penulis, sehingga Farmasi. Penerbit Erlangga,
penelitian ini dapat diselesaikan dengan Jakarta.
baik.
Putri, N. A. dan Dewi. 2011. Kebijakan
Pemerintah Dalam Pengendalian
DAFTAR PUSTAKA Pencemaran Air Sungai Siak (
Studi Pada Daerah Aliran
Achmad R. 2004. Kimia Lingkungan.
Sungai Siak Bagian Hilir ).
Andi Offset, Universitas Negeri
Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu
Jakarta.
Pemerintahan 1(1) : 68-79.
Akrimi., dan Subroto, G. 2002. Teknik
Supardi, I. 1994. Lingkungan Hidup dan
Pengamatan Kualitas Air dan
Kelestariannya. Penerbit
Plankton di Reservat Danau
Alumni, Bandung.
Arang-arang Jambi. Buletin
Teknik Pertanian 7(2) : 54-58. Suriawiria, U. 2003. Mikrobiologi Air
dan Dasar-Dasar Pengolahan
Cappuccino, J. G. dan Sherman, N.
Buangan Secara Biologis. P.T.
2011. Microbiology a
Alumni, Bandung.
Laboratory Manual. 9th ed.
Benjamin Cummings, San Tatangindatu, F., Kalesaran, O., dan
Francisco. Rompas, R. 2013. Studi
Parameter Fisika Kimia Air pada
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air
Areal Budidaya Ikan di Danau
Bagi Pengelolaan Sumber Daya
Tondano, Desa Paleloan,
dan Lingkungan Perairan.
Kabupaten Minahasa. Jurnal
Kanisius, Yogyakarta.
Budidaya Perairan1(2) : 8-19
Hartanto, S. 2007. Studi Kasus Kualitas
dan Kuantitas Kelayakan Air
Sumur Artetis Sebagai Air
Bersih Untuk Kebutuhan Sehari-
hari di Daerah Kelurahan
Sukorejo Kecamatan Gunung
pati Semarang Tahun 2007.
Skripsi. UNNES. Semarang.

Khasanudin, M. N. 2013. Hubungan


Suhu, Oksigen Terlarut dan pH
Perairan Terhadap Konsentrasi
Nitrat dan Fosfat di Muara
Sungai Wonorejo, Gunung
Anyar Surabaya. Skripsi.

JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 312


JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 2014 313

Anda mungkin juga menyukai