Anda di halaman 1dari 6

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM ENDOKRIN

Disusun untuk memenuhi tugas kuliah Pengkajian KMB Lanjut

Disusun oleh

SUTRISNO
NPM 1206195735

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2012/2013
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM ENDOKRIN

Semua aktifitas dalam tubuh seperti metabolisme tidak lepas dari kinerja hormon
yang di hasilkan oleh kelenjar endokrin. Fungsi kelenjar endokrin dapat diketahui melalui
pengkajian kesehatan dengan wawancara. untuk mengumpulkan data subyektif dan
pengkajian fisik untuk mengumpulkan data obyektif. Beberapa hormon mempengaruhi
seluruh jaringan tubuh dan organ-organ dan manifestasi dari disfungsi nonspesifik,
membuat pengkajian fungsi endokrin lebih rumit dibandingkan dengan sistem lainnya.

A. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada sistem endokrin mungkin dapat dilakukan hanya sebagian
dari keseluruhan pengkajian. atau mungkin sebagian sudah dapat diatasi sendiri oleh klien
dengan pengetahuan dan kecurigaan terhadap masalah fungsi endokrin.
Satu-satunya organ endokrin yang dapat dipalpasi adalah kelejar tiroid.
Bagaimanapun pengkajian lainnya dapat memperlihatkan informasi mengenai masalah
endokrin termasuk inspeksi pada kulit. rambut dan kuku. raut muka. refleks dan sistem
muskuloskeletal. Pengukuran tinggi dan berat badan sangat penting seperti tanda-tanda
vital yang juga memperlihatkan petunjuk terhadap ketidakmampuan fungsi sistem
endokrin. Klien mungkin duduk setelah melakukan latihan. Refleks hammer digunakan
untuk tes refleks tendon bagian dalam. Utamakan latihan perawat mengumpulkan data
penting dan menjelaskan teknik kepada klien untuk mengurangi cemas. Penambahan
teknik untuk mengkaji hipokalsemia, tetanus. Komplikasi terhadap kekacauan endokrin
termasuk urutan latihan.
Teknik Pemeriksaan Kelainan Yang Mungkin Ditemukan Kulit
Kulit Hiperpigmentasi ditemukan pada klien addison desease atau
Inspeksi warna kulit cushing syndrom. Hipopigmentasi terlihat pada klien diabetes
mellitus, hipertiroidisme, hipotiroidisme.
Palpasi (tekstur. kelembaban. Dan adanya Kulit kasar. kering ditemukan pada klien dengan
lesi. hipotiroidisme. dimana kelembutan dan bilasan kulit bisa
menjadi tanda pada klien dengan hipertiroidisme. Lesi pada
ekstremitas bawah
mengindikasikan DM.
Kuku dan Rambut Peningkatan pigmentasi pada kuku diperlihatkan oleh klien
dengan penyakit addison desease, kering, . tebal. dan rapuh
terdapat pada penyakit hipotiroidisme, rambut
lembut]hipertyroidisme. Hirsutisme terdapat pada penyakit
cushing syndrom

Muka (inspeksi bentuk dan kesimetrisan Variasi dan bentuk dan struktur muka mungkin dapat
wajah), inspeksi posisi mata diindikasikan dengan penyakit akromegali mata.
Kelenjar Thyroid Tidak membesar pada klien dengan penyakit graves atau
Palpasi kelenjar tyroid terhadap ukuran dan goiter. Multiple nodulus terdapat pada metabolik. seperti yang
konsistensinya. Pemeriksa berdiri di ditunjukkan hanya pada nodul yang bisa diindikasi bisul,
belakang klien dan tempatkan kedua tumor malignan dan. benigna.
tangan anda pada sisi lain pada trachea di
bawah kartilago thyroid. Minta klien untuk
miringkan kepala ke kanan Minta klien
untuk menelan. Setelah klien menelan.
pindahkan pada sebelah kiri. selama
palpasi pada dada kiri bawah
Fungsi Motorik Peningkatan refleks dapat terlihat pada penvakit
Mengkaji tendon dalam-tendon refleks hipcrtiroidisme penurunan refleks dapat terlihat pada penvakit
Refleks tendon dalam disesuaikan dengan hipotiroidisnie
tahap perkembangan biceps,
brachioradialis,triceps, Patellar, achilles.
Fungsi sensorik Neuropati periperal dan parastesia dapat terjadi pada diabetes,
Mengkaji fungsi sensorik Tes sensitivitas hipotiroidisme dan akromegali.
klien terhadap nyeri, temperature, vibrasi,
sentuhan, lembut. Stereognosis.
Bandingkan kesimetrisan area pada kedua
sisi dan tubuh. Dan bandingkan bagian
distal dan proksimal
dan ekstremitas. minta klien untuk
menutup mata. Untuk mengetes nyeri
gunakan jarum yang tajam dan tumpul.
Untuk tes temperature. gunakan botol yang
berisi air hangat dan dingin. Untuk
mengetes rasa getar gunakan penala garpu
tala. Untuk mengetes stereognosis.
tempatkan objek (bola kapas, pembalut
karet) pada tangan klien. kemudian minta
klien mengidentifikasi objek tersebut.
Struktur Muskuloskeletal Orang jangkung, yang disebabkan karena insufisiensi growth
Inspeksi ukuran dan proporsional struktur hormon. Tulang yang sangat besar, bisa merupakan indikasi
tubuh klien akromegali.
Hipokalsemi Tetani Peningkatan kadar kalsium]tangan dan jari-jari klien kontraksi
Pengkajian tanda trousseaus dan tanda (spasme karpal)
chvoteks

B. Pengkajian Untuk Lanjut Usia.


Efek dan usia pada sistem endokrin sedikit lebih sulit untuk mendeteksi dengan
organ tubuh lain. Walaupun demikian gangguan endokrin lebih banyak pada usia 40 tahun.
Pada wanita, produksi hormon meningkat dibanding dengan menopause. Dari pria dan
wanita, output anterior pituitary mengalami penurunan.
Umur yang relative terjadi perubahan pada struktur dan fungsi dan kelenjar endokrin
adalah sebagai berikut :
a. Kelenjar tiroid mengalami derajat yang sama dengan atropfi, fibrosis and
nodularity
b. Hormon tiroid mengalami level penurunan dan hypoparatiroidisme biasanya sering
pada orang dewasa.
c. Kelenjar adrenal kehilangan beberapa berat badan dan menjadi makin buruk,
fibrotik
d. Pada bagian anterior, kelenjar pituitary mengalami penurunan ukuran dan menjadi
mati/fibrotik.

Beberapa variasi yang normal dibandingkan dengan yang tidak, dapat menjadi bingung
dengan penemuan abnormal pada endokrin adalah sebagai berikut :
a. Pikun, beberapa kecil coklat, flat macula dapal dilihat pada lengan dan dorsal pada
tangan.
b. Seboroik, keratosis, penebalan pada area pigmentasi, dapat dilihat pada wajah dan
tangan.
c. Pertumbuhan rambut yang lambat
d. Kuku semakin tebal, brittle dan kuning
e. Kulit wajah menjadi louggar dan tulang menjadi lebih menonjol. Penurunan
terhadap sensasi perabaan
f. Penurunan refleks tendon
g. Penurunan tinggi badan

C. Interpretasi Klinik Uji Laboratorium


Pokok-pokok penting dalam interpretasi uji laboratorium dapat diringkaskan sebagai
berikut:
a. Setiap hasil harus diinterpretasi dari segi pengetahuan klinik pasien dengan
menggunakan data dari riwayat dan pemeriksaan fisik.
b. Kadar basal dari hormon atau efek perifer dari hormon harus diinterpretasi dari segi
cara hormon dilepaskan dan dikendalikan.
c. Kadar hormon pada sebagian besar kasus harus diinterpretasi bersamaan dengan
informasi dari uji lain yang mencerminkan status pasien ;kadar PTH serum dalam segi
kalsium serum; kadar aldosteron serum dalam segi kadar renin plasma; kadar
gonadotropin serum dari segi kadar estradiol atau testosteron; dll.
d. Kadang-kadang, pengukuran urin lebih unggul dibandingkan uji plasma untuk
menguji pelepasan terpadu dari hormon.
e. Rentang nilai normal dapat bervariasi dari satu laboratorium ke laboratorium lainnya .
Harus digunakan nilai normal yang semestinya.
f. Uji laboratorium harus diinterpretasikaan dengan pengetahuan mengenai nilai dari uji.
Rentang normal yang dilaporkan untuk uji tidak dapat digunakan sebagai hal yang
absolut dan harus diinterpretasi dari segi situasi klinik.
g. Kadang-kadang, hasil uji laboratorium terganggu oleh zat-zat luar atau pencemar.
Misalnya , pada keadaan sakit, lipid dalam plasma kadang-kadang mengganggu
pengukuran dari kapasitas pengikatan-hormon tiroid. Heparin dapat melepaskan asam
amino bebas ke dalam plasma, menyebabkan pergeseran dari T3 dan T4 dari protein
plasma dan pembacaan yang palsu dari kapasitas pengikatan. Pada kehamilan, CG
dapat bereaksi-silang pada uji TSH. Antibodi yang dihasilkan ketika hormon
digunakan dalam terapi (insulin, GH, dll) dapat menyebabkan peningkatan yang besar
dari hormon total yang disebabkan oleh sekuestrasi dari hormon.
h. Uji provokatif kadang-kadang diperlukan.
i. Pemeriksaan pencitraan dapat membantu diagnosis, khususnya untuk segi sumber
hipersekresi hormon.

Tabel 2 . Hormon-hormon yang digunakan pada peantalaksanaan endokrinologik.


Hormon atau Analog Kegunaan Evaluasi
Glukokortikoid Penekanan inflamasi atau
respons imun
Hormon pertumbuhan Postur kecil Sindroma wasting
Osteoporosis
PTH Osteoporosis
IGF-1 Osteoporosis
Oktreotida asetat Inhibisi pelepasan GH Diare Sindroma wasting
Progesteron Kontrasepsi Kanker prostat Kanker Tumor
Estrogen payudara neuroendokrin
Testosteron
Prostaglandin Induksi persalinan, terminasi kehamilan,
mempertahankan patensi duktus arteriosius
pada pembedahan
Daftar Pustaka

Bickley, L.S & Szilagyi, P.G (2009). Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates,
Edisi 8. (terjemah) alih bahasa dr. Andri Hartono, editor dr. linda D, dr. Andita N,
dan dr. Sherli K. Jakarta:EGC
Gosling JP: A decade of development in immunoassay methodology. Clin Chem
1990;36:1408.
Vaitukaitis JL: Hormone assays. In Felig P. Endocrinology and Metabolism, 2nd ed.
McGrawHill,1987; 58-62
Ekins R: Measurement of free hormones in blood. EndocrRev 1990;11:5.
Black, Joyce M., Hawks, Jane Hokanson. (2005). Medical Surgical Nursing: Clinical
Management for Positive Outcomes. Philadelphia: Elsevier Sounders.
Potter, P.A., dan Perry, A.G. (1999). Fundamental of Nursing: Concepts, Process, and
Practice. 4th Ed. (Terj. Renata Komalasari). Jakarta: EGC.
Linton, A.D. (2012). Introduction to Medical Surgical Nursing. 5th Ed Philadelphia:
Elsevier Sounders.
Mone, PL.,Burke,K.(2008). Medical Surgical Nursing: Critical Thinking In Client Care.
4th Ed. New Jersey: Pearson Education Inc.
Sherwood, L. (1996). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. (Terj. Brahm. U. Pendit).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer, S.C. (2002). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing.
(Terj. Agung Waluyo). Jakarta: EGC.
Willms, J. (2003). Physical Diagnosis: Bedside Evaluation of Diagnosis and Function.
(Terj. Harjanto). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai