Antialergi
Oleh:
Fatimah Maulada (6118100
Haris Prasetyo (6118100
Maria Claudya (611810023)
Marsiana Dita (611810025)
Mellynia Ismoyo (611810027)
Alergi adalah reaksi abnormal atau reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh terhadap suatu
zat. Alergi timbul bila ada kontak terhadap zat tertentu yang biasanya, pada orang normal tidak
menimbulkan reaksi. Zat penyebab alergi ini disebut allergen. Allergen bisa berasal dari berbagai
jenis dan masuk ke tubuh dengan berbagai cara. Bisa saja melalui saluran pernapasan, berasal dari
makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit seperti;
kosmetik, logam perhiasan, jam tangan, dan lain-lain. Namun, sebagian
besar para pakar lebih suka menggunakan istilah alergi dalam kaitannya dengan respon imun ber
-
lebihan yang menimbulkan penyakit atau yang disebut reaksi hipersensitivitas. Hal ini bergantun
g pada berbagai keadaan, termasuk pemaparan antigen, predisposisi genetik,kecenderungan
untuk membentuk IgE dan faktor-faktor lain, misalnya adanya infeksi saluran nafas bagian atas,
infeksi virus, penurunan jumlah sel T-supresor dan defisensi IgA. Secara umum penyakit alergi
digolongkan dalam beberapa golongan, yaitu:
1. Alergi atopik : reaksi hipersensitivitas I pada individu yang secara genetic menunjukkan
kepekaan terhadap alergen dengan memproduksi IgE secara berlebihan.
2. Alergi obat reaksi imunologi yang berlebihan atau tidak tepat terhadap obat tertentu.
3. Dermatitis kontak : reaksi hipersensitivitas IV yang disebabkan oleh zat kimia, atau
substansi lain misalnya kosmetik, makanan, dan lain-lain.
4. Manifestasi klinik alergi paling sering tampak melalui 3 organ sasaran, yaitu saluran
nafas, gastrointestinal dan kulit.
Etiologi
Ada beberapa jenis penyebab alergi yaitu :
1. Defisiensi limfosit T yang mengakibatkan kelebihan IgE.
2. Kelainan pada mekanisme umpan balik mediator.
3. Faktor genetik.
4. Faktor lingkungan : debu, tepung sari, tungau, bulu binatang, berbagai jenis makanan
dan zat lain.
Patofisiologi
Gejala alergi timbul apabila reagin atau IgE yang melekat pada permukaan mastositatau
basophil bereaksi dengan alergen yang sesuai. Interaksi antara alergen dengan IgE yang
menyebabkan ikat-silang antara 2 reseptor-Fc mengakibatkan degranulasi sel dan penglepasan
substansi-substansi tertentu misalnya histamin, vasoactive amine, prostaglandin, tromboksan,
bradikinin. Degranulasi dapat terjadi kalau terbentuk ikat-silang akibat reaksi antara IgE pada
permukaan sel dengan anti-IgE.
Histamin melebarkan dan meningkatkan permeabilitas vaskular serta merangsang
kontraksi otot polos dan kelenjar eksokrin. Di saluran nafas, histamin merangsang kontraksi otot
polos sehingga menyebabkan penyempitan saluran nafas dan menyebabkan membrane saluran
nafas membengkak serta merangsang ekskresi lendir pekat secara berlebihan. Hal ini
mengakibatkan saluran nafas tersumbat, sehingga terjadi asma, sedangkan pada kulit, histamin
menimbulkan benjolan (urtikaria) yang berwarna merah (eritema) dan gatal
karena peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan pelebaran pembuluh darah. Pada
gastrointestinal, histamine menimbulkan reflek muntah dan diare
Manifestasi Klinik-
Asma.
Urtikaria.
Diare dan kram abdomen
Muntah-muntah.
Dermatitis atopik.
Farmakodinamik
Reseptor histamin
Histamin berinteraksi dengan reseptor spesifik pada berbagai jaringan target. Reseptor
histamine dibagi menjadi histamine 1 (H1) dan histamine 2 (H2). Pengruh histamine terhadap sel
dari berbagai jaringan tergantung pada fungsi sel dan rasio reseptor H1:H2. Aktivasi reseptor H1
menyebabkan kontraksi otot polos, meningkatkan permeabilitas pembuluh darah, dan sekresi
mukus. Sebagian dari efek tersebut mungkin diperantarai oleh peningkatan cyclic guanosine
monophosphate (cGMP) di dalam sel. Histamine juga berperan sebagai neurotransmiter dalam
susunan saraf pusat.
Aktivasi reseptor H2 terutama menyebabkan sekresi asam lambung. Selain itu juga
berperan dalam menyebabkan vasodilatasi dan flushing. Histamine menstimulasi sekresi asam
lambung, meningkatkan kadar cAMP dan menurunkan kadar cGMP, sedangkan antihistamin H2
meblokade efek tersebut. Pada otot polos bronkus aktivasi reseptor H1 oleh histamine
menyebabkan bronkokonstriksi sedangkan aktivasi reseptor H2 oleh agonis reseptor H2 akan
menyebabkan relaksasi. Selain itu, telah ditemukan pula reseptor H3, berfungsi menghambat saraf
kolinergik dan non kolinergik yang merangsang saluran napas. Blockade terhadap reseptor ini
membatasi terjadinya bronkokontriksi yang diinduksi oleh histamin.
Antialergi
Antialergi adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamine dalam tubuh melalui
mekanisme penghambatan bersaing pada reseptor H1, H2 dan H3. Efek antihistamin bukan suatu reaksi antigen
antibodi karena tidak dapat menetralkan atau mengubah efek histamin yang sudah terjadi. Antihistamin pada
umumnya tidak dapat mencegah produksi histamin. Antihistamin bekerja terutama dengan menghambat
secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor khas.Antihistamin sebagai penghambat dapat
mengurangi degranulasi sel mast yang dihasilkan dari pemicuan imunologis oleh interaksi antigen IgE. Cromolyn
dan Nedocromil diduga mempunyai efek tersebut dan digunakan pada pengobatan asma, walaupun
mekanismemolekuler yang mendasari efek tersebut belum diketahui hingga saat ini. Berdasarkan hambatan pada
reseptor khas antihistamin dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :
Antagonis H1
Terutama digunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi. Contohobatnya adalah: difenhidramin,
loratadin, desloratadin, meclizine, quetiapine (khasiat antihistamin merupakan efek samping dari obat antipsikotik
ini), dan prometazina.
Antagonis H2
Digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan penderita pada tukak lambung serta
dapat pula dimanfaatkan untuk menangani peptic ulcer dan penyakit refluks gastro esofagus. Contoh
obatnya adalah simetidin, famotidin, ranitidin, nizatidin,roxatidin, dan lafutidin.
Antagonis H3
Sampai sekarang belum digunakan untuk pengobatan, masih dalam penelitian lebih lanjut dan kemungkinan
berguna dalam pengaturan kardiovaskuler, pengobatan alergi dan kelainan mental. Contoh obatnya adalah
ciproxifan, dan clobenpropit. Beberapa obat lainnya juga memiliki khasiat antihistamin. Contohnya adalah obat
antidepresan trisiklik dan antipsikotik. Prometazina adalah obat yang awalnya ditujukan sebagai antipsikotik, namun
kini digunakan sebagai antihistamin. Senyawa-senyawa lain seperti cromoglicate dan nedocromil, mampu
mencegah pelepasan histamin dengan cara menstabilkan sel mast, sehingga mencegah degranulasinya.
Cetirizine (Zyrtex)
Cetirizine HCl merupakan antagonis reseptor H-1. Nama kimianya adalah (±) – [2-[4-[(4-
chlorophenyl)phenylmethyl]-1-piperazinyl]ethoxy]acetic acid. Rumus empirisnya adalah
C12H25C4 N2O3.2HCl dan Bmnya 461,82.Cetirizine dapat menurunkan jumlah histamin dengan mengurangi
jumlah produksi prostaglandin dan menghambat migrasi basofil yang diinduksi oleh antigen.
Indikasi : seasonalallergic rhinitis (karena pollen, rumput). Perennial allergic rhinitis (karena debu, bulu
binatang,dan jamur). Chronic urticaria. Efek samping : anoreksia, tachycardia, migraine, konstipasi,dehidrasi.
Fexofenadine
Fexofenadine HCl (paten: Allegra dan Telfast) adalah suatu obat antihistamin yang digunakanuntuk pengobatan
demam dan gejala alergi yang mirip lainnya. Obat ini merupakan obat alternatif dari terfenadine yang memiliki
kontra indikasi yang serius. Fexofenadine sepertiantagonis H1 generasi 2 dan 3 lainnya, tidak dapat melewati blood
brain barrier dan kurangmenyebabkan efek sedative dibandingkan dengan obat generasi 1. kerja dari obat ini
adalahsebagai antagonis dari reseptor H1.Indikasi : seasonal allergic rhinitis, chronic idiopathic urticaria.Efek
samping : dizziness, back pain, cough, stomach discomfort, pain in extremity.Kontraindikasi : pada pasien dengan
hipersensitifitas dengan fexofenadine dan beberapa aksuslainnya yang jarang terjadi menyebabkan angiodema,
sesak nafas, kemerahan pada kulit dananafilaksis.Terdapat obat-obat generasi dua yang dapat mengakibatkan
cardiotoxic seperti astemizole.Obat astemizole dapat berikatan dengan potassium (K) channel, yang merupakan
reglator potensial membrane sel. Ikatan ini dapat menyebabkan terganggunya fungsi
potassium channelmenyebabkan Long QT Syndrome. Long DT Syndrome merupakan perpanjangan dari
QTinterval. Apabila QT interval panjang, secara otomatis ritme jantung akan menurun, disebut juga dengan
bradycardia. Bradycardia akan menyebabkan kurngnya supply oksigen dalamtubuh dan juga
penyumbatan aliran darah (heart block)