Css - Yessica Destiana - G1a218102 - Anak
Css - Yessica Destiana - G1a218102 - Anak
Oleh:
Yessica Destiana, S.Ked*
G1A218102
Pembimbing:
Dr. dr. H. Mustarim, Sp.A (K), M.Si, Med**
Oleh:
Yesica Destiana, S.Ked
G1A218102
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa
sebab karena rahmatnya, tugas baca jurnal atau clinical science session (CSS) yang
berjudul “Kelahiran Rendah, Prematuritas, dan Pre-Eklampsia sebagai Faktor
Risiko Asfiksia Neonatal” ini dapat terselesaikan. Tugas ini dibuat agar penulis dan
teman – teman sesama koass periode ini dapat memahami tentang faktor resiko
terjadinya asfiksia neonatorum. Selain itu juga sebagai tugas dalam menjalankan
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Anak di RSUD Raden Mattaher Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr. H. Mustarim, Sp.A (K),
M.Si, Med, selaku pembimbing dalam kepaniteraan klinik senior ini dan khususnya
pembimbing dalam tugas baca jurnal ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh
dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar lebih baik
kedepannya. Akhir kata, semoga tugas baca jurnal ini bermanfaat bagi kita semua
dan dapat menambah informasi serta pengetahuan kita.
Penulis
Kelahiran Rendah, Prematuritas, dan Pre-Eklampsia sebagai Faktor Risiko
Asfiksia Neonatal
Abstrak
Latar Belakang :
Asfiksia neonatorum adalah kondisi bayi yang tidak bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir. Kondisi ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnia, dan
berakhir dengan asidosis. Asfiksia yang berlangsung lama dapat menyebabkan
kerusakan otak dan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki faktor
risiko asfiksia di Rumah Sakit Nganjuk, Jawa Timur.
Hasil :
Risiko asfiksia meningkat dengan berat lahir rendah (OR = 2.58; 95% CI = 3.80
hingga 46.15; p <0.001), kelahiran prematur (OR = 1.27; 95% CI = 1.23 hingga
10.25; p = 0.019), dan sebelum eklampsia (OR = 3,74; 95% CI = 12,54 hingga
141,05; p <0,001).
Kesimpulan
Risiko asfiksia meningkat dengan berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, dan
preeklamsia.
Kata Kunci : asfiksia, neonatus, berat badan lahir rendah, prematur, preeklamsia
LATAR BELAKANG
Asfiksia adalah kegagalan pernapasan spontan dan teratur saat lahir atau
segera setelah lahir (Prambudi, 2013). Transisi dari kehidupan janin intrauterin ke
kehidupan bayi di luar rahim menunjukkan perubahan. Kegagalan untuk
menurunkan resistensi vaskuler paru menyebabkan hipertensi paru persisten pada
bayi baru lahir, aliran darah paru yang tidak adekuat dan hipoksemia relatif.
Ekspansi paru yang tidak memadai menyebabkan gagal napas (Kosim, 2014).
Kematian bayi dapat disebabkan oleh asfiksia. Angka kematian bayi (AKB)
di ASEAN menempati urutan kedua tertinggi di 142 per 1.000 setelah Afrika.
Indonesia adalah negara dengan angka kematian bayi yang lebih tinggi yang berada
di peringkat ke-5 di ASEAN (WHO, 2015).
AKB yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik di Provinsi Jawa Timur
pada 2012 adalah 28,31 per 1.000 kelahiran hidup. 27,38% kematian neonatal
disebabkan oleh asfiksia (Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2012). Sepanjang 2014 di
Kabupaten Nganjuk, angka kematian neonatal adalah 131 kasus atau 8 per 1.000
kelahiran hidup dengan 25.146 kelahiran. Penyebab kematian neonatal (0-28 hari)
di Kabupaten Nganjuk sebagian besar disebabkan oleh BBLR, asfiksia, kelainan
bawaan dan infeksi. (Dinas Kesehatan Nganjuk, 2014). Insiden asfiksia di Rumah
Sakit Regional Nganjuk pada 2017 adalah 162 kasus (4,24%) dari 1.011 bayi yang
lahir (Dinas Kesehatan Nganjuk, 2017).
Komplikasi asfiksia karena pembentukan organ vital yang tidak lengkap dan
kurangnya kemampuan organ pernapasan bayi untuk menjalankan fungsinya. Pre-
eklampsia adalah salah satu faktor predisposisi untuk insufisiensi plasenta yang
dapat menyebabkan hipoksia ante dan intrapartum, pertumbuhan janin terhambat
dan per salinan prematur (Muslihatun, 2010).
Komplikasi dapat terjadi karena asfiksia termasuk hipoksia, hiperkapnia
dan asidosis metabolik (Muslihatun, 2010). Asfiksia neonatal menyebabkan
morbiditas dan mortalitas. Insiden kematian adalah 20% dan kecacatan neurologis
diperkirakan sekitar 25% (Antonucci et al, 2014). Selain itu, asfiksia juga dapat
menyebabkan kelainan fisik dan perkembangan mental, seperti cerebral palsy,
retardasi mental, epilepsi, dan ketidakmampuan belajar (Mohan et al, 2013).
1. Desain Studi
Ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain case control.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Nganjuk, Jawa Timur, pada bulan Juli
2018.
2. Studi Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah semua bayi di ruang neonatal, Rumah Sakit
Nganjuk, dari Januari hingga Desember 2017. Sampel total 150 bayi dipilih
dengan pengambilan sampel penyakit tetap, termasuk 50 bayi dengan asfiksia
dan 1oo neonatus tanpa asfiksia.
3. Variabel Studi
Variabel dependen adalah asfiksia neonatal. Variabel independen adalah berat
lahir rendah, prematur, dan pre eklampsia
4. Defenisi Operasional
Asfiksia neonatorum didefinisikan sebagai kondisi bayi yang lahir mengalami
kesulitan bernapas dengan skor APGAR kurang dari 7 dalam 5 menit pertama.
Hasil pengukuran dibagi menjadi dua: a) asfiksia adalah jika nilai APGAR
adalah ≤ 6 dalam 5 menit pertama dengan kode "1" dan b) bukan asfiksia jika
nilainya> 6 dalam 5 menit pertama dengan kode "0". Data diambil dari rekam
medis. Skala pengukuran kontinu.
Berat lahir rendah (BBLR) didefinisikan sebagai bayi yang lahir dengan berat
lahir kurang dari 2500 gram. Data diambil dari rekam medis. Skala pengukuran
kontinu, tetapi untuk tujuan analisis data, itu diubah menjadi dikotomis, kode
0 untuk berat lahir normal dan 1 untuk BBLR. Dini didefinisikan sebagai bayi
yang lahir <37 minggu kehamilan. Data diambil dari rekam medis. Skala
pengukuran kontinu, tetapi untuk tujuan analisis data, itu diubah menjadi
dikotomis, kode 0 untuk prematur dan 1 untuk normal.
Pre eklampsia didefinisikan sebagai suatu kondisi ketika bayi lahir dari ibu
dengan preeklampsia atau eklampsia. Data diambil dari rekam medis. Skala
pengukuran adalah kategoris, kode 0 untuk tidak memiliki pre eklampsia dan
1 untuk pre eklampsia.
5. Analisis data
Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis
multivariat dilakukan dengan analisis regresi logistik berganda.
6. Etika Penelitian
Etika penelitian termasuk informed consent, anonimitas, kerahasiaan, dan izin
etis.
HASIL
1. Analisis Univariat
Hasil analisis univariat ditunjukkan pada tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa
bayi dengan berat lahir rendah adalah 70 (46,7%). Jumlah bayi dengan
kelahiran prematur adalah 53 (35,3%). Jumlah pre eklampsia adalah 56
(37,3%).
2. Analisis Bivariat
Data dianalisis dengan Chi-square untuk mengamati hubungan antara BBLR,
preterm, dan pre eklampsia dengan asfiksia neonatal. Hasil analisis bivariat
dapat dilihat pada tabel 2.
3. Analisis Multivariat
Hasil analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik ganda dapat
dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara
BBLR, prematur, dan pre eklampsia pada kejadian asfiksia neonatal. Tabel 3
menunjukkan bahwa risiko asfiksia neonatal meningkat dengan BBLR (OR =
2,58; 95% CI = 3,80 hingga 46,15; p <0,001), kelahiran prematur (OR = 1,27;
95% CI = 1,23 hingga 10,25; p = 0,019), pre eklampsia (OR = 3,74; 95% CI =
12,54 hingga 141,05; p <0,001).
Asfiksia
95 % CI
Variabel Yes No Total
OR p
Independen N = 50 N = 100 Lower Upper
n % n % n % Limit Limit
LBW
No 15 18,8 65 81,2 80 100 <
4,33 2,09 9,00
Yes 35 50 35 50 70 100 0,001
Premature
birth
No 24 24,7 73 75,3 97 100 <
2,93 1,44 5,95
Yes 26 49,1 27 50,9 53 100 0,002
Pre
eclamsia
No 9 9,6 85 90,4 94 100 <
25,82 10,43 63,91
Yes 41 26,8 15 73,2 56 100 0,001
Tabel 3. Hasil analisis regresi logistik ganda pada faktor risiko asfiksia
neonatal
95 % CI
Variabel
OR Lower p
Independen Upper Limit
Limit
LBW 2,58 3,80 46,15 < 0,001
Prematurity 1,27 1,23 10,25 < 0,019
Pre Eclamsia 3,74 12,54 141,05 < 0,001
DISKUSI