Anda di halaman 1dari 16

Perlindungan Hukum bagi Perawat Dalam Tindakan Medis Di Rumah Sakit Cakra Husada

Klaten, Pasca Disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014 Tentang
1
Keperawatan
VERONIKA MARINI LASMITA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu aspek dalam

pembangunan nasional yang dikembangkan melalui upaya kesehatan.

Upaya ini dimaksudkan untuk menunjang pencapaian cita-cita bangsa

Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia tahun 1945, alinea IV yaitu melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan

ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Menurut Henrik L. Blum dalam health and well being paradigm,

pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor penentu derajat

kesehatan masyarakat selain perilaku, keturunan, dan lingkungan.

Pelayanan kesehatan ini meliputi sumber daya manusia dan sumberdaya

non manusia.1

Pencapaian derajat kesehatan yang optimal harus diwujudkan

dalam berbagai upaya kesehatan yang menyeluruh dan terpadu. Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa upaya kesehatan adalah setiap kegiatan

1
Muninjaya, A. A. Gede, 2004, Manajemen Kesehatan, edisi ke-2, Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, hlm. 13.
Perlindungan Hukum bagi Perawat Dalam Tindakan Medis Di Rumah Sakit Cakra Husada
Klaten, Pasca Disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014 Tentang
2
Keperawatan
VERONIKA MARINI LASMITA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi

dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan dan bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,

pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan / atau

masyarakat.

Pelaksanaan upaya kesehatan merupakan implementasi dari hak

warga Negara dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28H yang

menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,

bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat

serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Hak kesehatan dan pelayan

kesehatan juga diatur dalam Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yaitu setiap

orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat serta Pasal 4

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang

Kesehatan yaitu setiap orang berhak akan kesehatan.

Penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan baik untuk jenis

perorangan dan kesehatan masyarakat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan

yang memiliki kewenangan dan kualifikasi minimum. Kewenangan untuk

menyelenggarakan pelayanan kesehatan ini harus sesuai dengan ketentuan

bahwa ;2

1. Dilaksanakan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan bidang keahlian

yang dimiliki,

2
Notoatmodjo, Soelidjo, 2010, Etika dan Hukum Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jkarta, hlm. 55
Perlindungan Hukum bagi Perawat Dalam Tindakan Medis Di Rumah Sakit Cakra Husada
Klaten, Pasca Disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014 Tentang
3
Keperawatan
VERONIKA MARINI LASMITA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2. Tenaga kesehatan wajib memiliki ijin dari pemerintah,

3. Dilarang mengutamakan kepentingan yang bernilai materi, dan

4. Harus memenuhi ketentuan kode etik standar profesi, hak pengguna

pelayan kesehatan, standar pelayannan dan standar prosedur

operasional yang baku digunakan.

Pengertian rumah sakit menurut Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,

rawat jalan dan rawat darurat . rumah sakit juga merupakan salah satu

subsistem pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan dua jenis

pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

administrasi.3

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu persyaratan

umum yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan pelayanan di rumah

sakit, selain persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, kefarmasian dan

peralatan. Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

44 tahun 2009, menjabarkan persyaratan SDM yang harus dimiliki oleh

rumah sakit yaitu tenaga tetap yang meliputi tenaga medis dan penunjang

medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen rumah

sakit dan tenaga nonkesehatan.

Sesuai dengan pasal 1 ayat Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014

3
Munindjaya, A. A. Gede, op. cit, hlm. 202
Perlindungan Hukum bagi Perawat Dalam Tindakan Medis Di Rumah Sakit Cakra Husada
Klaten, Pasca Disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014 Tentang
4
Keperawatan
VERONIKA MARINI LASMITA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

tentang Tenaga Kesehatan, tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan

/ atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan dan untuk

jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya

kesehatan.4

Berdasarkan definisi tersebut maka tenaga kesehatan berwenang

untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan semua bidang keahliannya,

namun dalam penyelenggaraanya setiap tenaga kesehatan wajib memiliki

izin dari pemerintah, sehingga masyarakat sebagai pengguna jasa akan

mendapatkan pelayanan yang aman, terjamin serta masyarakat maupun

tenaga kesehatan sendiri juga terlindungi dari hukum.

Tentu saja tenaga kesehatan memberikan pelayanan kesehatan di

rumah sakit. Pelayanan kesehatan merupakan kegiatan utama rumah sakit

yang menempatkan dokter dan perawat sebagai tenaga kesehatan yang

paling dekat dalam hubungannya dengan upaya penyembuhan pasien.

Dalam pandangan masyarakat, lingkup pekerjaan dokter dan perawat

merupakan hal yang sulit dibedakan, namun secara normatif lingkup dan

batas-batas kewenangan dokter dan perawat diatur dalam peraturan

perundang-undangan sesuai bidang ilmu dan kompetensinya. Hal ini

dimaksudkan untuk menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu

perlindungan hukum bagi pasien, dokter dan perawat dalam pelayanan

4
Soekanto, Soerjono, Pengantar Hukum Kesehatan, Remadja Karya, Bandung, hlm.99.
Perlindungan Hukum bagi Perawat Dalam Tindakan Medis Di Rumah Sakit Cakra Husada
Klaten, Pasca Disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014 Tentang
5
Keperawatan
VERONIKA MARINI LASMITA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

kesehatan.5

Pengertian perawat dalam Undang-Undang Negara Republik

Indonesia Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan adalah seseorang

yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun luar negeri

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sebagaimana hal tersebut

juga di atur di dalam Peraturan Menteri kesehatan Nomor

HK.02.02/MENKES/148/I/2010 jo. Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2013 tentang perubahan atas

Peraturan Menteri kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/148/2010

tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat. Secara umum praktik

keperawatan dalam tatanan pelayanan kesehatan dapat terlaksana dalam

tiga lingkup, yaitu:

1. Pelaksananaan tindakan mandiri perawat berupa asuhan keperawatan;

2. Pelaksanaan tindakan kedokteran ( medis ) berdasarkan instruksi

dokter;

3. Pelaksanaan asuhan keperawatan dan tindakan medis tanpa

pelimpahan wewenang dokter (mandiri). Lingkup praktik keperawatan

ini dilakukan dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa

seseorang atau pasien dan tidak ada dokter di tempat kejadian, serta

bagi perawat yang menjalankan praktik di daerah yang tidak ada

dokter dalam rangka menjalankan tugas pemerintah.

Dalam kurikulum pedidikan keperawatan, baik tingkat Diploma


5
Praptianingsih, Sri, Kedudukan Hukum Perawat dalam Upaya Pelayanan Kesehatan di Rumah
Sakit, PT. Raja Grafindo Persadja, Jakarta, hlm.25.
Perlindungan Hukum bagi Perawat Dalam Tindakan Medis Di Rumah Sakit Cakra Husada
Klaten, Pasca Disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014 Tentang
6
Keperawatan
VERONIKA MARINI LASMITA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

maupun Strata satu (S1) terdapat skill station yang mengajarkan tindakan-

tindakan dalam memberikan asuhan keperawatan maupun tindakan medis,

misalnya heching luka dan tindakan pemberian obat. Obat dapat diberikan

baik secara oral maupun parental (melalui pembuluh darah), dimana

pemberian obat parenteral merupakan tindakan invasif yang hanya dapat

dilakukan perawat atas delegasi dokter, sehingga tanpa adanya

pendelegasian perawat tidak berwenang memberikan obat parental

meskipun secara keterampilan perawat mahir melakukannya. Penjabaran

wewenang perawat yang tercantum dalam Pasal 30 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014 tentang keperawatan,

mempertegas bahwa sesungguhnya tindakan mandiri perawat bersifat

caring yang bertujuan untuk upaya peningkatan kesehatan,

mempertahankan kesehatan optimal pasien, pencegahan penyakit dan

pemulihan.

Fakta yang terjadi di tempat pelayanan kesehatan seperti rumah

sakit adalah kebanyakan tindakan medis bersifat diagnostik dan terapi

dilakukan oleh tenaga perawat seperti pemasangan infus, injeksi, heacting,

anestesi lokal, pengambilan sampel darah dan hal lain yang bersifat

invasif. Padahal tindakan tersebut bukan merupakan kewenangan perawat.

Tindakan medis hanya dapat dilakukan oleh perawat dalam keadaan

darurat untuk penyelamatan nyawa dan tidak ada dokter di tempat

kejadian.
Perlindungan Hukum bagi Perawat Dalam Tindakan Medis Di Rumah Sakit Cakra Husada
Klaten, Pasca Disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014 Tentang
7
Keperawatan
VERONIKA MARINI LASMITA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Disahkannya Undang-udang Republik Indonesia No. 38 tahun

2014 tentang Keperawatan pada tanggal 25 September 2014 yang lalu,

memberikan suatu jalan untuk mengeluarkan berbagai peraturan

pemerintah termasuk didalamnya perlindungan hukum bagi perawat.

Berikut perbedaan Sebelum dan sesudah disahkannya Undang-Undang

Keperawatan. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan

dengan praktik dan perlindungan hukum dari perawat diantaranya:

Tabel 1.1 Perbandingan Sebelum dan Sesudah Disahkannya

Undang-Undang Keperawatan

Sebelum Sesudah

1. Klasifikasi terhadap 1. latar belakang perawat

tenaga kesehatan hanya menjadi lebih jelas dan

secara dikotomis (tenaga terstruktur. Pada Undang-

sarjana dan bukan sarjana) Undang Republik Indonesia

belum juga tercantum Nomor 38 tahun 2014 tentang

berbagai jenis tenaga Keperawatan diatur mengenai

sarjana kepeawatan pendidikan perawat (perawat

seperti sekarang vokasional dan perawat

profesional).

2. Kepastian dan perlindungan


2. Pada keadaan tertentu
Perlindungan Hukum bagi Perawat Dalam Tindakan Medis Di Rumah Sakit Cakra Husada
Klaten, Pasca Disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014 Tentang
8
Keperawatan
VERONIKA MARINI LASMITA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

tenaga medis dengan hukum untuk perawat

pendidikan rendah dapat sebagaimana tertulis di dalam

diberikan kewenangan Pasal 3 Undang-Undang

terbatas untuk Republik Indonesia Nomor 38

menjalankan tahun 2014 tentang

pekerjaannya tanpa Keperawatan

pengawasan langsung.
3. Pembentukan konsil

3. Perawat ditetapkan pada keperawatan

posisi yang secara hukum


4. Perawat diijinkan melakukan
tidak mempunyai
praktik keperawatan mandiri
tanggung jawab mandiri
di Indonesia dengan syarat
karena harus bergantung
yang ditentukan oleh Konsil
pada tenaga kesehatan
Keperawatan.
lain. Perawat rasanya

masih jauh dari 5. Kejelasan hukum bagi

kewenangan bertanggung perawat asing.

jawab terhadap
6. Kejelasan dalam memberikan
pelayanannya sendiri. Hal
pelayanan kepada pasien
ini tercermin dengan
sebagaimana tercantum dalam
adanya sebutan paramedis
Bagian Kedua, Pasal 29 s/d

4. Tidak diatur secara tegas Pasal 35 Undang-Undang

mengenai perlindungan Republik Indonesia Nomor 38


Perlindungan Hukum bagi Perawat Dalam Tindakan Medis Di Rumah Sakit Cakra Husada
Klaten, Pasca Disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014 Tentang
9
Keperawatan
VERONIKA MARINI LASMITA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

hukum bagi seluruh Tahun 2014 tentang

aktivitas yang dilakukan Keperawatan

oleh perawat termasuk di

dalamnya memberikan

tindakan keperawatan,

pendidikan, nasehat, dan

konseling dalam rangka

penyelesaian masalah

kesehatan.

Rumah Sakit Cakra Husada, merupakan salah satu rumah sakit

swasta dipusat kota Klaten. Dengan visi-nya, Rumah Sakit Dengan

Pelayanan Cepat, Tepat, Professional, dan Moderen, maka rumah sakit ini

menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan dan administrasi. Selain

menjalankan fungsi tersebut, Rumah Sakit Cakra Husada juga merupakan

lahan praktik bagi institusi pendidikan kesehatan, lahan penelitian

kesehatan dan non kesehatan, rujukan magang dan pelatihan

pengembangan sumber daya manusia kesehatan di wilayah Klaten. 6

Sebagai salah satu rumah sakit swasta yang cukup dikenal

masyarakat Klaten, Rumah Sakit Cakra Husada memiliki tenaga medis

juga perawat dengan jenjang pendidikan yang berbeda dengan jumlah total

86 perawat beserta bidan yang ditempatkan sebagai PLK Medis,

6
RS Cakra Husada, 2014, Profil Rumah Sakit Cakra Husada Klaten Tahun 2014.
Perlindungan Hukum bagi Perawat Dalam Tindakan Medis Di Rumah Sakit Cakra Husada
Klaten, Pasca Disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014 10
Tentang
Keperawatan
VERONIKA MARINI LASMITA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Supervisor, Kepala Unit dan Karu. Berdasarkan data yang diperoleh, 80

perawat di Rumah Sakit Cakra Husada berjenjang pendidikan Diploma 3

(D3) dan 6 diantaranya berjenjang pendidikan Strata 1 (S1).

Perawat dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit Cakra Husada

tidak lepas dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan menjalankan

sejumlah tindakan medis yang merupakan wewenang dokter. Hal ini

berarti secara hukum, perawat melakukan suatu tindakan di luar

kewenangan, namun jika diabaikan, maka upaya penyembuhan pada

pasien akan terganggu. Dengan demikian perlu adanya perlindungan

hukum bagi mereka dalam melaksanakan suatu tindakan medis dalam

pelayanan kesehatan. Terlebih sebagian besar diantaranya merupakan

perawat dengan jenjang pendidikan Diploma 3 yang dalam tugas,

kewenangan dan tanggung jawabnya tentu saja terbatas.

Rumah sakit sebagai organisasi yang terdiri atas berbagai profesi

tenaga kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan,

diharapkan mempunyai suatu regulasi internal yang mengatur atau

mengimplementasikan pelimpahan wewenang pelaksanaan tindakan medis

kepada perawat. Kebijakan ini dimaksudkan untuk menjabarkan kembali

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014 tentang

Keperawatan kedalam suatu kebijakan internal yang mengatur secara

teknis, menjamin pelayanan kesehatan dapat tetap berlangsung,

pendelegasian dapat terlaksana dengan baik, serta dapat memberikan


Perlindungan Hukum bagi Perawat Dalam Tindakan Medis Di Rumah Sakit Cakra Husada
Klaten, Pasca Disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014 11
Tentang
Keperawatan
VERONIKA MARINI LASMITA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

perlindungan hukum bagi perawat dalam tindakan medis khususnya dalam

hal pendelegasian wewenang serta pelaksanaan tindakan medis yang tidak

sesuai dengan sebagaimana mestinya. Sehingga regulasi tersebut dapat

menjadi acuan apabila terjadi kesalahan dalam tindakan medis yang

menimbulkan suatu tanggung gugat dalam pelayanan kesehatan.

Berdasarkan pemaparan bahasaan diatas, Penulis merasa tertarik

melakukan penelitian dengan judul Perlindungan Hukum bagi

Perawat Dalam Tindakan Medis Di Rumah Sakit Cakra Husada

Klaten, Pasca Disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 38 tahun 2014 Tentang Keperawatan.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka diperoleh beberapa

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan tindakan medis oleh perawat dalam

pelimpahan wewenang dari dokter kepada perawat di Rumah Sakit

Cakra Husada Klaten, jika di tinjau dari Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan?

2. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi perawat yang mendapat

delegasi tindakan medis di Rumah Sakit Cakra Husada Klaten pasca

disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun

2014 tentang Keperawatan?

C. Tujuan Penelitian
Perlindungan Hukum bagi Perawat Dalam Tindakan Medis Di Rumah Sakit Cakra Husada
Klaten, Pasca Disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014 12
Tentang
Keperawatan
VERONIKA MARINI LASMITA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Penelitian yang dilakukan penulis memiliki tujuan-tujuan sebagai berikut:

1. Tujuan obyektif

a. Mengetahui dan memahami pelaksanaan tindakan medis oleh

perawat dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Cakra Husada

Klaten, jika di tinjau dari Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan.

b. Mengetahui dan memahami perlindungan hukum bagi perawat

yang melaksanakan tindakan medis di Rumah Sakit Cakra Husada

Klaten pasca disahkannya Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan.

2. Tujuan subyektif

Penilitian ini bertujuan untuk mendapatkan data sebagai bahan

dasar dalam rangka menyusun proposal penelitian atas syarat ujian

mata perkuliahan Metode Penelitian dan Penulisan Hukum di

Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.

D. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang Perlindungan Hukum Bagi Perawat Sebagai

Tenaga Kesehatan Pasca Disahkannya Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 38 tahun 2014 Tentang Keperawatan adalah baru

pertama kali dilakukan Di Rumah Sakit Cakra Husada Klaten. Untuk

melihat keaslian penelitian, penulis telah melakukan penelusuran

penelitian pada berbagai referensi dan hasil penelitin. Berdasarkan


Perlindungan Hukum bagi Perawat Dalam Tindakan Medis Di Rumah Sakit Cakra Husada
Klaten, Pasca Disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014 13
Tentang
Keperawatan
VERONIKA MARINI LASMITA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

pencarian penulis menemukan penulisan hukum yang memiliki kesamaan

dengan penulis lakukan, beberapa diantaranya sebagai berikut:

1. Tesis karya Samuel Josua Termas yang berjudul Implementasi

Perlindungan Hukum Bagi Perawat Di Daerah Kepulauan Kabupaten

Maluku Tengah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelayanan kesehatan kepada

masyarakat Kepulauan di Kabupaten Maluku Tengah, implementasi

perlindungan hukum terhadap perawat yang menjalankan praktik di

Daerah Kepulauan Kabupaten Maluku Tengah, dan kebutuhan adanya

payung hukum bagi perawat yang menjalankan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat Kepulauan di Kabupaten Maluku Tengah. Hasil

penelitian menggambarkan bahwa pelayanan kesehatan di daerah

Kepulauan Kabupaten Maluku Tengah sebagian besar diberikan oleh

perawat. Sebagian besar perawat menjalankan praktik mandiri dan

tidak terbatas pada nursing care, tetapi juga medical care yang

sebenarnya menjadi kewenangan dokter. Pahadal sebagain besar

perawat (54,5%) hanya berpendidikan SPK, sedangkan menurut Pasal

2 Permenkes No. HK. 02.02/MENKES/148/2010 tentang Izin dan

Penyelenggaraan Praktik Perawat, perawat yang dapat menjalankan

praktik mandiri minimal berpendidikan Diploma III (DIII)

Keperawatan. Selain itu, para perawat tidak memiliki STR dan SIPP,

sehingga dalam menjalankan praktik mandiri para perawat melanggar

ketentuan Pasal 3 ayat (1) Permenkes No. HK.


Perlindungan Hukum bagi Perawat Dalam Tindakan Medis Di Rumah Sakit Cakra Husada
Klaten, Pasca Disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014 14
Tentang
Keperawatan
VERONIKA MARINI LASMITA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

02.02/MENKES/148/2010. Penelitian tersebut memiliki perbedaan

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Perbedaanya terletak

pada dasar hukum yang menjadi acuan bagi peneliti dalam

menganalisis disertai dengan pasca berlakunya Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan.

Disamping itu perlindungan hukum peneliti terbatas pada tindakan

medis yang dilakukan oleh perawat dengan jenjang pendidikan

Diploma 3 (D3) pada Rumah Sakit Cakra Husada Klaten.7

2. Tesis karya Luhut Pardomuan Sirait yang berjudul Upaya

Perlindungan Hukum Bagi Dokter dan Perawat di RSUD Kota Jakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan standar

pelayanan dan standard operating procedure oleh tenaga dokter dan

perawat di pelayanan RSUD Koja, dan sejauh manakah perlindungan

hukum diberikan kepada dokter dan perawat yang telah mematuhi

standar pelayanan dan standard operating procedure. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Komite Medik dan Keperawatan belum

melaksanakan sosialisasi, evaluasi dan pemantauan pelaksanaan

standar pelayanan dan standard operating procedure. Komite Medik

dan Keperawatan tidak memberikan bantuan dokter dan perawat untuk

menghadapi tuntutan pasien. Hal yang berbeda dengan penelitian yang

ditulis adalah peneliti hanya fokus pada tindakan medik yang

7
Termas, Samuel Josua, 2012, Implementasi Perlindungan Hukum Bagi Perawat Yang
Menjalankan Praktik Di Daerah Kepulauan Kabupaten Maluku Tengah, Tesis, Program
Magister Hukum Kesehatan, Unika Soegijapranata, Semarang
Perlindungan Hukum bagi Perawat Dalam Tindakan Medis Di Rumah Sakit Cakra Husada
Klaten, Pasca Disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014 15
Tentang
Keperawatan
VERONIKA MARINI LASMITA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dilakukan oleh perawat dengan jenjang pendidikan Diploma 3 (D3) .8

3. Skripsi karya Adinta Patmaningtyas yang berjudul Kedudukan Hukum

Perawat Sebagai Tenaga Kesehatan Dalam Memberikan Pelayanan

Medis Di Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan Kabupaten Magelang.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan hukum yang

terjadi antara perawat dengan pasien didasarkan pada kotrak terapeutis,

untuk mewujudkan suatu hasil dari apa yang telah diperjanjikan serta

perawat hanya akan dikenai pertanggung jawaban terkait dengan aspek

(pidana, perdata dan administrasi) jika ada kelalaian dalam

menjalankan tugas yang tidak sesuai dengan instruksi dokter.

Penelitian tersebut memiliki perbedaan dengan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti. Perbedaanya terletak pada tujuan dari

penelitian penulis adalah tentang perlindungan hukum perawat atas

tindkaan pendelegasian wewenang yang dilakukan oleh dokter kepada

perawat pasca disahkannya Undang-Undnag Nomor 38 Tahun 2014

tentang Keperawatan. Sementara skripsi karya Adinta Patmaningtyas

hanya menjelaskan mengenani kedudukan hukum perawat serta

pertanggung jawabannya berdasarkan hukum perjanjian serta tidak

menghubungkannya dengan Undang-Undang keperawatan.

E. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

8
Sirait, Luhut Pardomuan, 2001, Upaya perlindungan hukum bagi dokter dan perawat di RSUD
Koja Jakarta, Thesis, Program Studi Magister Ilmu Kesehatan MasyarakatUGM, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta
Perlindungan Hukum bagi Perawat Dalam Tindakan Medis Di Rumah Sakit Cakra Husada
Klaten, Pasca Disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014 16
Tentang
Keperawatan
VERONIKA MARINI LASMITA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Sebagai referensi pengembangan ilmu di bidang hukum kesehatan

serta sebagai bahan acuan bagi peneliti di bidang hukum kesehatan.

2. Manfaat praktis

a. Sebagai bahan kajian untuk melakukan evaluasi dan atau

penyusunan kebijakan yang mengatur tentang perlindungan hukum

bagi perawat yang melaksanakan tindakan medis di rumah sakit

pasca disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38

tahun 2014 tentang Keperawatan

b. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis sendiri

maupun pihak-pihak lain yang berhubungan (baik langsung

maupun tidak langsung) dengan hal-hal yang dibahas dalam

penulisan hukum ini.

Anda mungkin juga menyukai