Anda di halaman 1dari 10

C.

HASIL ANALISIS
Kualitas artikel dinilai menggunakan tolls yang sesuai dengan desain
penelitian. Hasil dari analisis didapatkan bahwa semua study memenuhi kriteria
baik. Berikut hasil analisis dari critical apraisal penelitian:
1. Terapi suara
Artikel yang dianalisis tentang pemberian intervensi mengenai terapi suara.
Artikel terapi suara, menggunakan design studi eksperiment dengan sampel 21
lansia yang dipilih secara random dengan menggunakan True Exsperimental
Design dengan 3 kelompok yaitu kelompok exsperimen instrumental, exsperimen
murottal, dan kelompok control yang diberikan treatmen.
Outcame Berdasarkan hasil uji F pengukuran tekanan darah pada kelompok
eksperimen dan control adalah seluruh nilai F hitung >F tabel (3,55). Pada tekanan
darah sistole, uji FPost Hoc menunjukkan bahwa ketiga kelompok penelitian
memiliki beda siginifikan. Hasil berbeda ditunjukkan uji F Post Hoc tekanan
darah diastole, yaitu instrumental memiliki beda signifikan dengan kontrol,
namun tidak beda signifikan dengan murottal. Selanjutnya murottal tidak beda
signifikan dengan instrumental dan tidak beda signifikan. tingkat penurunan
tekanan darah sistole pada masing-masing tiga kelompok. Penelitian tekanan
darah sistole pada kelompok instrumental mengalami penurunan sebesar 22
mmHg (173 menjadi 151 mmHg), pada kelompok murottal juga mengalami
penurunan sebesar 11 mmHg (153 menjadi 142 mmHg), dan pada kelompok
kontrol mengalami peningkatan sebesar 2 mmHg (151 menjadi 153 mmHg).

Dari artikel ini yaitu ingin melihat efektivitas terapi suara untuk penurunan
hipertensi pada lansia Proses untuk mencegah bias dari kedua artikel sudah
dilakukan kontrol yaitu penetapan kriteria-kriteria yang ketat mengenai usia
sampel dan karakteristik sampel serta memakai teknik pengambilan sampel
dengan randomisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 1689 ulasan, efek
penyatuan kelompok yang diintervensi musik menunjukkan kecenderungan

6
penurunan rata-rata tekanan darah sistolik dari 144 mmHg (95% CI: 137-152) ke
134 mmHg (95% CI: 124-144), dan tekanan darah diastolik dari 84 mmHg (95%
CI: 78-89) ke 78 mmHg (95% CI: 73-84). Analisis Fixed-efek 3 subkelompok
yang diuji coba dan kelompok kontrol yang valid menunjukkan penurunan yang
signifikan dalam kumpulan rata-rata (mean) tekanan darah sistole dan diastole di
kedua kelompok intervensi musik.

ISI GAMBAR.

John Wiley & Sons, Ltd (2010

Penerapan terapi music di Indonesia masih tergolong familiar dan mudah


diterapkan karena Indonesia kaya akan keanekaragaman jenis musik dari klasik,
jazz, tradisional dan spiritual. Kendalanya hanya saja terapis yang digunakan
harus yang berpengalaman dan terstandar sehingga intervensi yang ingin dicapai
bisa maksamal.
2. Terapi bekam kering
Artikel ini menganalisi tentang pemberian intervensi dengan menggunakan
terapi bekam kering. Pada terapi ini menggunakan metode quasy experiment
dengan rancangan two group pre-post test design. Teknik pengambilan sampel
adalah probability sampling dengan pendekatan simple random sampling dengan

7
total responden berjumlah 22 orang yang terbagi dalam kelompok kontrol dan
intervensi.
Artikel ini memiliki outcome hasil analisa data dengan menggunakan uji
Wilcoxon pada kelompok intervensi, terdapat penurunan rata-rata tekanan darah
sebesar 9,09 pada sistolik dan 3,63 pada diastolik dengan nilai p 0,004 pada
sistolik dan 0,046 pada diastolik (p<α). Berdasarkan hasil analisa tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan rata-rata tekanan darah sebelum
dan setelah diberikan terapi bekam kering pada kelompok intervensi.
TABEL

Untuk penerapan di Indonesia terapi bekam merupakan jenis terapi


komplementer yang sudah familiar dimasyarakat luas, bekam sudah dikenal sejak
zaman dulu, yaitu kerajaan Sumeria, kemudian terus berkembang
sampai Babilonia, Mesir kuno, Saba, dan Persia. Pada zaman Nabi Muhammad,
dia menggunakan tanduk kerbau atau sapi, tulang unta, gading gajah.

3. Terapi Juice Belimbing Manis


Artikel menganalisis tentang pemberian intervensi mengenai terapi juice
belimbing manis, menggunakan metode penelitian experiment design dengan the
randomized pre-test post-test control group design. Besar sampel sebanyak 30
responden dengan rincian 15 orang sebagai kelompok Intervensi dan 15 orang
sebagai kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan uji statistic
t dependent menunjukkan p value kelompok intervensi pada tekanan darah sistole
sebebsar 0.03, dan diastole sebesar 0.014 (p < 0,05) maka Ho di tolak yang berarti
pada kelompok intervensi terdapat pengaruh pemberian jus belimbing manis
terhadap tekanan darah lansia dengan hipertensi. Sedangkan p value kelompok
kontrol pada tekanan darah sistole sebesar 0.786, dan diastole sebesar 0.953
(p>0,05) maka Ho di terima yang berarti pada kelompok kontrol tidak ada
pengaruh pemberian jus belimbing terhadap tekanan darah lansia dengan
hipertensi.

8
TABEL
4. Terapi Musik Klasik
Artikel menganalisis tentang pemberian terapi music klasik. Menggunakan
metode penelitian pre eksperiment dengan desain penelitian one grup pretest
posstest. Sampel penelitian sebanyak 30 responden lansia. Analisa data yang
digunakan adalah uji Wilcoxon hasilp = 0,000 (p<0,05). Instrument yang
digunakan sudah dilakukan uji validitas dengan Content validity dan didapatkan
hasil rata-rata 0,8 (tinggi) yang berarti layak untuk digunakan sebagai instrumen
penelitian.
Outcome dari terapi pemberian music klasik ini adalah penelitian
menunjukkan bahwa ada penurunan tekanan darah responden pada saat pre test
mayoritas responden memiliki kategori hipertensi ringan kemudian diberikan
terapi musik klasik mozart selama 30 menit hasil yang didapatkan adalah selisih
rata-rata tekanan darah yang diukur dari pre test sampai post test yaitu dengan
p=0,000 (p<0,05) yang artinya terjadi perbedaan yang signifikan tekanan darah
sebelum dan setelah intervensi. Jadi dapat dikatakan bahwa penelitian ini
menunjukkan intervensi pemberian terapi musik Mozart dapat menurunkan
tekanan darah, hal ini dibuktikan bahwa jika di bandingkan selisih rata-rata
penurunan tekanan darah terjadi perubahan yang signifikan.
Penerapan terapi music di Indonesia masih tergolong familiar dan mudah
diterapkan karena Indonesia kaya akan keanekaragaman jenis musik dari klasik,
jazz, tradisional dan spiritual. Kendalanya hanya saja terapis yang digunakan
harus yang berpengalaman dan terstandar sehingga intervensi yang ingin dicapai
bisa maksimal.

D. PEMBAHASAN
1. Terapi suara
Terapi suara yang digunakan dalam penelitian ini adalah murottal (lantunan
ayat suci Al-Quran). Salah satu terapi suara yang digunakan adalah suara
Murottal. Murottal adalah rekaman suara AlQur’an yang dilagukan oleh seorang

9
qori’ (pembaca Al-Qur’an), lantunan Al-Qur’an secara fisik mengandung unsur
suara manusia (Nurjamiah, 2015: 61). Al-Quran berfungsi sebagai sistem
perbaikan (service system) baik yang bersifat fisik maupun psikis, yang dikenal
sebagai syifa’ yang berarti obat, penyembuh, dan penawar (Mirza, 2014) dalam
Rizka (2015: 4). Menurut Sa‟dulloh (2008), murottal ialah rekaman suara Al-
Qur‟an yang dilagukan oleh seorang qori‟. Murottal adalah membaca Al-Quran
yang memfokuskan pada dua hal yaitu kebenaran bacaan dan lagu Al-Quran
(Yurika, 2016: 30). Murottal adalah rekaman suara AlQur’an yang dilagukan oleh
seorang qori’ (pembaca Al-Qur’an), lantunan Al-Qur’an secara fisik mengandung
unsur suara manusia (Nurjamiah, 2015: 61). Al-Quran berfungsi sebagai sistem
perbaikan (service system) baik yang bersifat fisik maupun psikis, yang dikenal
sebagai syifa’ yang berarti obat, penyembuh, dan penawar (Mirza, 2014) dalam
Rizka (2015: 4). Menurut Sa‟dulloh (2008), murottal ialah rekaman suara Al-
Qur‟an yang dilagukan oleh seorang qori‟. Murottal adalah membaca Al-Quran
yang memfokuskan pada dua hal yaitu kebenaran bacaan dan lagu Al-Quran
(Yurika, 2016: 30).
Mekanisme pada intervensi suara menyebabkan peningkatan kadar dopamin
otak melalui sistem kalmodulin-dependen. Peningkatan kadar dopamin ini
menghambat aktivitas simpatik melalui reseptor dopamin-2 yang dapat
mengurangi tekanan darah. Selanjutnya, suara dapat mengarahkan persepsi
seseorang ke keadaan emosional yang lebih menyenangkan, sehingga memicu
perasaan yang berhubungan dengan relaksasi fisik dan mental. Hal ini juga dapat
menimbulkan emosi positif yang berhubungan dengan aktivasi sistem limbik,
sehingga melepaskan endorfin yang mempengaruhi sistem fisiologis seseorang
(Kuhlmann dkk, 2016: 6). Mekanisme pada intervensi suara menyebabkan
peningkatan kadar dopamin otak melalui sistem kalmodulin-dependen.
Peningkatan kadar dopamin ini menghambat aktivitas simpatik melalui reseptor
dopamin-2 yang dapat mengurangi tekanan darah. Selanjutnya, suara dapat
mengarahkan persepsi seseorang ke keadaan emosional yang lebih
menyenangkan, sehingga memicu perasaan yang berhubungan dengan relaksasi

10
fisik dan mental. Hal ini juga dapat menimbulkan emosi positif yang berhubungan
dengan aktivasi sistem limbik, sehingga melepaskan endorfin yang
mempengaruhi sistem fisiologis seseorang (Kuhlmann dkk, 2016: 6).
Musik atau suara juga dipercaya dapat meningkatkan hormon endorfin
(Wilgram, 2002; Nilsson, 2009; Chiang, 2012). Endorfin memiliki efek relaksasi
pada tubuh (Potter dan Perry, 2006). Endorfin juga sebagai ejektor dari rasa rileks
dan ketenangan yang timbul, midbrain mengeluarkan Gama Amino Butyric Acid
(GABA) yang berfungsi menghambat hantaran impuls listrik dari satu neuron ke
neuron lainnya oleh neurotransmitter di dalam sinaps (Dian Novita, 2012: 37).
2. Terapi bekam kering
Bekam merupakan jenis pengobatan nonfarmakologi yang cukup dikenal
dimasyarakat. Bekam adalah terjemahan dari bahasa arab hijamah yang berarti
penyedotan, sehingga dapat didefinisikan sebagai teknik penyedotan dengan alat
bekam, baik disertai pengeluaran darah maupun tidak. Bekam tanpa
mengeluarkan darah disebut bekam kering. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh terapi bekam kering terhadap tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi. Intervensi bekam kering dilakukan sekali waktu dengan
rentang waktu 15-30 menit untuk semua responden pada kelompok intervensi.
Pengukuran pretest dan posttest pada kelompok intervensi dilakukan 5 menit
sebelum dan 5 menit setelah dilakukan terapi bekam kering. Pada kelompok
kontrol dilakukan pengukuran pretest dan posttest dengan jarak waktu 30 menit.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah yang
meliputi riwayat keluarga, aktifitas fisik, merokok, konsumsi alkohol, stres,
obesitas, diet natrium dan diabetes. Penurunan tekanan darah yang terjadi pada
kelompok kontrol dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang mempengaruhi
tekanan darah, karena pada kelompok kontrol tidak diberikan terapi bekam.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi tekanan darah lansia di PSTW meliputi
diet natrium, aktifitas fisik rutin berupa senam lansia, serta kajian rohani rutin
setiap minggu. Selain itu, pengobatan rutin yang diberikan tenaga kesehatan

11
untuk mengatasi hipertensi pada lansia juga memliki peranan dalam menurunkan
tekanan darah pada kelompok kontrol.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Rusdiatin, respon dari seseorang
setelah dilakukan bekam menyatakan merasa nyaman dan timbul rasa kantuk.
Pada saat seseorang merasa nyaman dan relaks, maka sistem saraf simpatik akan
tenang dan yang lebih banyak berperan adalah sistem saraf parasimpatik. Kondisi
relaks menyebabkan frekuensi jantung menurun, dengan menurunnya frekuensi
jantung, maka tekanan darah juga akan menurun.

3. Terapi jus belimbing manis


Belimbing manis (Averrhoa Carambola linn) merupakan salah satu obat
tradisional yang dapat digunakan sebagai obat antihipertensi, karena mengandung
tinggi kalium dan senyawa flavanoid. Kalium berfungsi menurunkan tekanan
darah sehingga dapat mencegah tekanan darah tinggi atau bahkan stroke. Menurut
penelitian yang dipublikasikan dalam "American Journal of Physiology
Regulatory, Integrative dan and Comparative Physiology." Penelitian yang
dipimpin oleh FJ Haddy tersebut menemukan bahwa infus kalium akan
menyebabkan peningkatan aliran darah yang dihasilkan dari pelebaran arteri dan
relaksasi otot. Penelitian ini menunjukkan bahwa suplementasi diet dengan
kalium bisa menurunkan tekanan darah.
Buah belimbing manis merupakan buah yang sudah dikenal luas oleh
masyarakat Indonesia dan mudah ditemukan di pasar swalayan serta harganya
terjangkau. Buah belimbing manis (Averrhoa carambola L) sangat bermanfaat
dalam membantu menurunkan tekanan darah karena kandungan serat, kalium,
fosfor, dan vitamin C
Berdasarkan penelitian Dwipayanti (2011) tentang efektifitas buah belimbing
terhadap penurunan tekanan darah menunjukkan bahwa pada penderita hipertensi
dengan pemberian juice belimbing selama 3 hari berturut-turut dengan frekuensi 2
kali dalam sehari menunjukkan bahwa dari 30 responden didapatkan hasil yaitu

12
rata-rata dari tekanan arteri sebelum diberi juice belimbing sebesar 126,45
mmHg, sedangkan rata-rata tekanan arteri setelah diberi juice belimbing sebesar
112,78 mmHg, dimana selisih antara dua ratarata pre dan post test sebesar 13,67
mmHg, dalam mengatasi tekanan darah tinggi para lansia yang menderita darah
tinggi mengkonsumsi obat anti Hipertensi yang di berikan oleh dokter. Masih
tingginya angka lansia dengan penderita hipertensi yang ada di desa Lemahputih,
dan konsumsi obat yang terus menerus dalam mengatasi hipertensi serta
kurangnya informasi pengobatan non farmakologi yang bahan dan cara
penyajianya cukup mudah dan murah menjadi dasar ide penelitian bagi penulis
untuk mengetahui pengaruh pemberian juice belimbing manis (averrhoa
carambola linn) terhadap hipertensi pada lansia.

4. Terapi musik
Penggunaan terapi musik sebagai bagian dari terapi sudah dikenal dan
digunakan sejak jaman dahulu kala (Nilsson, 2008). Musik adalah seni yang
mempengaruhi pusat fisik dan jaringan saraf. Musik juga mempengaruhi sistem
saraf parasimpatis atau sistem saraf automatis, baik secara langsung maupun tidak
langsung (Djohan. 2006). Perubahan gelombang otak menjadi gelombang otak
alfa akan menyebabkan peningkatan serotonin. Serotonin adalah suatu
neurotransmitter yang bertanggung jawab terhadap peristiwa lapar dan perubahan
mood. Serotonin dalam tubuh kemudian diubah menjadi hormon melatonin yang
memiliki efek regulasi terhadap relaksasi tubuh. Hormon melatonin diproduksi
secara alami dalam tubuh apabila matahari sudah mulai tenggelam (mendekati
senja). Namun, hormon melatonin ini produksinya secara alami dalam tubuh juga
semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia (Guyton & Hall, 2006).
Pada era modern saat ini terapi musik sangat popular untuk bidang kesehatan,
terutama untuk penurunan tekanan darah di Indonesia. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2016 menjelaskan bahwa dibutuhkan upaya bersama
untuk menyadarkan masyarakat agar senantiasa melindungi diri dan keluarga dari
Penyakit Tidak Menular (PTM) dengan cara membiarkan berperilaku CERDIK,

13
yaitu Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik,
Diet sehat dan seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres. Pada program
Kemenkes tersebut, salah satu cara menekan atau mencegah bahaya hipertensi
atau penyakit tidak menular adalah mengelola stres. Salah satu upaya mengelola
stress yaitu dapat dilakukan dengan melakukan terapi suara, seperti
mendengarkan musik (Kemenkes, 2016).
Kelebihan dari terapi musik secara evidance based sangat banyak yaitu
mampu menurunkan nyeri, meningkatkan relaksasi dan menurunkan hipertensi.
Pelaksanaannya murah dan mudah diterapkan di Indonesia, sehingga dapat
menjadi rekomendasi yang baik sebagai intervensi yang bisa menurunkan
hipertensi pada lansia dengan dimensia di rumah sakit, panti jompo, tempat
rehabilitasi cacat mental maupun di masyarakat. Selain untuk menurunkan
perilaku agitasi, terapi musik juga bermanfaat untuk mengatasi rasa nyeri,
manajemen stress, stimulasi tumbuh kembang, perawatan, terapi fisik, gangguan
bicara. Pilihan sangat beragam dan bisa disesuaikan berdasarkan usia sesuai
dengan tujuan. Terapi musik bisa dijadikan sebagai aktivitas kelompok, sehingga
bisa digunakan untuk melatih keterampilan sosial seperti menunggu giliran,
memperhatikan orang lain, mengikuti petunjuk, sikap kooperatif dengan
kelompok dan mengekspresikan perasaan secara cepat.

C. KESIMPULAN DAN SARAN


Dari hasil review literature yang dilakukan secara sistematis membuktikan
bahwa terapi pemberian juice belimbing manis, terapi music klasik, terapi
bekam kering, terapi suara terbukti dapat menurunkan hipertensi pada lansia.
Berbagai jenis terapi komplementer tersebut meskipun terbukti secara evidance
based mampu menurunkan hipertensi, namun tidak semuanya dapat diterapkan
di Indonesia karena pertimbangan kemudahan, kelebihan, kekurangannya dan
cost yang dikeluarkan dari pelaksanaannya. Hasil critical apraisal dan
pendalaman mengenai terapi komplementer yang digunakan, dinilai bahwa jenis
terapi yang direkomendasikan untuk diaplikasikan di rumah adalah terapi

14
pemberian jus belimbing, terapi suara, terapi musik. Sedangkan terapi bekam
belum dapat aplikasikan di rumah karena pertimbangan pada tehnik pengunaan
yang khusus dan perlu menentukan titik-titik point yang tepat pada tubuh, serta
perlu pengawasan yang ketat dan profesional.

REFERENSI

Anthony, 2009. Mamfaat Musik Mozart Tehadap Kesehatan.


Efendi, F. & Mahfudli. 2009. Keperawatan kesehatan komunitas: teori dan praktik
dalam keperawatan. Jakarta:Salemba Medika;
Muwarni, A & Wiwin, P. 2010. Gerontik Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan
Home Care dan Komunitas. Yogyakarta:Fitramaya
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta
:Rinekacipta.
Junaedi, E. dkk. 2013. Hipertensi Kandas Berkat Herbal. Jakarta: FMedia.
Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara
Terpadu.Yogyakarta : Graha Ilmu.
Smeltzer & Bare. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC,Edisi
8; Vol.3
Julianti, ED., dkk. 2009. Bebas Hipertensi dengan Terapi Jus. Jakarta : Puspa Sehat
Wirawan, Toni. 2013. Menaklukkan Hipertensi dan Diabetes Edisi 1. Bandung

15

Anda mungkin juga menyukai